lapsus jiwa ulin - gg. depresi yeni ata

30
Laporan Kasus F.32.10 EPISODE DEPRESI SEDANG TANPA GEJALA SOMATIK Oleh: Indah Sarweny I1A010041 Evi Febriana Hafisah I1A010067 Pembimbing dr. H. Yulizar Darwis, Sp. KJ. MM UPF/LAB ILMU KEDOKTERAN JIWA FK UNLAM-RSUD ULIN BANJARMASIN Oktober, 2014

Upload: agustin-hariyani

Post on 09-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sibling rivalry

TRANSCRIPT

PSIKOSIS

Laporan Kasus

F.32.10 EPISODE DEPRESI SEDANG TANPA GEJALA SOMATIK

Oleh:Indah SarwenyI1A010041Evi Febriana HafisahI1A010067

Pembimbingdr. H. Yulizar Darwis, Sp. KJ. MM

UPF/LAB ILMU KEDOKTERAN JIWAFK UNLAM-RSUD ULINBANJARMASINOktober, 2014

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK

I. IDENTITAS PASIEN Nama:Tn. MAUsia:15 tahunJenis Kelamin:Laki-lakiAlamat: Jl Tanjung Sei AndaiPendidikan:SMPPekerjaan:PelajarAgama:IslamSuku:BanjarBangsa:IndonesiaStatus Perkawinan:Belum menikahBerobat tanggal:4 November 2014

RIWAYAT PSIKIATRIK Alloanamnesis dengan ibu kandung pasien pada hari Selasa tanggal 4 November 2014, pukul 09.30 WITA. Autoanamnesis dengan pasien pada hari Selasa tanggal 4 November 2014, pukul 10.30 WITA.A. KELUHAN UTAMATidak mau sekolahB. KELUHAN TAMBAHANSusah tidur, tidak bersemangat, dan nafsu makan menurun.C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGAlloanamnesa ( Ayah pasien/Tn. Jumri/50 tahun )Sejak 2 bulan yang lalu (Agustus 2014) os mulai malas dan tidak mau berangkat sekolah. Ketika ditanya alasan tidak mau sekolah, os menjawab waktunya sangat sempit dan os ingin menghabiskan dengan ibunya di rumah. Os juga berkata bahwa tidak punya teman lagi, dan os merasa sekolah itu tidak berguna lagi bagi os. Menurut ibu os, os sering mengurung diri di kamar. Os juga terlihat murung dan tidak bersemangat. Tidur os juga mulai terganggu, bahkan os pernah semalaman tidak tidur. Os juga tidak berselera makan, sehingga hanya makan sedikit. Os juga berkata pada ibu bahwa sering cemas dan terlihat gelisah, terutama saat malam hari menjelang waktu tidur. Awalnya os bersekolah di SMK 5 Banjarmasin. Namun karena selama 14 hari os tidak pernah masuk sekolah, maka ibu os memindahkan sekolah os ke SMA PGRI 1 Banjarmasin dengan harapan os akan rajin sekolah kembali. Namun os juga tidak mau sekolah meski sudah pindah sekolah. Menurut ibu os, saat bersekolah di SMK 5 Banjarmasin, saat kelas 1 SMA, os menjadi ketua kelas. Saat itu, jika ada tugas kelompok dari sekolah, os mengerjakan sendiri tanpa bantuan dari temannya. Padahal menurut ibu os, tugas sekolahnya cukup banyak. Namun os tidak pernah mengeluh dan mengerjakannya tepat waktu. Menurut ibu os, karena tugas sekolah yang banyak dan tidak mendapat bantuan teman, os jadi tidak mau sekolah saat naik kelas 2 SMA.Menurut pengakuan ibu, os sebenarnya merupakan anak kandung ibu dengan pernikahan yang pertama. Ibu os bercerai dengan ayah kandung os saat os berusia 7 bulan. Os mengetahui hal ini saat kelas 1 SMP (4 tahun yang lalu), ketika os diminta mengumpulkan akte kelahiran oleh sekolah. Kemudian ibu os menikah lagi dengan suami kedua, dan melahirkan anak kedua (adik tiri os, 12 tahun). Sejak mengetahui hal ini, os terlihat merasa bersaing dengan adik tirinya untuk mendapat perhatian ibu. Os juga sering mengganggu adik tirinya dan os merasa senang jika adik tirinya tidak ada di rumah. Os juga menjadi lebih sering bermain ke rumah teman, dan terlihat tidak betah di rumah.Ibu os berkata, saat di rumah, baik os ataupun adik tiri os, kurang mendapat perhatian dari ayah (suami kedua ibu os), karena ayah berangkat pagi dan pulang saat malam hari untuk bekerja. Os merupakan pribadi yang pendiam. Os juga merupakan pribadi yang agak tertutup. Menurut ibunya, os tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Os juga tidak pernah mengkonsumsi alkohol.AutoanamnesisSejak 2 bulan yang lalu (Agustus 2014), os berkata tidak mau sekolah lagi karena menurut os, sekolah sudah tidak berguna lagi bagi os. Os tidak punya cita-cita atau keinginan untuk diraih. Os merasa hidupnya dipenuhi dengan beban. Os menyangkal tidak mau sekolah karena terlalu banyak tugas dari sekolah. Os mengaku beban paling berat dalam hidupnya berasal dari keluarga. Menurut os, ibu dan ayah tidak sayang pada os, dan hanya menyayangi adik tiri os. Os juga mengaku sering dimarahi oleh ibu dan nenek. Os juga berkata bahwa os tidak sayang kepada ayah, ibu, ataupun adiknya. Os mengaku sekarang tidak punya teman, karena tidak ada yang mau menemani os.Os mengaku sejak 2 bulan ini, os lebih sering berlatih bulutangkis atau merawat binatang peliharaannya. Os merasa saat keluar rumah, perasaannya agak lebih tenang. Namun saat pulang dan masuk ke rumah, os merasa beban hidupnya kembali dan os merasa cemas.

