makalah lapter

7
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 44 tahun 2002, tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, Bandar Udara (airport) adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang dan atau pos serta dilengkapi fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi. Jumlah landasan bergantung pada volume lalu-lintas dan orientasi landasan, tergantung pada arah angin dominan yang bertiup, tetapi kadang juga bergantung pada luas tanah yang tersedia bagi pengembangan. Karena orientasi utama dalam bandar udara adalah landasan pacu (runway), maka penempatan landasan hubung (Taxiway) pun harus benar-benar tepat sehingga lokasinya memberi kemudahan dalam melayani penupang. Orientasi yang paling penting dalam perencanaan bandar udara adalah: Landasan pacu ( Runway ), landasan hubung ( Taxiwaym) dan tempat parkir. Pesawat melakukan dua pergerakan utama yaitu mendarat dan tinggal landas. Jika terdapat suatu bandar udara dengan single runway dan single exit taxiway, dan diasumsikan bahwa hanya satu pesawat yang diperbolehkan menggunakan runway pada suatu waktu tertentu, maka kapasitas bandar udara akan ditentukan oleh waktu penggunaan runway oleh suatu pesawat.

Upload: muhammad-iqbal

Post on 26-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: makalah Lapter

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 44 tahun 2002, tentang

Tatanan Kebandarudaraan Nasional,

Bandar Udara (airport) adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat

dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang dan

atau pos serta dilengkapi fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan

antar moda transportasi.

Jumlah landasan bergantung pada volume lalu-lintas dan orientasi landasan,

tergantung pada arah angin dominan yang bertiup, tetapi kadang juga bergantung pada

luas tanah yang tersedia bagi pengembangan. Karena orientasi utama dalam bandar udara

adalah landasan pacu (runway), maka penempatan landasan hubung

(Taxiway) pun harus benar-benar tepat sehingga lokasinya memberi kemudahan dalam

melayani penupang. Orientasi yang paling penting dalam perencanaan bandar udara adalah:

Landasan pacu ( Runway ), landasan hubung ( Taxiwaym) dan tempat parkir.

Pesawat melakukan dua pergerakan utama yaitu mendarat dan tinggal landas. Jika

terdapat suatu bandar udara dengan single runway dan single exit taxiway, dan diasumsikan

bahwa hanya satu pesawat yang diperbolehkan menggunakan runway pada suatu waktu

tertentu, maka kapasitas bandar udara akan ditentukan oleh waktu penggunaan runway oleh

suatu pesawat.

Page 2: makalah Lapter

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konfigurasi Lapangan Terbang

Konfigurasi lapangan terbang adalah jumlah dan arah orientasi dari landasan serta

penempatan bangunan terminal termasuk lapangan parkirnya yang relatif terhadap landasan

pacu.

Konfigurasi lapangan terbang mencangkup jumlah runway ( tergantung volume ),

arah runway ( arah angin ), terminal building ( akses ke landasan dan Apron ) .

1. RUNWAYS

Komponen pokok dari lapangan terbang adalah Runway yang digunakan untuk

landing dan take off. Konfigurasi dasar runway ada 4 macam antara lain :

a) Single Runway ( landas pacu tunggal ) adalah bentuk konfigurasi dasar runway yang

paling sederhana dan sebagian lapangan terbang di Indonesia menggunakan konfigurasi ini.

Kapasitas landasan tunggal dalam kondisi VFR ( Visual Flight Rules ) berkisar antara 45-100

flight/jam, sedang dalam kondisi IFR ( Instrument Flight Rules ) berkisar antara 40-50

flight/jam VFR, yaitu kondisi penerbangan yang dilaksanakan bila cuaca benar-benar baik,

sehingga penerbangan 100 % dilakukan. Secara visual, dalam hal ini tanggung jawab penuh

ada pada pilot. IFR, yaitu kondisi penerbangan yang dilaksanakan bila keadaan tidak

memungkinkan dilakukan secara visual ( cuaca buruk, lalu lintas udara ramai ) sehingga

harus dibantu dengan instrument, dalam hal ini tanggung jawab ada pada petugas ATC ( Air

Traffic Controller ).

b) Paralel Runway ( landasan parallel ). Umumnya terdiri dari dua landasan parallel atau

sejajar atau empat landasan paralel, jarang ada landasan paralel tiga dan jarang ada landasan

paralel lebih dari empat, karena faktor pengaturan lalu lintas udara makin rumit dan juga

memerlukan lahan yang cukup luas. Jarak antara dua landasan yang paralel sangat

bermacam-macam dibagi menjadi tiga macam, yaitu :

Berdekatan (Close) jarak 700 ft- 3500 ft

Menengah (Intermediate) jarak 3500 ft-5000 ft

Jauh (Far) jarak 4300 ft – lebih besar

Page 3: makalah Lapter

3

Konfigurasi dasar paralel runway antara lain :

1) Dua paralel runway threshold segaris.

2) Empat paralel runway.

3) Dua paralel runway threshold digeser ( staggered ).

c) Intersecting Runway ( landas pacu bersilangan ), landasan ini diperlukan jika angin yang

bertiup kencang lebih dari satu arah, yang akan menghasilkan tiupan angin berlebihan bila

landasan mengarah ke satu mata angin. Pada satu saat angin bertiup kencang kesatu arah

maka hanya satu landasan yang bersilangan tersebut bisa digunakan, sehingga mengurangi

kapasitas tetapi lebih baik dari pada pesawat tidak bisa mendarat di runway. Bila angin

bertiup lemah ( 13–20 knots ), kedua landasan bisa digunakan dan kalau hembusan angin

cukup kencang, maka yang digunakan adalah runway yang searah dengan angin. Kapasitas

dua landasan yang bersilangan tergantung sepenuhnya di bagian mana landasan itu

bersilangan ( di ujung atau di tengah ) serta dipengaruhi oleh cara operasi penerbangan yaitu

strategi dari pendaratan dan lepas landas.

d) Opening V Runway ( landasan V terbuka ), landasan dengan arah divergen, tetapi tidak

saling berpotongan. Landasan V terbuka dipilih karena arah angin kencang dari banyak arah,

sehingga harus membuat landasan dengan dua arah. Ketika angin bertiup kencang dari satu

arah, maka landasan hanya bisa dioperasikan satu arah saja, sedang pada keadaan angin

bertiup lemah kedua landasan bisa digunakan.

