lemak

Upload: mesywulandari

Post on 07-Mar-2016

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan praktikum menguji sifat-sifat lemak secara kualitatif.

TRANSCRIPT

I. Judul: LipidaII. Tujuan: 2.1 Uji Kelarutan LipidMengetahui kelarutan lipid pada pelarut tertentu.2.2 Uji Pembentukan EmulsiMengetahui terjadinya pembentukan emulsi dari minyak.2.3 Uji Keasaman LemakMengetahui sifat asam basa dari minyak kelapa.2.4 Uji Sifat Ketidakjenuhan MinyakMengetahui sifat ketidakjenuhan dari minyak atau lemak.2.5 Uji Penyabunan MinyakMengetahui terjadinya hidrolisis pada minyak oleh alkali.

III. Landasan TeoriLipida adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipida merupakan golongan senyawa organik kedua yang menjadi sumber makanan, merupakan kira-kira 40% dari makanan yang dimakan setiap hari. Lipida mempunyai sifat umum sebagai berikut: Tidak larut dalam air. Larut dalam pelarut organik seperti benzena, eter, aseton, kloroform, dan karbontetraklorida. Mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, kadang-kadang juga mengandung nitrogen dan fosfor. Bila dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak. Berperan dalam metabolisme tumbuhan dan hewan. Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipida bukan suatu polimer, tidak mempunyai satuan yang berulang. Pembagian yang didasarkan atas hasil hidrolisisnya, lipida digolongkan menjadi lipida sederhana, lipida majemuk, dan sterol.

Penggolongan lipidSenyawa-senyawa yang termasuk lipid dapat dibagi dalam beberapa golongan. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar, yakni:1. Lipid sederhana: yaitu senyawa ester asam lemak dan berbagai alkohol, contohnya: lemak atau gliserida dan lilin (wax).2. Lipid kompleks (gabungan): yaitu senyawa ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan disamping alkohol dan asam lemak, contohnya: fosfolipid, glikolipid, dan lipoprotein.3. Derivat lipid yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya: asam lemak, gliserol, aldehida lemak, keton, hidrokarbon, sterol , vitamin larut lemak, dan beberapa hormon.Disamping itu berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua golongan yang besar, yakni :1. Lipid yang dapat disabunkan yaitu dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak atau minyak.2. Lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya sterol dan terpena.

Sifat Fisika-Kimia Minyak dan LemakMinyak dan lemak meskipun serupa dalam struktur kimianya namun menunjukkan keseragaman yang besar dalam sifat-sifatnya.A. Sifat FisikMinyak dan lemak memiliki beberapa sifat fisika antara lain:a. Tidak larut dalam air, hal ini karena adanya asam lemak rantai karbon yang panjang.b. Minyak pada temperatur kamar berbentuk cair dan umumnya berasal dari tumbuh - tumbuhan sedangkan lemak pada temperature kamar berbentuk padat dan umumnya bersumber dari hewan.c. Indeks minyak dan lemak akan meningkat pada rantai karbon yang panjang dan terdapat sejumlah ikatan rangkap.

B. Sifat KimiaMinyak dan Lemak memiliki beberapa sifat kimia antara lain:a. Reaksi hidrolisaPada reaksi hidrolisa minyak dan lemak diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada minyak dan lemak. Hal ini terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak dan lemak sehingga mengakibatkan ketengikan hidrolisa yang menghasilkan flavour dan bau tengik. ( Reaksinya dapat dilihat sesuai dengan reaksi minyak dan lemak ).b. Reaksi OksidasiReaksi oksidasi yaitu terjadinya kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak dan lemak, hal ini menyeababkan bau tengik pada minyak dan lemak. Ketengikan biasanya terjadi karena proses oksidasi oleh oksigen udara terhadap asam lemak tak jenuh, reaksi terjadi pada suhu yang tinggi. Faktor yang dapat mempercepat terjadinya oksidasi yaitu melalui radiasi, bahan pengoksidasi ( peroksida, ozon, asam nitrat ) katalis metal khususnya garam dari beberapa macam logam berat. Di dalam 1 sel mikroba yang telah keracunan asam lemak, aktivitas enzim akan berhenti dan proses oksidasi juga berhenti selama proses pembentukan asam keton. Persenyawaan asam keton ini membebaskan gas CO2, akibat aksi dari enzim karboksilat.c. Reaksi esterifikasiMinyak dan lemak merupakan ester yang dibentuk dari gliserol dari asam lemak dan terkadang dengan gugus hidroksil. Suatu ester dapat dibentuk secara langsung antara asam karboksilat dengan dengan alkohol yang disebut reaksi esterifkasi yang bertujuan untuk mengubah asam - asam lemak dari trigliserida dalam bentuk ester. Reaksi ini dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut intereterifikasi yaitu pertukaran ester yang didasarkan atas prinsip transesterifikasi friedel-craft. Sehingga melalui prinsip ini, hidrokarbon rantai pendek dalam asam lemak dapat mengakibatkan bau yang tidak enak.

