bab i piroklastik

51
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud Mengetahui komposisi mineral dalam batuan piroklastik. Mengetahui tekstur dalam batuan piroklastik. Menentukan klasifikasi dan nama batuan berdasarkan deskripsi petrografis batuan piroklastik. 1.2. Tujuan Dapat mendeskripsikan kenampakan mikroskopis atau petrografis batuan piroklastik. Dapat menentukan komposisi mineral dalam batuan piroklastik. Dapat menjelaskan Petrogenesis dari batuan piroklastik. Dapat menentukan penamaan dan klasifikasi batuan piroklastik. 1.3. Waktu Pelaksanaan Hari / Tanggal : Senin, 7 - 18 Oktober 2013 Waktu : 18.30 WIB (Gelombang 1) 1 | Batuan Piroklastik - PETROGRAFI

Upload: octarosa

Post on 04-Dec-2015

69 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

petrografi

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Piroklastik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Maksud

Mengetahui komposisi mineral dalam batuan piroklastik.

Mengetahui tekstur dalam batuan piroklastik.

Menentukan klasifikasi dan nama batuan berdasarkan deskripsi petrografis

batuan piroklastik.

1.2. Tujuan

Dapat mendeskripsikan kenampakan mikroskopis atau petrografis batuan

piroklastik.

Dapat menentukan komposisi mineral dalam batuan piroklastik.

Dapat menjelaskan Petrogenesis dari batuan piroklastik.

Dapat menentukan penamaan dan klasifikasi batuan piroklastik.

1.3. Waktu Pelaksanaan

Hari / Tanggal : Senin, 7 - 18 Oktober 2013

Waktu : 18.30 WIB (Gelombang 1)

Tempat : Laboratorium mineralogi, petrografi dan mikropaleontologi,

Teknik Geologi Universitas Diponegoro

1 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 2: BAB I Piroklastik

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Pengertian Petrografi

Merupakan bagian dari ilmu petrologi yang mempelajari tentang deskripsi dan

klasifikasi batuan dengan menggunakan bantuan mikroskop polarisasi. Deskripsi

batuan secara petrografis, hal yang penting diperhatikan adalah identifikasi

komposisi mineral dan tekstur batuan. Pengelompokkan atau pengklasifikasian

batuan didasarkan pada hasil pengamatan tekstur dan komposisi mineralogi utama

(rock forming minerals).

( Agus Hendratno , 2005 )

2.2. Petrografi Batuan Beku

2.2.1. Pengertian Batuan Piroklastik

Menurut William (1982) batuan piroklastik adalah batuan vulkanik yang

bertekstur klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses yng berkaitan

dengan letusan gunung api, dengan material asal yang berbeda dimana material

penyusun tersebut terendapkan dan terkonsolidasi sebelum mengalami

transportasi oleh air atau es.

Berdasarkan proses keterbentukannya piroklastik dibedakan menjadi 6

tipe:

Tipe 1

Batuan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik jatuh ke darat

yang kering dengan medium udara saja, kemudian mengalami litifikasi

membentuk batuan fragmental.Jadi jatuhan piroklastik ini belum mengalami

pengangkutan.

Tipe 2

Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik terangkut ke

tempat pengendapannya di daratan yang kering dengan media gas yang

2 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 3: BAB I Piroklastik

dihasilkan dari magma sendiri yang merupakan aliran abu yang merupakan

onggokan aliran litifikasi dan membentuk fragmental.

Tipe 3

Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang jatuh ada suatu

tubuh perairan (baik darat maupun laut) yang tenang arusnya sangat kecil,

onggokan aliran litifikasi dan membentuk batuan fragmental.

Tipe 4

Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang jatuh pada

suatu tubuh perairan yang arusnya aktif (bergerak). Sebelum mengalami

litifikasi mengalami rewarking dan dapat bercampur dengan batuan lain yang

dihasilkan akan mempunyai struktur sediment basa.

Tipe 5

Bahan piroklastik yang telah jatuh sebelum mengalami pelapukan

kemudian diangkut dan diendapkan ditempat lain dengan media air. Hasilnya

batuan sedimen dengan asal-usulnya adalah bahan-bahan piroklastik,dengan

struktur sediment biasa.

Tipe 6

Bahan piroklastik yang telah jatuh sudah mengalami proses-proses

litifikasi, kemudian diendapkan kembali ke tempat yang lain. Batuan yang

dihasilkan adalah batuan sediment dengan propenan piroklastik.

(Danang Endarto, 2005)

2.2.2. Struktur Batuan Piroklastik

Seperti halnya struktur batuan beku , pada batuan piroklastik juga

dijumpai struktur antara lain :

Massif

Bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas

Vesikuler

3 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 4: BAB I Piroklastik

Dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini dibagi lagi

menjadi 3 yaitu:

1. Skoriaan, bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.

2. Pumisan, bila lubang-lubang gas saling berhubungan.

3. Aliran, bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun

lubang-lubang gas

Amigdaloidal

Bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder.

(Danang Endarto, 2005)

2.2.3. Tekstur Batuan Piroklastik

Variasi batuan, pembundaran dan pemilihan batuan piroklastik mirip

dengan batuan sediment klastik pada umumnya. Hanya pumice-unsur tersebut

tergantung tenaga letusan, penguapan, tegangan permukaan dan pengaruh

seretan. Yang khas pada batuan piroklastik adalah bentuk batuan yang runcing

yang tajam, terutama dikenal sebagai glass hard atau gelas runcing tajam serta

adanya batu apung (pumice).

a) Tingkat Kristalisasi

Holohialin, jika seluruhnya terdiri dari gelas.

b) Granularitas

Pada batu piroklastik memilki tingkat granularitas Afanitik

apabila ukuran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang

atau ukuran kristalnya sangat halus.Gelasan (glassy) adalah batuan

beku dikatakan memiliki tekstur gelasan apabila semuanya tersusun

atas gelas.

c) Bentuk Butir

Anhedral, berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh bidang

kristal yang tidak sempurna.

