gg. sensori persepsi lansia dan gg. konsep diri pd lansia.docx

56
BAB II TEORI KONSEP DIRI A. PENGERTIAN Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998). Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Sedangkan menurut Beck, Willian dan Rawlin (1986) menyatakan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual , sosial dan spiritual. Potter & Perry (1993), konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya juga didasarkan bagaimana orang lain memandangnya. Beck William Rowles (1993), mendefinisikan konsep diri sebagai cara memandang individu terhadap diri secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial & spiritual. Secara umum, konsep diri dapat didefinisikan sebagai cara kita memandang diri kita secara utuh, meliputi: fisik, intelektual, kepercayaan, sosial, perilaku, emosi, spiritual, dan pendirian. B. RENTANG RESPON KONSEP DIRI Kep. Gerontik – S1 Keperawatan UPNVJ Page 1 Respon maladaptif Respon adaptif Depersonali sasi Keracunan identitas Konsep diri positif Harga diri rendah Aktualisa si

Upload: qdhuy-cihuy

Post on 26-Sep-2015

58 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB II

TEORI KONSEP DIRI

A. PENGERTIAN

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998). Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Sedangkan menurut Beck, Willian dan Rawlin (1986) menyatakan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual , sosial dan spiritual. Potter & Perry (1993), konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya juga didasarkan bagaimana orang lain memandangnya. Beck William Rowles (1993), mendefinisikan konsep diri sebagai cara memandang individu terhadap diri secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial & spiritual. Secara umum, konsep diri dapat didefinisikan sebagai cara kita memandang diri kita secara utuh, meliputi: fisik, intelektual, kepercayaan, sosial, perilaku, emosi, spiritual, dan pendirian.

B. RENTANG RESPON KONSEP DIRI

(Respon maladaptif) (Respon adaptif)

(Depersonalisasi ) (Keracunan identitas) (Konsep diri positif) (Harga diri rendah) (Aktualisasi diri)

Keterangan:

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan diterima

2. Konsep diri adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri

3. Kerancuan identitas adalah kegagalan aspek individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial, kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.

4. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistic dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

C. POHON MASALAH

(Keputusasaan Perilaku KekerasanPerubahan Isolasi Sosial:penampilan Menarik DiriperanGangguan Konsep diri : Harga Diri RendahGangguan Ideal diri Citra Tubuhtidak realistik)

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI

Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri).

1. Teori perkembangan.

Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.

2. Significant Other ( orang yang terpenting atau yang terdekat )

Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.

3. Self Perception ( persepsi diri sendiri )

Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.

E. PEMBAGIAN KONSEP DIRI

Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian Konsep diri tersebut di kemukakan oleh Stuart and Sundeen ( 1991 ), yang terdiri dari :

1. Gambaran diri ( Body Image )

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1991).

Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan ( Keliat ,1992 ).

Gambaran diri ( Body Image ) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistis terhadap dirinya manarima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992).

Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan. Banyak Faktor dapat yang mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti, munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran diri. Stresor-stresor tersebut dapat berupa :

a. Operasi.

Seperti : mastektomi, amputsi ,luka operasi yang semuanya mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik, protesa dan lain lain.

b. Kegagalan fungsi tubuh.

Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu tadak mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf.

c. Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh

Seperti sering terjadi pada klie gangguan jiwa , klien mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.

d. Tergantung pada mesin.

Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai tantangan, akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik engan penggunaan lntensif care dipandang sebagai gangguan.

e. Perubahan tubuh berkaitan

Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal.

f. Umpan balik interpersonal yang negatif

Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.

g. Standard sosial budaya.

Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu, seperti adanya perasaan minder.

Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan gejala, seperti :

a. Syok Psikologis.

Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan.syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.

b. Menarik diri.

Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.

c. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap.

Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.

Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas adalah proses yang adaptif, jika tampak gejala dan tanda-tanda berikut secara menetap maka respon klien dianggap maladaptif sehingga terjadi gangguan gambaran diri yaitu :

a. Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah.

b. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.

c. Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.

d. Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.

e. Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.

f. Mengungkapkan keputusasaan.

g. Mengungkapkan ketakutan ditolak.

h. Depersonalisasi.

i. Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.

2. Ideal Diri.

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilakuberdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu (Stuart and Sundeen ,1991).

Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai- nilai yang ingin di capai . Ideal diri akan mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan citacita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan. Ideal diri mulai berkembang pada masa kanakkanak yang di pengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja ideal diri akan di bentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Menurut Ana Keliat ( 1998 ) ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu :

a. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.

b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.

c. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasan cemas dan rendah diri.

d. Kebutuhan yang realistis.

e. Keinginan untuk menghindari kegagalan .

f. Perasaan cemas dan rendah diri.

Agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara persepsi diri dan ideal diri. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai (Keliat, 1992 ).

3. Harga diri .

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen, 1991). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal , maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah di cintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 1992). Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah. Harga diri tinggi terkait dengam ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk dan resiko terjadi depresi dan skizofrenia.

Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional ( trauma ) atau kronis ( negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama ). Dan dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata).

Menurut beberapa ahli dikemukakan faktor-Fator yang mempengaruhi gangguan harga diri, seperti :

a. Perkembangan individu.

Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengkibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang lain. Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang yang dekat atau penting baginya. Ia merasa tidak adekuat karena selalu tidak dipercaya untuk mandiri, memutuskan sendiri akan bertanggung jawab terhadap prilakunya. Sikap orang tua yang terlalu mengatur dan mengontrol, membuat anak merasa tidak berguna.

b. Ideal Diri tidak realistis.

Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat standart yang tidak dapatdicapai, seperti cita cita yang terlalu tinggi dan tidak realistis. Yang pada kenyataan tidak dapat dicapai membuat individu menghukum diri sendiri dan akhirnya percaya diri akan hilang

c. Gangguan fisik dan mental

Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri.Sistim keluarga yang tidak berfungsi. Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun harga diri anak dengan baik. Orang tua memberi umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan merusak harga diri anak. Harga diri anak akan terganggu jika kemampuan menyelesaikan masalah tidak adekuat. Akhirnya anak memandang negatif terhadap pengalaman dan kemampuan di lingkungannya.

Pengalaman traumatik yang berulang,misalnya akibat aniaya fisik, emosi dan seksual. Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi, peperangan, bencana alam, kecelakan atau perampokan. Individu merasa tidak mampu mengontrol lingkungan. Respon atau strategi untuk menghadapi trauma umumnya mengingkari trauma,mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif terganggu. Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial pada trauma.

4. Peran

Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat ( Keliat, 1992 ). Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri.

Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan ( Keliat, 1992 ). Stress peran terdiri dari konflik peran yang tidak jelas dan peran yang tidak sesuai atau peran yang terlalu banyak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus di lakukan menurut Stuart and sundeen, 1998 adalah :

a. Kejelasan prilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan peran.

b. Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan .

c. Kesesuain dan keseimbangan antara peran yang di emban.

d. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.

e. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuain perilaku peran.

Menurut Stuart and Sunden Penyesuaian individu terhadap perannya di pengaruhi oleh beberapan faktor, yaitu :

a. Kejelasan prilaku yang sesuai dengan perannya serta pengetahuan yang spesifik tentang peran yang diharapkan .

b. Konsistensi respon orang yang berarti atau dekat dengan peranannya.

c. Kejelasan budaya dan harapannya terhadap prilaku perannya.

d. Pemisahan situasi yang dapat menciptakan ketidak selarasan Sepanjang kehidupan. individu sering menghadapi perubahan-perubahan peran, baik yang sifatnya menetap atau sementara yang sifatnya dapat karena situasional. Hal ini, biasanya disebut dengan transisi peran. Transisi peran tersebut dapat di kategorikan menjadi beberapa bagian, seperti :

1) Transisi Perkembangan.

Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap perkembangan harus di lalui individu dengan menjelaskan tugas perkembangan yang berbeda beda. Hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep diri.

2) Transisi Situasi.

Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurang orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran yaitu konflik peran, peran tidak jelas atau peran berlebihan.

3) Transisi sehat sakit.

Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua kompoen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri peran dan harga diri. Masalah konsep diri dapat di cetuskan oleh faktor psikologis, sosiologi atau fisiologi, namun yang penting adalah persepsi klien terhadap ancaman. Selain itu dapat saja terjadi berbagai gangguan peran, penyebab atau faktor-faktor ganguan peran tersebut dapat di akibatkan oleh :

a) Konflik peran interpersonal. Individu dan lingkungan tidak mempunyai harapan peran yang selaras.

b) Contoh peran yang tidak adekuat.

c) Kehilangan hubungan yang penting

d) Perubahan peran seksual

e) Keragu-raguan peran

f) Perubahan kemampuan fisik untuk menampilkan peran sehubungan dengan proses menua

g) Kurangnya kejelasan peran atau pengertian tentang peran

h) Ketergantungan obat

i) Kurangnya keterampilan sosial

j) Perbedaan budaya

k) Harga diri rendah

l) Konflik antar peran yang sekaligus di perankan

Gangguan-gangguan peran yang terjadi tersebut dapat ditandai dengan tanda dan gejala, seperti :

a. Mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau kemampuan menampilkan peran

b. Mengingkari atau menghindari peran

c. Kegagalan trnsisi peran

d. Ketegangan peran

e. Kemunduran pola tanggungjawab yang biasa dalam peran

f. Proses berkabung yang tidak berfungsi

g. Kejenuhan pekerjaan

5. Identitas

Identitas adalah kesadarn akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart and Sudeen, 1991). Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan yang memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin (Keliat,1992). Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai dengan konsep laki-laki dan wanita banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap masing-masing jenis kelamin tersebut. Perasaan dan prilaku yang kuat akan indentitas diri individu dapat ditandai dengan:

a. Memandang dirinya secara unik

b. Merasakan dirinya berbeda dengan orang lain

c. Merasakan otonomi : menghargai diri, percaya diri, mampu diri, menerima diri dan dapat mengontrol diri.

d. Mempunyai persepsi tentang gambaran diri, peran dan konsep diri

Karakteristik identitas diri dapat dimunculkan dari prilaku dan perasaan seseorang, seperti:

a. Individu mengenal dirinya sebagai makhluk yang terpisah dan berbeda dengan orang lain

b. Individu mengakui atau menyadari jenis seksualnya

c. Individu mengakui dan menghargai berbagai aspek tentang dirinya, peran, nilai dan prilaku secara harmonis

d. Individu mengaku dan menghargai diri sendiri sesuai dengan penghargaan lingkungan sosialnya

e. Individu sadar akan hubungan masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang

f. Individu mempunyai tujuan yang dapat dicapai dan di realisasikan (Meler dikutip Stuart and Sudeen, 1991)

F. KEPRIBADIAN YANG SEHAT

Bagaiman individu berhubungan dengan orang lain merupakan inti dari kepribadian Kepribadian tidak cukup di uarikan melalui teori perkembangan dan dinamika diri sendiri. Berikut ini adalah pengalaman yang akan dialmi oleh individu yang mempunyai kepribadian yang sehat (stuart dan Sudden, 1991 )

a. Gambaran diri yang positif dan akurat

Kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai dengan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan yang lalu, akan diri sendiri, perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi.

b. Ideal diri realistis

Individu yang mempunyai ideal diri yang realitas akan mempuynai tujuan hidup yang dapat dicapai.

c. Konsep diri positif

Konsep diri positif menunjukkan bahwa individu akan sukses dalam hidupnya.

d. Harga diri tinggi.

Seorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memandang dirinya sebagai seorang yangberarti dan bermanfaat. Ia memanding dirinya sangat sama dengan apa yang ia inginkan.

e. Kepuasan penampilan peran

Indiviu yang mempunyai kepribadian sehat akan mendapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubungan interdependen.

f. Identitas jelas.

Individu merasakan keunikan dirinya, yang memberi arah kehidupan dan mecapai keadaan

G. GANGGUAN KONSEP DIRI

Gangguan konsep diri adalah suatu kondisi dimana individu mengalami kondisi pembahasan perasaan, pikiran atau pandangan dirinya sendiri yang negatif

1. Gangguan citra tubuh

Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh. Pada klien yang dirawat di rumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi. Sitesor pada tiap perubahan adalah Perubahan ukuran tubuh berat badan yang turun akibat penyakit Perubahan bentuk tubuh, tindakan invasif, seperti operasi, suntikan daerah pemasangan infus. Perubahan struktur, sama dengan perubahan bentuk tubuh di sertai degnan pemasangan alat di dalam tubuh.perubahan fungsi berbagaipenyakit yang dapat merubah sistem tubuh Keterbatasan gerak, makan, kegiatan. Makna dan objek yang sering kotak, penampilan dan dandan berubah, pemasangan alat pada tubuh klien (infus, fraksi, respirator, suntik, pemeriksaan tanda vital, dan lain-lain)

Tanda dan gejala gangguan citra tubuh :

a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah

b. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi

c. Menolak penjelasan perubahan tubuh

d. Persepsi negatif pada tubuh

e. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang

f. Mengungkapkan keputusasaan

g. Mengungkapkan ketakutan

2. Gangguan Ideal Diri

Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut. Pada klien yang dirawat di rumah sakit karena sakit maka ideal dirinya dapat terganggu. Atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai.

Tanda dan gejala yang dapat dikaji

a. Mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya,

b. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi,

3. Gangguan Harga Diri

Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara :

a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba ).

1) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang sembarangan pemasangan alat yang tidak sopan (pengukuran pubis, pemasangan kateler pemeriksaan perincal)

2) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.

3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.

b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Tanda dan gejala yang dapat dikaji

1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakti dan akibat tindakan terhadap penyakit.

2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri.

3) Merendahkan martabat.

4) Gangguan hubungan sosial,

5) Percaya diri kurang.

4. Gangguan Peran

Gangguan penampilan peran adalah berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja.Pada klien yang sedang dirawat di rumah sakit otomatis peran sosialo klien berubah menjadi peran sakit. Peran klien yang berubah adalah :

a. Peran dalam keluarga

b. Peran dalam pekerjaan/sekolah

c. Peran dalam berbagai kelompok

d. Klien tidak dapat melakukan peran yang biasa dilakukan selama dirawat di rumah sakit atau setelah kembali dari rumah sakit, klien tidak mungkin melakukan perannya yang biasa.

Tanda dan gejala yang dapat di kaji

a. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran

b. Ketidakpuasan peran

c. Kegagalan menjalankan peran yang baru

d. Ketegangan menjalankan peran yang baru

e. Kurang tanggung jawab

f. Apatis/bosan/jenuh dan putus asa

5. Gangguan Identitas

Gangguan identitas adalah kekaburan/ketidakpastian memandang diri sendiri. Penuh dengan keragu-raguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan pada klien yang dirawat di rumah sakit karena penyakit fisik maka identitas dapat terganggu, karena.

Tubuh klien di kontrol oleh orang lain. Misalnya : Pelaksanaan pemeriksaan dan pelaksanaan tindakan tanpa penjelasan dan persetujuan klien.Ketergantungan pada orang lain. Misalnya : untuk self-care perlu dibantu orang lain sehingga otonomi/kemandirian terganggu. Perubahan peran dan fungsi. klien menjalankan peran sakit, peran sebelumnya tidak dapat di jalankan.

Tanda dan gejala yang dapat di kaji

a. Tidak ada percaya diri

b. Sukar mengambil keputusan

c. Ketergantungan

d. Masalah dalam hubungan interpersonal

e. Ragu/ tidak yakin terhadap keinginan

f. Projeksi (menyalahkan orang lain).

H. FAKTOR RESIKO PENYIMPANGAN KONSEP DIRI

1. Personal Identity Disturbance

a. Perubahan perkembangan

b. Trauma

c. Ketidaksesuaian Gender

d. Ketidaksesuaian kebudayaan

2. Body Image Disturbance

a. Kehilangan salah satu fungsi tubuh

b. Kecacatan

c. Perubahan perkembangan

3. Self Esteem Dusturbance

a. Hubungan interpersonal yang tidak sehat

b. Gagal mencapai perkembangan yang penting

c. Gagal mencpaai tujuan hidup

d. Gagal dalam kehidupan dengan moral tertentu

e. Perasaan tidak berdaya

f. Gagal dalam kehidupan dengan moral tertentu

g. Perasaan tidak berdaya

4. Altered Role Peformance

a. Kehilangan nilai peran

b. Dua harapan peran

c. Konflik peran

d. Ketidakmampuan menemukan peran yang diinginkan

BAB III

PERUBAHAN FISIOLOGIS SISTEM SENSORI PERSEPSI

A. PERUBAHAN FISIOLOGIS SISTEM SENSORI PERSEPSI

a. PENGLIHATAN

Masalah-masalah lainnya yang sering muncul pada lansia dengan gangguan penglihatan adalah sfinter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarrak, susah melihat dalam keadaan gelap, hilangya daya akomodasi.