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULUOs tidak pernah sakit berat atau dirawat di rumah sakit.D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI 1. Riwayat Prenatal dan NatalKeadaan ibu pasien saat mengandung sehat, tidak pernah mengalami sakit berat dan tidak pernah sakit-sakitan. Pasien lahir cukup bulan dengan bantuan bidan, lahir spontan, tidak ada kesulitan saat dilahirkan, tidak terdapat cacat bawaan. 2. 0-1,5 tahun, trust vs mistrustMenurut sepengetahuan ibu pasien, riwayat tumbuh kembang normal seperti bayi seusianya. Pasien diberikan ASI oleh ibunya sampai usia 2 bulan saja, dan kemudian diteruskan dengan susu formula. 3. 1,5-3 tahun, autonomy vs shame, doubtMenurut sepengetahuan ibu pasien, riwayat tumbuh kembang baik seperti anak seusianya. Tidak ada keterlambatan dalam tumbuh kembangnya, gizi cukup.4. 3-6 tahun, initiative vs guiltIbu pasien mengatakan pasien suka bermain dengan mainan dan juga dengan teman sebayanya.5. 6-12 tahun, industry vs inferiorityPasien sudah bersekolah di Sekolah dasar, saat sekolah prestasi pasien bagus dan tidak pernah tinggal kelas. Pasien termasuk anak yang kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.6. 12-17 tahun, identity vs identity confusionPasien memiliki hobi memelihara hewan reptil seperti ular dan iguana. Sebelum sakit, pasien bercita-cita menjadi surveyor. 7. Riwayat PendidikanPasien saat ini duduk di kelas 2 SMA. Saat duduk di kelas 1 SMA, pasien mendapat peringkat kedua.8. Riwayat PekerjaanPasien belum pernah bekerjaE. RIWAYAT KELUARGAGenogram:

KeteranganLaki-laki:Perempuan:Penderita: Meninggal: Pasien merupakan anak kedua. Pasien memiliki 1 anak.Tidak ada keluarga yang memiliki kelainan jiwa.