(Danang Endarto, 2005)

4 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 5: BAB I Piroklastik

2.2.4 Klasifikasi Batuan Piroklastik

1. Klasifikasi secara genetik batuan beku fragmental dibagi menjadi 4 tipe

utama, yaitu:

Pyroclastic Flow Deposits (Piroklastik Aliran )

Macam :

- block & ash flows

-scoria flows

-pumice / ash flows

Distribusi / penyebaran : di lembah / depresi; struktur : perlapisan

(graded bedding, paralel laminasi); tekstur : sortasi buruk, terdiri dari

kristal, litik, dan gelas (pumis); bagian bawah : pyroclastic surge deposits

Pyroclastic Fall Deposits (Piroklastik Jatuhan)

Jatuhan piroklastik merupakan onggokan piroklastik yang

diendapkan melalui media udara, dan terbentuk setelah material hasil

letusan dikeluarkan dari kawah, menghasilkan suatu kolom erupsi.

Sortasi yang baik pada endapan ini disebabkan oleh pemilahan oleh

udara selama mengalami proses pengendapan. Tiga tipe endapan

piroklastik jatuhan berdasarkan litologi dan proses pembentukannya adalah

sebagai berikut: (Cas and Wright, 1987)

a. Endapan Jatuhan Scoria

Endapan ini sebagian besar tersusun oleh magma yang bersifat basal-

basaltik yang vesikuler hasil aktivitas letusan Hawaiian dan Strombolian.

b. Endapan Jatuhan Pumice

Endapan ini tersusun oleh magma vesikuler dengan viskositas yang tinggi

(andesit-riolit, phonolit dan tracile) hasil aktivitas subplinian, plinian dan

ultraplinian (plinian tipe letusan)

c. Endapan Jatuhan Ash

5 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 6: BAB I Piroklastik

Endapan ini terbentuk oleh letusan yang bersifat phreatomagmatik dan

preatik

2. Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan ukurannya (Schmid, 1981)

Ukuran Piroklas

Endapan piroklastik

Tefra (tak

terkonsolidasi)

Batuanpiroklastik

(terkonsolidasi)

> 64

mm

Bom, blok Lapisan bom / blok

Tefra bom atau blok

Aglomerat, breksi

piroklastik

2 – 64

mm

lapili Lapisan lapili atau

Tefra lapili

Batulapili (lapillistone)

1/16 – 2

mm

Abu/debu

kasar

Abu kasar Tuf kasar

< 1/16

mm

Abu/debu

halus

Abu/debu halus tuf halus

G

6 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 7: BAB I Piroklastik

Gambar 2.1 Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan ukuran

dan bentuk piroklas penyusun

3. Klasifikasi Berdasarkan Asal-usul Fragmenya :

Juvenile pyroclasts : hasil langsung akibat letusan, membeku dipermukaan

(fragmen gelas, kristal pirojenik)

Cognate pyroclasts : fragmen batuan hasil erupsi terdahulu (dari

gunungapi yang sama)

Accidental pyroclasts : fragmen batuan berasal dari basement (komposisi

berbeda)

4. Klasifikasi berdasarkan komposisi fragmen

Menurut Williams, Turner dan Gilbert (1954), tuf dapat diklasifikasikan

menjadi :

Vitric Tuff : tuf dengan penyusun utama terdiri dari gelas.

Lithic Tuff : tuf dengan penyusun utama terdiri dari fragmen batuan.

Crystal Tuff : tuf dengan penyusun utama kristal dan pecahan-

pecahan kristal.

Gambar 2.2 Klasifikasi tuff berdasarkan komposisi butir

7 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 8: BAB I Piroklastik

5. Klasifikasi Menurut H. William F.J Tunner Dan C.M Gilbert (1954)

Berdasarkan Ukuran Fragmen

William F.J Turner Dan C.M Giblert (1954) berdasarkan ukuran butir,

membagi piroklastik menjadi bom dan bongkahan apabila ukurannya lebih

besar dari 32mm;lapili (4-32mm) dan abu (<4mm) . Bom merupakan bahan

lepas yang padat saat dikeluarkan sudah berupa bahan padat akan

membentuk endapan breksi gunung api.

Siz

e

UNCONSOLIDATE

D

CONSILDATE

D

>

23

Bomb

Block

Block and ashes

Angglomerat

Volcanic

Breciass

Tuff Breceiass

4-

32

Lapili

Cinder (vecikuler)

Lapili

Cindey lapili tuft

¼-4 Coarse Ash Coarse Tuft

<

1/4

Asg or volcanic dust Tuft

(Danang Endarto, 2005)

6. Klasifikasi Menurut Pettijohn, Dengan Membandingkan Presentase Gelas

Dengan Kristal

Vitric Tuff

8 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 9: BAB I Piroklastik

Mengandung 75%-100% gelas dan 0%-25% kristal

Vitric Crystal Tuff

Mengandung 50%-75% gelas dan 25%-50% kristal

Crystal Vitric Tuff

Mengandung 25%-50% gelas dan 50%-75% kristal

Crystal Tuff

Mengandung 0%-25% gelas dan 75%-100% kristal

9 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 10: BAB I Piroklastik

BAB III

LEMBAR DESKRIPSI RESMI

3.1. Sayatan tipis peraga batuan nomor K3

Sayatan K3

No. Urut : 1

Perbesaran : 4 x

Kenampakan mikroskopis :

1. Tekstur Umum:

- hipokristalin

- inequigranular (faneroporfiritik)

- subhedral

2. Tekstur khusus:

- Tekstur : Vitrofirik

Deskripsi komposisi :

a. Gelasan : Berwarna pink (pengamatan nikol bersilang dengan baji

kuarsa), tidak menyerap cahaya (opaque) dan berwarna hitam

b. Kristal/ mineral :

1) Hornblende : Relief tinggi, berwarna coklat, memiliki belahan,

bentuknya prismatik.