Ukuran bola mata dan pupil semakin mengecil dan kehilangan kemampuan untuk berkontraksi.Ukuran pupil mengecil dan membatasi cahaya masuk kedalam mata, iris juga mengecil, lensa mata menjadi kaku dan padat sehingga mempengaruhi kemampuan mata untuk memfokuskan cahaya.

a. Pupil mengecil, yang membutuhkan pencahayaan tiga kali lebih terang agar dapat melihat dengan jelas; penurunan penglihatan malam.

b. Pandangan dalam area yang suram dan adaptasi terhadap kegelapan berkurang (sulit melihat dalam cahaya gelap) menempatkan lansia pada risiko cedera. Sementara pada cahaya yang menyilaukan dapat menyebabkan nyeri dan membatasi kemampuan untuk membedakan objek-objek dengan jelas.

c. Kornea rata dan kehilangan kilauan

Arcus senilis, merupakan manifestasi proses penuaan pada kornea yang sering di jumpai. Ini memberikan keluhan. Kalainan ini berupa infiltrasi bahan lemak yang bewarna keputihan, berbentuk cincin dibagian tepi kornea.

d. Pelebaran lensa; kehilangan transparansi dan elastisitas yang mengurangi akomodasi.

e. Menurunnya lapang pandang; berkurang luas pandangannya.

f. Lensa menguning dan berangsur-angsur menjadi lebih buram mengakibatkan katarak, sehingga mempengaruhi kemampuan untuk membedakan dan menerima warna-warna

g. Kelopak mata kendur dan berkerut akibat penurunan elastisitas, dengan mata tampak jauh ke dalam disoket mata. Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh jaringan kelopak mata. Perubahan ini juga disebut dengan perubahan infolusional, terjadi pada:

1) Muskulus Orbikularis

Perubahan pada Muskulus orbicularis bisa menyebabkan perubahan kedudukan palbebra, misalnya kelopak mata jatuh.

2) Retraktor Palpebra inferior

Kekendoran retractor palpebra inferior mengakibatkan tepi bawah tarsus rotasi / berputar kearah luar.

3) Tarsus

Apabila tarsus kurang kaku oleh karena proses atropi akan menyebabkan tepi atas lebih melengkung kedalam.

4) Tendo Kantus medial / lateral

Perubahan involusional pada usia lanjut juga mengenai tendon kantus medial / lateral sehingga secara horizontal kekencangan palpebra berkurang.

h. Penurunan reabsorbsi cairan intraokuler, yang menyebabkan glukoma

i. Penurunan produksi air mata akibat kehilangan jaringan lemak dalam aparatus lakrimal dan akibat kegagalan fungsi pompa pada sistem kanalis lakrimalis disebabkan oleh karena kelamahan palpebra, malposisi palpebra sehingga akan menimbulkan keluhan epipora (sumbatan), yang mengakibatkan kelenjar lakrimal secara progresif berkurang.

j. Perubahan muskulus siliaris

Dengan bertambahnya usia, bentuk daripada muskuls siliaris akan mengalami perubahan. Mengenai manifestasi klinis yang dikaitkan dengan perubahan muskulus siliaris pada lanjut usia, dikatakan bahwa degenarasi muskulus siliaris bukan merupakan faktor utama yang mendasari terjadinya presbiofia. Ini dikaitkan dengan perubahan serabut-serabut lensa yang menjadi padat, sehingga lensa kurang dapat menyesuaikan bentuknya. Untuk mengatasi hal tersebut muskulus siliaris mengadakan kompensasi sehingga mengalami hipertrofi.

k. Perubahan replaksi

Dengan bertambahnya usia penurunan daya akomdasi akan menurun. Karena proses kekeruhan dilensa dan lensa cenderung lebih cembung.

l. Perubahan struktur jaringan dalam bola mata

Semakin bertambahnya umur nucleus makin membesar dan padat, sedangkan volume lensa tetap, sehingga bagian kortek menipis, elastisitas lensa jadi berkurang, indeks bias berubah (jadi lemah). Yang mula-mula bening trasparan, menjadi tampak keruh ( sclerosis ).

m. Perubahan fungsional

Proses degenerasi dialami oleh berbagai jaringan di dalam bola mata, media refrakta menjadi kurang cemerlang dan sel-sel reseptor berkurang, visus kurang tajam dibandingkan pada usia muda. Keluhan silau ( foto fobi ) timbul akibat proses penuaan pada lensa dan kornea.

b. PENDENGARAN

Organ pendengaran dan keseimbangan dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu: telinga eksternal, bagian tengah telinga dan bagian dalam telinga. Bagian luar dan tengah telinga meliputi pendengaran, bagian dalam telinga meliputi tak hanya pendengaran tapi juga keseimbangan. Telinga bagian luar terdiri dari daun telinga dan kanal pendengaran eksterna, suara yang masuk berasal dari luar masuk menuju gendang telinga.

Perubahan usia dalam bagian luar telinga dapat dilihat dari gendang telinga dimana terlihat lebih besar karena terjadi pembentukan cartilago masih terus ada/ terjadi dan terjadi kehilangan elasitas kulit.Lobus atau bagian dari daun telinga menjadi panjang dengan kerutan. Disekeliling atau batas luar daun telinga ditutupi seperti kawat rambut yang kasar. Pria mempunyai ukuran tragi yang besar disamping kanal luar. Tragi ini menjadi besar dan kasar. Kanal pendengaran sempit dan hasil dari suara menjadi gagal. Rambut halus yang berada didalam kanal menjadi kasar dan kaku. Penambahan serumen membuat kelenjar menjadi atropi dikarenakan serumen yang banyak itu menjadi kering. Dalam telinga bagian tengah, perubahan usia mempengaruhi membran timpani sehingga daya pendengaran semakin berkurang, tertarik masuk, terdapat warna abu-abu dalam membran timpani. Degenerasi dari ossicular joints dalam telinga tengah selalu ada. Akhirnya, hasil dari perubahan telinga dalam mengalami penurunan daya sensitivitas divestibular. Kehilangan pendengaran merupakan bukan bagian yang tidak normal dari proses penuaan dan harus dievaluasi.

