lapter

10
Nama : Eko Pristiawan Nim : 201310340311084 Sejarah Penerbangan di Indonesia Pesawat Terbang Pra Kemerdekaan Indonesia Pada jaman Pemerintah kolonial Belanda tidak mempunyai program perancangan pesawat udara, namun telah melakukan serangkaian aktivitas yang berkaitan dengan pembuatan lisensi, serta evaluasi teknis dan keselamatan untuk pesawat yang dioperasikan di kawasan tropis, Indonesia. 1914 : Pendirian Bagian Uji Terbang di Surabaya dengan tugas meneliti prestasi terbang pesawat udara untuk daerah tropis. 1922 : Orang Indonesia sudah terlibat memodifikasi sebuah pesawat yang dilakukan di sebuah rumah di daerah Cikapundung sekarang. 1930 : Pembangunan Bagian Pembuatan Pesawat Udara di Sukamiskin yang memproduksi pesawat-pesawat buatan Canada AVRO-AL, dengan modifikasi badan dibuat dari tripleks lokal. Pabrik ini kemudian dipindahkan ke Lapangan Udara Andir (kini Lanud Husein Sastranegara). 1937 : Pada periode itu di bengkel milik pribadi minat membuat pesawat terbang berkembang. delapan tahun sebelum kemerdekaan atas permintaan seorang pengusaha, serta hasil rancangan LW. Walraven dan MV. Patist putera-putera Indonesia yang dipelopori Tossin membuat pesawat terbang di salah satu bengkel di Jl. Pasirkaliki Bandung dengan nama PK.KKH. Pesawat ini sempat menggegerkan dunia penerbangan waktu itu karena kemampuannya terbang ke Belanda dan daratan Cina pergi pulang yang diterbang pilot berkebangsaan Perancis, A. Duval. 1938 : atas permintaan LW. Walraven dan MV. Patist - perancang PK.KKH - dibuat lagi pesawat lebih kecil di bengkel Jl. Kebon Kawung, Bandung.

Upload: eko-priztiawan

Post on 05-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

silahkan

TRANSCRIPT

Page 1: lapter

Nama : Eko Pristiawan

Nim : 201310340311084

Sejarah Penerbangan di Indonesia

Pesawat Terbang Pra Kemerdekaan Indonesia

Pada jaman Pemerintah kolonial Belanda tidak mempunyai program perancangan pesawat udara, namun telah melakukan serangkaian aktivitas yang berkaitan dengan pembuatan lisensi, serta evaluasi teknis dan keselamatan untuk pesawat yang dioperasikan di kawasan tropis, Indonesia.

1914 : Pendirian Bagian Uji Terbang di Surabaya dengan tugas meneliti prestasi terbang pesawat udara untuk daerah tropis.

1922 :  Orang Indonesia sudah terlibat memodifikasi sebuah pesawat yang dilakukan di sebuah rumah di daerah Cikapundung sekarang.

1930 : Pembangunan Bagian Pembuatan Pesawat Udara di Sukamiskin yang memproduksi pesawat-pesawat buatan Canada AVRO-AL, dengan modifikasi badan dibuat dari tripleks lokal. Pabrik ini kemudian dipindahkan ke Lapangan Udara Andir (kini Lanud Husein Sastranegara).

1937 : Pada periode itu di bengkel milik pribadi minat membuat pesawat terbang berkembang.  delapan tahun sebelum kemerdekaan atas permintaan seorang pengusaha, serta hasil rancangan LW. Walraven dan MV. Patist putera-putera Indonesia yang dipelopori Tossin membuat pesawat terbang di salah satu bengkel di Jl. Pasirkaliki Bandung dengan nama PK.KKH. Pesawat ini sempat menggegerkan dunia penerbangan waktu itu karena kemampuannya terbang ke Belanda dan daratan Cina pergi pulang yang diterbang pilot berkebangsaan Perancis, A. Duval.

1938 : atas permintaan LW. Walraven dan MV. Patist - perancang PK.KKH - dibuat lagi pesawat lebih kecil di bengkel Jl. Kebon Kawung, Bandung.

