presus poli lbp

52
BAB I TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI Nyeri punggung bawah (NPB) adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat menyebabkan, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler maupun keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. NPB yang lebih dari 6 bulan disebut kronik. B. ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG BELAKANG Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar klinisi dapat menentukan elemen apa yang terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah. Tulang vertebrae merupakan struktur komplek yang secara garis besar terbagi atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamnetum longitudinale anterior dan posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale.

Upload: wenita-permanasari

Post on 30-Jul-2015

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Presus Poli LBP

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Nyeri punggung bawah (NPB) adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah

punggung bawah, dapat menyebabkan, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri

radikuler maupun keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai

lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai

dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. NPB yang lebih dari 6 bulan

disebut kronik.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG BELAKANG

Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar klinisi dapat menentukan

elemen apa yang terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah.

Tulang vertebrae merupakan struktur komplek yang secara garis besar terbagi atas

2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis

(sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamnetum longitudinale anterior dan

posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis

vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot

penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebra antara

satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (faset).

Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas korpus vertebra dan diskus

intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan

otot (aktif). Untuk menahan beban yang besar terhadap kolumna vertebrale ini

stabilitas daerah pinggang sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter dan

reflek otot-otot sakrospinalis, abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring.

Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nucleus pulposusnya

adalah bangunan yang tidak peka nyeri. Dari gambar di atas, tampak bahwa yang

merupakan bagian peka nyeri adalah:

Lig. Longitudinale anterior

Lig. Longitudinale posterior

Page 2: Presus Poli LBP

2

Corpus vertebra dan periosteumnya

Articulatio zygoapophyseal

Lig. Supraspinosum.

Fasia dan otot

C. PATOFISIOLOGI NYERI PUNGGUNG BAWAH

Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang

terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini

akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan

menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang

bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan

dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya

dapat menimbulkan iskemia.

Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan

terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan

lesi primer pada sistem saraf.

Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan.

Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya

nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri

dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf

misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut

saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi

saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya

mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal

ini merupakan dasar pemeriksaan Laseque.

D. ETIOLOGI

Keadaan-keadaan yang sering menimbulkan keluhan low back pain dapat

dikelompokkan sebagai berikut ( Macnab,1977):

1. Nyeri spondilogenik

1.1  Proses degeneratif

Page 3: Presus Poli LBP

3

1. degenerasi diskus

Gejala awal biasanya dibatasi dengan nyeri akut pada regio lumbal.

penyakit degenerasi pada diskus ini dapat menyebabkan entrapment pada akhiran

syaraf pada keadaan – keadaan tertentu seperti herniasi diskus, kompresi pada

tulang vertebra dan sebagainya.

2. osteoarthrosis dan spondylosis

Kedua keadaan ini biasanya muncul dengan gambaran klinis yang hampir

sama, meskipun spondilosis mengarah  pada proses degenerasi dari diskus

intervertebralis sedangkan osteoarthrosis pada penyakit di apophyseal joint.

3. ankylosing hyperostosis

Dikenal juga sebagai Forestier`s disease ( Forestier dan Lagier,1971).

Penyebab pastinya belum diketahui.Merupakan bentuk spondylosis yang

berlebihan, terjadi pada usia tua dan lebih sering pada penderita Diabetes Melitus.

1.2 Ankylosing spondylitis

Ankylosing spondylitis sering muncul  pada awal tahapan proses

pertumbuhan ( pada laki – laki).

1.3 Infeksi

Proses  infeksi ini termasuk infeksi pyogenik, osteomyelitis tuberkulosa

pada vertebra, typhoid , brucelosis, dan infeksi parasit. Sulitnya mengetahui onset

dan kurangnya informasi dari  foto X-ray dapat menyebabkan keterlambatan

diagnosis 8 – 10 minggu. Dengan progresivitas dari penyakit, nyeri pinggang

belakang dapat dirasa semakin meningkat intensitasnya, menetap dan terasa  saat

tidur.

1.4 Osteokhondritis

Osteokhondritis pada vertebra ( Scheuermann`s disease) sama seperti

osteokhondritis pada bagian selain vertebra. Ia mempengaruhi epiphyse  pada

bagian bawah dan bagian atas dari vertebra lumbal.Gambaran radiologi 

menunjukan permukaan vertebra yang ireguler, jarak antar diskus yang

menyempit dan bentuk baji pada vertebra.

1.5 Proses metabolik

Page 4: Presus Poli LBP

4

Penyakit metabolik pada tulang yang sering menimbulkan gejala nyeri

pinggang belakang adalah osteoporosis. Nyeri bersifat kronik,dapat bertambah

buruk dengan adanya crush fracture .Gambaran radiologi terlihat adanya typical

porosity dengan pencilled outlines pada vertebra.

1.6 Neoplasma

Sakit pinggang sebagai gejala dini tumor intraspinal berlaku untuk tumor

ekstradural di bagian lumbal. 70 % merupakan metastase dan 30 % adalah primer

atau penjalaran perkontinuitatum neoplasma non osteogenik. Jenis tumor ganas

yang cenderung untuk bermetastase ke tulang sesuai dengan urutan frekuensinya

adalah adenocarsinoma mammae, prostat, paru, ginjal dan tiroid. Keluhan mula-

mula adalah pegal di pinggang yang lambat laun secara berangsur-angsur menjadi

nyeri pinggang yang lambat laun secara berangsur-angsur menjadi nyeri pinggang

yang tidak tertahankan oleh penderita. Kadang metastase yang masih kecil

mendasari fraktur tulang lumbal oleh trauma yang tidak berarti sehingga pada

kasus-kasus dimana didapatkan ketidaksesuaian antara intensitas trauma dan

derajat fraktur maka kecurigaan ke arah keganasan perlu dipikirkan.