F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG Pasien sekarang tinggal serumah dengan orang tua dan saudara tirinya. Interaksi dengan dengan ayah dan adik kurang.G. PERSEPSI TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYAPasien menyadari keadaan dirinya yang terkadang menyendiri, dan malas pergi ke sekolah. Pasien kurang dapat menikmati hidupnya dan kurang keinginan untuk bersosialisasi dengan keluarga dan tetangga TILIKAN 1: Tilikan intelektual : pasien menyangkal dirinya sakit.

III. STATUS MENTALA. DESKRIPSI UMUM1. PenampilanPada saat diwawancara tanggal 4 November 2014 pukul 10.30 WITA di poli jiwa RSUD Ulin, pasien berperawakan gemuk, penampilan tampak sesuai dengan usianya. Kulit kuning langsat dengan memakai jaket abu-abu dan memakai celana jeans panjang, dan perawatan diri cukup. Pasien tampak gelisah tetapi berusaha tenang. Saat diminta duduk, pandangan mata pemeriksa menunduk ke bawah. Saat diajak berjabat tangan dengan pemeriksa, pasien mau berjabat tangan, ada eye contact saat berjabat tangan. Saat ditanya nama dan umur, pasien menjawab dengan benar. Saat pasien diajak bicara pemeriksa, pasien lebih banyak menunduk. Saat menjawab pertanyaan, pasien lambat dalam menjawabnya. Saat ditanya tentang hari dan tanggal saat diperiksa serta hari kemarin dan besok pasien dapat menjawab dengan benar. Saat ditanya ini di mana, kota apa, provinsi apa dan negara apa, pasien menjawab dengan benar. Saat ditanya ke sini mau apa, pasien hanya menggelengkan kepalanya. Pasien masih ingat pagi hari makan apa, ke rumah sakit memakai apa dan dengan siapa. Saat pasien diminta untuk mengurutkan bulan, pasien dapat menyebutkannya dengan benar.2. KesadaranKomposmentis 3. Perilaku dan Aktivitas PsikomotorHipoaktif4. Pembicaraan Koheren5. Sikap terhadap PemeriksaKooperatif. 6. Kontak Psikis Kontak ada, kontak wajar, dan kontak dapat dipertahankan.

1. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN EKSPRESI AFEKTIF KESERASIAN SERTA EMPATI1. Afek (mood) : hipothym2. Ekspresi afektif : sedih3. Keserasian: sesuai4. Empati : dapat dirabarasakan

FUNGSI KOGNITIF1. Kesadaran: komposmentis2. Orientasi - Waktu: baik- Tempat: baik- Orang: baik- Situasi: baik3. Konsentrasi: baik4. Daya Ingat Jangka pendek : baik Jangka panjang: baikSegera: baik5. Intelegensi dan pengetahuan umum Sesuai dengan usia dan taraf pendidikan.

GANGGUAN PERSEPSI1. Halusinasi A/V/O/G/T(audio/visual/olfaktori/gustatori/taktil) = ( - / - / - / - / - )2. Ilusi : tidak ada3. Depersonalisasi : tidak adaDerealisasi: tidak ada PROSES PIKIR1. Arus pikira. Produktivitas: realistik (hanya menjawab apabila ditanya, jawaban singkat)b. Kontinuitas: relevan (jawaban sesuai pertanyaan)c. Hendaya berbahasa: tidak ada2. Isi Pikira. Preokupasi : tidak adab. Gangguan pikiran : Waham(-), obsesi(-), fobia(-)PENGENDALIAN IMPULSPasien dapat mengendalikan impuls.DAYA NILAI 1. Daya nilai sosial : baik.2. Uji daya nilai : baik. 3. Penilaian realita : baik.