Pesawat Terbang Pasca Perang Kemerdekaan

Pada tahun 1946 dibentuk Biro Rencana dari konstruksi tubuh TNI AU di Yogyakarta yang dipelopori oleh  Wiweko Soepomo  dan  Nurtanio Pringgoadisuryo. Biro rencana ini telah berhasil membuat pesawat layang jenis Jogling, pesawat terbang bermotor Harley Davidson, pesawat terbang ini diberi tanda WELX dengan nomor registrasi RI-X. Akibat pecahnya perang dunia II, aktifitas Biro Rencana terhenti dan dilanjutkan kembali setelah kemerdekaan dengan mendirikan perbengkelan di Bandung yang dinamakan Seksi Percobaan.

Pada tanggal 1 Agutus 1954 Seksi Percobaan tersebut berhasil membuat dan menerbangkan Sikumbang dengan material serba logam (all metal) menggunakan motor Gypsi Queen berkekuatan 200 PK. Berdasarkan Keputusan Kepala Staf TNI AU No.68 tanggal 24 April 1957, Seksi Percobaan ditingkatkan menjadi Sub Depot Penyelidikan. Pada tahun 1958 Indonesia memproduksi pesawat terbang kecil yaitu SIKUNANG dan SIBELALANG. Belalang

Page 2: lapter

adalah pesawat terbang latih Navigasi yang dilengkapi dengan motor continental 90 PK di awaki oleh 2 orang. Pesawat ini digunakan untuk melatih pilot tempur angkatan udara saat itu.

Industri penerbangan terus berlanjut dengan adanya keputusan Menteri / Kepala Staf AU no.468 tanggal 1 Agustus 1960, yaitu dengan dibentuknya Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (LAPIP), yang mempunyai tugas menyiapkan pembangunan Industri Penerbangan di Indonesia. Kemudian LAPIP mengadakan kerjasama dengan Polandia untuk membangun Pabrik Pesawat Terbang yang dinamakan LIPNUR (Lembaga Industri Pesawat Terbang Nurtanio).

Pada tanggal 5 April 1976 dikeluarkan peraturan pemerintah nomor 12 tahun 1976 untuk menyatukan LIPNUR, Devisi Advented Technology dan Teknologi Penerbangnan Pertamina ke dalam satu wadah yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Pemerintah memberikan kepercayaan kepada Prof.Dr.Ir.Bj.Habibie untuk menghimpun segala potensi yang ada dan memanfaatkan segala fasilitas yang tersedia. Maka lahirlah PT.Industri Pesawat Terbang Nurtanio yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 23 Agustus 1976 dan pada tahun 1986 PT. IPT Nurtanio diganti lagi menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).

Langkah Progressif yang dilakukan oleh PT IPTN diawali dengan program lisensi NBO 105 dari MBB Jerman Barat, NC 212 dari CASA Spanyol dan Program Lisensi Helicopter PUMA NSA-330 dan disusul dengan Super Puma NAS-332 tahun 1979. Program ini dinamakan program alih teknologi.

Pada tahun 1979 program alih teknologi dilanjutkan dengan Integrasi Teknologi yang direalisasikan melalui kerjasama dengan CASA Spanyol dengan membentuk usaha patungan yang bernama Aircraft Technology Industri (Air Tech). Programnya merancang dan memproduksi pesawat angkut serbaguna yaitu CN-235, pesawat yang diumumkan di pameran Kedirgantaraan Paris ke-34 tanggal 10 Juni 1980.

Pada bulan Juli 1982 dengan langkah pasti dan berani IPTN menandatangani kerjasama teknik dengan Boeing Company pada tahun 1987 IPTN mulai menggarap produksi sebagian komponen Boeing 767 dan Boeing 737. Pada bulan November 1982 kerjasama lisensi dengan Bell Helicopter Textron Inc. dirilis untuk memproduksi Helicopter NBELL 412, dan IPTN juga mendirikan Divisi System Persenjataan untuk kepentingan versi pertahanan.

Pada tahun 1983 secara bertahap IPTN mengembangkan Pusat Perawatan Mesin (Universal Mantenance Center). Kemajuan yang pesat dicapai oleh Indonesia dalam bidang pembuatan pesawat terbang ditandai dengan keberhasilan terbang perdana N-250 Gatotkaca pada tanggal 17 Agustus 1995 (Ulang Tahun emas Indonesia). Pesawat N-250, 100% hasil rancangan putra-putri Indonesia dan program ini dilanjutkan dengan pembuatan N-2130 bermesin jet.