1. Gangguan pendengaran tipe konduktif

Gangguan yang bersifat mekanik, sebagai akibat dari kerusakan kanalis auditorius, membran timpani atau tulang-tulang pendengaran. Salah satu penyebab gangguan pendengaran tipe konduktif yang terjadi pada usia lanjut adalah adanya serumen obturans, yang justru sering dilupakan pada pemeriksaan.

2. Gangguan pendengaran tipe sensori neural

Penyebab utama dari kelainan ini adalah kerusakan neuron akibat bising, presbiakusis, obat yang ototoksik, hereditas dan reaksi pasca radang.

3. Persepsi pendengaran abnormal

Sering terdapat pada sekitar 50 % lansia yang menderita presbiakusis, yang berupa suatu peningkatan sensitivitas terhadap suara bicara yang keras.

4. Gangguan terhadap lokalisasi suara

Pada lansia sering kali sudah terdapat gangguan dalam membedakan arah suara, terutama lingkungan yang agak bising.

Masalah-masalah lainya yang sering muncul adalah presbiakusis (hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi atau suara/nada yang tinggi ;suara yang tidak jelas dan sulit mengerti kata-kata, membrane tympani menjadi atropi, terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin, pendengaran bertambah menurun.

3. PENGECAPAN DAN PENGHIDUAN

Pengecapan dan penghiduan kerjanya tertutup dengan yang lainnya, karena mereka memiliki anatomy tersendiri.Indera penghiduan terjadi respon bau yang masuk ke nervus olfaktori, yang terletak di bagian superior lubang nasal. Pengecapan merupakan fungsi kecap yang berada di mulut tetapi bersatu dengan indera penghiduan yang berkontribusi kuat pada persepsi pengecapan. Pengecapan rasa dibagi menjadi 4 tipe yaitu: asam, asin, manis dan pahit. Sensitivitas untuk substansi pahit paling tinggi, sensitivitas asin dan manis paling sedikit. Pengecapan asin dan manis terletak di ujung lidah, asam di tengah, dan pahit terletak di lidah bagian belakang.

Perubahan umur pada indera penghiduan dan pengecapan berhubungan dengan perubahan di mukosa mulut, lidah dan patofisiologi di lubang hidung. Perubahan penghiduan terjadi di olfaktori dan gustatory karena kemunduran otak. Kemunduran itu terjadi di sel basal karena tidak dilanjutkan ke syaraf olfaktory yang merupakan proses terjadinya penghiduan. Selanjutnya, reseptor olfaktory pada palatum mengalami kemunduran, mengakibatkan nervus olfaktory mengalami penurunan sensitivitas.

Perubahan pada syaraf kranial, efek pada lansia :

a. Olfaktory, terjadi penurunan pada jumlah reseptor sensori

Efek: menurunnya sensitivitas terhadap bau atau penciuman aroma

b. Facial, terjadi penurunan syaraf sensori motorik.

Efek:

1) Kehilangan sensasi cita rasa

2) Penurunan ekspresi wajah

3) Penurunan salivasi dan menggigit makanan

c. Glosofaringeal, terjadi penurunan jumlah reseptor perasa, meningkatnya ambang reseptor stimulus terhadap rasa dan syaraf pergerakan melambat.

Efek:

1) Gangguan kemampuan membedakan rasa

2) Gangguan reflek lambat

3) Sulit bertutur atau mengeja kata dan sulit menelan

4. PERABAAN

Perubahan kepekaan perabaan sering bersamaan dengan proses penuaan, namun derajat perubahannnya yang bervariasi. Biasanya perubahan sering terjadi pada kulit di telapak tangan dan kaki namun jarang terjadi pada kulit yang berambut. Ini mungkin disebabkan oleh degenerasi pada corpusle neirsuner yaitu sejenis ujung syaraf berkapsul yang berukuran kecil, yang ditemukan pada kulit telapak tangan dan kaki. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan orang tua terhadap rangsangan lokal dan juga dapat menurunkan kecepatan dalam bereaksi terhadap rangsangan yang datang. Perubahan ini dapat membuat orang lanjut usia mengalami injuri karena rangsangan yang datang tidak dapat segera dimengerti sebagai rangsangan. Macam perubahan pada indera perabaan, yaitu :

a. Perubahan kepekaan pada sentuhan

b. Perubahan kepekaan pada rangsang panas(thermal)

c. Perubahan kepekaan pada rangsang nyeri

d. Perubahan kepekaan pada rangsang getar

e. Perubahan kemampuan seseorang untuk mengenal benda dengan menyentuh atau menggenggamnya (stereognosis).

PERUBAHAN SISTEM INDERA PADA PENUAAN

Perubahan Morfologis dan Struktur

Perubahan Fungsional

PENGLIHATAN

1. Penurunan jaringan lemak sekitar mata.

2. Penurunan elastisitas dan tonus jaringan.

3. Penurunan kekuatan otot mata.

4. Penurunan ketajaman kornea.

5. Degenerasi pada sklera, pupil dan iris.

6. Peningkatan penyakit mata.

7. Peningkatan densitas & rigiditas lensa.

8. Perlambatan sistem informasi dari SSP.

9. Penurunan produksi air mata.

1. Penurunan penglihatan jarak dekat (Presbiopi)

2. Penurunan koordinasi gerak bola mata.

3. Distorsi bayangan.

4. Pandangan biru merah.

5. Penurunan penglihatan malam.

6. Penurunan ketajaman mengenali warna hijau, biru dan ungu.

7. Kesulitan mengenali benda yang bergerak.

8. Berkurangnya adaptasi terhadap kegelapan .

9. Mata menjadi kering.

PENDENGARAN

1. Penurunan sel rambut koklea.

2. Degenerasi pusat pendengaran.

3. Hilangnya fungsi neurotransmitter.

4. Atrofi organ korti dan saraf auditorius.

1. Kesulitan mendengar suara berfrekuensi tinggi.

2. Penurunan kemampuan dan penerimaan bicara.

3. Penurunan fungsi membedakan ucapan.

4. Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata (presbikusis).