TILIKANDerajat 1 = Tilikan intelektual : pasien menyangkal dirinya sakitTARAF DAPAT DIPERCAYADapat dipercaya

J. Hamilton Rating Scale for Depression (HRSD)1. Mood 4. Pasien menyatakan perasaan sesungguhnya dalam komunikasi baik verbal dan non-verbal secara spontan 2. Perasaan bersalah 0 3. Perasaan ingin bunuh diri 1. Merasa hidup nya sudah tidak berguna4. Insomnia (dini) 2. Susah untuk memulai tidur5. Insomnia (middle) 1. Terganggu saat malam hari, kurang istirahat6. Insomnia (late) 0 7. Bekerja & aktivitas 4. Aktivitas utama (pekerjaan) berhenti karena sakitnya8. Kelambatan berpikir 1. sedikit lamban dalam wawancara 9. Kegelisahan 1. kegelisahan ringan 10. Anxietas psikis 0. 11. Anxietas somatik 012. Gx. Somatik GIT 1. nafsu makan berkurang tetapi dapat makan tanpa dorongan. 13. Gx. Somatik umum 014. Genital 015. Hypochondriasis 016. Kehilangan berat badan 1. Kemungkinan berat badan turun karena sakit17. Insight / tilikan 2. Menyangkal sakit. 18. Variasi diurnal 0.19. Depersonalisasi/derealisasi 020. Gx. Paranoid 021. Gx. Obsesif konvulsif 0*TOTAL NILAI: 18 (DEPRESI SEDANG) Skala perbandingan nilai 0-6 : Tidak dijumpai depresi 7-17 : Depresi ringan 18-24 :Depresi sedang > 24:Depresi berat

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT1. STATUS INTERNUSKepala: Mata: palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, refleks cahaya +/+.Telinga : bentuk normal, sekret tidak ada, serumen minimalHidung : bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada tumor, kotoran hidung minimal.Mulut : bentuk normal dan simetris, mukosa bibir tidak kering dan tidak pucat, pembengkakan gusi tidak ada dan tidak mudah berdarah, lidah tidak tremor. Leher :Pulsasi vena jugularis tidak tampak, tekanan tidak meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Thoraks: Inspeksi : bentuk dan gerak simetris Palpasi : fremitus raba simetris Perkusi : - pulmo: sonor- cor: batas jantung normal Auskultasi: - pulmo : vesikuler, rh (-) wh (-)- cor: S1>S2 tunggal, bising (-) Abdomen : Inspeksi: Simetris Palpasi: Nyeri tekan (-), hepar, lien dan massa tidak teraba Perkusi: timpani Auskultasi: bising usus (+) normal Ekstemitas : pergerakan bebas, tonus baik, tidak ada edema dan atropi, tremor (-)

2. STATUS NEUROLOGIKUSN I XII: Tidak ada kelainanGejala rangsang meningeal: Tidak adaGejala TIK meningkat: Tidak adaRefleks Fisiologis: Normal Refleks patologis: Tidak ada

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNAAutoanamnesis Afek depresif Hilang minat Hilang kegembiraan (Anhedonia) Hilang minat melakukan pekerjaannya (sekolah) Pesimistis Perasaan bersaing dengan adik tirinya Gejala sudah ada sejak 2 bulan yang lalu HRSD 18

VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL1. AKSIS I : F32.10 Episode depresif sedang tanpa gejala somaticF93.3 Gangguan Persaingan dengan Saudara (sibling rivalry)2. AKSIS II: Z03.2 Tidak ada diagnosis3. AKSIS III: Tidak Ada (none)4. AKSIS IV:Masalah dengan keluarga 5. AKSIS V: GAF scale 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

VII. DAFTAR MASALAH1. ORGANOBIOLOGIKStatus interna dan neurologis dalam batas normal2. PSIKOLOGIKPasien merasa sedih dan murung.3. SOSIAL/KELUARGAStressor mengenai kenyataan bahwa pasien adalah anak ibu dengan suami pertama.

VIII.PROGNOSIS Diagnosa penyakit : dubia ad bonamPerjalanan penyakit : dubia ad malamCiri kepribadian : dubia ad bonamStressor psikososial : dubia ad bonamRiwayat herediter: dubia ad bonamUsia saat menderita : dubia ad bonamPendidikan : dubia ad bonamEkonomi : dubia ad bonamLingkungan sosial : dubia ad bonamOrganobiologik : dubia ad bonamPengobatan psikiatrik : dubia ad bonamKetaatan berobat : dubia ad malamKesimpulan : dubia ad bonam