1.7 Kelainan struktur

Kongenital

Kelainan kongenital yang menimbulkan keluhan low back pain adalah :

1. Spondilolistesis

Suatu keadaan dimana terdapat pergeseran ke depan dan suatu ruas

vertebra. Biasanya sering mengenai L5. Keadaan ini banyak terjadi pada masa

intra uterin. Keluhan baru timbul pada usia menjelang 35 tahun disebabkan oleh

kelainan sekunder yang terjadi pada masa itu, bersifat pegal difus. Tapi

spondilolistesis juga dapat terjadi oleh karena trauma.

2. Spondilolisis

Ialah suatu keadaan dimana bagian posterior ruas tulang belakang terputus

sehingga terdapat diskontinuitas antara prosesus artikularis superior dan inferior.

Kelainan ini terjadi oleh karena arcus neuralis putus tidak lama setelah neonatus

dilahirkan. Sering juga terapat bersama dengan spondilolistesis. Sama halnya

Page 5: Presus Poli LBP

5

dengan spondilolistesis, keluhan juga baru timbul pada umur 35 tahun karena

alasan yang sama.

3. Spina bifida

Adalah defek pada arcus spinosus lumbal/sakral akibat gangguan proses

pembentukan sehingga tidak terdapat ligamen interspinosus yang menguatkan

daerah tersebut. Hal ini menyebabkan mudah timbulnya lumbosacral strain yang

bermanifestasis sebagai sakit pinggang.

Ketiga kelainan di atas didiagnosis dari pemeriksaan rontgenologis.

Akuisita

1. sakit pinggang akibat sikap tubuh yang salah

2. sakit pinggang akibat trauma

Trauma besar

Terbedolnya insersi otot erector trunci

Pada keadaan ini penderita dapat menunjuk daerah yang nyeri tekan

pada darah tersebut. (udem setempat dan hematom)

Ruptur ligamen interspinosum secara mutlak atau parsial mengakibatkan

nyeri tajam pada tempat ruptur yang makin berat jika pasien

membungkuk. Lokalisasi dan nyeri tekan (+).

Fraktur corpus vertebra lumbal

Pada saat fraktur, penderita merasakan nyeri setempat yang

kemudian dapat disertai radiasi ke tungkai (referred pain).

Diagnosa dapat ditegakkan dari photo rontgen dengan menentukan

sifat dan derajatnya. Gejala-gejala NPB sesuai dengan tempat yang patah.

Trauma kecil.

Terdiri dari sakroiliak strain dan lumbosakral strain. Hal ini

disebabkan daerah tersebut merupakan penunjang utama dari tubuh dan

aktivitas fisiknya. Kelainan terjadi karena daerah tersebut bekerja terus-

menerus. Keluhan utama berupa sakit pinggang yang bersifat pegal, ngilu,

“panas” pada bagian bawah pinggang. Tidak didapatkan nyeri tekan dan

mobilitas tulang belakang masih baik.

Page 6: Presus Poli LBP

6

1. Nyeri viserogenik

Nyeri ini dapat muncul akibat gangguan pada ginjal, bagian viscera dari

pelvis dan tumor – tumor peritoneum

2. Nyeri vaskulogenik

Aneurisma dan penyakit pembuluh darah perifer dapat memunculkan

gejala nyeri. Nyeri pada aneurisma abdominal tidak ada hubungannya dengan

aktivitas dan nyerinya dijalarkan ke kaki. Sedang pada penyakit pembuluh darah

perifer, penderita sering mengeluh nyeri dan lemah pada kaki yang juga diinisiasi

dengan berjalan pada jarak dekat.

3. Nyeri neurogenik

Misal pada iritasi arachnoid dengan sebab apapun dan tumor – tumor pada

spinal duramater dapat menyebabkan nyeri belakang.

4. Nyeri psikogenik

Pada ansietas, neurosis, peningkatan emosi , nyeri ini dapat muncul.

Nyeri punggung bawah dapat dibedakan berdasarkan penyebab mekanik,

non-mekanik, maupun sebab visceral seperti di bagan berikut. Pada nyeri

punggung bawah perlu diwaspadai adanya Red Flag, yaitu tanda dan gejala yang

menandai adanya kelainan serius yang mendasari nyeri. Red flags dapat diketahui

melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Kelainan Red Flags

Kanker atau

infeksi

Usia <20 tahun atau > 50 tahun

Riwayat kanker

Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas

Terapi imunosupresan

Infeksi saluran kemih, IV drug abuse, demam, menggigil

Nyeri punggung tidak membaik dengan istirahat

Fraktur vertebra Riwayat trauma bermakna

Penggunaan steroid jangka panjang

Usia > 70 tahun

Sindroma kauda

ekuina atau

Retensi urin akut atau inkontinensia overflow

Page 7: Presus Poli LBP

7

defisit

neurologik berat

Inkontinensia alvi atau atonia sfingter ani

Saddle anesthesia

Paraparesis progresif atau paraplegia

E. FAKTOR RISIKO

Faktor risiko terjadinya NPB adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk,

masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok,  skoliosis

mayor (kurvatura  >80o), obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang

berhubungan pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk

atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh kerja yang statik), getaran, mengangkat,

membawa beban, menarik beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan.

F. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis radikulopati pada daerah lumbal antara lain :

1) Rasa nyeri pada daerah sakroiliaka, menjalar ke bokong, paha, hingga ke

betis, dan kaki. Nyeri dapat ditimbulkan dengan Valsava maneuvers

(seperti : batuk, bersin, atau mengedan saat defekasi).

2) Pada ruptur diskus intervertebra, nyeri dirasakan lebih berat bila penderita

sedang duduk atau akan berdiri. Ketika duduk, penderita akan menjaga

lututnya dalam keadaan fleksi dan menumpukan berat badannya pada

bokong yang berlawanan. Ketika akan berdiri, penderita menopang dirinya

pada sisi yang sehat, meletakkan satu tangan di punggung, menekuk

tungkai yang terkena (Minor’s sign). Nyeri mereda ketika pasien

berbaring. Umumnya penderita merasa nyaman dengan berbaring

telentang disertai fleksi sendi coxae dan lutut, dan bahu disangga dengan

bantal untuk mengurangi lordosis lumbal. Pada tumor intraspinal, nyeri

tidak berkurang atau bahkan memburuk ketika berbaring.