IV. Alat dan Bahan4.1 Uji Kelarutan LipidAlat Pipet tetes Pipet ukur Penjepit tabung Tabung reaksi Rak tabung reaksi

Bahan :- Minyak kelapa- Alkohol 96%- Kloroform- Eter- Air suling (aquades)- Larutan Na2CO3 0,5%

4.2 Uji Pembentukan EmulsiAlat Pipet tetes Tabung reaksi Rak tabung reaksiBahan : Minyak kelapa Larutan Na2CO3 0,5% Larutan sabun Larutan kasein 20% Larutan empedu encer

4.3 Uji Keasaman MinyakAlatBahan Pipet tetes- Minyak kelapa Porselin tetes- Minyak kelapa tengik Kertas lakmus merah/biru

4.4 Uji Sifat Ketidakjenuhan MinyakAlatBahan Pipet tetes- Minyak kelapa Cawan petri- Margarin Lampu spritus- Kloroform Kaki 3- Larutan Iodium Korek Tabung reaksi Penjepit tabung Spatula kecil Rak tabung reaksi

4.5 Uji Penyabunan MinyakAlat Pipet tetes Erlenmeyer Lampu spritus Korek Tabung reaksi Penjepit tabung Spatula kecil Rak tabung reaksi Neraca analitis

Bahan : Minyak kelapa Asam asetat encer (5M) Larutan alkohol 95%- Larutan deterjen - Larutan CaCl2 5%- Larutan MgSO4 5%- Larutan Pb-asetat 5%- NaOH

V. Prosedur Kerja5.1 Uji Kelarutan Lipid1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum.2. Menyediakan 5 tabung reaksi yang bersih dan secara berurutan masukkan ke dalam setiap tabung reaksi dengan air suling, alkohol 96%, eter, kloroform, dan larutan Na2CO3 0,5% sebanyak 1 ml, dan beri label pada setiap tabung reaksi sesuai dengan nama larutannya.3. Menambahkan pada masing masing tabung reaksi dengan minyak kelapa sebanyak 2 tetes.4. Kemudian kocok hingga homogen, lalu biarkan beberapa saat.5. Mengamati sifat kelarutannya.

5.2 Uji Pembentukan Emulsi1. Menyiapkan 5 tabung reaksi yang sudah bersih dan kering, lalu berikan label 1 sampai 5.Tabung 1 : masukkan ke dalam tabung reaksi dengan 15 tetes air dan 15 tetes minyak kelapa.Tabung 2 : masukkan ke dalam tabung reaksi dengan air, minyak kelapa, dan larutan Na2CO3, masing masing sebanyak 15 tetes.Tabung 3 : masukkan ke dalam tabung reaksi dengan minyak kelapa dan air sabun, masing masing sebanyak 15 tetes.Tabung 4 : masukkan ke dalam tabung reaksi dengan minyak kelapa larutan kasein, masing masing sebanyak 15 tetes.Tabung 5 : masukkan ke dalam tabung reaksi dengan minyak kelapa dan empedu encer, masing masing sebanyak 15 tetes.2. Kemudian kocok dengan kuat, lalu biarkan hingga beberapa saat.3. Mengamati terjadinya pembentukan emulsi.

5.3 Uji Keasaman Minyak1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.2. Meneteskan sedikit minyak kelapa pada poselin tetes.3. Mengamati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus.4. Mengulangi percobaan dengan menggunakan minyak kelapa tengik.

5.4 Uji Sifat Ketidakjenuhan Minyak1. Menyiapkan 2 tabung reaksi yang sudah bersih dan kering.2. Memasukkan 2 tetes minyak kelapa kedalam tabung reaksi.3. Menambahkan 2 ml kloroform ke dalam tabung reaksi yang telah berisi minyak kelapa.4. Menambahkan setetes demi settees larutan iod sambil dikocok, hingga terjadi perubahan warna.5. Menghitung jumlah tetesan yang dibutuhkan agar warna pada larutan dapat berubah.6. Mengulangi percobaan dengan mengganti minyak kelapa dengan margarine atau lemak padat.7. Membandingkan jumlah tetesan yang dihasilkan.