Sejarah Penerbangan Domestik dan Internasional

Page 3: lapter

Ada dua maskapai di Indonesia yang melakukan pelayanan penerbangan pada tahun 1950-an, yaitu maskapai Garuda Indonesia Airlines dan Merpati Airlines. Kedua maskapai ini telah memberikan pelayanan penerbangan pada tahun 1950-an.

1. Garuda Indonesia Airlines

Pada tanggal 28 Desember 1949, penerbangan bersejarah terjadi pada pesawat DC-3 dengan registrasi PK-DPD milik KLM Interinsulair terbang membawa Presiden Soekarno dari Yogyakarta ke Jakarta untuk menghadiri upacara pelantikannya sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan nama Garuda Indonesian Airways, yang diberikan oleh Presiden Soekarno kepada perusahaan penerbangan pertama ini.

Dekade 1940-1950-an: awal pendirian, perjuangan, dan menjadi maskapai nasional

Pada tanggal 26 Januari 1949 dianggap sebagai hari jadi Garuda Indonesia, dimana maskapai bernama Indonesian Airways terbang dari Jogjakarta menuju Jakarta dengan pesawat yang bernama Seulawah atau Gunung Emas, yang diambil dari nama gunung terkenal di Aceh dana untuk membeli pesawat ini, didapatkan dari sumbangan rakyat Aceh, pesawat tersebut dibeli seharga 120.000 Dollar Malaya yang sama dengan 20 kg emas. Maskapai ini tetap mendukung Indonesia sampai revolusi terhadap Belanda berakhir, Garuda Indonesia mendapatkan konsesi monopoli penerbangan dari Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1950 dari KLM, perusahaan penerbangan nasional Belanda. Selain itu, Pemerintah Birma juga membantu pendirian maskapai ini. Garuda pada awalnya adalah hasil joint venture antara Pemerintah Indonesia dengan maskapai Belanda, Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (KLM) dengan kalkulasi Pemerintah Indonesia memiliki 51% saham dan selama 10 tahun pertama, perusahaan ini dikelola oleh KLM, karena paksaan nasionalis KLM menjual sebagian dari sahamnya pada tahun 1953 ke Pemerintah Indonesia dan pada waktu yang bersamaan, maskapai ini memiliki 46 pesawat. Tahun 1956, Garuda Indonesia meresmikan pelayanan penerbangan haji menuju Mekkah dengan Convair CV-340.

Untuk membalas budi Birma, Garuda menyumbangkan sebuah pesawat DC-3 kepada Pemerintah negara itu. Saat itu, Garuda memiliki 27 pesawat terbang, staf terdidik, bandara dan jadwal penerbangan. Kesiapan Garuda Indonesia ini membuat mereka berbeda dengan maskapai pionir lainnya di Asia.

Dekade 1960-1970-an: Perkembangan signifikan dan berekspansi

Dekade ini merupakan dekade pembangunan sekaligus kemajuan untuk Garuda. Pada tahun 1961, Garuda mendatangkan pesawatturboprop Lockheed L-188C Electra, ketiga pesawat baru itu masuk dinas aktif pada bulan Januari 1961 dan diberi nama "Pulau Bali", "Candi Borobudur" dan "Danau Toba", yang merupakan nama tujuan wisata Indonesia yang paling dikenal di luar negeri, tahun 1963, Garuda membuka rute penerbangan menuju Tokyo dengan pesawat L-188 dengan perhentian di Hongkong, rute ini kemudian dikenal dengan nama "Emerald Route". Garuda memasuki era jet pada tahun 1964 dengan datangnya tiga pesawat baru Convair 990A yang diberi nama

Page 4: lapter

"Majapahit", "Pajajaran" dan "Sriwijaya", yang merupakan nama kerajaan kuno di Indonesia dan menjadikan Garuda Indonesia maskapai pertama di Asia Tenggara yang mengoperasikan pesawat jet subsonik. Saat itu, jet bermesin empat Convair 990 merupakan pesawat berteknologi canggih dan memiliki kecepatan tertinggi dibandingkan pesawat-pesawat lain yang sejenis, sepertiBoeing 707 dan Douglas DC-8. Dengan pesawat ini pula Garuda membuka penerbangan antarbenua dari Jakarta ke Amsterdammelewati Medan, Bombay, Beirut dan Roma.