3) Gangguan postur atau kurvatura vertebra. Pada pemeriksaan dapat

ditemukan berkurangnya lordosis vertebra lumbal karena spasme

involunter otot-otot punggung. Sering ditemui skoliosis lumbal, dan

mungkin juga terjadi skoliosis torakal sebagai kompensasi. Umumnya

Page 8: Presus Poli LBP

8

tubuh akan condong menjauhi area yang sakit, dan panggul akan miring,

sehingga sendi coxae akan terangkat. Bisa saja tubuh penderita akan

bungkuk ke depan dan ke arah yang sakit untuk menghindari stretching

pada saraf yang bersangkutan. Jika iskialgia sangat berat, penderita akan

menghindari ekstensi sendi lutut, dan berjalan dengan bertumpu pada jari

kaki (karena dorsifleksi kaki menyebabkan stretching pada saraf, sehingga

memperburuk nyeri). Penderita bungkuk ke depan, berjalan dengan

langkah kecil dan semifleksi sendi lutut disebut Neri’s sign.

4) Ketika pasien berdiri, dapat ditemukan gluteal fold yang menggantung dan

tampak lipatan kulit tambahan karena otot gluteus yang lemah. Hal ini

merupakan bukti keterlibatan radiks S1.

5) Dapat ditemukan nyeri tekan pada sciatic notch dan sepanjang

n.iskiadikus.

6) Pada kompresi radiks spinal yang berat, dapat ditemukan gangguan

sensasi, paresthesia, kelemahan otot, dan gangguan refleks tendon.

Fasikulasi jarang terjadi.

7) Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya terletak di posterolateral dan

mengakibatkan gejala yang unilateral. Namun bila letak hernia agak besar

dan sentral, dapat menyebabkan gejala pada kedua sisi yang mungkin

dapat disertai gangguan berkemih dan buang air besar.

Gambar 13. Penjalaran nyeri pada radikulopati lumbal

Page 9: Presus Poli LBP

9

G. DIAGNOSIS KLINIS NYERI PUNGGUNG BAWAH

Diagnosis klinis NPB meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan

neurologis serta pemeriksaan penunjang

Anamnesis

Dalam anamnesis perlu diketahui:

Awitan

Penyebab mekanis NPB menyebabkan nyeri mendadak yang timbul

setelah posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot,

peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab

lain timbul bertahap.

Lama dan frekuensi serangan

NBP akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai beberapa

bulan. Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai

resolusinya. Degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa tidak nyaman

kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.

Lokasi dan penyebaran

Kebanyakan NPB akibat gangguan mekanis atau medis terutama terjadi di

daerah lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau hanya di

tungkai bawah mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke

tungkai juga dapat disebabkan peradangan sendi sakroiliaka. Nyeri

psikogenik tidak mempunya pola penyebaran yang tetap.

Faktor yang memperberat/memperingan

Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat

aktivitas. Pada penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri.

Batuk, bersin atau manuver valsava akan memperberat nyeri. Pada

penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap jika berbaring.

Kualitas/intensitas

Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat

membandingkannya dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antara

NPB dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan intensitas dari

masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler. Nyeri

Page 10: Presus Poli LBP

10

pada tungkai yang lebih banyak dari pada NPB dengan rasio 80-20%

menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin memerlukan suatu

tindakan operasi. Bila nyeri NPB lebih banyak daripada nyeri tungkai,

biasanya tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga

biasanya tidak memerlukan tindakan operatif. Gejala NPB yang sudah

lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan gejala

khas dari suatu NPB yang terjadinya secara mekanis.

Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang

biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu NPB,

namun sebagian besar episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan

yang relatif sepele, seperti membungkuk atau memungut barang yang

enteng.

Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan

bertambahnya nyeri NPB, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri

biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa

menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat

menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi.

Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri

pada malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa

menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu

keganasan ataupun infeksi.

H. PEMERIKSAAN FISIK

A. Inspeksi :

Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang

membuat nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta 

adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan

oleh spasme otot paravertebral.

Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:

Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.

Page 11: Presus Poli LBP

11

Ekstensi ke belakang (back extension)  seringkali menyebabkan nyeri pada

tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis

lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen

sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.

Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri

pada tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang

terinflamasi diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan

pada saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada

fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).

Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh

membungkuk ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu

sisi atau ke lateral yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral

menandakan adanya HNP pada sisi yang sama.

Nyeri NPB pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda

menunjukkan kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau

spondilolistesis, namun ini tidak patognomonik.

B. Palpasi :

Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya

kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).

Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan

menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan

ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons pasien. Pada spondilolistesis

yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off) pada palpasi di

tempat/level yang terkena. Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis

dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra. Pemeriksaan fisik yang

lain memfokuskan  pada kelainan neurologis.

Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu

berguna pada diagnosis NPB dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi

level kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang

bersamaan. Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks

L4 dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.

Page 12: Presus Poli LBP

12

Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada

hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron

(UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang

berupa UMN atau LMN.

C. Pemeriksaan motoris

Pemeriksaan harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan

kedua sisi untuk menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin

dengan memperhatikan miotom yang mempersarafinya.

D. Pemeriksaan sensorik

Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan

perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti diagnostiknya

dalam membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai dermatom yang terkena.

Gangguan sensorik lebih bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi

dibanding motoris.

E. Tanda-tanda perangsangan meningeal

Tanda Laseque: menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal

khususnya L5 atau S1. Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada

lutut terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dan

graduil dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan menghasilkan nyeri pada

tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif) dan nyeri akan berkurang bila

lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat

tungkai dengan lutut dalam keadaan ekstensi (stright leg rising). Modifikasi-

modifikasi tanda laseque yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan

suatu nyeri radikuler. Cara laseque yang menimbulkan  nyeri pada tungkai kontra

lateral merupakan tanda  kemungkinan  herniasi diskus.

Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan

nyeri makin besar kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian

juga dengan tanda laseque kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif

yang terbaik untuk suatu HNP, yang terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang

secara operatif terbukti menderita HNP dan pada hernia yang besar dan lengkap

Page 13: Presus Poli LBP

13

tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien. Harus diketahui bahwa tanda

Laseque berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai pada

penderita yang tua dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun).

Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan

dengan cara yang sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri diangkat akan

menimbulkan suatu respons yang positif pada tungkai kontralateral yang sakit dan

menunjukkan adanya suatu HNP.

Tes Bragard: Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama

seperti tes laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.

Tes Sicard: Sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari

kaki.

Tes valsava: Pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila

timbul nyeri

Test Laseque, tes ini positif berarti nyeri menjalar ke tungkai (ischialgia)

dengan derajat kurang dari 70 derajat.

Tes Naffziger, dengan menekan kedua vena jugulare dan pasien mengejan,

maka tekanan intracranial dinaikkan. Jika tes ini positif berarti ada iritasi

terhadap radiks diperkuat, sehingga akan timbul ischialgia diskogenik

Tes Patrick, tes ini positif berarti ada nyeri di sendi panggul

Tes kontrapatrick, tes positif berarti nyeri di daerah sacroiliaka

I. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari NPB yang sering terjadi dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Penyakit Pasien Lokasi Kualitas Memperparah Tanda-tanda

Page 14: Presus Poli LBP

14

atau

kondisi

usia

(tahun) nyeri nyeri

atau

mengurangi

faktor-faktor

Back

strain

20 - 40 punggung

bawah,

bokong,

paha atas

tegang Peningkatan

dengan aktivitas

atau tekukan

kaku, gerak tulang

belakang terbatas

Acute disc

herniation

30 – 50 Punggung

bawah ke

kaki

bagian

bawah

tajam,

menembak

atau nyeri

terbakar,

paresthesia

di kaki

Menurun dengan

berdiri;

meningkat

dengan

membungkuk

atau duduk

Straight leg raise

tes positif,

kelemahan, refleks

asimetris

Osteoarthr

itis atau

stenosis

spinal

> 50 Low back

ke kaki

lebih

rendah;

sering

bilateral

sensation

nyeri, linu,

"pin dan

jarum"

sensasi

Meningkat

dengan berjalan,

terutama jalan

miring, turun

dengan duduk

penurunan ringan

dalam ekstensi

tulang belakang;

mungkin telah atau

asimetris

kelemahan refleks

Spondylo

listhesis

Semua

usia

posterior

paha

Sakit Peningkatan

dengan aktivitas

atau tekukan

Berlebihan dari

kurva lumbal,

diraba "langkah

off" (cacat antara

proses spinosus),

paha belakang yang

ketat

Ankylosin

g

spondyliti

s

15 – 40 Sacroiliac

joints,

lumbar

spine

Sacroiliac

Ache Sakit Morning

stiffness Pagi

kekakuan

Decreased back

motion, tenderness

over sacroiliac

joints Penurunan

gerakan kembali,

Page 15: Presus Poli LBP

15

sendi,

tulang

belakang

lumbal

nyeri tekan di atas

sendi-sendi

sacroiliac

Infeksi Semua

usia

Lumbar

spine,

sacrum

Sharp pain,

ache

Bervariasi Demam, nyeri

perkusif; mungkin

memiliki kelainan

neurologis atau

gerak menurun

Keganasa

n

> 50 Terkena

tulang (s)

Dull ache,

throbbing

pain;

slowly

progressiv

e

Peningkatan

dengan

penyerahan diri

atau batuk

Mungkin memiliki

ketegangan lokal,

tanda-tanda

neurologik atau

demam

F. TES DIAGNOSTIK:

Laboratorium:

Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap

darah (LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.

Pemeriksaan Radiologis :

Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang

dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan

degeneratif,  dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-

kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu

skoliosis akibat spasme otot paravertebral.

CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif  bila vertebra dan level neurologis

telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.

MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan

berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap

memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena.

Page 16: Presus Poli LBP

16

MRI  sangat berguna bila:

vertebra dan level neurologis belum jelas

kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak

untuk menentukan  kemungkinan herniasi diskus post operasi

kecurigaan karena infeksi atau neoplasma

Mielografi atau CT mielografi dan/atau MRI adalah alat diagnostik yang sangat

berharga pada diagnosis NPB dan diperlukan oleh ahli bedah saraf/ortopedi untuk

menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adakah adanya sekwester

diskus yang lepas dan mengeksklusi adanya suatu tumor.

Skoliosis

Scoliosis adalah suatu kelainan yang menyebabkan suatu lekukan yang

abnormal dari spine (tulang belakang). Spine mempunyai lekukan-lekukan yang

normal ketika dilihat dari samping, namun ia harus nampak lurus ketika dilihat

dari depan.  penyebab dari scoliosis tidak diketahui (idiopathic). Ada tiga tipe -

tipe utama lain dari scoliosis: Functional: Pada tipe scoliosis ini, spine adalah

normal, namun suatu lekukan abnormal berkembang karena suatu persoalan

ditempat lain didalam tubuh. Neurokuscular: Pada tipe scoliosis ini ada suatu

persoalan ketika tulangg-tulang tulang bekanag terbentuk. Degeratif: Banyak pada

dewasa yang lebih tua. Biasanya disebabkan oleh perubahan-perubanhan yang

disebabkan oleh artritis

Spondilosis

Spondylosis lumbal adalah kelainan degeneratif yang menyebabkan

hilangnya struktur dan fungsi normal spinal. Proses penuaan adalah penyebab

utama tapi lokasi dan percepatan degenerasi bersifat individual. Spondilosis

muncul sebagai akibat pembentukan tulang baru di tempat dimana ligament anular

mengalami ketegangan. stenosis spinalis lumbalis terjadi melalui perubahan

degeneratif yang menjadi instabilitas dan penekanan akar saraf yang menimbulkan

masalah jika anatomi canalis spinalis seseorang tidak baik. . Paling sering

ditemukan setinggi L3 sampai L5. Nyeri pinggang bawah dan kelemahan

Page 17: Presus Poli LBP

17

punggung kedua keluhan ini, termasuk juga nyeri alih (nyeri pseudoradikuler)

disebabkan oleh instabilitas segmental tulang belakang dan akan berkurang

dengan perubahan postur yang mengurangi posisi lordosis lumbalis : condong ke

depan saat berjalan, berdiri, duduk atau dengan berbaring. Saat berjalan, gejala

permanen dapat meluas ke daerah dermatom yang sebelumnya tidak terkena atau

ke tungkai yang lain, menandakan terlibatnya akar saraf yang lain.