IX. RENCANA TERAPIPsikofarmaka :Kalxetin 2 x 10 mgTrihexyphenidyl 2 x 2 mgTebokan 1 x 1 tabAbilify 2 x 2,5mgPsikoterapi :Psikoterapi suportif terhadap penderita dan keluarga. Disarankan agar keluarga bisa memberikan support kepada pasien agar pasien dapat menjadi lebih percaya diri.Terapi religi : Pasien dianjurkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, seperti pengajian.Rehabilitasi : Sesuai bakat dan minat pasien

X. DISKUSI Mood adalah suasana perasaan yang dialami secara internal dalam dirinya sendiri dan mempengaruhi kebiasaan dan persepsi seseorang mengenai lingkungannya. Sedangkan Afek adalah pengekspresian mood yang dapat diperiksa secara external. Mood bisa saja dalam keadaan normal, elevasi ataupun depresi. Orang yang sehat memiliki mood dalam rentang yang luas dan mempunyai banyak ekspresi afektif; mereka dapat mengontrol mood dan afeknya.Gangguan suasana perasaan (afektif/mood) adalah kumpulan dari gejala klinis yang ditandai dengan hilangnya rasa mengontrol tersebut dan mengalami stress berat secara subyektif. Depresi merupakan salah satu dari kelompok gangguan suasana perasaan (Afektif/Mood). Pasien dengan mood depresi akan merasa kehilangan energi dan keinginan, perasaan bersalah, susah berkonsentrasi, kurangnya nafsu makan, dan pikiran mengenai kematian atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain pada gangguan mood ini termasuk perubahan pada tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, bicara, dan fungsi vegetatif (misal, tidur, nafsu makan, aktivitas seksual dan ritme biologis lainnya). Gangguan ini secara tidak langsung akan berakibat gangguan pada fungsi interpersonal, sosial dan pekerjaan.

