lbp

29
KATA PENGANTAR Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya laporan kasus LBP ini dapat diselesaikan. Dalam laporan kasus ini penulis telah mendapat bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak, terutama dokter pembimbing Dr. Dewi Gentari, Sp. S maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis sangat berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, agar makalah ini menjadi lebih baik dan dapat berguna bagi semua pembaca. Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila masih banyak kesalahan maupun kekurangan dalam penulisan makalah ini. Bogor, 16 April 2013 Penulis

Upload: ngakan-putu-wiga-kusuma

Post on 30-Nov-2015

188 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lbp

TRANSCRIPT

Page 1: LBP

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

karena berkat rahmat dan karunia-Nya laporan kasus LBP ini dapat diselesaikan.

Dalam laporan kasus ini penulis telah mendapat bantuan, bimbingan dan kerjasama

dari berbagai pihak, terutama dokter pembimbing Dr. Dewi Gentari, Sp. S maka pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih.Penulis

menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis sangat berharap

adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, agar makalah ini menjadi lebih

baik dan dapat berguna bagi semua pembaca.

Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila masih banyak kesalahan maupun

kekurangan dalam penulisan makalah ini.

Bogor, 16 April 2013

Penulis

Page 2: LBP

I. IDENTITAS

Nama : Tn. M W

Jenis kelamin : Laki-laki

Usia : 57 tahun

Pekerjaan : Pensiunan

Agama : Islam

Status pernikahan : Menikah

Alamat : Bukit Cimanggu

Datang ke poli saraf : 10 April 2013

II. ANAMNESIS

A. Keluhan utama

Nyeri punggung bawah yang menjalar ke belakang paha kanan kiri, betis hingga telapak

kaki kanan kiri sejak 3 bulan SMRS.

B. Keluhan tambahan

Kesemutan pada tungkai kanan dan kiri

C. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke poli saraf RSMM Bogor dengan keluhan nyeri punggung bawah yang

menjalar ke belakang paha kanan kiri, betis hingga telapak kaki kanan kiri sejak 3 bulan

yang lalu. Nyeri dirasakan terus menerus, seperti ditarik. Nyeri timbul terutama saat

pasien akan berdiri dari posisi duduk dalam waktu lama dan saat membungkuk. Nyeri

juga timbul saat pasien duduk dalam shalat. Nyeri bertambah jika pasien batuk atau

mengejan. Nyeri tidak bertambah berat pada pagi hari. Nyeri menghilang jika pasien

berhenti sejenak dari aktivitas. Nyeri pada punggung bagian bawah ini dirasakan hilang

timbul setelah membantu tetangga mengangkat barang saat kebakaran 3 bulan yll,

sudah berobat ke rumah sakit dan didiagnosis adanya saraf yang terjepit. Pasien juga

mengeluh adanya kesemutan pada kedua tungkai. Kesemutan dirasakan ditempat yang

sama dengan nyeri dan hilang timbul. Pasien menyangkal adanya kelemahan atau baal

pada anggota gerak lain, demam, kejang, gangguan buang air kecil dan buang air besar.

Setelah diobati, pasien mengaku keluhan sudah berkurang.

Page 3: LBP

D. Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengaku memiliki riwayat hipertensi lama dan pernah dirawat karena hipertensi

pada tahun 2010. Pasien menyangkal adanya diabetes mellitus, penyakit jantung,

riwayat stroke, maag dan riwayat alergi obat.

E. Riwayat penyakit keluarga

Pasien menyangkal adanya riwayat seperti ini, hipertensi, diabetes mellitus, dan riwayat

stroke pada keluarga.

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum

Kesadaran : Compos mentis, GCS E4M6V5 = 15

Sikap : Berdiri, duduk dan berbaring

Kooperasi : Kooperatif

Keadaan gizi : Gizi cukup

Tekanan darah : Kanan : 120/80 mmHg

: Kiri : 120/80 mmHg

Nadi : 74 kali / menit

Suhu : 36,50C

Pernapasan : 18 kali / menit

B. Keadaan lokal

Stigmata trauma : Tidak ada

Pulsasi Aa. Carotis : Pulsasi kanan dan kiri equal, regular, isi cukup

Pembuluh darah perifer : Capillary refill time < 2 detik

Kelenjar getah bening : Tidak teraba membesar, nyeri tekan (-)

Columna vertebralis : Lurus di tengah, luka (-), massa atau benjolan (-),

kemerahan (-), nyeri tekan (+) pada area L4 – L5,

nyeri ketok (+) pada area L4-L5

C. Pemeriksaan

Jantung

Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat.