2) Kuarsa : Gelapan bergelombang, warna colorless, bentuknya

tidak beraturan.

10 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 11: BAB I Piroklastik

Kelimpahan Mineral :

Tabel 3.1 Tabel Persentase Komposisi K3

Mineral MP 1 MP 2 MP 3 Rata-rata

Kristal/mineral 45% 30% 25% 35%

Gelasan 45% 60% 45% 50%

Lithic 5% 10% 30% 15%

jumlah 100% 100% 100% 100%

Gambar :

MP1 MP2 MP3

Gambar 3.1 Sayatan K3

Petrogenesa:

Sayatan dengan non peraga K3 memiliki tekstur hipokristlin dengan

komposisi yang terdiri dari hornblende, kuara, opaq dan masa dasar yang berupa

gelasan sebesar 50% . Hal tersebut mengindikasikan bahwa batuan ini terbentuk

secara cepat.

Nama Batuan : - Rudyte (Grabau, 1924)

- Crystal tuff (Pettijhon, 1975)

- Lithic tuff (W.T.G, 1956)

- Essential (Mac Donald, 1972)

11 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 12: BAB I Piroklastik

3.2. Sayatan tipis peraga batuan nomor AA 17

Sayatan AA-17

No. Urut : 2

Perbesaran : 4 x

Kenampakan mikroskopis :

1. Tekstur Umum:

- hipokristalin

- inequigranular

- subhedral

2. Tekstur khusus:

- Tekstur : Vitrofirik

Deskripsi komposisi :

a. Gelasan : Berwarna pink (pengamatan nikol bersilang dengan baji

kuarsa), tidak menyerap cahaya (opaque) dan berwarna hitam

b. Minera/ kristal :

1) Kuarsa : Gelapan bergelombang, warna colorless, bentuknya

tidak beraturan.

2) Plagioklas : Kembaran Carlsbad/Albit, warna colorless, bentuknya

prismatic, mempunyai belahan

Kelimpahan Mineral :

Tabel 3.2 Tabel Persentase Komposisi AA-17

Mineral MP 1 MP 2 MP 3 Rata-rata

Kristal/

mineral60% 60% 35% 51.7%

Gelasan 40% 40% 65% 48.3%

12 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 13: BAB I Piroklastik

Litic 0% 0% 0% 0%

Jumlah100

%

100

%100% 100%

Gambar :

MP1 MP2 MP3

Gambar 3.2 Sayatan AA-17

Petrogenesa:

Sayatan dengan no peraga AA17 memiliki tekstur hipokristalin ( terdiri dari

kristal dan gelasan) berdasarkan komposisi sayatannya yang terdiri dari

plagioklas, kuarsa, opaq dan gelasan. Komposisi dominanya yaitu 48.3% gelasan

yang menandakan batuan terbentuk secara cepat.

Nama batuan : - Vitric Tuff (W.T.G, 1956)

- Crystal Vitric tuff (Pettijohn, 1975)

- Arenyte (Grabau, 1924)

- Essential (Mac Donald, 1972)

13 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 14: BAB I Piroklastik

3.3. Sayatan tipis peraga batuan nomor BP 08

Sayatan BP 08

No. Urut : 3

Perbesaran : 4 x

Kenampakan mikroskopis :

1. Tekstur Umum:

- hipokristalin

- inequigranular (faneroporfiritik)

- subhedral

2. Tekstur khusus:

- Tekstur : Vitrofirik

Deskripsi komposisi :

a. Gelasan : Berwarna pink (pengamatan nikol bersilang dengan

baji kuarsa), tidak menyerap cahaya (opaque) dan berwarna hitam

b. Kristal/ mineral :

1) Kuarsa : Gelapan bergelombang, warna colorless, bentuknya

tidak beraturan.

2) Plagioklas : Kembaran Carlsbad/Albit, warna colorless, bentuknya

prismatic, mempunyai belahan

3) Hornblende : Relief tinggi, berwarna coklat, memiliki belahan,

bentuknya prismatik.

Kelimpahan Mineral :

Tabel 3.3 Tabel Persentase Komposisi BP 08

Komposisi MP 1 MP 2 MP 3 Rata-rata

14 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 15: BAB I Piroklastik

Kristal/mineral 5% 5% 5% 5%

Gelasan 95% 95% 95% 95%

Lithic 0% 0% 0% 0%

jumlah 100% 100% 100% 100%

Gambar :

MP1 MP2 MP3

Gambar 3.3 Sayatan BP 08

Petrogenesa:

Pada sayatan dengan no peraga BP08 ini memiliki tekstur vitrovirik umuran

mineral yang kecil-kecil menandakan pembentukan batuan ini terjadi

dipermukaan bumi. Masa dasar yang berupa gelasan mengindikasikan batuan

terbentuk sangat cepat dan merupakan hasil erupsi eksplosif gunung api.