5.5 Uji Penyabunan MinyakA. Hidrolisis Minyak Kelapa (Saponifikasi)1. Memasukkan 5 ml minyak kelapa ke dalam Erlenmeyer.2. Menambahkan 1,5 g NaOH dan 25 ml alcohol 95%.3. Memanaskan sampai mendidih selama 15 menit. 4. Untuk mengetahui apakah reaksi penyabunan telah sempurna, ambillah 3 tetes larutan, kemudian larutkan ke dalam air. Apabila larut, maka menunjukan reaksi telah sempurna.5. Setelah sempurna, uapkan alkohol yang tersisa sampai habis.6. Mendinginkannya, lalu tambahkan 75 ml air dan panaskan sampai semua sabun larut.B. Uji Sifat sifat Sabun (Kesadahan)1. Mengambil 6 ml larutan sabun dengan pipet ukur, lalu netralkan dengan asam asetat encer.2. Larutan sabun yang telah netral dibagi menjadi tiga bagian, masing masing bagian masukkan ke dalam tabung reaksi dan beri label 1, 2, 3. 3. Secara berturut turut tambahkan CaCl2 5%, MgSO4 5%, dan Pb-asetat 5% sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi 1, 2, dan 3. Lakukan pengocokan dengan kuat.4. Mengamati dan catat perubahan yang terjadi.5. Mengulangi percobaan mengganti larutan sabun dengan larutan deterjen lalu bandingkan hasilnya.

VI. Hasil dan Pembahasan6.1 Hasil6.1.1 Uji Kelarutan LipidBahanTabung 1Tabung 2Tabung 3Tabung 4Tabung 5

Aquades1 ml----

Alkohol 96%-1 ml---

Eter--1 ml--

Kloroform---1 ml-

Na2CO3 0,5%----1 ml

Minyak kelapa2 tetes2 tetes2 tetes2 tetes2 tetes

HasilTidak larutLarut tidak sempurnaLarut sempurnaLarut sempurnaEmulsi Sempurna

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kelarutan Lipid

1.1.1 Uji PembeTabel 2. Dokumentasi hasil5 larutan uji yang belum ditetesi lipida (minyak kelapa)

5 larutan uji yang sudah ditetesi lipida (minyak kelapa)

6.1.2 Uji Pembentukan EmulsiTabel 3. Hasil pengamatan pembentukan emulsi BahanTabung 1Tabung 2Tabung 3Tabung 4

Air2 ml2 ml2 ml-

Minyak kelapa2 tetes2 tetes2 tetes2 tetes

Na2CO3 0,5%-2 tetes--

Larutan sabun--2 tetes-

Larutan protein---2 ml

Setelah dikocok dengan kuat dan dibiarkan beberapa saat

Hasil: emulsi stabil/tidak stabilEmulsi tidak stabilEmulsi tidak stabilEmulsi tidak stabilEmulsi stabil

Tabel 4. Dokumentasi hasilSebelum ditetesi larutan ujiSesudah ditetesi larutan uji

6.1.3 Uji Keasaman MinyakTabel 3. Hasil pengamatan keasaman minyakNoZat UjiPerubahan warna pada kertas indikator pHSifat Asam/Basa

1.Minyak KelapaWarna nomor 6 (pH 6)Asam Lemah

2.Minyak TengikWarna nomor 5 (pH 5)Asam Lemah

Tabel 4. DokumentasiMinyak KelapaMinyak Kelapa Tengik

Kertas lakmus sebelum dicelupkan ke Minyak KelapaKertas lakmus sesudah dicelupkan ke Minyak Kelapa

Kertas lakmus sebelum dicelupkan ke Minyak Kelapa TengikKertas lakmus sesudah dicelupkan ke Minyak Kelapa Tengik