Spur / Osteofit

Muncul sebagai proses degenerasi pada proses pertumbuhan tulang yang

abnormal sehingga dapat menyebabkan gangguan pada sistem anatomi tulang

belakang dan cabang-cabang saraf pada area yang mengalami spur. Biasanya pada

pasien dengan osteoartritis dimana perombakan tulang menjadi lebih tinggi

daripada pembentukan tulang sehingga osteofit dapat muncul sebagai

pertumbuhan yang terganggu. Menimbulkan nyeri pada punggung bawah.

SakroiliitisSakroiliitis adalah peradangan dari salah satu atau kedua sendi yang

menghubungkan bagian bawah tulang belakang Anda ke tulang panggul .

Sakroiliitis dapat menyebabkan nyeri di bokong atau punggung bawah, dan

bahkan dapat memperpanjang bawah salah satu atau kedua kaki. Rasa sakit yang

terkait dengan sakroiliitis sering diperparah oleh berdiri terlalu lama atau dengan

memanjat tangga.

Gejala yang bisa dilihat ketika seseorang mengalami sakroilitis adalah sebagai

berikut:

Adanya rasa nyeri dan kaku pada punggung bawah, paha, dan pantat

Nyeri semakin memburuk ketika penderita berjalan kaki, hal tersebut terjadi

karena gerakan pinggul.

Nyeri menjalar ke kaki

Lemas

Penurunan rentang gerak

Page 18: Presus Poli LBP

18

Diare berdarah terjadi dengan Sindrom Reiter, yang menyebabkan nyeri buang air

kecil, nyeri sendi, nyeri sendi sacroiliac, dan radang mata, dan mendampingi

sakroiliitis.

Adanya peradangan pada salah satu atau kedua mata.

Berbagai faktor dapat menyebabkan atau mempengaruhi berkembangnya

gangguan sakroiliitis adalah sebagai berikut:

Cedera trauma. Cedera trauma dapat seperti kecelakaan dari kendaraan atau akibat

kecelakaan lainnya dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan skroilitis.

Artritis degeneratif, atau osteoartritis tulang belakang, menyebabkan degenerasi

dari sendi sacroiliac dan pada gilirannya menyebabkan peradangan dan nyeri

sendi.

Kehamilan dan persalinan, Sakroiliitis dapat  terjadi   akibat dari melebarnya 

panggul  dan peregangan sendi-sendi sacroiliac saat melahirkan

Infeksi saluran kemih

Infeksi pada sendi sacroiliaka

Untuk pengobatan skroiliitis, para ahli biasanya mengaitkan dengan gejala dan 

penyebabnya. Misalnya, sakroiliitis yang dialami oleh kehamilan dapat diobati

dan diatasi dengan cara memijat jaringan lunah pada  otot totot pinggul dan

panggul bawah. Selain itu, pengobatan juga bisa dilakukan dengan memberi oba

obatan anti inflamasi jika datang nya gangguan sakroilitis diakibatkan oleh

peradangan.

G. PENATALAKSANAAN LBP

Penatalaksanaan NPB diberikan untuk meredakan gejala akut dan

mengatasi etiologi. Pada kasus HNP, terapi dibagi berdasarkan terapi konservatif

dan bedah.

Terapi konservatif

Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki

kondisi fisik pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung

Page 19: Presus Poli LBP

19

secara keseluruhan. 90% pasien akan membaik dalam waktu 6 minggu, hanya

sisanya yang membutuhkan pembedahan.

Terapi konservatif untuk NPB, meliputi:

1. Tirah baring

Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan

intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan

menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke

aktivitas biasa.

Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan

punggung, lutut dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari

vertebra lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan memisahkan

aproksimasi jaringan yang meradang.

2. Medikamentosa

1. Analgetik dan NSAID

2. Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot

3. Opioid: tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa. Pemakaian

jangka panjang dapat menyebabkan ketergantungan

4. Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun

dapat dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi

inflamasi.

5. Analgetik ajuvan: dipakai pada HNP kronis

Terapi fisik

Traksi pelvis

Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak terbukti

bermanfaat. Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset dan traksi

dengan tirah baring dan korset saja tidak menunjukkan perbedaan dalam

kecepatan penyembuhan.

Page 20: Presus Poli LBP

20

Diatermi/kompres panas/dingin

Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot.

Pada keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila

terdapat edema. Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun

dingin.

Korset lumbal

Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat digunakan untuk

mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada NPB kronis. Sebagai

penyangga korset dapat mengurangi beban pada diskus serta dapat mengurangi

spasme.

Latihan

Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada punggung

seperti jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan

penguatan. Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan

otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi

pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga aliran darah semakin meningkat.

Latihan kelenturan

Punggung yang kaku berarti kurang fleksibel akibatnya vertebra lumbosakral

tidak sepenuhnya lentur. Keterbatasan ini dapat dirasakan sebagai keluhan

“kencang”.

Latihan untuk kelenturan punggung adalah dengan membuat posisi meringkuk

seperti bayi dari posisi terlentang. Tungkai digunakan sebagai tumpuan tarikan.