Nama Batuan : - Arenyte (Grabau, 1924)

: - Vitric Tuff (Pettijhon, 1975)

: - Vitric Tuff (W.T.G, 1956)

- Essential (Mac Donald, 1972)

15 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 16: BAB I Piroklastik

3.4. Sayatan tipis peraga batuan nomor BP 02

Sayatan BP 02

No. Urut : 4

Perbesaran : 4 x

Kenampakan mikroskopis :

1. Tekstur Umum:

- hipokristalin

- inequigranular

- subhedral

2. Tekstur khusus:

- Tekstur : Vitrofirik

Deskripsi komposisi :

a. Gelasan : Berwarna pink (pengamatan nikol bersilang dengan baji

kuarsa), tidak menyerap cahaya (opaque) dan berwarna

hitam

b. Kristal/ mineral :

1) Kuarsa : colorless, pecahan tidak beraturan/uneven, gelapan

bergelombang

Kelimpahan Mineral :

Tabel 3.5 Tabel Persentase Komposisi BP 02

Komposisi MP 1 MP 2 MP 3 Rata-rata

Kristal/

mineral5% 5% 5% 5%

Gelasan 95 95% 95% 95%

16 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 17: BAB I Piroklastik

%

Lithic 0% 0% 0% 0%

jumlah 100%100

%

100

%100%

Gambar :

MP1 MP2 MP3

Gambar 3.4 Sayatan BP 02

Petrogenesa:

Sayatan dengan no peraga BP02 ini memiliki tekstur vitrovirik dengan

komposisi mineral kuarsa dan gelasan dengan komposisi dominannya ialah

gelasan yaitu sebanyak 95% hal ini mengindikasikan batuan terbentuk di

permukaan bumi dengan pembekuann magma yang cepat.

Nama Batuan : - Lutyte (Grabau, 1924)

: - Vitric Tuff (Pettijhon, 1975)

: - Vitric Tuff (W.T.G, 1956)

- Essential (Mac Donald, 1972)

17 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 18: BAB I Piroklastik

3.5. Sayatan tipis peraga batuan nomor BS 05

Sayatan BS 05

No. Urut : 5

Perbesaran : 4 x

Kenampakan mikroskopis :

1. Tekstur Umum:

- hipokristalin

- inequigranular

- subhedral

2. Tekstur khusus:

- Tekstur : Vitrofirik

Deskripsi komposisi :

a. Gelasan : Berwarna pink (pengamatan nikol bersilang dengan

baji kuarsa), tidak menyerap cahaya (opaque) dan berwarna hitam

b. Kristal/ mineral :

1) Kuarsa : Gelapan bergelombang, warna colorless,

bentuknya tidak beraturan.

2) Plagioklas : Kembaran Carlsbad/Albit, warna colorless,

bentuknya prismatic, mempunyai belahan

Kelimpahan Mineral :

Tabel 3.3 Tabel Persentase Komposisi BS 05

18 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 19: BAB I Piroklastik

Mineral MP 1 MP 2 MP 3 Rata-rata

Kristal/

mineral30% 40% 40% 36.6%

Gelasan 40% 50% 40% 43.4%

Litic 30% 10% 20% 20%

jumlah100

%

100

%100% 100%

Gambar :

MP1 MP2 MP3

Gambar 3.5 Sayatan BS 05

Petrogenesa:

Sayatan dengan no peraga BS 05 memiliki tekstur hipokristalin yaitu terdiri dari

kristal dan gelasan serta tekstur yang inequigranular karena ukuran mineral yang

tidak seragam. Komposisi mineralnya lebih dominan gelasan yang menandakan

pembekuan batuannya terjadi secara cepat.

Nama Batuan : - Rudyte (Grabau, 1924)

: - Crystal Vitric Tuff (Pettijhon, 1975)

: - Vitric Tuff (W.T.G, 1954)

- Essential (Mac Donald, 1972)

19 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 20: BAB I Piroklastik

3.6. Sayatan tipis peraga batuan nomor AZIZ 17

Sayatan AZIZ 17

No. Urut : 6

Perbesaran : 4 x

Kenampakan mikroskopis :

1. Tekstur Umum:

- hipokristalin

- inequigranular

- subhedral

2. Tekstur khusus:

- Tekstur : Vitrofirik

Deskripsi komposisi :

a. Gelasan : Berwarna pink (pengamatan nikol bersilang dengan

baji kuarsa), tidak menyerap cahaya (opaque) dan berwarna hitam

b. Kristal/ mineral :

1) Kuarsa : Gelapan bergelombang, warna colorless,

bentuknya tidak beraturan.

2) Plagioklas : Kembaran Carlsbad/Albit, warna colorless,

bentuknya prismatic, mempunyai belahan

Kelimpahan Mineral :

20 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 21: BAB I Piroklastik

Komposi

siMP 1 MP 2 MP 3

Rata-

rata

Kristal/

mineral

2

0%

1

5%

1

5%16.7%

Gelasan75

%

8

0%

8

0%78.3%

Opaq 5% 5% 5% 5%

jumlah100

%

100

%

100

%100%

Tabel 3.5 Tabel Persentase Komposisi BP 02

Gambar :

MP1 MP2 MP3

Gambar 3.6 Sayatan AZIZ 17

Petrogenesa:

Saytan dengan no peraga AZIZ 17 memiliki tekstur hipokristalin yang terdiri

dari kristal dan gelasan serta butirannya tidak seragam. Komposisi

dominannya berupa gelasan. Dari data yang didapat maka dapat diketahui

proses pembekuannya terjadi secara cepat.

Nama Batuan : - Lutyte (Grabau, 1924)

: - Vitric Tuff (Pettijhon, 1975)

: - Vitric Tuff (W.T.G, 1956)

- Essential (Mac Donald, 1972)

21 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 22: BAB I Piroklastik

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam praktikum petrografi acara batuan piroklastik, dilakukan pengamatan

pada sayatan tipis batuan piroklastik dengan menggunakan bantuan mikroskop

polarisasi. Pengamatan dengan mikroskop polarisasi meliputi tekstur, granularitas,

kristalisasi serta mineral utama penyusun batuan tersebut beserta persentasenya.

Pengamatan dilakukan dengan perbesaran empat kali.