Palpasi : Pulsasi iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra

Perkusi : Batas jantung kanan : ICS IV linea sternalis dekstra

: Batas jantung kiri : ICS V linea midklavikula sinistra

Page 4: LBP

: Pinggang jantung : ICS III linea parasternalis sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung I, II regular, murmur (-), gallop (-)

Paru

Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis

Palpasi : Vokal fremitus teraba sama di kedua lapang paru

Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : Suara napas vesikuler, wheezing -/-, rhonkii -/-

Abdomen

Inspeksi : Supel

Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

IV. STATUS NEUROLOGI

Kesadaran : CM GCS E4M6V5

Tanda Ransang Meningeal :

- kaku kuduk : (-)

- Brudzinski I,II,III,IV : (-)

- Kernig : (-)

Saraf kranialis

Pemeriksaan Kanan Kiri

N. I (Olfaktorius) Normosmia Normosmia

N. II (Optikus)

Acies visus

Visus campus

Melihat warna

Funduskopi

Baik

Baik

Baik

Tidak dilakukan

Baik

Baik

Baik

Tidak dilakukan

N. III, IV, VI

(Okulomotoris,

Troklearis, Abdusen)

Kedudukan bola mata Ortoposisi

Page 5: LBP

Pergerakan bola mata

Ke nasal

Ke temporal

Ke nasal atas

Ke temporal atas

Ke nasal bawah

Ke temporal bawah

Eksoftalmus

Nistagmus

Pupil

Refleks cahaya langsung

Refleks cahaya konsensual

Reaksi akomodasi

Reaksi konvergensi

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

-

-

Bulat, isokor, Ø 3 mm

+

+

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

-

-

Bulat, isokor Ø 3 mm

+

+

Baik

Baik

N. V (Trigeminus)

Cabang motorik

Cabang sensorik

Oftalmikus

Maksilaris

Mandibularis

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

N. VII (Fasialis)

Motorik orbitofrontal

Motorik orbikularis

Pengecap lidah

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

N. VIII (Vestibulokoklear)

Vestibular

Vertigo

Nistagmus

Koklear

Rinne

Weber

Swabach

-

-

Tidak dilakukan

-

-

Page 6: LBP

N. IX – X

(Glossofaringeus, Vagus)

Motorik

Sensorik

Uvula di tengah, deviasi arkus faring (-)

Baik

N. XI (Asesorius)

Mengangkat bahu

Menoleh

Baik

Baik

Baik

Baik

N. XII (Hipoglosus)

Pergerakan lidah

Atrofi

Fasikulasi

Tremor

Deviasi (-)

-

-

-

Sistem motorik

Pemeriksaan Kanan Kiri

Ekstremitas atas proksimal-distal 5555 5555

Ekstremitas bawah proksimal-distal 5555 5555

Sistem sensorik

Propioseptif : Baik

Eksteroseptif : Baik

Refleks-refleks fisiologis

Pemeriksaan Kanan Kiri

Biceps 0 0

Triceps 0 0

Patellar 0 0

Achilles 0 0

Refleks-refleks patologis

Pemeriksaan Kanan Kiri

Hoffman-Trommer - -

Babinski - -

Page 7: LBP

Chaddock - -

Gordon - -

Gonda - -

Schaefer - -

Klonus otot - -

Klonus tumit - -

Fungsi cerebellar dan koordinasi

Ataxia : (-)

Tes Romberg : (-)

Disdiadokokinesis : (-)

Jari-jari : (+)

Jari-hidung : (+)

Tumit-lutut : (+)

Fungsi luhur

Astereognosia : (-)

Apraksia : (-)

Afasia : (-)

Fungsi otonom

Miksi : Baik

Defekasi : Baik

Sekresi keringat : Baik

Collumna Vertebralis

Skoliosis (-)

Kifosis (-)

Gibbus (-)