Untuk menghasilkan posisi knee-chest, panggul diangkat dari lantai sehingga

punggung teregang, dilakukan fleksi bertahap punggung bawah bersamaan

dengan fleksi leher dan membawa dagu ke dada. Dengan gerakan ini sendi akan

mencapai rentang maksimumnya. Latihan ini dilakukan sebanyak 3 kali gerakan,

2 kali sehari.

Page 21: Presus Poli LBP

21

Latihan penguatan

Latihan pergelangan kaki: Gerakkan pergelangan kaki ke depan dan belakang dari

posisi berbaring.

Latihan menggerakkan tumit: Dari posisi berbaring lutut ditekuk dan kembali

diluruskan dengan tumit tetap menempel pada lantai (menggeser tumit).

Latihan mengangkat panggul: Pasien dalam posisi telentang, dengan lutut dan

punggung fleksi, kaki bertumpu di lantai. Kemudian punggung ditekankan pada

lantai dan panggul diangkat pelan-pelan dari lantai, dibantu dengan tangan yang

bertumpu pada lantai. Latihan ini untuk meningkatkan lordosis vertebra lumbal.

Latihan berdiri: Berdiri membelakangi dinding dengan jarak 10-20 cm, kemudian

punggung menekan dinding dan panggul direnggangkan dari dinding sehingga

punggung menekan dinding. Latihan ini untuk memperkuat muskulus kuadriseps.

Latihan peregangan otot hamstring: Peregangan otot hamstring penting karena

otot hamstring yang kencang menyebabkan beban pada vertebra lumbosakral

termasuk pada anulus diskus posterior, ligamen dan otot erector spinae. Latihan

dilakukan dari posisi duduk, kaki lurus ke depan dan badan dibungkukkan untuk

berusaha menyentuh ujung kaki. Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri.

Latihan berjinjit: Latihan dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada 2 kaki,

kemudian berjinjit (mengangkat tumit) dan kembali seperti semula. Gerakan ini

dilakukan 10 kali.

Latihan mengangkat kaki: Latihan dilakukan dengan menekuk satu lutut,

meluruskan kaki yang lain dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20 cm dan

tahan selama 1-5 detik. Turunkan kaki secara perlahan. Latihan ini diulang 10

kali.

Proper body mechanics: Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap

tubuh yang baik untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.

Beberapa prinsip dalam menjaga posisi punggung adalah sebagai berikut:

Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak

dan lurus. Hal ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.

Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir

tempat tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan

Page 22: Presus Poli LBP

22

berubah ke posisi duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada

paha untuk membantu posisi berdiri.

Pada posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan

menggeser posisi panggul.

Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan

diangkat dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.

Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak

jongkok, punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan

otot perut. Dengan punggung lurus, beban diangkat dengan cara

meluruskan kaki. Beban yang diangkat dengan tangan diletakkan sedekat

mungkin dengan dada.

Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan

kaki harus berubah posisi secara bersamaan.

Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok

dengan wc duduk sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani

punggung saat bangkit.

Dengan melakukan latihan setiap hari, atau setidaknya 3-4 kali/minggu secara

teratur maka diperkirakan dalam 6-8 minggu kekuatan akan membaik sebanyak

20-40% dibandingkan saat NPB akut.

Terapi operatif

Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi pada saraf

sehingga nyeri dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif pada HNP

harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa: 10

Defisit neurologik memburuk.

Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).

Paresis otot tungkai bawah.

Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis diangkat untuk mengurangi

tekanan terhadap nervus. Laminectomy dapat dilakukan sebagai dekompresi.

Page 23: Presus Poli LBP

23

BAB IIPRESENTASI KASUS

Autoanamnesa

Tanggal : 2 April 2012

No. CM : 187653

Ruang : Poli Syaraf

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. R

Umur : 47 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Cabean, Karang Duren, Tengaran

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

II. DATA SUBYEKTIF

Keluhan utama : Nyeri punggung bagian belakang,kaki terasa kemeng

Lokasi : Punggung ( Lumbal 5 – Sacral 1 )

Onset : Kronis eksaserbasi akut

Kualitas : Ketika Os datang ke poli syaraf, Os mengeluh sakit

punggung dan pinggang yang menjalar sampai ke tungkai

bawah kiri yang terasa kemeng-kemeng. Dengan nyeri yang

diderita Os terganggu untuk melakukan aktivitas sehari-hari

dan Os merasakan susah untuk tidur dan duduk dengan

nyaman. Nyeri timbul saat batuk, bersin dan beraktivitas.

Kuantitas : Nyeri bersifat terus-menerus dan progresif

Kronologis :

Page 24: Presus Poli LBP

24

Kurang lebih sudah 1 bulan ini Os merasakan nyeri pegal-

pegal di punggung karena Os adalah seorang ibu rumah

tangga yang banyak beraktivitas dan terkadang berjualan dan

mengangkat barang-barang tertentu. Sejak 1 bulan yang lalu

OS mulai merasakan nyeri dan kemeng-kemenga pada

punggung yang menurut OS menjalar sampai pinggul dan

tungkai kiri. Menurut OS nyeri dirasakan semakin bertambah

dan awalnya untuk duduk dan tidur OS merasa nyeri namun

akhir-akhir ini untuk beraktivitas dan berjalan mulai terasa

kemeng. Keluhan lain seperti demam (-), mual (-), muntah

(-), OS juga tidak merasa sakit dan panas pada saat BAK,

tidak ada keluhan pada siklus dan saat menstruasi.