PENGECAP

1. Penurunan kemampuan pengecapan.

1. Penurunan sensitivitas terhadap rasa.

PENGHIDU

1. Degenerasi sel sensosik mukosa hidung.

1. Penurunan sensitivitas terhadap bau sehingga kehilangan selera makan.

PERABA

1. Penurunan kecepatan hantaran saraf.

1. Penurunan respon terhadap stimulasi taktil.

2. Penyimpangan persepsi nyeri.

3. Risiko terhadap bahaya termal yang berlebihan.

Tabel 1. Penurunan Sistem Sensori Persepsi Pada Lansia

B. DAMPAK DAN PENYAKIT YANG TIMBUL PADA PROSES PENUAAN

1. Penglihatan

a. Kekeringan pada mata

Kekeringan pada mata karena berkurangnya kualitas dan kuantitas produksi air mata sesuai dengan bertanbahnya usia. Gejalanya antara lain: pedih, perih dan gatal.

b. Presbiopia

Presbiopia adalah masalah yang sering terjadi diatas umur 40 th. Presbiopia adalah masalah yang menyangkut ketidakmampuan untuk memfokuskan penglihatan yang jelas pada benda-benda yang dekat. Penyesuaian penglihatan terganggu karena lensa mata menyempit dan kehilangan elastisitas. Otot-otot cyiliari melemahkan lensa mata sehingga kemampuannya untuk berkontraksi menjadi terganggu.

c. Glaukoma

Glaukoma adalah salah satu penyebab terbesar yang mengakibatkan kebutaan pada lansia. Glaukoma disebabkan karena penyumbatan kelenjar dan proses pengeringan aquous humor yang terletak pada bagian depan bola mata. Biasanya cairan aquous humor mengering sehingga menyebabkan sirkulasi ke mata menjadi terganggu.

d. Katarak

Yaitu kekeruhan pada lensa mata, merupakan penyebab pentig melemahnya kemampuan melihat pada lanjut usia dan penyebab kebutaan di dunia. Katarak terjadi secara alami, tanpa rasa sakit.

e. Detached retina

Suatu keadaan yang dialami oleh lanjut usia dimana retina berpindah dari posisi yang normal.Gejalanya: melihat bayangan lebih kecil.

f. Diabetik retinopati

Hanya terjadi pada lanjut usia yang menderita diabetes melitus dan menyebabkan terjadinya komplikasi. Pembuluh darah kecil ke retina menjadi bocor atau mudah ruptur sehingga menimbulkan perdarahan.

g. Diplopia

Yaitu penglihatan yang ganda, tidak normal dan indikasi dari gangguan sistem syaraf.

2. Pendengaran

a. Tinnitus

Tinnitus adalah kombinasi dari masalah yang konduktif pendengaran dan kehilangan sensori untuk mendengar. Dimana terjadi kehilangan sensasi saat mendengar suara bising dan teriakan. Setiap individu pada setiap umur dapat menunjukkan tanda-tanda tinnitus tetapi meningkat usia lanjut. Nervus Cochler mempunyai sel-sel reseptor rambut saat suara masuk. Penyebab tersering dari tinnitus adalah suara-suara yang berisik atau rusaknya sel-sel reseptor rambut pada nervus cochler dan terjadi perubahan organ pendengaran dan keseimbangan karena proses penuaan.

b. Kehilangan pendengaran

Kehilangan pendengaran bukan merupakan bagian yang normal dari proses penuaan dan seharusnya lebih lanjut dievaluasi untuk pengobatan yang tepat. Kehilangan pendengaran konduktif hasil dari gangguan dari trasmisi suara melalui kanal pendengaran eksternal dan telinga bagian tengah. Kondisi dimana terjadi kehilangan pendengaran konduktif karena serumen yang tersumbat, OMA dan otosclorosif (fiksasi tulang pendengaran). Kehilangan syaraf sensori pendengaran hasil dari kerusakan labirin telinga, syaraf pendengaran atau otak sehingga gelombang suara tidak diterjemahkan dengan benar.

c. Presbycusis

Kehilangan syaraf sensori pendengaran, khasnya kehilangan pendengaran secara bilateral, menghasilkan masalah pendengaran dengan nada-nada nyaring. Penyebab presbycusis belum diketahui secara pasti. Namun penyebab lainnya yaitu: infeksi, injuri kepala, stroke, diabetes, penyakit jantung, faktor herediter dan bunyi yang berisik yang menyebabkan kehilangan pendengaran. Gejala yang dialami oleh penderita yaitu:

1) Kepala miring kearah orang yang bicara

2) Melengkungkan tangan ke belakang telinga supaya dapat mendengar lebih jelas

3) Bicara dengan keras

4) Memperhatikan ucapan atau bibir pembicara

5) Tidak merespon ketika berbicara

3. Pengecapan Dan Penghiduan

a. Pengecapan

1) Xerostomia

Xerostomia adalah salah satu kondisi umum yang mempengaruhi pengecapan meliputi penurunan produksi saliva akibat mukus yang padat dan mulut yang kering. Penurunan produksi saliva ini karena perubahan di mulut dan orofaring yang bercampur dengan makanan yang menimbulkan masalah napsu makan dan nutrisi pada usia lanjut. Faktor penyebab penurunan aliran saliva meliputi penyakit umum seperti: DM, Nefritis dan Anemia pernicious dan terjadi pada kondisi menopause.