Lain-lain

Pemeriksaan Kanan Kiri

Page 8: LBP

Pattrick + +

Kontra Pattrick + +

Gaenslen - -

Valsava - -

Naffziger - -

Lasegue + +

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Rontgen menunjukkan adanya HNP L4, L5

VI. RESUME

Pasien datang ke poli saraf RSMM Bogor dengan keluhan nyeri punggung bawah yang

menjalar ke belakang paha kanan kiri, betis hingga telapak kaki kanan kiri sejak 3 bulan

SMRS. Nyeri terus menerus, seperti ditarik. Nyeri terutama saat akan berdiri dan saat

membungkuk. Nyeri bertambah jika pasien batuk atau mengejan. Nyeri seperti ini hilang

timbul setelah pasien mengangkat barang 3 bulan yll, kesemutan pada kedua tungkai (+).

Mengangkat beban berat (+) Pasien menyangkal adanya kelemahan atau baal pada anggota

gerak lain, demam, kejang, gangguan buang air kecil dan buang air besar.

Semua pemeriksaan fisik status generalis dan status neurologis dalam batas normal,

kecuali:

Pemeriksaan Kanan Kiri

Laseque + +

Pattrick + +

Kontra Pattrick + +

VII. DIAGNOSIS KERJA

Diagnosis klinis : LBP Ischialgia

Diagnosis etiologi : HNP

Diagnosis topik : Radiks L4-L5

VIII. PENATALAKSANAAN

Page 9: LBP

A. Medikamentosa

Analgesik dan antiinflamasi:

Diklofenak 3 x 50 mg

Acetaminofen 2 x 400mg

Meloxicam 1 x 15 mg

Suplemen kalsium:

Osteocal 2 x 500mg

Proteksi lambung:

Ranitidine 2 x 75mg

B. Non-medikamentosa

Tirah baring pada alas yang datar dan keras

Informasi dan edukasi kebiasaan hidup

Pemakaian korset lumbosakral

IX. PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad fungtionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia

TINJAUAN PUSTAKA

Page 10: LBP

1.1. Anatomi Diskus Intervertebra, Radiks, dan Nervus Ischiadicus

Anatomi diskus intervertebralis

Diskus intervertebra terdiri dari dua bagian utama yaitu nukleus pulposus di bagian tengah

dan anulus fibrosus yang mengelilinginya. Diskus

dipisahkan dari tulang di atas dan di bawah oleh dua

lempeng tulang rawan hialin yang tipis. Nukleus

pulposus adalah bagian sentral semigelatinosa

diskus; struktur ini mengandung berkas-berkas serat

kolagenosa, sel jaringan ikat, dan sel tulang rawan.

Bahan ini berfungsi sebagai peredam kejut (shock

absorber) antara korpus vertebra yang berdekatan,

dan juga berperan penting dalam pertukaran cairan

antara diskus dan kapiler. Anulus fibrosis terdiri dari

cincin-cincin fibrosa konsentris, yang mengelilingi

nukleus pulposus. Fungsi anulus fibrosis adalah agar

dapat terjadi gerakan antara korpus-korpus vertebra

(karena struktur serat yang seperti spiral), menahan

nukleus pulposus, dan sebagai peredam kejut. Dengan demikian, anulus fibrosus berfungsi

serupa dengan simpai di sekitar tong air atau sebagai pegas kumparan, menarik korpus

vertebra agar menyatu melawan resistensi elastik nukleus pulposus, sedangkan nukleus

pulposus berfungsi bantalan peluru antara dua korpus vertebra.1

Page 11: LBP

Gambar 1. Anatomi diskus intervertebralis

Anatomi radiks

Radiks adalah serabut saraf yang berasal dari medulla spinalis. Setiap segmen medula

spinalis mempunyai serabut eferen (radiks ventralis) dan serabut aferen (radiks dorsalis).