Pendeskripsian sayatan batuan beku ini dilakukan dengan metode melihat 3

(tiga) media pandang dalam setiap preparat. Dalam setiap media pandang, dilakukan

pendeskripsian mineral penyusun batuan serta sebaran komposisi mineral penyusun

batuan. Tiap media pandang hasilnya akan menunjukkan jumlah komposisi mineral

yang berbeda - beda. Kemudian komposisi rata-rata mineralnya dimasukan dalam

klasifikasi batuan piroklastik Grabau (1924), Pettijohn (1975), dan WTG (1954)

sehingga mendapatkan nama batuan tersebut. Berdasarkan komposisi mineral dan

teksturnya, kita dapat mengetahui petrogenesis batuan piroklastik tersebut.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada sampel sayatan tipis

batuan piroklastik, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

4.1. Preparat K3

22 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 23: BAB I Piroklastik

Tekstur pada batuan piroklastik dicirikan dengan adanya komposisi gelasan dan

dalam beberapa kasus terdapat kelimpahan mineral / kristal, sehingga tekstur batuan

ini disebut dengan hipokristalin. Teksturnya yang vitroklastik menunjukkan batuan

ini secara umum didominasi oleh kristal-kristal mineral yang terlebih dahulu yang

kemudian diikuti oleh akumulasi kristal – kristal mineral tersebut dengan material

gelasan produk vulkanik pada sekitar lubang kepundan yang selanjutnya terlontarkan

secara eksplosif dan membeku secara cepat bersama – sama.

Komponen penyusun batuan ini yang pertama adalah kristal (mineral). Mineral-

mineral yang teridentifikasi pada sayatan ini antara lain kuarsa dan hornblende.

Kuarsa memiliki sifat optik khas berupa gelapan bergelombang dengan warna

interferensi abu-abu dan relief yang rendah. Kuarsa umumnya banyak ditemukan di

semua jenis batuan karena resistansinya yang tinggi. Hornblende merupakan salah

satu mineral yang dicirikan dengan relief yang tinggi dan bentuknya memanjang.

Komposisi lain penyusun batuan piroklastik ini adalah massa gelasan yang berasal

dari magma yang membeku secara cepat, sehingga tidak cukup waktu untuk

mengalami pembentukan mineral. Selain gelas vulkanik, litik atau rock fragment juga

teridentifikasi sebagai salah satu komponen penyusun batuan piroklastik. Litik

dicirikan dengan suatu bentuk butir yang cukup prismatik yang didalamnya terdapat

pecahan-pecahan batuan dan mineral yang tidak terlalu jelas.

Berdasarkan komposisi dan tekstur batuan yang telah dijelaskan sebelumnya,

dapat diinterpretasikan batuan ini termasuk dalam tipe endapan piroklastik jatuhan.

Tipe piroklastik jatuhan dicirikan dengan komposisi massa gelasan yang

mendominasi dan komposisi mineral dan litik sebagai minoritas. Tipe endapan

piroklastik dapat dihubungkan dengan fasies gunung api untuk menginterparetasi

jarak dan juga kondisi geologi. Berdasarkan interpretasi komposisi penyusunnya, batu

ini termasuk dalam fasies distal yang dicirikan dengan komposisi gelasan yang

dominan.

23 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 24: BAB I Piroklastik

Gambar 4.1 Fasies Gunungapi

Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen

penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan piroklastik

K3 : mineral 35 % , Litik 15 % , Gelasan 50 %. Dari perhitungan diatas didapatkan

nama batuan lithic tuff (William, Turner, Gilbert : 1954) , rudyte (Grabau, 1954) ,

crystal tuff (Pettijohn, 1975)

24 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 25: BAB I Piroklastik

4.2. Preparat AA 17

Tekstur pada batuan piroklastik dicirikan dengan adanya komposisi

gelasan dan dalam beberapa kasus terdapat kelimpahan mineral / kristal, sehingga

tekstur batuan ini disebut dengan hipokristalin. Teksturnya yang vitroklastik

menunjukkan batuan ini secara umum didominasi oleh kristal-kristal mineral yang

terlebih dahulu yang kemudian diikuti oleh akumulasi kristal – kristal mineral

tersebut dengan material gelasan produk vulkanik pada sekitar lubang kepundan yang

selanjutnya terlontarkan secara eksplosif dan membeku secara cepat bersama – sama.

Komponen penyusun batuan ini yang pertama adalah kristal (mineral). Mineral-

mineral yang teridentifikasi pada sayatan ini antara lain kuarsa, plagioklas, dan

mineral opak. Kuarsa memiliki sifat optik khas berupa gelapan bergelombang dengan

warna interferensi abu-abu dan relief yang rendah. Kuarsa umumnya banyak

ditemukan di semua jenis batuan karena resistansinya yang tinggi. Plagioklas

merupakan mineral feldspar yang memiliki sifat optik khas berupa kembaran albit

yang nampak seperti bendera berwarna hitam-putih menunjukkan terang maksimal

dan gelap maksimal. Mineral opak pada pengamatan petrografis berupa mineral

dengan warna hitam dan tidak berubah warnanya baik pada nikol sejajar maupun

nikol bersilang.

Komposisi lain penyusun batuan piroklastik ini adalah massa gelasan yang berasal

dari magma yang membeku secara cepat, sehingga tidak cukup waktu untuk

mengalami pembentukan mineral. Selain gelas vulkanik, litik atau rock fragment juga

teridentifikasi sebagai salah satu komponen penyusun batuan piroklastik.

Berdasarkan komposisi dan tekstur batuan yang telah dijelaskan sebelumnya,

dapat diinterpretasikan batuan ini termasuk dalam tipe endapan piroklastik jatuhan.