Klasifikasi dari depresi adalah gangguan depresi berat/Major Depressive Disorder (MDD), depresi dengan keadaan katatonik atau melankolis, depresi atipikal, jenis psikotik, depresi bipolar, single atau episode berulang, disthymia, dan gangguan afektif bermusim. Menurut DSM-IV-TR, gangguan depresi terjadi tanpa riwayat episode manik, hipomanik ataupun campuran keduanya. Gangguan depresi harus berlangsung minimal 2 minggu dan juga mengalami paling tidak empat gejala dari dalam daftar yang termasuk didalamnya adalah perubahan nafsu makan dan berat, perubahan aktivitas dan tidur, kekurangan energi, perasaan bersalah, kesulitan dalam berpikir dan membuat keputusan, dan pemikiran berulang mengenai kematian atau butuh diri.Depresi sendiri menurut PPDGJ dapat didiagnosis dari gejala utama dan gejala lainnya sebagai berikut : Gejala utama1. Afek depresif2. Kehilangan minat dan kegembiraan3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas Gejala lainnya1. Konsentrasi dan perhatian berkurang2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang3. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri6. Tidur terganggu7. Nafsu makan berkurangSelain cara diatas, tes skala depresi berupa Hamilton Rating Scale for Depression (HRSD) yang dapat mengukur tingkat depresi pasien menjadi klasifikasi depresi ringan (nilan 7-17), depresi sedang (18-24), atau depresi berat (>24). Skala ini mengukur tingkat mood, perasaan bersalah, perasaan ingin bunuh diri, insomnia (tingkat dini, tengah, dan lambat), kelambanan, kegelisahan, anxietas psikis, anxietas somatik, gejala somatik gastrointestinal, gejala somatik umum, genital, hypochondriasis, kehilangan berat badan, tilikan, variasi diurnal, depersonalisasi atau derealisasi, gejala paranoid, dan gejala obsesif-kompulsif. Pada pasien ini didapatkan nilai 18 yang berarti pasien mengalami depresi sedang.Depresi mempunyai komponen psikologis seperti rasa sedih, susah, rasa tak berguna,gagal, kehilangan, tak ada harapan, putus asa, penyesalan yang patologis, dan komponen somatik, misalnya anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah, dan nadi menurun. Ingatlah akan adanya depresi bila terdapat gangguan tidur, anoreksia, serta semangat bekerja/bergaul dan nafsu sexual menurun. Ada jenis depresi dengan penarikan diri dan ada pula dengan kegelisahan atau agitasi. Patofisiologi dari gangguan depresi masih belum ada yang dapat dijelaskan secara rinci. Semua bukti terbaru menunjuk kepada interaksi kompleks antara ketersediaan neurotransmitter dan regulasi reseptor dan sensitivitas yang tersirat pada gejala afek.Percobaan klinis dan preklinis oleh Dunlop mensugesti bahwa gangguan pada aktivitas serotonin di sistem saraf pusat (5-HT) adalah faktor yang penting. Neurotransmiter lain yang diimplikasikan termasuk norepineprin, dopamine, glutamate dan derivat otak dari faktor neurotropik. Akan tetapi, obat yang menghasilkan peningkatan akut pada ketersediaan neurotransmitter seperti kokain atau amfetamin tidak memiliki efikasi seperti yang dapat dilakukan obat antidepresan.Peran dari aktivitas serotonin system saraf pusat (CNS 5-HT) dalam patofisiologi gangguan depresi diduga dari efikasi terapeutiknya inhibitor reuptake serotonin yang selektif/Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI). Sebagai tambahan, penelitian telah menunjukkan relapse dari gejala depresi yang akut dan transient dapat diproduksi dalam subjek penelitian yang sedang remisi menggunakan pengurangan triptofan, yang mengakibatkan penurunan sementara dalam jumlah CNS 5-HT. Efek dari SSRI pada reuptake 5HT bersifat cepat, tetapi efek antidepresan baru bisa muncul setelah pajanan beberapa minggu. Beberapa antidepresan juga tidak punya efek terhadap 5HT, dan antidepresan tianeptin meningkatkan uptake 5HT. Semua ini dengan penemuan dari studi preklinis menunjukkan regulasi reseptor neuronal, sinyal intraselular dan ekspresi gen seiring dengan waktu, serta ketersediaan neurotransmitter yang meningkat. Gangguan depresi dapat muncul tanpa stressor, tetapi stress dan kehilangan sesuatu yang bersifat interpersonal dapat meningkatkan resiko depresi. Contohnya kehilangan orang tua sejak berumur 10 tahun meningkatkan kemungkinan depresi di saat dewasa. Sakit kronis, penyakit medis dan stress psikososial juga memainkan peran dalam gangguan depresi. Orang dewasa tua mungkin mendapatkan stress secara psikologis dari penyakit medis, dan penyakit ini