Kedua serabut tersebut bergabung dalam satu berkas yang dinamakan saraf spinal. Setiap

saraf spinal mempersarafi otot dan kulit tertentu, sehingga didapatkan penataan dalam bentuk

segmen-segmen. Hubungan yang dibentuk oleh saraf spinal dinamakan pleksus. Pleksus yang

terdapat pada tingkat serviko-torakal dinamakan pleksus brakialis karena saraf perifer yang

berasal dari pleksus tersebut mempersarafi bagian lengan. Sedangkan pleksus yang terdapat

pada tingkat lumbo-sakral dinamakan pleksus lumbosakralis yang mempersarafi tungkai.2

Pleksus lumbosakralis terdiri dari pleksus lumbalis dan pleksus sakralis. Bagian pertama

disusun oleh cabang anterior saraf spinal L1, L2, L3 dan sebagian dari L4. Saraf perifer yang

berasal dari pleksus lumbalis adalah n. kutaneus femoralis lateralis, n. femoralis, n.

genitofemoralis, dan n. obturatorius. Sedangkan pleksus sakralis disusun oleh cabang anterior

saraf spinal L4 sampai dengan S3. Pleksus tersebut terletak di atas m. piriformis pada

permukaan dalam tulang pelvis. Saraf perifer yang berasal dari pleksus sakralis adalah n.

gluteus superior dan inferior, n. kutaneus femoralis posterior, dan n. ischiadicus.2

Anatomi nervus ischiadicus

Nervus ischiadicus adalah seberkas saraf sensorik dan motorik yang meninggalkan pleksus

lumbosakralis menuju ke foramen infrapiriforme dan keluar pada permukaan belakang

Page 12: LBP

tungkai di pertengahan lipat bokong. Nervus ischiadicus pada fosa poplitea bercabang

menjadi dua, cabang pertama adalah n. tibialis dan cabang kedua adalah n. peroneus

komunis. Nervus tibialis bercabang menjadi n. kutaneus surae medialis, n. plantaris, dan n.

plantaris medialis. Sedangkan n. peroneus komunis becabang menjadi n. kutaneus surae

lateralis, n. peroneus profundus dan superfisialis, n. kutaneus dorsalis pedis intermedius, dan

n. kutaneus dorsalis pedis medialis.2

Gambar 2. Anatomi nervus ischiadicus

1.2. Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain/LBP)

Definisi

LBP merupakan sindrom nyeri pada punggung bawah yang banyak dikeluhkan dan di

perkirakan angka kejadiannya sekitar 30%. Di Amerika Serikat (AS) LBP merupakan

penyebab terbanyak karyawan tidak masuk kerja. Pada tahun 1985 sebuah penelitian

menunjukkan angka 14% dari seluruh populasi di AS kehilangan setidaknya 1 hari kerja

pertahun akibat LBP tersebut.

Page 13: LBP

Epidemiologi

Hampir dari 80 % penduduk pernah mengalami LBP dalam siklus kehidupannya, 40%

diantaranya juga disertai skiatika. Kebanyakan nyeri pinggang tidak mengakibatkan

kecacatan. Lebih dari 50% penderita nyeri pinggang membaik dalam 1minggu, sementara

lebih dari 90% merasa lebih baik dalam 8 minggu. Sisanya sekitar 7%-10% mengalami

keluhan yang berlanjut sampai lebih dari 6 bulan.

Pada nyeri pinggang terdapat faktor risiko, termasuk diantaranya pekerjaan dan kejiwaan;

misalnya mengangkat barang di luar batas kesanggupan atau pada posisi yang tidak baik.

Nyeri pinggang mungkin pula berkaitan dengan berbagai kondisi psikologis seperti neurosis,

histeria dan reaksi konversi. Depresi lebih jarang menyebabkan nyeri pinggang akut, tetapi

sering timbul sebagai komplikasi nyeri pinggang kronik. Obesitas dan merokok juga

merupakan faktor risiko nyeri pinggang.

Sembilan puluh persen (90%) penderita nyeri pinggang mempunyai dasar mekanik. Nyeri

pinggang mekanik (mechanical low back pain) didefinisikan sebagai nyeri pinggang pada

struktur anatomik normal yang digunakan secara berlebihan (muscle strain) atau nyeri yang

sekunder terhadap trauma atau deformitas (misalnya hernia nukleus pulposus); 10% penderita

nyeri pinggang sisanya menunjukkan keluhan penyakit sistemik. Diperkirakan ada lebih dari

70 penyakit non-mekanik yang berkaitan dengan nyeri pinggang. Evaluasi klinis yang teliti

dapat memisahkan penderita nyeri pinggang mekanik dari penderita nyeri pinggang non-

mekanik/medik.