Tipe piroklastik jatuhan dicirikan dengan komposisi massa gelasan yang

mendominasi dan komposisi mineral dan litik sebagai minoritas. Tipe endapan

piroklastik dapat dihubungkan dengan fasies gunung api untuk menginterparetasi

jarak dan juga kondisi geologi. Berdasarkan interpretasi komposisi penyusunnya, batu

25 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 26: BAB I Piroklastik

ini termasuk dalam fasies medial yang dicirikan dengan komposisi gelasan dan

mineral cukup besar.

Gambar 4.2 Fasies Gunungapi

Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen

penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan piroklastik

AA 17 ; mineral opak 6.7% , kristal 45% , gelasan 48,3%. Dari perhitungan diatas

didapatkan nama batuan vitric tuff (William, Turner, Gilbert ; 1954) , arenyte

(Grabau, 1954) , crystall vitric tuff (Pettijohn, 1975)

26 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 27: BAB I Piroklastik

4.3. Preparat BP 08

Dilihat dari kenampakan mikroskopisnya, sayatan ini terlihat memiliki

kristalinitas hipokristalin, yaitu terdiri atas gelasan dan kristal. Pada sayatan ini

terlihat tekstur khusus yaitu vitrofirik, tekstur ini merupakan tekstur khusus pada

batuan piroklastik di mana massa dasar gelasan mendominasi. Dominasi massa dasar

gelasan ini menunjukkan bahwa proses pembentukan batuan ini melalui proses

pembekuan magma yang cepat dan terjadi di permukaan bumi.

Pada pengamatan terhadap sayatan nomor BP 08 menggunakan mikroskop

polarisasi, didapatkan mineral-mineral penyusunnya yang berupa mineral kuarsa,

hornblende , massa dasar gelasan, dan mineral plagioklas. Mineral kuarsa dicirikan

dengan sifat optik colorless, gelapan bergelombang, dan bentuknya tidak beraturan.

Massa dasar gelasan dicirikan dengan kenampakan warna hitam pada penampakan

PPL dan XPL, dan berubah menjadi warna merah muda saat diamati pada

pengamatan XPL menggunakan baji kuarsa. Mineral plagioklas dicirikan dengan

kenampakan colorless, prismatic, kembaran albit, relief rendah. Serta mineral

hornblende dicirikan dengan mineral relief tinggi, berwarna coklat dan bentuknya

yang prismatic.

Batuan ini terbentuk sebagai hasil letusan eksplosif gunung api saat terjadi

erupsi. Hal ini mengakibatkan terjadi lontaran material oleh magma yang membawa

material dan mineral di lubang erupsi. Akibat adanya letusan eksplosif ini, maka

material hasil erupsi ini selanjutnya tersortasi dengan baik dan membeku secara cepat

di udara, akibatnya menghasilkan tubuh batuan yang dominan akan gelasan. Material-

material ini pada akhirnya terendapkan di daratan karena pengaruh gravitasi, dan

kemudian terkonsolidasi membentuk batuan piroklastik. Mineral penyusun yang

berupa plagioklas dan kuarsa mengindikasikan bahwa batuan ini terbentuk dari

magma yang bersifat asam.

27 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 28: BAB I Piroklastik

Gambar 4.3 Fasies Gunungapi

Fasies gunung api terdiri atas empat macam, yaitu fasies sentral, fasies

proksimal, fasies medial, dan fasies distal. Fasies sentral dicirikan dengan adanya

kubah lava, breksi, agglomerate, dan batuan beku intrusi dangkal. Fasies proksimal

dicirikan oleh adanya lava, breksi tuff, dan tuff lapili. Fasies medial dicirikan dengan

adanya lahar dan tuff. Sedangkan fasies distal dicirikan dengan adanya konglomerat

dan batuan epiklastika berukuran butir pasir hingga lempung. Berdasarkan

deskripsinya, maka batuan ini terendapkan pada fasies medial, karena komposisi

batuan ini yang didominasi material berupa tuff.

Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen

penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan piroklastik

BP 08 kristal 5% , gelasan 95%. Dari perhitungan diatas didapatkan nama batuan

vitric tuff (William, Turner, Gilbert ; 1954) , arenyte (Grabau, 1954) , vitric tuff

(Pettijohn, 1975), dan Essential (Mac Donald, 1972).

28 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 29: BAB I Piroklastik

4.4. Preparat BP 02

Dilihat dari kenampakan mikroskopisnya, sayatan ini terlihat memiliki kristalinitas

holohialin, yaitu terdiri atas keseluruhan massa dasar gelasan. Pada sayatan ini

terlihat tekstur khusus yaitu vitrovirik, tekstur ini merupakan tekstur khusus pada

batuan piroklastik di mana massa dasar gelasan mendominasi. Dominasi massa dasar

gelasan ini menunjukkan bahwa proses pembentukan batuan ini melalui proses

pembekuan magma yang cepat dan terjadi di permukaan bumi.

Pada pengamatan terhadap sayatan nomor BP 02 menggunakan mikroskop polarisasi,

didapatkan mineral-mineral penyusunnya yang berupa mineral kuarsa dan massa

dasar gelasan. Mineral kuarsa dicirikan dengan sifat optik colorless, gelapan

bergelombang, dan tidak ada belahan. Sedangkan massa dasar gelasan dicirikan

dengan kenampakan warna hitam pada penampakan PPL dan XPL, dan berubah

menjadi warna merah muda saat diamati pada pengamatan XPL menggunakan baji

kuarsa

Batuan ini terbentuk sebagai hasil letusan eksplosif gunung api saat terjadi erupsi. Hal

ini mengakibatkan terjadi lontaran material oleh magma yang membawa material dan

mineral di lubang erupsi. Akibat adanya letusan eksplosif ini, maka material hasil

erupsi ini selanjutnya tersortasi dengan baik dan membeku secara cepat di udara,

akibatnya menghasilkan tubuh batuan yang dominan akan gelasan. Material-material

ini pada akhirnya terendapkan di daratan karena pengaruh gravitasi, dan kemudian

terkonsolidasi membentuk batuan piroklastik. Mineral penyusun yang berupa kuarsa

mengindikasikan bahwa batuan ini terbentuk dari magma yang bersifat asam.