6.1.4 Uji Sifat Ketidakjenuhan MinyakTabel 5. Hasil pengamatan uji sifat ketidakjenuhan minyakBahanTabung 1Tabung 2

Minyak kelapa2 tetes-

Margarin-Satu ujung spatel

Kloroform4 ml4 ml

Hasil: jumlah tetes iodium dan perubahan warna yang terjadi

6 tetes iodium dan berwarna ungu muda dan diatas permukaan berwarna merah bata

10 tetes iodium dan berwarna merah bata

6.1.5 Uji Penyabunan MinyakTabel 6. Hasil pengamatan uji penyabunanBahanTabung 1Tabung 2Tabung 3

Larutan Sabun2 ml2 ml2 ml

Larutan CaCl2 5%5 ml--

Larutan MgSO4 5%-5 ml-

Larutan Pb-asetat 5%--5 ml

Kocok Tabung Dengan Kuat

Hasil : Ada endapan / tidak adaTidak ada endapan Ada endapan Tidak ada endapan

BahanTabung 1Tabung 2Tabung 3

Larutan Detergen2 ml2 ml2 ml

Larutan CaCl2 5%5 ml--

Larutan MgSO4 5%-5 ml-

Larutan Pb-asetat 5%--5 ml

Kocok Tabung Dengan Kuat

Hasil : Ada endapan / Tidak ada Tidak adaTidak adaAda endapan

Tabel 7. DokumentasiLarutan Sabun

Sebelum di tetesi larutan Setelah ditetesi larutan

Larutan sabun 2ml

Larutan CaCl2

Larutan sabun 2ml

Larutan MgSO4

Larutan sabun 2ml

Larutan Pb-asetat

Tabel 8. Dokumentasi HasilLarutan Deterjen

Sebelum ditetesi larutanSesudah ditetesi larutan

Larutan CaCl2

Larutan MgSO4

Larutan Pb-asetat

6.2. Pembahasan6.2.1. Uji Kelarutan Lipid6.2.2. Uji Pembentukan Emulsi6.2.3. Uji Keasaman MinyakPada praktikum kali ini, minyak kelapa murni dan minyak tengik masing-masing diteteskan pada porselen tetes. Kemudian diuji dengan menggunakan kertas indikator pH. Dari perubahan warna yang dihasilkan dapat diketahui bahwa pH minyak kelapa lebih tinggi dari minyak tengik yaitu minyak kelapa murni menunjukkan pH 6 sedangkan minyak kelapa tengik menunjukkan pH 5. Hal tersebut disebabkan karena minyak tengik yang digunakan pada saat praktikum belum terlalu tengik. Dimana dalam minyak tengik tersebut belum mengalami oksidasi yang sempurna yang dapat menyebabkan sifat kimia maupun sifat fisikanya mengalami perubahan. Minyak atau lemak yang mengandung asam lemak tidak jenuh (berasal dari tumbuhan) dapat teroksidasi dari oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Apabila minyak mengalami oksidasi maka senyawa peroksida yang dihasilkan akan meningkat. Dengan peningkatan senyawa peroksida ini, pH pada minyak juga mengalami penurunan (asam). Oleh sebab itulah mengapa pH pada minyak kelapa murni lebih tinggi daripada pH pada minyak tengik, tidak lain karena peningkatan jumlah senyawa peroksida akibat kontak langsung dengan udara luar.Sebelum menjadi tengik, minyak kelapa harus mengalami hidrolisis terlebih dahulu. Minyak/lemak akan terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol. Gliserol lebih cepat tengik dari pada minyak karena gliserol mengalami dehidrasi menjadi akrolein, sedangkan asam lemak akan mengalami oksidasi menjadi keton dan aldehida. Minyak kelapa murni yang sering digunakan disebut juga minyak jelantah. Minyak jelantah sangat berbeda dengan minyak sawit yang belum digunakan untuk menggoreng. Pada minyak sawit terdapat sekitar 45,5% asam lemak jenuh yang didominasi oleh asam lemak palmitat dan sekitar 54,1 % asam lemak tak jenuh yang didominasi oleh asam lemak oleat. Sedangkan pada minyak jelantah, angka asam lemak jenuh jauh lebih tinggi dari pada angka asam lemak tidak jenuhnya. Kadar asam lemak tidak jenuhnya akan semakin menurun dengan semakin seringnya minyak dipakai secara berulang, dan kadar asam lemak jenuhnya meningkat. Minyak goreng yang digunakan lebih dari empat kali akan mengalami proses oksidasi. Proses oksidasi tersebut akan membentuk gugus peroksida dan monomer siklik. Pada proses penggorengan pertama, minyak memiliki kandungan asam lemak tidak jenuh yang tinggi. Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan gugus peroksida dalam dosis yang besar dapat merangsang terjadinya kanker kolon. Selain itu, penggunaan minyak jelantah dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan dan diare.Sebagai media transfer panas, saat proses penggorengan berlangsung, dengan pemanasan yang tinggi (3000C-3500C), minyak goring akan teradsorbsi pada makanan masuk mengisi ruang-ruang kosong pada makanan sehingga hasil penggorengan mengandung 5-40% minyak. Dengan demikian mau tidak mau minyak goring ikut terkonsumsi dan masuk ke dalam tubuh. Hal ini tidak menjadi masalah selama minyak yang digunakan untuk menggoreng tidak rusak. Akan tetapi masyarakat kebanyakan tidak mengetahui hal tersebut dan terus menggunakan minyak goring itu berkali-kali, hingga menjadi rusak. Sehingga minyak goreng yang digunakan dan dikonsumsi pun sudah tidak sehat lagi. Penyebabnya sangat bervariasi diantaranya adalah factor ekonomi dan merasa rugi jika minyak goring itu tidak digunakan karena harus dibuang, dandigantidengan yang baru. Walaupun minyak tersebut jelas sudah rusak dan tidak layak konsumsi dari sisi kesehatan.Apabila sering mengkonsumsi makanan dari hasil penggorengan menggunakan minyak jelantah dapat membawa dampak buruk bagi tubuh oleh sebab itu tidak dianjurkan menggunakan minyak secara berulang-ulang lebih dari tiga kali.6.2.4. Uji Sifat Ketidakjenuhan MinyakPercobaan ini dilakukan untuk menyatakan adanya ikatan tak jenuh dalam suatu lemak. Reaksi yang terjadi adalah reaksi adisi oleh iodium. Iodium akan memutus ikatan rangkap yang terdapat dalam molekul zat, kemudian iodium tersebut akan menggantikan posisi dari ikatan rangkap tersebut melalui reaksi adisi sehingga jumlah ikatan rangkap dalam molekul zat akan berkurang atau menjadi tidak ada sama sekali (jika teradisi semuanya oleh iodium). Dengan adanya reaksi ini, maka warna larutan iodium akan hilang. Minyak mengandung triasil gliserol dengan 80-85 % asam lemak jenuh. Asam lemak utama yang terdapat dalam minyak adalah asam laurat dan asam miristat (merupakan asam lemak dengan bobot molekul rendah dan memiliki bilangan penyabunan yang tinggi). Selain itu, minyak kelapa juga mengandung asam kaprilat, asam kaprat, dan asam oleat.Margarin merupakan salah satu produk makanan konsumsi sehari-hari yang dibuat dengan menggunakan bahan baku lemak nabati. Margarin dibuat melalui proseshidrogenasi asam lemak tak jenuh yang bersumber dari tanaman. Margarin adalah emulsi air dalam minyak yang berbentuk padat.Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa yang paling banyak memerlukan iodium untuk dapat menampakkan warna merah bata adalah margarin karena margarin merupakan salah satu asam lemak tak jenuh, yang memiliki ikatan rangkap. Ketika margarin ditetesi dengan iodium ditandai dengan timbulnya warna merah asam lemak, lalu warna merah memudar. Warna merah yang memudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak. Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi iodium akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh mereduksi pereaksi iod. Sedangkan minyak kelapa membutuhkan lebih sedikit iodium yakni 6 tetes untuk dapat menampakkan warna merah bata, hal tersebut dikarenakan minyak kelapa merupakan asam lemak jenuh dan tidak membuat larutan menjadi pudar sehingga lebih sedikit memerlukan iodium. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil uji sifat ketidakjenuhan pada praktikum kali ini sudah sesuai dengan teori.6.2.5. Uji PenyabunanPraktikum kali ini (uji penyabunan) bertujuan untuk mengetahui terjadinya hidrolisis pada minyak oleh alkali. Sebelum melakukan praktikum alat yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu. Praktikum kali ini dibagi menjadi 2 percobaan yaitu yang pertama adalah percobaan hidrolisis minyak kelapa (saponifikasi) dan yang kedua adalah uji sifat sifat sabun (kesadahan). Pada hidrolisis minyak kelapa, larutan yang digunakan untuk menghidrolisis adalah NaOH. Hal yang menyebabkan digunakannya NaOH untuk menghidrolisis minyak adalah karena NaOH merupakan golongan basa kuat, dimana apabila minyak dan NaOH dicampurkan (direaksikan) dengan melalui pemanasan maka akan menghasilkan sabun. Selain itu dalam percobaan hidrolisis minyak kelapa