Klasifikasi

LBP dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Hanya nyeri punggung (Back Pain Only)

o Merupakan kasus tersering, yaitu sekitar 93% dari kasus LBP,

dapat disebabkan oleh gangguan pada muskuloligamentous,

fraktur, spondilosis, infeksi, tumor, dan penyebab yang tidak

diketahui.

2. Sciatica atau ischialgia (4%)

Dapat dibagi lagi menjadi:

o Hanya radikulopati

o Dengan gejala: bowel, bladder, saddle anesthesia (cauda equina

syndrome)

Page 14: LBP

3. Spinal Stenosis (3%)

1.3. Ischialgia

Definisi

Ischialgia adalah nyeri radikular yang menjalar sepanjang perjalanan n. ischiadicus dan

selanjutnya ke perifer yang dirasakan sepanjang tungkai.5 Suatu kondisi dimana saraf

ischiadicus yang mempersarafi daerah bokong sampai kaki terjepit.7

Gambar 3. Ischialgia

Etiologi

Lesi iritatif dapat berupa nukleus pulposus yang menonjol ke dalam kanalis vertebralis

(HNP), osteofit pada spondilosis servikal, herpes zoster ganglion spinale L4 atau L5 maupun

S1, tumor dalam kanalis vertebralis, dan sebagainya. Hasil anamnesis yang ditemukan adalah

sakit pinggang bawah, kegiatan yang menimbulkan peningkatan tekanan di dalam ruang

arahnoidal seperti batuk, bersin, dan mengejan, dapat memprovokasi ischialgia.8

Patofisiologi

Ischialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal dari radiks

posterior L4 sampai S3. Hal ini dapat terjadi pada setiap bagian n. ischiadicus sebelum

muncul pada permukaan belakang tungkai. Pada tingkat diskus intervertebralis antara L4

sampai S1 dapat terjadi hernia nukleus pulposus, sehingga radiks posterior L5, S1, dan S2

dapat terangsang. Ischialgia timbul akibat lesi iritatif tersebut.8

Page 15: LBP

Gambar 4. Patofisiologi ischialgia

Pemeriksaan

A. Tes lasegue

Ischialgia dapat diprovokasi dengan mengangkat tungkai yang terkena dalam posisi lurus.

Tes lasegue positif jika iskialgia timbul sebelum tungkai mencapai sudut 70 derajat.

B. Tes lasegue menyilang

Ischialgia dapat diprovokasi dengan mengangkat tungkai yang sehat dalam posisi lurus.

C. Tes naffziger

Melakukan penekanan pada kedua vena jugularis dan meminta pasien untuk mengejan,

tekanan intra kranial dan intratekal meningkat, karena itu iritasi yang ada terhadap radiks

diperkuat, sehingga ischialgia dapat diprovokasi.

D. Tes Patrick

Tes Patrick dilakukan untuk memprovokasi nyeri di sendi panggul yang sakit. Dengan

menempatkan tumit atau maleolus lateralis tungkai yang terkena pada lutut tungkai yang

sehat, dapat diprovokasi nyeri di sendi panggul jika diadakan penekanan pada lutut yang

difleksikan tersebut.

E. Tes kontra Patrick

Tes kontra Patrick dilakukan untuk menentukkan lokasi patologis di sendi sakroiliaka jika

terjadi nyeri di daerah bokong, baik yang menjalar sepanjang tungkai, maupun yang terbatas

pada daerah gluteal dan sakral saja. Tes ini dilakukan dengan melipat tungkai yang sakit dan

endorotasi serta adduksi. Kemudian diadakan penekanan sejenak pada lutut tungkai tersebut.

Nyeri yang timbul terasa di garis sendisakroiliaka jika terdapat suatu patologi.

Page 16: LBP

F. Tes gaenslen

Tes ini digunakan untuk menentukan patologi di sendi sakroiliaka seperti halnya tes kontra

Patrick. Pasien dalam posisi terlentang dengan kedua tungkai dilipat di sendi lutut, diletakkan

di tepi tempat periksa. Untuk mempermudah pasien berbaring maka pasien diminta

merangkul kedua lututnya, kemudian pasien diminta mengantungkan tungkai yang berada di

dekat tepi tempat periksa. Nyeri akan terasa di sendi sakroiliaka ipsilateral pada saat tungkai

dilepaskan untuk menggantung di tepi tempat periksa. Apabila terdapat patologi sendi

sakroiliaka yang bersangkutan.8

G. Tes valsava

Pembuangan napas (ekspirasi) pasa dengan menutup bibir dan menutup hidung menghasilkan

peningkatan tekanan intracranial, karena itu iritasi yang ada terhadap radiks diperkuat,

sehingga ischialgia dapat diprovokasi.