Pada tahun 1966, Garuda kembali memperkuat armada jetnya dengan mendatangkan sebuah pesawat jet baru, yaitu Douglas DC-8. Sementara, pada akhir tahun 1960-an, Garuda membeli sejumlah pesawat turboprop baru seperti, Fokker F27. Pesawat ini datang secara bertahap mulai tahun 1969 hingga 1970 dari hasil penjualan beberapa pesawat berbadan lebar untuk memenuhi pasar domestik yang terus berkembang.

Dekade 1970-1980-an: Berkembang maju dan mendunia

Dilanjutkan pada dekade 1970-1980-an. Wiweko Soepono Dirut Garuda Indonesia, melakukan program revitalisasi perusahaan yang mencakup perbaikan layanan, mengganti sistem manajemen, anti-KKN, memperbarui dan menambah armada serta menambah rute Domestik dan Internasional kemudian, beberapa pesawat di jual untuk menggarap pasar domestik dengan Fokker F-27 dan Fokker F-28 dan pada pertengahan 1970an, muncul dimana sebuah tren kenaikan jumlah penumpang yang naik pesawat dan tren tersebut tidak disia-siakan oleh Wiweko untuk membeli pesawat berbadan lebar dengan jarak jangkauan yang jauh dan penumpang yang banyak yaitu, Boeing B747-200 dan Douglas DC-10-30 yang di peruntukkan Garuda menerbangi rute baru di Benua Asia, Australia dan Eropa dan pada tahun 1982 Garuda Indonesia menjadi maskapai pengguna pertama Airbus A300B4-600 FFCC (Modifikasi kokpit dengan 2 awak). Memiliki inisiatif dan inovasi yang menarik di Garuda Indonesia, Wiweko yang menjabat menjadi Dirut selama 16 tahun berhasil membawa GIA menjadi maskapai terbesar ke 2 se Asia setelah Japan Airlines serta menjadi maskapai terbesar dan berpengaruh di belahan bumi bagian selatan.

1985: Rebranding

Kemudian di tahun 1985, pimpinan GIA digantikan oleh R.A.J Lumenta. Kemudian, Ia melakukan re-branding terhadap maskapai dengan merubah nama dari Garuda Indonesian Airways menjadi Garuda Indonesia dan memindahkan pangkalan utama yang sebelumnya berada di Bandara Kemayoran dan Bandar Udara Halim Perdanakusuma dipindahkan ke Soekarno Hatta dan melakukan perbaikan sistem manajemen dan penambahan rute. Pada tahun 1985, Garuda Indonesia berhasil merintis penerbangan menuju Amerika Serikatdengan Douglas DC-10-30 bersama maskapai Continental Airlines dengan destinasi Los Angeles dan berhenti di Denpasar-Biak-Hawaiidengan menggunakan logo spesial gabungan dari Continental Airlines dan Garuda Indonesia.

Page 5: lapter

Dekade 1990-2000-an: Kecelakaan beruntun, kesulitan ekonomi dan reputasi buruk

Sepanjang dekade 1990, Garuda yang saat itu dipimpin oleh Wage Mulyono melakukan pembelian armada pesawat 9 unit McDonnell-Douglas MD-11 (datang tahun 1991 sebagai pengganti DC-10), Boeing 737 seri -300 , -400, dan -500 (datang tahun 1992, sebagai pengganti DC-9), serta Boeing 747-400 (datang tahun 1994, 2 dibeli langsung dari Boeing, 1 dibeli dari Varig) dan Airbus A330-300 (datang tahun1996, pembeli pertama). Tetapi, pada masa ini Garuda mengalami dua musibah besar yang terjadi di dua tempat, yang pertama di Fukuoka dan satunya lagi terjadi di desa Sibolangit, Sumatera Utara. Musibah yang kedua ini ini menewaskan seluruh penumpangnya, disamping itu, maskapai ini juga terkena imbas Krisis Finansial Asia yang juga membuat keuangan Indonesia menjadi lesu. Hal ini membuat Garuda harus memotong semua rute yang tidak menguntungkan, terutama rute jarak jauh menuju ke Eropa maupun Amerika (meski beberapa rute ke Eropa seperti Frankfurt, London dan Amsterdam sempat dibuka kembali, namun akhirnya kembali ditutup.). Disamping menutup rute jarak jauh yang tidak menguntungkan, maskapai ini juga mengembangkan rute domestik yang bisa membantu meningkatnya neraca keuangan.