Faktor yang memperberat :

Membungkuk, duduk dan tiduran

Faktor yang memperingan : Berbaring miring ke kanan, pakai balsem di area

yang sakit

III. Anamnesis Sistem :

Sistem Saraf : Sakit kepala (-), Demam (-)

Sistem Kardiovaskuler : Rasa berdebar-debar (-), Nyeri dada (-)

Sistem Respirasi : Sesak Nafas (-), Batuk (-), Pilek (-)

Sistem Digesti : Mual (-), Muntah (-), BAB cair (-)

Sistem Urogenital : BAK normal

Sistem Integumentum : Petekie (-), Gatal-gatal (-),

Sistem Muskuloskeletal : Keterbatasan gerak (+), oedema (-), ruam (-),

pucat (-), cepat lelah (+), pegal (+) nyeri pinggang (+)

Sistem Saraf : Kesemutan (+), Mati rasa (+)

IV. Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat Trauma (-) dan Asam Urat (-)

Page 25: Presus Poli LBP

25

Tidak ada riwayat opname/mondok

Tidak ada riwayat alergi

Hipertensi (+)

Diabetes Mellitus (-)

V. Riwayat penyakit keluarga :

Saat ini tidak ada keluarga yang mengalami sakit serupa

Riwayat keluarga hipertensi (-)

Riwayat keluarga DM (-)

VI. DATA OBYEKTIF

A. Status present

Denyut nadi : 72 x/menit

Tekanan darah : 170/80 mmHg

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,5° C

Berat badan : 97 Kg

Tinggi Badan : 150 cm

B. Status Internus

Kepala : Mesosepal, bentuk simetris dan tidak ada bekas luka

(jahitan)

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limpa, kaku kuduk (-).

Toraks : Bentuk dinding toraks simetris, ketinggalan gerak (-)

Jantung : Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC 5, dari linea

midklavicula kiri

Perkusi : Suara redup

Batas jantung :

Kiri atas : SIC II Linea parasternalis kiri

Kanan atas : SIC II Linea parasternalis kanan

Page 26: Presus Poli LBP

26

Kiri bawah : SIC V 2 cm kaudolateral dari linea

midklavicula

Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis kanan

Auskultasi : Irama jantung teratur, gallop (-), murmur

(-)

Paru-paru : Inspeksi : Permukaan cembung

Palpasi : Fraktur kosta (-)

Perkusi : Sonor hampir di semua lapang paru

Auskultasi : Suara dasar : Vasikuler (+), Wheezing (-)

Abdomen : Inspeksi : Permukaan datar, venektasi tidak ada

Palpasi : Nyeri tekan (-), supel, hepar dan lien tidak

teraba

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Perkusi : Timpani

D. Status Neurologis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis; GCS : E 4V5M6

Orientasi : Orang (baik), Waktu (baik), Tempat (baik), Situasi

(baik).

Daya Ingat : Baru (baik), Lama (baik).

SARAF-SARAF OTAK

Kanan Kiri

N I (Olfaktorius)

Daya Penghidu + +

N II (Optikus) Kanan Kiri

Daya penglihatan N N

Pengenalan warna + +

Medan penglihatan + +

N III (Okulomotorius)

Ptosis - -

Page 27: Presus Poli LBP

27

Gerakan bola mata ke :

Superior + +

Inferior + +

Medial + +

Ukuran pupil 2 mm 2 mm

Bentuk pupil bulat bulat

Reflek cahaya langsung + +

N IV (Troklearis)

Gerak bola mata ke lateral bawah + +

Diplopia - -

N V (Trigeminus)

Menggigit + +

Membuka mulut + +

N VI (Abdusens)

Gerakan mata ke lateral + +

N VII (Facialis)

Kerutan kulit dahi + +

Kedipan mata + +

Lipatan nasolabial + +

Sudut mulut + +

Mengerutkan dahi + +

Mengerutkan alis + +

Menutup mata + +

Meringis + +

Menggembungkan pipi + +

N VIII (Akustikus)

Mendengar suara + +

N IX (Glosofaringeus)

Sengau -

Tersedak -

N X (Vagus)

Page 28: Presus Poli LBP

28

Denyut nadi 72 x/menit 72 x/menit

Bersuara + +

Menelan + +

N XI (Asesorius)

Memalingkan kepala + +

Sikap bahu N N

Mengangkat bahu - -

Trofi otot bahu Eutrofi Eutrofi

N XII (Hipoglosus)

Sikap lidah N N

Tremor lidah - -

Menjulurkan lidah N N

Trofi otot lidah - -

BADAN

Nyeri membungkukkan badan : (+)

KOLUMNA VERTEBRALIS

Bentuk : Normal

Nyeri tekan : (+) antara ± L5 – S1

ANGGOTA GERAK ATAS

Inspeksi : Drop hand : -/-

Pitcher hand : -/-

Claw hand : -/-

Ekstremitas Superior Ekstremitas inferior

Gerakan N/N N/N

Sensibilitas N/N N/N

Kekuatan 5/5 5/5

Tonus N/N N/N

Page 29: Presus Poli LBP

29

Trofi Eutrofi Eutrofi

Biseps Triseps Radius Ulna Patella Achilles

Reflek Fisiologis N/N N/N N/N N/N N/↓ N/N

Reflek Patologis Kanan Kiri

Babinski - -

Chaddock - -

Oppenheim - -

Gordon - -

Schaefer - -

Gonda - -

Bing - -

Rosalimo - -

Mendel Bectrew - -

Hoffmann-Tromner - -

Tes Lasegue - -

Tes Patrick - +

Tes Kontra Patrick - +

Kernig - -

Valsava -

Naffziger -

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Rontgen Foto Lumbal)

- Skoliosis dan spondilosis Columna Vertebra Lumbal

- Spur pada corpus vertebra lumbal

- Sacroilitis

VIII. KESIMPULAN (Assesment)

Diagnosis klinis : Low Back Pain

Diagnosis topik : Radiks lumbal

Diagnosis etiologi : Sacroilitis, skoliosis, spondilosis dan spur

Page 30: Presus Poli LBP

30

IX. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa :

Tramadol ½ tab

Parasetamol 350 mg 1-0-1

Diazepam 0,1 mg

Plexion 1-0-1

Haloperidol 0,75 mg

THP 1,5 mg 0-1-1

Diazepam 0,1 mg

Myonep 1-1-0

VII. PLANNING

1. Konsul Rehabilitasi Medik

2. Kontrol ke dokter syaraf

Page 31: Presus Poli LBP

31

BAB III

PEMBAHASAN

1. INTERPRETASI HASIL ANAMNESIS

A. Keluhan Utama

Nyeri punggung dan kemeng-kemeng

Nyeri punggung yang dialami oleh pasien disini bisa disebabkan

oleh berbagai macam penyebab, Usia yang bertambah tua juga bisa

menyebabkan nyeri punggung seperti degenerasi disk, spondilolistesis

dll.Dugaan kausa penyebab nyeri pada pasien juga dipertimbangkan

mengingat ada hal-hal yang memperberat (pada saat tidur dan duduk) dan

ada factor yang meringankan gejala. Berat badan pasien diduga juga

sebagai factor resiko kausa keluhan dimana pasien memiliki berat badan

yang masuk dalam kategori obesitas dimana BMI pasien adalah 43,111

(obesitas 3) diduga hal inilah yang mungkin membebani tulang punggung

pasien.

Nyeri dan kemeng-kemeng yang menjalar pada dari punggung dan

kaki kiri pasien menandakan bahwa nyeri berasal dari radiks vertebra yang

memiliki gambaran klinis yang sama. Saraf tertekan sehingga

menimbulkan keluhan yang sekarang dialami pasien.

2. INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN

Untuk interpretasi hasil pemeriksaan semua masih dalam batas

normal hanya saja terjadi gangguan di ektremitas berupa kemeng-kemeng

dan pada pemeriksaan fisik TES PATRICK, KONTRA PATRICK positif

menandakan bahwa nyeri sendi pada sacrum dan lumbal merupakan

penyebab keluhan pasien.

3. DIAGNOSIS KERJA

Low Back Pain : Melihat dari data di atas dapat kita simpulkan

bahwa pasien menderita LBP sejak 1 bulan yang lalu.

Page 32: Presus Poli LBP

32

Dari sejumlah penyebab, herniasi (penonjolan) bantalan sendi

tulang belakang (hernia nukleus pulposus, HNP) merupakan penyebab

terbanyak LBP dan biasanya keadaan ini disertai dengan rasa kesemutan,

baal, berkurangnya sensasi rasa pada tungkai akibat saraf tulang belakang

yang terjepit. Penyebab lainnya bisa disebabkan oleh otot punggung, sendi

antar tulang belakang, sendi antar tulang belakang dan tulang panggul dan

osteoporosis. Penyebab yang jarang namun bisa juga terjadi adalah

gangguan hormonal (misalnya hipertiroid, hiperparatiroid, Cushing’s

disease), rematik kadang memberikan gambaran LBP serta gangguan pada

organ-organ dalam tubuh juga dapat memberi kesan LBP dan yang

terakhir yang tidak boleh diabaikan adalah gangguan psikis dan fungsional

dapat pula bermanifestasi LBP.

Pada pasien kausa atau penyebab munculnya keluhan pada

punggung dan kaki pasien adalah adanya gambaran skoliosis, spondylosis

dan spur dan sakroilitis dari hasil bacaan rontgen lumbal AP, PA, lateral.

4. PENATALAKSANAAN

A. FARMAKOLOGI

   Penanganan konservatif

Tujuan penatalaksanaan secara konservatif adalah menghilangkan

nyeri dan melakukan restorasi fungsional. Harus diberikan penerangan

yang jelas tentang perjalanan penyakitnya, tes-tes diagnostik, cara-cara

pencegahan, peran pembedahan sehingga pasien dapat menilai keadaan

dirinya dan mengerti tindakan yang diambil oleh dokter dengan

konsekuensi dari terapi yang dipilih. Dalam penanganan umum

penderita diberikan informasi dan edukasi tentang hal-hal seperti:

sikap badan, tirah baring dan mobilisasi. Medikamentosa diberikan

terutama untuk mengurangi nyeri yaitu dengan analgetika.  Cara

pemberian analgetik mengacu seperti pada petunjuk tiga jenjang terapi

analgetik WHO. Sering obat yang sesuai untuk penanganan dimulai

Page 33: Presus Poli LBP

33

dengan asetaminofen dan/atau nonsteroidal anti-inflammatory drug

(NSAID). Untuk LBP akut secara fakta didapatkan bahwa tidak

terdapat  NSAID spesifik yang lebih efektif terhadap yang lainnya.13

Medikasi lain yang dapat diberikan sebagai tambahan adalah relaksan

otot, antidepresan trisiklik, dan antiepileptika seperti fenitoin,

karbamazepin, gabapentin, dan topiramat.

Dari segi rehabilitasi, modalitas penanganan penderita HNP tergantung

dari stadium dampak dari penyakit tersebut yang dibedakan atas:1

         Stadium impairment; fisioterapi

         Stadium disabilitas; latihan penguatan otot

         Stadium handicap; analisa sifat pekerjaan dan diikuti

penyesuaian cara bekerja/alih pekerjaan.

Pada pasien telah diberikan obat-obatan pengurang rasa nyeri NSAID

dan muscle relaxant.

Page 34: Presus Poli LBP

34

DAFTAR PUSTAKA

1. Wheeler AH, Stubbart J. Pathophysology of chronic back pain. Up date

April 13, 2006. www.emedicine.com/neuro/topic516.htm

2. Aulina S. Anatomi dan Biomekanik Tulang Belakang. Dalam: Meliala L,

Nyeri Punggung Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter

Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta, 2003.

3. Adam RD, Victor M, Ropper AH. Principles of neurology. 7th ed. McGraw

Hill co. New York. 2005: 194-212.

4. Suryamiharja A, Meliala L. Penuntun Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik.

Edisi Kedua. Medikagama Press. Yogyakarta, 2000.

5. Patel AT, Ogle AA. Diagnosis and management of acute low back pain.

Available from: URLhttp://www.afp/low%20back%20pain\Diagnosis

%20Management%20of%20Acute%20Low%20Back%20Pain.htm.

6. Anderson GBJ. Epidemiological features of chronic low back pain. Lancet

1999; 354:581-5.