1.4. Hernia Nukleus Pulposus

Definisi

Hernia nukleus pulposus (HNP) adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan diskus

intervertebralis ke arah posterior dan/atau lateral dalam kanalis

vertebralis yang dapat menimbulkan penekanan/penyempitan

radiks saraf-saraf dan penekanan medula spinalis dengan

berakibat timbulnya gejala-gejala neurologis.3

Gambar 5. Perbedaan diskus intervertebralis normal dan herniasi

Page 17: LBP

Gambar 6. Perbedaan radiks saraf normal dan penekanan radiks karena herniasi diskus

Klasifikasi

HNP dapat terjadi di berbagai tempat di sepanjang tulang belakang. Menurut tempat

terjadinya, HNP dibagi atas:

A. Hernia lumbosakralis

B. Hernia servikalis

C. Hernia thorakalis

D.

Menurut gradasinya, HNP dibagi atas:

A. Protrusi diskus intervertebralis

Nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan anulus fibrosus.

B. Prolaps diskus intervertebralis

Nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran anulus fibrosus.

C. Ekstrusi diskus intervertebralis

Nukleus keluar dari anulus fibrosus dan berada di bawah ligamentum

longitudinalis posterior.

D. Sequestrasi diskus intervertebralis

Nukleus telah menembus ligamentum longitudinal posterior.3

Page 18: LBP

Gambar 7. Gradasi HNP

Epidemiologi

Hernia nukleus pulposus sering terjadi pada pria dan wanita dewasa dengan insiden puncak

pada dekade ke 4 dan ke 5. Kelainan ini banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang

banyak membungkuk dan mengangkat. HNP pada daerah lumbal lebih sering terjadi pada

usia sekitar 40 tahun dan lebih banyak pada wanita dibanding pria. HNP servikal lebih sering

terjadi pada usia 20-40 tahun. HNP torakal lebih sering pada usia 50-60 tahun dan angka

kejadian pada wanita dan pria sama. Hampir 80% dari HNP terjadi di daerah lumbal.

Sebagian besar HNP terjadi pada diskus L4-L5 dan L5-S1. Sedangkan HNP servikal hanya

sekitar 20% dari insiden HNP. Selain pada daerah servikal dan lumbal, HNP juga dapat

terjadi pada daerah torakal namun sangat jarang ditemukan. Karena ligamentum

longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih kuat pada bagian tengahnya, maka protrusi

diskus cenderung terjadi ke arah posterolateral, dengan kompresi radiks saraf.1

Patofisiologi

Nukleus pulposus terdiri dari jaringan ikat longgar dan sel-sel kartilago yang mempunyai

kandungan air yang tinggi. Nukleus pulposus bisa bergerak jika ada tekanan (trauma),

akibatnya cairan menjadi padat, melebar, dan dapat menggelembungkan annulus fibrosus.

Annulus fibrosus dapat robek jika terjadi trauma sedang yang berulang kali mengenai diskus

intervertebrais.3

Page 19: LBP

Ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang terjadi pada

proses penuaane. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air

nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan

pada herniasi nukleus. Setelah trauma seperti jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang

(seperti mengangkat beban) kartilago dapat cedera.4

Bagan 1. Patofisiologi HNP

Pada tahap awal, robeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial. Gaya traumatik yang

terjadi berkali-kali dapat menyebabkan robekan itu menjadi lebih besar dan radikal. Jebolnya

nukleus pulposus ke kanalis vertebralis dapat menyebabkan terjadinya penekanan radiks

saraf. Hal ini terjadi bila penjebolan kearah lateral. Bila tempat herniasinya di tengah, maka

tidak ada radiks yang terkena.3

Page 20: LBP

Tempat penonjolan nukleus pulposus bervariasi, menyebabkan radiks posterior dapat tertekan

dari arah lateral, medial, atau posterior. Manifestasi klinisnya juga bervariasi antara nyeri

radikular dengan parestesia dan nyeri radikular dengan

hipestesi. Penekanan terhadap radiks posterior

mengakibatkan timbulnya nyeri radikular. Jika penekanan

sudah menimbulkan pembengkakan radiks posterior dan

kerusakan struktural yang lebih berat, maka gejala yang

timbul dapat berupa hipestesia atau anesthesia radikular.