juga digunakan alkohol 95% sebagai pelarut. Penggunaan alkohol 95% bertujuan untuk mempercepat reaksi hidrolisis. Reaksi positif terjadinya hidrolisis minyak kelapa adalah munculnya busa, dimana busa ini merupakan indikasi terbentuknya sabun. Untuk mengetahui apakah reaksi hidrolisis yang terjadi telah sempurna kita dapat mengetahuinya dengan cara mengambil beberapa tetes larutan yang telah tercampur dan mencampurkannya dengan air, apabila campuran larutan tersebut larut dalam air maka reaksi hidrolisis telah terjadi dengan sempurna.Selanjutnya untuk uji sifat sifat sabun, kami menggunakan 2 larutan uji yaitu larutan sabun dan larutan deterjen, dimana sebelum kedua larutan tersebut ditambahkan dengan larutan CaCl2 5%, larutan MgSO4 5%, dan larutan Pb-asetat 5%, kedua larutan tersebut dinetralkan lebih dahulu dengan larutan asam asetat encer. Adapun hasil yang kami dapatkan adalah, pada tabung I yang berisi larutan sabun setelah ditambahkan larutan CaCl2 5% sebanyak 5 ml dan setelah dikocok dengan kuat tidak terbentuk endapan, yang terbentuk hanyalah buih. Sedangkan pada larutan sabun yang ditambahkan dengan MgSO4 5% sebanyak 5 ml, terbentuk endapan dan sedikit saja buih. Untuk larutan sabun yang ditambahkan dengan larutan Pb-asetat 5% sebanyak 5 ml dan setelah dilakukan pengocokan ternyata tidak terdapat endapan dan menghasilkan busa. Sedangkan untuk larutan deterjen yang ditambahkan dengan larutan CaCl2 dan MgSO4 5% sebanyak 5 ml tidak menghasilkan endapan dan hanya menghasilkan buih, dan untuk larutan deterjen yang ditambah dengan Pb-asetat 5% sebanyak 5 ml setelah dikocok menghasilkan endapan pada dasar tabung reaksi.Hasil praktikum kali ini bertentangan dengan teori yang ada. Seharusnya pada larutan sabun yang ditambahkam dengan larutan CaCl2 dan MgSO4 setelah dilakukan pengocokan maka akan timbul endapan dan tidak akan terdapat busa, namun pada hasil praktikum hanya MgSO4 yang positif menghasilkan endapan. Hal tersebut dikarenakan larutan CaCl2 dan MgSO4 merupakan suatu larutan sadah. Kalsium merupakan salah satu penyebab kesadahan air. Kesadahan terutama disebabkan oleh keberadaan ion ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) di dalam air. Keberadaannya di dalam air mengakibatkan sabun akan mengendap sebagai garam kalsium dan magnesium, sehingga tidak dapat membentuk emulsi secara efektif. Bila sabun dicampurkan dengan air sadah atau suatu larutan yang mengandung ion kalsium, maka ion kalsium akan menghambat terbentuknya busa atau dapat menghasilkan busa namun hanya sedikit pada larutan setelah dilakukan pengocokan. Bila sabun digunakan pada air sadah, mula-mula sabun harus bereaksi terlebih dahulu dengan setiap ion kalsium dan magnesium yang terdapat dalam air sebelum sabun dapat berfungsi menurunkan tegangan permukaan (surfaktan), dan dapat menghasilkan busa. Surfaktan adalah zat yang mampu memperkecil tegangan permukaan air sehingga dapat membersihkan kotoran karena kotoran dapat diangkut oleh air. Dengan kata lain, surfaktan merupakan zat pengemulsi minyak dan air.Sedangkan untuk larutan deterjen yang ditambahkan dengan CaCl2 dan MgSO4 setelah dilakukan pengocokan dan dilakukan pengamatan tidak terbentuk adanya endapan dan hanya menghasilkan buih. Hanya pada penambahan Pb-asetat pada larutan deterjen yang membentuk adanya endapan. Pada percobaan ini, hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yang semestinya. Seharusnya pada campuran anatara larutan deterjen dan Pb-asetat tidak akan menghasilkan endapan. Hal tersebut dikarenakan larutan deterjen tidak terpengaruh terhadap kesadahan air karena detergen sintetik mempunyai beberapa sifat, termasuk rantai hipofilik yang panjang dan ujung ionik polar. Deterjen adalah bahan pembersih sepeti halnya sabun, akan tetapi dibuat dari senyawa petrokimia. Kemungkinan penyebab ketidaksesuaian hasil percobaan dengan teori adalah ketidaktelitian dalam pemipetan atau larutan belum homogen karena pengocokannya tidak terlalu kuat.