29 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 30: BAB I Piroklastik

Gambar 4.4 Fasies Gunungapi

Fasies gunung api terdiri atas empat macam, yaitu fasies sentral, fasies

proksimal, fasies medial, dan fasies distal. Fasies sentral dicirikan dengan adanya

kubah lava, breksi, agglomerate, dan batuan beku intrusi dangkal. Fasies proksimal

dicirikan oleh adanya lava, breksi tuff, dan tuff lapili. Fasies medial dicirikan dengan

adanya lahar dan tuff. Sedangkan fasies distal dicirikan dengan adanya konglomerat

dan batuan epiklastika berukuran butir pasir hingga lempung. Berdasarkan

deskripsinya, maka batuan ini terendapkan pada fasies distal, karena komposisi

batuan ini memiliki material-material halus.

Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen

penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan piroklastik

BP 02 kristal 5% , gelasan 95%. Dari perhitungan diatas didapatkan nama batuan

vitric tuff (William, Turner, Gilbert ; 1954) , Lutyte (Grabau, 1954) , vitric tuff

(Pettijohn, 1975), dan Essential (Mac Donald, 1972).

30 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 31: BAB I Piroklastik

4.5. Preparat BS 05

Dilihat dari kenampakan mikroskopisnya, sayatan ini terlihat memiliki

kristalinitas hipokristalin, yaitu terdiri atas sebagian kristal-kristal dan sebagian gelas.

Pada sayatan ini terlihat tekstur khusus yaitu vitrovirik, tekstur ini merupakan tekstur

khusus pada batuan piroklastik di mana massa dasar gelasan mendominasi. Dominasi

massa dasar gelasan ini menunjukkan bahwa proses pembentukan batuan ini melalui

proses pembekuan magma yang cepat dan terjadi di permukaan bumi.

Pada pengamatan terhadap sayatan nomor BS 05 menggunakan mikroskop

polarisasi, didapatkan mineral-mineral penyusunnya yang berupa mineral kuarsa,

massa dasar gelasan, mineral opaq, dan lithic. Mineral kuarsa dicirikan dengan sifat

optik colorless, gelapan bergelombang, dan bentuknya tidak beraturan.

Mineral plagioklas dengan ciri-ciri kembaran carlsbad/ albit, warna colourless dan

bentuknya prismatik. Massa dasar gelasan dicirikan dengan kenampakan warna hitam

pada penampakan PPL dan XPL, dan berubah menjadi warna merah muda saat

diamati pada pengamatan XPL menggunakan baji kuarsa. Mineral opaq diperlihatkan

dengan kenampakan warna hitam baik pada pengamatan PPL maupun XPL.

Sedangkan lithic memiliki kenampakan seperti fragmen batuan.

Batuan ini terbentuk sebagai hasil letusan eksplosif gunung api saat

terjadi erupsi. Hal ini mengakibatkan terjadi lontaran material oleh magma yang

membawa material dan mineral di lubang erupsi. Akibat adanya letusan eksplosif ini,

maka material hasil erupsi ini selanjutnya tersortasi dengan baik dan membeku secara

cepat di udara, akibatnya menghasilkan tubuh batuan yang dominan akan gelasan.

Material-material ini pada akhirnya terendapkan di daratan karena pengaruh gravitasi,

dan kemudian terkonsolidasi membentuk batuan piroklastik. Mineral penyusun yang

berupa plagioklas dan kuarsa mengindikasikan bahwa batuan ini terbentuk dari

magma yang bersifat asam.

31 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 32: BAB I Piroklastik

Gambar 4.5 Fasies Gunungapi

Fasies gunung api terdiri atas empat macam, yaitu fasies sentral, fasies

proksimal, fasies medial, dan fasies distal. Fasies sentral dicirikan dengan adanya

kubah lava, breksi, agglomerate, dan batuan beku intrusi dangkal. Fasies proksimal

dicirikan oleh adanya lava, breksi tuff, dan tuff lapili. Fasies medial dicirikan dengan

adanya lahar dan tuff. Sedangkan fasies distal dicirikan dengan adanya konglomerat

dan batuan epiklastika berukuran butir pasir hingga lempung. Berdasarkan

deskripsinya, maka batuan ini terendapkan pada fasies medial, karena komposisi

batuan ini yang didominasi material berupa tuff.

Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen

penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan piroklastik

BS 05 kristal 36.6% , gelasan 43.4% dan litic 20%. Dari perhitungan diatas

didapatkan nama batuan vitric tuff (William, Turner, Gilbert ; 1954) , Rudyte

(Grabau, 1924) , crystal vitric tuff (Pettijohn, 1975), dan Essential (Mac Donald,

1972).

32 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 33: BAB I Piroklastik

4.6. Preparat AZIZ 17

Dilihat dari kenampakan mikroskopisnya, sayatan ini terlihat memiliki

kristalinitas hipokristalin, yaitu terdiri atas sebagian kristal-kristal dan sebagian gelas.

Pada sayatan ini terlihat tekstur khusus yaitu vitrovirik, tekstur ini merupakan tekstur

khusus pada batuan piroklastik di mana massa dasar gelasan mendominasi. Dominasi

massa dasar gelasan ini menunjukkan bahwa proses pembentukan batuan ini melalui

proses pembekuan magma yang cepat dan terjadi di permukaan bumi.