Nyeri radikular yang timbul akibat lesi iritatif di radiks

posterior tingkat servikal disebut brakialgia, karena

nyerinya dirasakan sepanjang lengan. Sedangkan nyeri

radikular yang dirasakan sepanjang tungkai disebut ischialgia, karena nyerinya menjalar

sepanjang perjalanan n. ischiadicus dan selanjutnya ke perifer.5

Manifestasi klinik

Nyeri di pinggang bagian bawah, dapat menyebar sampai bokong dan paha. Rasa nyeri dapat

langsung timbul setelah cedera atau beberapa jam kemudian, bahkan dapat beberapa hari

kemudian. Kalau nyeri terdapat di bagian pinggang dan pinggul, disebut lumbago, dan

apabila nyeri sampai ke bokong disebut ischias. Rasa nyeri dapat seperti tertikam dan apabila

digunakan akan terasa lebih nyeri. Batuk ataupun bersin dapat menambah rasa nyeri,

demikian juga dengan perubahan sikap dari duduk ke berdiri.6

Gambaran radiologi

Pada gambaran foto polos penderita HNP, yang terjadi adalah nukleusnya mengalami

herniasi ke kanalis vertebralis sehingga akan tampak gambaran penyempitan diskus

intervertebralis. Pada gambaran CT mielogram atau MRI akan memperlihatkan kompresi

kanalis oleh diskus yang mengalami herniasi dan mielogram CT akan menentukan ukuran

dan lokasi herniasi diskus. Pada gambaran elektromiogram (EMG) dapat menentukan secara

pasti akar saraf yang terkena. Juga dapat dilakukan uji kecepatan hantaran saraf. Pada

gambaran CT Scan daerah lumbal diperoleh gambaran penekanan pada daerah anterior

epidural dan herniasi jaringan lunak pada daerah lateral dan posterolateral yang menyebabkan

serabut saraf tak terlihat.1

Page 21: LBP

Gambar 8. MRI HNP Lumbal

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien herniasi diskus adalah tirah baring singkat di atas kasur yang

keras dan datar, pemberian obat-obat analgetika, anti inflamasi, trankuilizer/ relaksan otot,

dan pemakaian korset. Tindakan operasi diindikasikan segera apabila ditemukan tanda-tanda

kompresi serabut saraf. Jika tidak maka harus dilakukan metode atau terapi yang lebih

konservatif. Gagalnya tindakan konservatif, yang tidak terkait dengan nyeri, ada kelanjutan

tanda-tanda kompresi serabut saraf atau kelemahan otot yang berat merupakan indikasi

operasi.1

Page 22: LBP

DAFTAR PUSTAKA

1. Ashari, Irwan. Protrusi Diskus Intervertebralis. 2009. Dikutip dari:

http://irwanashari.blogspot.com/2009/04/protrusi-diskus-intervertebralis.html

2. Mardjono, Mahar. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar. 2008. Dian Rakyat:

Jakarta. Hal 76-79.

3. Widnyana, I Gusti Putu Victor. Herniasi Nukleus Pulposus. 2008. Dikutip dari:

http://victorwidnyana.blogspot.com/2008/12/herniasi-nukleus-pulposus-hnp.html.

4. ASKEP_HNP

5. Mardjono, Mahar. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar. 2008. Dian Rakyat:

Jakarta. Hal 94.

6. Suftini. Cedera Pada Axiale Dorsale - Prolaps Diskus. 2004. USU Digital Library:

Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

7. Pontianak Post Online. Nyeri Bokong yang Menjalar ke Kaki Kanan. 2008. Dikutip

dari: http://jawabali.com/sehatbugar/ada/nyeri-bokong/

8. Mardjono, Mahar. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar. 2008. Dian Rakyat:

Jakarta. Hal 95-104.