dapat meningkatkan kecacatan, penurunan kemandirian, dan gangguan dalam sosialisasi. Gejala kronis yang dapat mengalihkan seperti nyeri yang dihubungkan dengan penyakit kronis dapat mengganggu pola tidur dan pola lainnya yang akhirnya menyebabkan depresi.Faktor psikososial lainnya yang dapat menjadi resiko depresi di kemudian hari adalah sebagai berikut: Gangguan support sosial Beban pada orang yang merawat Kesepian Kejadian yang negatifPajanan terhadap beberapa agen farmakologi meningkatkan resiko depresi seperti reserpin, beta-blocker, dan steroid seperti kortisol. Penggunaan substansi yang berlebih dapat juga meningkatkan resiko depresi seperti kokain, amfetamin, narkotik dan alcohol. Tapi dengan agen yang ini, masih belum jelas apakah depresi itu sebagai akibat atau penyebabnya.Insidensi depresi seumur hidup di Amerika Serikat adalah 20% pada wanita dan 12% pada pria. Prevalensi ini juga setinggi 10% pada pasien dalam lingkup medis. Klerman dan Gershon et al melaporkan bahwa terjadi peningkatan insidensi secara progresif selama 70 tahun terakhir, dengan angka yang tinggi pada gangguan afektif terhadap relasi dan onset umur yang muda.Pasien dengan gangguan depresi mungkin saja datang tidak dengan mengeluhkan mood yang jelek, anhedonia atau gejala tipikal lainnya. Pada lingkup pelayanan primer, dimana pasien banyak mencari pengobatan pertama, gejala yang dikeluhkan terkadang bisa saja cuma somatic (misl lemah, sakit kepala, nyeri perut atau perubahan berat badan). Pasien juga mungkin lebih mengeluhkan iritabel atau sulit berkonsentrasi daripada sedih atau mood yang rendah.Pada pemeriksaan fisik, tidak ada penemuan yang spesifik untuk gangguan depresi; akan tetapi diagnosis didasarkan pada riwayat pasien dan pemeriksaan mental status. Selain itu, harus juga disingkirkan kemungkinan depresi yang diakibatkan gejala klinis yang mungkin mengimitasi gangguan depresi. Paling sering adalah kategori berikut: Infeksi Medikasi Gangguan endokrin Tumor Gangguan neurologisBanyak pasien dengan gangguan depresi datang dengan penampilan yang normal. Pada pasien dengan gejala yang lebih berat, akan terlihat perawatan dirinya berkurang, juga perubahan berat badan. Pasien dapat menunjukkan retardasi psikomotor yang bermasifestasi sebagai kelambatan atau hilangnya gerakan yang spontan, juga afek pasien yang datar atau hilangnya reaksi. Agitasi atau gelisah dapat juga dilihat pada pasien dengan gangguan depresi.Pembicaraan pasien dengan depresi bisa saja normal, lambat, monoton atau kurang spontan dan jelas. Pembicaraan yang tetekan mungkin menunjukkan kecemasan atau mania, dimana bicara yang tidak teratur harus dievaluasi mengenai psikosis. Pemikiran yang cepat juga dapat menjadi indikasi untuk kecemasan, mania atau hipomaniaBerdasarkan PPDGJ III, gangguan depresi termasuk dalam F32-F33 yang merupakan gangguan suasana perasaan dengan klasifikasinya sebagai berikut :F32.0 Episode Depresif RinganF32.1 Episode Depresif SedangF32.2 Episode Depresif Berat tanpa gejala psikotikF32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala PsikotikF32.8 Episode Depresif lainnyaF32.9 Episode Depresif YTTF33.0 Gangguan Depresif Berulang, Episode ini RinganF33.1 Gangguan Depresif Berulang, Episode ini sedangF33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode kini berat tanpa gejala psikotikF33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode kini berat dengan gejala PsikosisF33.4 Gangguan depresif berulang kali, kini dalam remisiF33.8 Gangguan depresif berulang lainnyaF33.9 Gangguan Depersif Berulang kali YTTBerdasarkan hasil anamnesa (autoanamnesis) dapat diambil kesimpulan bahwa sekarang ini, pasien mengalami episode depresif sedang. Hal ini dapat ditegakkan karena didapatkan gejala utama dan penyerta, yaitu : Afek depresif Hilang minat Hilang kegembiraan (Anhedonia) Hilang minat melakukan pekerjaannya (sekolah) Pesimistis Gejala sudah ada sejak 2 bulan yang lalu HRSD 18Menurut ikhtisar penemuan bermakna ini, dapat diambil kesimpulan bahwa pasien menderita gangguan F32.10 yaitu episode depresif sedang tanpa gejala somatik.Pada pasien ini diberikan pengobatan Kalxetin 2 x 10 mg, Trihexyphenidyl 2 x 2 mg, Tebokan 1 x 1 tab, dan Abilify 2 x 2,5mg. Dokter meresepkan obat Kalxetin yang berisi Fluoxetin sebagai obat antidepresan. Obat Fluoxetin ini menghambat re-uptake serotonin (5-hydroxytryptamine; 5-HT) pada celah sinap pada sistem saraf pusat. Sinonim