Pada pengamatan terhadap sayatan nomor AZIZ 17 menggunakan mikroskop

polarisasi, didapatkan mineral-mineral penyusunnya yang berupa mineral kuarsa,

massa dasar gelasan, mineral opaq, dan plagioklas. Mineral kuarsa dicirikan dengan

sifat optik colorless, gelapan bergelombang, dan tidak ada belahan. Massa dasar

gelasan dicirikan dengan kenampakan warna hitam pada penampakan PPL dan XPL,

dan berubah menjadi warna merah muda saat diamati pada pengamatan XPL

menggunakan baji kuarsa. Mineral plagioklas dicirikan dengan kenampakan

colorless, prismatic, kembaran albit, relief rendah, dan tanpa belahan. Mineral opaq

diperlihatkan dengan kenampakan warna hitam baik pada pengamatan PPL maupun

XPL.

Batuan ini terbentuk sebagai hasil letusan eksplosif gunung api saat terjadi erupsi. Hal

ini mengakibatkan terjadi lontaran material oleh magma yang membawa material dan

mineral di lubang erupsi. Batuan ini merupakan batuan yang terbentuk akibat adanya

akumulasi dari material yang sudah ada sebelumnya berupa kristal dan fragmen

batuan lain. Proses pembekuan magmanya diperkirakan berlangsung lambat,

sehingga mampu membentuk kristal-kristal. Material-material ini pada akhirnya

terendapkan di daratan karena pengaruh gravitasi, dan kemudian terkonsolidasi

membentuk batuan piroklastik. Mineral penyusun yang berupa plagioklas dan kuarsa

mengindikasikan bahwa batuan ini terbentuk dari magma yang bersifat asam.

33 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 34: BAB I Piroklastik

Gambar 4.6 Fasie Gunungapi

Fasies gunung api terdiri atas empat macam, yaitu fasies sentral, fasies

proksimal, fasies medial, dan fasies distal. Fasies sentral dicirikan dengan adanya

kubah lava, breksi, agglomerate, dan batuan beku intrusi dangkal. Fasies proksimal

dicirikan oleh adanya lava, breksi tuff, dan tuff lapili. Fasies medial dicirikan dengan

adanya lahar dan tuff. Sedangkan fasies distal dicirikan dengan adanya konglomerat

dan batuan epiklastika berukuran butir pasir hingga lempung. Berdasarkan

deskripsinya, maka batuan ini terendapkan pada fasies distal, karena komposisi

batuan ini memiliki material-material halus.

Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen

penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan piroklastik

AZIZ 17 kristal 21.7% , gelasan 78.3%. Dari perhitungan diatas didapatkan nama

batuan vitric tuff (William, Turner, Gilbert ; 1954) , Rudyte (Grabau, 1924) , crystal

vitric tuff (Pettijohn, 1975), dan Essential (Mac Donald, 1972).

34 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 35: BAB I Piroklastik

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka dihasilkan kelimpahan

komponen penyusun batuan piroklastik K3 : mineral 35 % , Litik 15 % ,

Gelasan 50 %. Dari perhitungan diatas didapatkan nama batuan lithic tuff

(William, Turner, Gilbert : 1954) , rudyte (Grabau, 1954) , crystal tuff

(Pettijohn, 1975)

Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen

penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan

piroklastik AA 17 ; mineral opak 6.7% , kristal 45% , gelasan 48,3%. Dari

perhitungan diatas didapatkan nama batuan vitric tuff (William, Turner,

Gilbert ; 1954) , arenyte (Grabau, 1954) , crystall vitric tuff (Pettijohn, 1975)

Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen

penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan

piroklastik BP 08 kristal 5% , gelasan 95%. Dari perhitungan diatas

didapatkan nama batuan vitric tuff (William, Turner, Gilbert ; 1954) , arenyte

(Grabau, 1954) , vitric tuff (Pettijohn, 1975), dan Essential (Mac Donald,

1972).

Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen

penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan

piroklastik BP 02 kristal 5% , gelasan 95%. Dari perhitungan diatas

didapatkan nama batuan vitric tuff (William, Turner, Gilbert ; 1954) , Lutyte

(Grabau, 1954) , vitric tuff (Pettijohn, 1975), dan Essential (Mac Donald,

1972).

Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen

penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan

35 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 36: BAB I Piroklastik

piroklastik BS 05 kristal 36.6% , gelasan 43.4% dan litic 20%. Dari

perhitungan diatas didapatkan nama batuan vitric tuff (William, Turner,

Gilbert ; 1954) , Rudyte (Grabau, 1924) , crystal vitric tuff (Pettijohn, 1975),

dan Essential (Mac Donald, 1972).

Klasifikasi penamaan batuan beku didasarkan pada kelimpahan komponen

penyusunnya. Berikut merupakan kelimpahan komponen penyusun batuan

piroklastik AZIZ 17 kristal 21.7% , gelasan 78.3%. Dari perhitungan diatas

didapatkan nama batuan vitric tuff (William, Turner, Gilbert ; 1954) , Rudyte

(Grabau, 1924) , crystal vitric tuff (Pettijohn, 1975), dan Essential (Mac

Donald, 1972).

5.2. Saran

Sebaiknya praktikan menguasai materi terlebih dahulu

Dalam pengamatan peraga batuan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dan

teliti

36 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I

Page 37: BAB I Piroklastik

DAFTAR PUSTAKA

Tim Asisten Praktikum Petrografi. 2013. Buku Panduan Praktikum Petrografi.

UNDIP: Semarang

Tim Asisten Praktikum Mineralogi. 2011. Buku Panduan Praktikum Mineralogi.

UNDIP: Semarang

37 | B a t u a n P i r o k l a s t i k - P E T R O G R A F I