VII. Simpulan Adapun simpulan dari praktikum dengan judul lipida adalah, secara umum praktikum telah berjalan dengan baik. Hanya saja beberapa hasil uji yang didapatkan tidak sesuai dengan teori. Hal tersebut mungkin dikarenakan akibat kurangnya keterampilan dan ketelitian yang dimiliki oleh masing masing mahasiswa. Dengan adanya paraktikum lipida ini, mahasiswa dapat membuktikan sifat sifat yang dimiliki oleh lipida pada umumnya dan lemak serta minyak pada khususnya.

VIII. Jawaban Pertanyaan (Jika ada)8.1 Uji Kelarutan Lipid1. Like dissolve like merupakan suatu prinsip kelarutan, dimana suatu zat hanya akan larut pada pelarut yang tertentu atau yang sesuai. Hal ini dapat diartikan, zat yang bersifat polar akan larut pada pelarut polar dan suatu zat non polar akan larut pada pelarut yang non polar. Dimana maksud dari kalimat ini yaitu suatu zat akan terlarut sempurna di dalam pelarutnya jika keduanya memiliki kepolaran yang sama. Pernyataan tersebut cukup bisa dijadikan sebagai pegangan untuk memprediksi kelarutan.2. Minyak sedikit larut dalam alkohol karena alkohol (ROH)/ (CH2OH) R adalah gugus alkil, yang masih memiliki kesamaan rumus kimia dengan air (H2O). Sedangkan pada uji kelarutan minyak dengan eter dan klorofom terjadi kelarutan sempurna karena eter dan kloroform merupakan bahan yang bersifat nonpolar, sehingga dapat melarutkan minyak kelapa yang juga bersifat nonpolar.

8.2 Uji Pembentukan Emulsi1. Pada tabung nomor empat diperoleh bentuk emulsi yang stabil yaitu larutan protein. Karena larutan tersebut mampu menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan yang biasa disebut pengemulsi.2. Berdasarkan jenisnya, emulsi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a. Emulsi vera (emulsi alam) dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur. Emulsi yang dibuat dari biji adalah amygdala dulcis, amygdale amara, lini semen, curcubitae semen.b. Emulsi spuria (emulsi buatan) Emulsi dengan minyak lemak. Emulsi dengan parafinum liquidum. Emulsi dengan cera atau lemak padat. Emulsi dengan extactum spissum. Emulsi dengan minyak eteris kreosotum, benzylis benzoas. Emulsi dengan balsamum peruvianum copaivae dan terebinthia laricina. Emulsi dengan bromoforfumCara membedakan tipe emulsi yaitu :a. Dengan Pengenceran, Tipe O/W dapat diencerkan dengan air, Tipe W/O dapat diencerkan dengan minyakb. Cara Pengecatan, Tipe O/W dapat diwarnai dengan amaranth/metilen blue, Tipe W/O dapat diwarmai dengan sudan IIIc. Cara creaming test, creaming merupakan peristiwa memisahkan emulsi karena fase internal dari emulsi tersebut melakukan pemisahan sehingga tdk tersebar dlm emulsimis : air susu setelah dipanaskan akan terlihat lapisan yang tebal pada permukaan. Pemisahan dengan cara creaming bersifat refelsibel.d. Konductifitas. Elektroda dicelup didalam cairan emulsi, bila ion menyala tipe emulsi O/W demikian sebaliknya.3. Salah satu kegunaan emulsi yaitu salad dressing atau salad krim merupakan suatu emulsi pangan yang mengandung 30-50% minyak, yang mempunyai bentuk hampir sama dengan mayonnaise, tetapi umunya mempunyai kandungan lemak yang lebih rendah serta menggunakan pasta pati sebagai pengental. Sedangkan kuning telur, cuka dan bumbu-bumbu lain berfungsi sebagi emulsifier. Pada pembuatan salad dressing yang perlu diperhatikan pemanasan patinya, dengan tujuan untuk memperoleh derajat kekentalan yang diinginkan. Cuka ditambahkan pada pasta pati yang telah dimasak sebelumnya. Kemudian ditambahkan minyak, kuning telur dan bahan-bahan lainnyasebelum dilakukan emulsifikasi dengan pengadukan. Lesitin dalam kuning telur akan berfungsi sebagai emulsifier dan gum tragacanth biasanya sebagai stabilizer.8.3 Uji Keasaman MinyakPengaruh bagi kesehatan, bila sering mengkonsumsi makanan dari hasil penggorengan minyak yang sudah tengik atau berulang-ulang digunakan adalah, Asam lemak jenuh yang terdapat pada minyak jelantah sangat berbahaya bagi tubuh karena dapat memicu berbagai penyakit penyebab kematian, seperti penyakit jantung dan stroke. Minyak goreng yang digunakan lebih dari empat kali akan mengalami proses oksidasi. Proses oksidasi tersebut akan membentuk gugus peroksida dan monomer siklik. Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan gugus peroksida dalam dosis yang besar dapat merangsang terjadinya kanker kolon. Selain itu, penggunaan minyak jelantah dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan dan diare. Kerusakan minyak goring terjadi atau berlangsung selama proses penggorengan itu mengakibatkan penurunan nilai gizi terhadap makanan yang digoreng. Misalnya, ikan salmon yang terkenal akan Omega-3 yang dapat menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh menjadi tidak berkhasiat bila digoreng karena komposisi ikatan rangkapnya menjadi rusak. Minyak goreng yang rusak akan menyebabkan tekstur, penampilan, cita rasa dan bau yang kurang enak pada makanan. Dengan pemanasan minyak yang tinggi dan berulang-ulang, juga dapat terbentuk akrolein, di mana akrolein adalah sejenis aldehida yang dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan, membuat batuk konsumen dan yang tak kalah bahaya adalah dapat mengakibatkan pertumbuhan kanker dalam hati dan pembengkakan organ, khususnya hati dan ginjal.Pemakaian minyak jelantah ini menyebabkan kandungan kolesterol baik (HDL) semakin berkurang, sebaliknya angka dari kolesterol jahat (LDL) semakin meningkat. Maka, LDL dalam darah ini akan menimbulkan banyak gangguan kesehatan seperti jantung, stroke, obesitas dan pada kaum hawa khususnya dapat menjadi pemicu sulit hamil.