2) Ageusia (hilangnya daya pengecapan)

3) Hipogeusia (Berkurangnya kepekaan pengecapan)

4) Disgeusia (Distorsi daya pengecapan)

b. Penghiduan

1) Anosmia (hilangnya daya penghiduan)

2) Hiposmia (berkurang daya menghidu)

3) Disosmis (distorsi daya menghidu)

4. Perabaan

a. Terjadi penurunan untuk bereaksi terhadap rangsang panas dan dingin yang mengakibatkan orang lanjut usia tidak mampu mengkoping atau mengatasi diri dengan suhu lingkungan yang ekstrim, khususnya suhu yang rendah (kenshallo, 1977). Sehingga orang lanjut usia cenderung beresiko mengalami hipotermi (watts, 1971).

b. Perubahan kepekaan pada rangsang nyeri tergantung ketebalan dan elastisitas dari kulit. Penurunan pada rangsang nyeri membuat orang lanjut usia menjadi tidak waspada (Awareness), sehingga jika terjadi gangguan pada jantung atau abdomen tidak bisa didiagnosa dengan akurat karena mereka tidak merasakan nyeri.

c. kehilangan sensasi getar dimulai kira-kira pada usia 50 tahun dan sering kali terjadi pada ekstermitas bawah dari pada ekstermitas atas (Kenshalo, 1977). Hal ini mungkin disebabkan oleh perubahan yang tidak dapat dideteksi pada sirkulasi mikro di tungkai bawah atau pada spinal cord bagian bawah.

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. PENGKAJIAN

1. Penglihatan

a. Ketajaman penglihatan

b. Adakah penglihatan yang ganda, kabur dan silau jika melihat cahaya yang terang

c. Mata terasa pedih, perih dan gatal, kemerahan pada mata

d. Adakah infeksi pada mata

e. Adakah bayangan penglihatan, melihat bayangan lebih kecil

f. Apakah menderita penyakit DM, gangguan pada syaraf

2. Pendengaran

a. Ada rasa gatal, penuh dan susah mendengar

b. Pada otoskopik menunjukan bagian luar kanal telinga mengalami obstruksi oleh serumen

c. Tidak tampak membran timpani

d. Apakah mempunyai masalah pendengaran, nyeri telinga, infeksi telinga, masalah gigi, bunyi dering di telinga dan ada terasa ada tekanan

e. Kapan terdengar adanya suara mendengung setiap saat

f. Apakah suara itu berubah saat latihan, olahraga

g. Apakah suara itu muncul di telinga kanan, kiri atau indra telinga

h. Suara terdengar kadang-kadang atau terus menerus

i. Berapa lama mendengar suara bising di telinga

j. Riwayat keluarga yang mengalami artritis, anemia, diabetes, tekanan darah meningkat, dan kehilangan pendengaran

k. Konsumsi obat aspirin, ibuprofen untuk sakit kepala dan pil diet

l. Bagaimana bunyi suara itu

m. Kapan terjadi serangan

n. Hilang sensasi humor, mudah cemberut, tegang dan suara keras

o. Mengucapkan kembali Apa yang kau katakan?

3. Pengecapan dan Penghiduan

a. Riwayat perokok, penurunan barat badan dan pemakaian gigi palsu

b. Sensitivitas rasa (asam, asin, manis dan pahit)

c. Respon atau reaksi terhadap makanan dan waktu makan

d. Bibir tampak kemerahan, inflamasi, pecah-pecah, kering, dan kemungkinan adanya perdarahan.

e. Area lidah kemerahan

f. Membran mukosa pada palatum, sekitar mulut dan gusi tampak kering, kemerahan dan edema

g. Berkurangnya produksi saliva.

4. Perabaan

Ada 2 (dua) komponen yang harus diperhatikan dalam memberi asuhan keperawatan yaitu rangsangan sentuhan pada klien dan menggunakan sentuhan sebagai komunikasi. Dengan demikian tujuan harus tercapai dengan mempertimbangkan kemampuan klien pada rangsangan baik sentuhan, temperature, nyeri, getar, dan pengenalan pada benda.

a. Sensasi perabaan

Minta klien untuk menutup kedua matanya, kemudian perawat melakukan pemeriksaan dengan menggunakan kapas yang disentuhkan pada kulit. Perawat meminta klien menyebutkan sensasi apa yang dirasakan oleh klien. Perawat juga dapat menggunakan pada benda yang tumpul atau tajam. Hati-hati dengan benda yang tajam karena dapat melukai klien.

b. Sensasi nyeri

Klien menutup kedua matanya, kemudian perawat menusukkan jarum pada klien dengan hati-hati. Minta klien menyebutkan apa yang dirasakan, intensitas, lokasi, dan berapa lama rangsangan tersebut dirasakan. Tanyakan pada klien pengobatan apa yang telah dilakukan untuk meredakan nyeri. Perawat perlu memperhatikan nilai-nilai budaya yang dianut oleh klien serta kepercayaannya.

c. Sensasi getar

Perawat menggunakan garpu penala dan klien diminta untuk menutupkan kedua matanya. Perawat memukulkan garpu dan menempelkannya pada siku, lutut, jari-jari tangan atau jari-jari kaki. Kemudian, minta klien untuk mengatakan kapankah getaran mulai dirasakan dan berhenti.

d. Sensasi panas

Dilakukan dengan mengunakan air hangat dan dingin yang dimasukkan ke dalam botol atau gelas dan disentuhkan pada kulit klien. Minta klien untuk menyebutkan apa yang dirasakan. Hindari untuk menggunakan air panas atau mendidih (panas yang ekstrim).

e. Stereognosis

Berikan benda-benda yang sudah dikenali oleh klien, seperti koin, kursi, penjepit kertas, atau kapas. Kemudian letakkan di dalam genggaman tangan klien. Minta klien untuk menyebutkan benda apa yang ada di dalam genggamannya.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan persepsi sensori ; penglihatan b.d kekeruhan pada lensa