Parameter yang mempengaruhi panjang pendeknya runway adalah :

1) Elevasi lapangan terbang di atas permukaan laut.

2) Temperatur rata-rata harian dari bulan-bulan terpanas di sekitar lapangan terbang.

3) Take off weight yang digunakan, diambil harga yang lebih kecil dari :

- Zero full weight + Payload + BBM yang dibutuhkan untuk terbang + BBM cadangan.

- Maximum landing weight + Payload + BBM yang dibutuhkan untuk terbang.

4) Jarak yang diperlukan dari satu lapangan terbang ke lapangan terbang yang lain dgn

maksimum payload dan minimum berat BBM.

Page 4: makalah Lapter

4

2. TAXIWAYS

Fungsi utama taxiway adalah sebagai jalan ke luar masuk pesawat dari runway ke

apron dan sebaliknya dari apron ke hanggar pemeliharaan. Taxiway diatur sedemikian hingga

pesawat yang baru saja mendarat tidak mengganggu pesawat lain yang sedang taxiing menuju

ujung runway. Rute taxiway dipilih jarak terpendek dari apron menuju ujung runway

sehingga kepergian pesawat bisa cepat. Ditinjau dari segi pendaratan pembuatan taxiway

harus bisa dipakai oleh pesawat secepatnya keluar landasan yang berupa “Exit Taxiway”

sehingga landasan bisa dipakai mendarat pesawat lain. Hindari pembuatan taxiway dengan

rute melintas runway aktif. Sudut belokan exit taxiway Umumnya bersudut siku-siku (90º)

terhadap runway, sehingga harus memperlambat kecepatan . sebelum masuk taxiway. Untuk

pesawat yang baru mendarat diharapkan secepat mungkin keluar runway, maka sudut belokan

Exit taxiway dibuat lebih kecil kira-kira sebesar 30º dengan demikian untuk pesawat dengan

kecepatan 60-65 mil/jam masih dapat membelok masuk taxiway dan runway dapat dipakai

pesawat lain ( kapasitas landasan meningkat ).

3. HOLDING APRONS

Apron untuk holding atau Run-up atau Warm-up ( pemanasan ) diperlukan pada

lokasi ujung landasan dengan pelebaran yang cukup luas sehingga dapat untuk menampung 2

– 3 pesawat pada waktu akan take off. Holding apron dirancang untuk melayani dua sampai

empat pesawat dan cukup ruang bagi pesawat satu menyalip pesawat yang lain.

4. HOLDING BAYS

Holding bay adalah apron yang tidak luas berlokasi dilapangan terbang untuk parkir

pesawat sementara diarea ujung taxiway. Pada beberapa lapangan terbang jumlah gate yang

disediakan mungkin tidak cukup untuk melayani pesawat yang datang, dalam hal ini pesawat

tersebut di parkir di holding bay untuk parkir sementara sampai ada gate yang kosong.

5. TERMINAL AREA

Lapangan terbang ideal adalah apabila perletakan bagian-bagiannya sedemikian rupa

sehingga jarak taxiing dari terminal area ke ujung-ujung runway bisa sesingkat mungkin.

Page 5: makalah Lapter

5

6. Analisa Angin

Sebuah analisa angin adalah dasar bagi perencanaan lapangan terbang, sebagai

pedoman pokok landasan pada sebuah lapangan terbang arahnya harus searah dengan arah

angin dominan ( prevailling wind ), karena gerakan pesawat sewaktu take off dan landing

dapat bebas dan aman kalau komponen angin samping ( cross wind ) seminimal mungkin.

Maximum Cross Wind yang diijinkan tergantung bukan saja kepada ukuran pesawat tetapi

juga kepada konfigurasi sayap dan kondisi perkerasan landasan. Berdasarkan FAA arah

runway harus dibuat sedemikian rupa sehingga pesawat terbang dapat mendarat 95 % dari

seluruh waktu dengan cross wind yang tidak berlebihan.

Page 6: makalah Lapter

6

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konfigurasi lapangan terbang adalah jumlah dan arah (orientasi) dari landasan serta

penempatan bangunan terminal termasuk lapangan parkirnya yang berkaitan dengan landasan

itu.

Pada dasarnya, landas pacu (runway) dan landas hubung (taxiway) diatur sedemikian rupa

sehingga :

• Memenuhi syarat separation (pemisahan lalu lintas udara).

• Gangguan operasi suatu pesawat terhadap pesawat lainnya berupa penundaan dalam

pendaratan dan lepas landas menjadi minimal.

• Pembuatan taxiway dari terminal menuju ujung runway diupayakan sependek

mungkin.

• Pembuatan taxiway memenuhi kebutuhan sehingga pendaratan pesawat dapat

secepatnya mencapai gedung terminal.

Page 7: makalah Lapter

7

DAFTAR PUSTAKA

pibnu.wordpress.com

www.scribd.com/doc/14039859/Konfigurasi-Runway-Lapangan-Terbang

http://hmsftunram.wordpress.com/tag/konfigurasi-lapangan-terbang/

http://hmsftunram.wordpress.com/tag/konfigurasi-lapangan-terbang/