obat antidepresi adalah thymoleptics, physics energizers, antidepresan dengan obat acuannya berupa Amitriptilin 25 mg. obat antidepresi terbagi menjadi obat antidepresi trisiklik, tetrasiklik, MAOI-Reversible, SSRI (Selective Serotonine Reuptake Inhibitor), dan obat atipikal. Obat yang diberikan pada pasien adalah Fluoxetin yang termasuk golongan SSRI.Sindrom depresi disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergic neurotransmiter pada celah sinaps neuron di SSP (khususnya pada sistem limbik) sehingga aktivitas reseptor serotonin menurun. Oleh karena itu prinsip utama kerja obat antidepresi adalah: (1) menghambat re-uptake aminergic neurotransmiter, dan (2) menghambat penghancuran oleh enzim monoaminase oksidase. Hal-hal ini berujung pada peningkatan jumlah aminergic neurotransmiter pada celah sinaps neuron tersebut yang dapat meingkatkan aktivitas reseptor serotonin.Obat antidepresi terbagi banyak golongan. Tiga golongan terbesar adalah golongan trisiklik, inhibitor monoaminoiksidase, dan ihibitor ambilan kembali serotonin (SSRI). Golongan trisiklik contohnya amitriptillin, imipramin, klomipramin, maprotilin dan amoksapin. Golongan inhibitor monoaminoksidase contohnya moklobemid, sedangkan SSRI yang beredar contohnya fluoxetin, sertralin, paroxetin.2Pemberian golongan obat untuk gangguan depresi sendiri adalah sebagai berikut: Anti depresan trisiklik1. Amitriptiline (hambat reuptake norepinephrine dan serotonin di membrane presinaps)2. Imipramine (hambat reuptake serotonin)3. Clompiramine4. Tianetepine5. Desipiramine (hambat reuptake serotonin di membrane pre sinaps) Anti-depresan tetrasiklik1. Maprotiline2. Mianserine3. Amoxapine Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI)1. Citalopram, inhibisi pada membrane presinaps saraf2. Escitalopram, inhibisi CNS serotonin sehingga meningkatkan potensi aktivitas serotonergik3. Fluoxetin, inhibisi pada membrane prasinaps Serotonin/Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI)1. Desvenlafaxine2. Duloxetine, inhibisi uptake serotonin dan norepinephrine Anti depresan atipikal1. Trazodone (selain memblock reuptake serotonin juga memodulasi neurotransmitter serotonergik)2. Mirtazapine3. Venlafaxine Monoamine Oxidase Inhibitor Reversible (MASOI-reversible)1. Selegilin transdermal2. Tranylcypromin3. Fenelzin4. IsocarboxidObat lain yang diberikan yaitu Abllify (aripriprazole), yang merupakan obat golongan anti psikosis, dan trihexylfenidil. Mekanisme kerja obat antipsikosis adalah memblokade Dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal sehingga efek samping obat anti psikosis adalah 1) sedasi dan inhibisi psikomotor, 2) gangguan otonomik (hipotensi ortostatik, antikolinergik berupa mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur; 3) gangguan endokrin 4) gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, dan sindrom Parkinson), 5) hepatotoksik. Sindrom Parkinson: tremor, bradikinesia, rigiditas. Efek samping ini ada yang cepat dan ditolerir oleh pasien, ada yang lambat, dan ada yang sampai membutuhkan obat simptomatis untuk meringankan penderitaan pasien. Bila terjadi sindrom Parkinson maka penatalaksanaannya: hentikan obat anti psikosis atau bila obat antipsikosis masih diperlukan diberikan trihexyphenidyl 3 x 2 mg/hari p.o. atau sulfas atropin 0,5 0,75 mg im. Yang terakhir pasien juga diberikan Tebokan, yang berisi: EGb761 80 mg (terstandarkan terhadap 19,2mg Ginkgoflavon glikosida). Pemeberian tebokan dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah perifer dan pusat, membantu memperbaiki fungsi otak..

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta: PT Nuh Jaya, 2001.

2. Maramis WF, Albert AM. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi Kedua. Surabaya : Airlangga University Press, 2009.

3. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta: PT Nuh Jaya, 2007.

4. Indriani R. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Badan POM RI: Jakarta, 2008.

5. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press, 2009.

6. Dunlop BW, Nemeroff CB. The role of dopamine in the pathophysiology of depression. Arch Gen Psychiatry. Mar 2007;64(3):327-37.

7. Blazer DG. Depression in late life: review and commentary. J Gerontol A Biol Sci Med Sci. Mar 2003;58(3):249-65.

8. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Text Revision. 4th Edition. Washington, DC: American Psychiatric Association; 2000.

11

28