8.4 Uji Sifat Ketidakjenuhan MinyakYang membutuhkan iodium lebih banyak adalah margarin karena margarin adalah asam lemak tak jenuh dan memiliki ikatan rangkap. Bila iodium direaksikan dengan asam lemak tak jenuh, warna merah muda pada larutan akan memudar. Sehingga margarin membutuhkan lebih banyak iodium agar larutannya tidak berubah warna.

8.5 Uji Penyabunan Minyak1. Salah satu sifat yang dimiliki sabun yaitu mempunyai kemampuan untuk mengemulsikan kotoran berminyak karena kegunaan sabun yaitu kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang dengan cara pemilasan karena sabun merupakan molekul organic yang terdiri dari 2 kelompok gugus. Gugus pertama dinamakan liofil (atau hidrofil bila medium pendispersinya air) yang mempunyai arti suka atau pelarut dan gugus kedua dinamakan liofolik (atau hidrofobik bila medium pendispersinya adalah air) yang berarti tidak menyukai pelarut.2. Air sadah (air keras) merupakan air yang mengandung kadar mineral tinggi yaitu, ion Ca2+ atau Mg2+ dalam jumlah yang cukup banyak .Macam-macam air sadah : air sadah digolongkan menjadi dua jenis, berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation (Ca2+ dan Mg2+), yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap.3. Pengaruh penambahan air sadah terhadap larutan sabun dan deterjen adalah sukar berbuih bila digunakan mencuci dengan sabun dan deterjen. Ini disebabkan karena sabun atau deterjen seharusnya menghasilkan busa tetapi malah membentuk gumpalan soap secum (sampah sabun) yang sukar dihilangkan. Efek ini timbul karena ion 2+ menghancurkan sifat surfaktan dari sabun dengan menmbentuk endapat padat (sampah sabun tersebut). Komponen utama dari sampah tersebut adalah kalsium stearat, yang muncul dari stearat natrium, komponen utama dari sabun.Reaksi penambahan air sadah dengan larutan sabun adalah sebagai berikut Ca2+ (aq) + 2RCOONa (aq) > Ca(RCOO)2 (s) + 2Na+ (aq)

IX. Daftar PustakaAufa, Anam. 2012. Laporan Resmi Biokimia Uji Lemak. Dalam http://www.docstoc.com/docs/117964745/LAPORAN-RESMI-BIOKIMIA-UJI-LEMAK. Diunduh 15 September 2015.Estein, Yasid dan Nursanti, Lisda. 2006. Penuntun Praktikum BIOKIMIA Untuk Mahasiswa Analis. Yogyakarta : ANDI.Lehninger, A. 1988. Dasar-dasarBiokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya. Jakarta: Erlangga.Martin Muh Al Hilal . 2012. Pengujian Lipida dan Asam Lemak. Dalam http://www.docstoc.com/docs/125720460/PENGUJIAN-LIPIDA-dan-ASAM-LEMAK. Diunduh 15 September 2015.Qadriyanti, Suci. 2011. Percobaan II Lipid. Dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27704/3/Chapter%20II.pdf. diunduh pada tanggal 18 September 2014.Shanies, Pinasthi . 2012. Laporan Kimia Lemak. Dalam http://www.docstoc.com/docs/120239297/Laporan-Kimia-Lemak. Diunduh 15 September 2015Syaiful,Bahri. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Unit PelaksanaTeknis (Upt) Laboratorium Dasar Universitas Tadulako.Tim Dosen Kimia. 2010. Kimia Dasar 2. Makassar : UPT-MKU Universitas Hasanuddin.Tim Dosen Biokimia. 2010. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar : UPT- MKU Universitas Hasanuddin.