Memasuki tahun 2000-an, maskapai ini membentuk anak perusahaan bernama Citilink yang menyediakan penerbangan berbiaya murah dari Surabaya ke kota-kota lain di Indonesia. Namun, Garuda masih saja bermasalah, selain menghadapi masalah keuangan, Beberapa peristiwa internasional (juga di Indonesia) juga memperburuk kinerja Garuda, seperti Serangan 11 September 2001, Bom Bali I dan Bom Bali II, wabah SARS, dan Bencana Tsunami Aceh 26 Desember 2004. Selain itu, Garuda juga menghadapi masalah keselamatan penerbangan, terutama setelah peristiwa Garuda Indonesia Penerbangan 200, akibat hal ini, Uni Eropa memberi surat larangan terbang ke Eropa bagi semua maskapai Indonesia. Namun, setelah perbaikan besar-besaran, tahun 2010 maskapai ini diperbolehkan kembali terbang ke Eropa, setelah misi inspeksi oleh tim pimpinan Frederico Grandini yang bertugas untuk memastikan segala kemungkinan yang ada untuk memulai pembukaan kembali rute dengan merekomendasikan pembukaan rute Jakarta – Amsterdam

2. Merpati Airlines

Merpati Nusantara Airlines adalah salah satu maskapai penerbangan nasional yang sahamnya dimiliki sebagian besar oleh pemerintah Indonesia.  Berdiri di tahun 1962, Merpati memiliki pusat operasi di Jakarta, Indonesia. Maskapai ini mengoperasikan jadwal penerbangan domestik dan juga internasional ke daerah Timor Timur dari pusatnya di bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Awal november 1958, Perdana Menteri Indonesia Ir. H. Djuanda secara resmi membuka “Jembatan Udara Kalimantan” yang menghubungkan dearah-daerah terpencil di kalimantan, dimana transportasi lain sangat sulit dipergunakan. Sebagai perkembangan yang berikut, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1962, maka pada tanggal 6 September 1962, ditetapkan pendirian perusahaan Negara Merpati Nusantara yang

Page 6: lapter

bertugas menyelenggarakan perhubungan didaerah-daerah dan penerbangan serbaguna serta memajukan segala sesuatu yang berkaitan dengan angkutan dalam arti yang seluas-luasnya.

Tahun 1963, ketika Irian Barat pindah dari tangan Belanda ke tangan Pemerintah Indonesia, NV De Kroonduif, yaitu perusahaan penerbangan Belanda di Irian Jaya diserahkan kepada Garuda Indonesia Airways (GIA). Karena garuda memusatkan perhatiannya pada pengembangan flag carrier, maka semua konsesi penerbangan di Irian Jaya dan fasilitas teknisnya diberikan kepada Merpati.

Pada tahun 1974 ”Penerbangan Perintis” yang disubsidi pemerintah secara resmi diserahkan kepada Merpati. Dengan suksesnya perluasan jaringan transportasi udara, Merpati memberikan dampak positif kepada perkembangan nasional. Berkat prestasi itu, pemerintah menaruh kepercayaan kepada merpati, dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 70 tahun 1971, status Merpati dialihkan, dari Perusahaan Negara (PN) menjadi Persero, yakni PT.Merpati Nusantara Airlines.

Perkembangan Industri Penerbangan di Masa DepanIndustri penerbangan di Indonesia diprediksi akan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Perkembangan Industri Penerbangan di Indonesia terjadi seiring dengan banyaknya maskapai penerbangan luar yang masuk ke Indonesia menambah ramainya pasar penerbangan domestik dan juga pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya beli masyarakat Indonesia.

Dengan semakin terjangkaunya harga tiket dan makin bervariasinya pilihan yang diberikan oleh setiap maskapai penerbangan yang ada,  membuat masyarakat lebih memilih akan transportasi udara ini sebagai alat transportasinya. Hal ini membuat semakin meningkatnya akan permintaan pasar domestik yang mengakibatkan banyak maskapai penerbangan yang berlomba-lomba untuk menambah akan jumlah armadanya.

Sumber :

Page 7: lapter

http://nusantaraaviationtraining.blogspot.com/2013/01/sejarah-singkat-ptmerpati-nusantara.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Kemayoran

http://faruqalghifari2.blogspot.com/2012/07/sejarah-penerbangan-indonesia.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Garuda_Indonesia

http://id.wikipedia.org/wiki/Merpati_Nusantara_Airlines

http://businesslounge.co/