2. Nyeri b.d meningkatnya tekanan intra okuler

3. Resti injuri b.d perubahan ketajaman penglihatan

4. Perubahan sensori: pendengaran b.d penumpukan serumen, kehilangan syaraf sensori pendengaran

5. Isolasi sosial b.d sulitnya berkomunikasi dengan keluarga atau teman, kehilangan pendengaran

6. Perubahan pemeliharaan kesehatan b.d kurang pengetahuan mengenai pencegahan tinnitus

7. Gangguan harga diri b.d kehilangan pendengaran

8. Perubahan persepsi sensori: pengecapan b.d penurunan produksi saliva

9. Perubahan membran mukosa b.d xerostomia

10. Perubahan persepsi sensori: sensasi taktil yang ditandai dengan penurunan rangsangan nyeri, panas, sentuhan, getar dan stereognosis b.d penurunan fungsi persyarafan dan proses penuaan

11. Resti injuri b.d penurunan rangsangan nyeri dan panas

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Penglihatan

a. Kurangi kemungkinan jatuh dari tangga atau lantai licin

b. Ruang terang tapi tidak silau

c. Gunakan alat bantu seperti jam dengan tombol yang dapat diraba, radio sebagai pengganti surat kabar, tulisan dengan huruf yang besar

d. Gunakan alat bantu: kaca mata dan periksa kecocokan kaca mata tiap 6 bulan

e. Dekatkan benda-benda yang dibutuhkan klien

2. Pendengaran

a. Kaji pendengaran klien

b. Ajari klien untuk melatih pendengarannya, latihan membaca perkataan dan alat bantu pendengaran

c. Beri fasilitas komunikasi

d. Beri penyuluhan pada klin dan keluarga cara parawatan pencegahan yang berhubungan dengan masalah pendengaran

e. Beri posisi tidur dengan kepala ditinggikan dengan 2 bantal

f. Lakukan irigasi telinga

g. Ajarkan tehnik relaksasi

h. Anjurkan klien untuk menjauhi suber-sumber kebisingan

3. Pengecapan dan Penghiduan

a. Klien dapat mengungkapkan peningkatan sensasi terhadap rasa

b. Klien dapat menunjukan dengan jelas integritas jaringan mukosa lembab, warna merah muda dan permukaanya lembut

c. Klien dapat mengungkapkan ketidaknyamanan pada daerah mulut

d. Klien dapat menyebutkan faktor penyebab, tanda dan gejala, serta parawatanya pada xerostomia

e. Klien dapat mendemonstrasikan secara benar cara membersihkan mulut

f. Hindari penggunaan garam yang berlebihan untuk meningkatkan rasa

g. Tanyakan makanan yang disukai klien

h. Atur segala sesuatu yang meningkatkan rasa makanan, penampilan dan penyajian makanan

i. Berikan lingkungan yang nyaman, indah dan tenang

j. Gunakan indera penciuman sebelum mencoba makanan

k. Periksa kemungkinan adanya gas yang bocor

4. Perabaan

a. Berikan tekstur kasar pada pegangan, misalnya pada pegangan tangga ataupun perkakas atau perabotan rumah tangga

b. Hindari untuk menggunakan sendok atau garpu dari plastik. Menggunakan perabotan rumah tangga yang berat atau dari logam akan membuat orang tua lebih awas atau lebih waspada karena terasa lebih berat dan sensasi sentuhan akan lebih efektif

c. Penggunaan tekstur kasar dapat juga digunakan pada pakaian, kain tenun dan dekorasi pada rumah

d. Gunakan sentuhan seperti mengelus punggung, memijat, menyisir rambut dan menggosok tubuh pada waktu mandi

e. Berikan kehangatan dengan selimut atau baju hangat

f. Mengajarkan tehnik relaksasi dan melatih pernapasan untuk mengatasi rasa nyeri

g. Berikan diit dengan makanan yang mengandung lemak tryptophan untuk meningkatkan serotonin

h. Ajak klien untuk mendiskusikan rasa nyeri, dampak dari gangguan fungsional, cara mengatasi nyeri dan keberhasilan yang telah dialami klien

i. Menurut de wever (1977 ), dengan perawat meletakan tanganya diatas dengan klien, dapat membuat klien menjadi nyaman, begitu pula dengan memberikan sentuhan pada wajah klien. Hal ini dapat menjaga hubungan perawat dengan klien menjadi lebih baik dan membantu klien untuk dapat bersespon terhadap lingkungan

Kasus 5

Harga Diriku Retak di Usia ini..

Ny. Bonbon berusia 60 tahun, janda, tinggal bersama anak laki-laki nomor 2, menantu dan 2 orang cucunya. Ny.Bonbon sering merasa tersinggung bila diingatkan oleh menantunya tentang pengelihatan dan pendengarannya yang sudah mulai berkurang. Ny.Bonbon seringkali menangis dan mengadu kepada anaknya mengenai hal itu.

ANALISA DATA

Data Subjektif

Data Objektif

1. Klien mengatakan penglihatannya ganda (iridodialisis)

2. Klien mengatakan sakit pada mata

3. Mengeluh ketidaknyamanan terhadap cahaya terang (menyilaukan)

4. Klien mengatakan sukar melihat dekat

5. Klien mengatakan pendengarannya yang sudah mulai berkurang

6. Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak mengerti terhadap pembicaraan orang.

7. Keluarga klien mengatakan klien mudah tersinggung dan curiga.

8. Klien mengeluh tidak mampu melakukan peran dan fungsi sebagaimana mestinya.

9. Klien mengatakan kurang percaya diri dengan kondisinya.

10. Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak mau kumpul dengan keluarga.

11. Keluarga klien mengatakan bahwa klien menarik diri dari lingkungan.

12. Klien mengatakan:

Kurang mampu membedakan rasa.

1. Klien meminta untuk mengulang pembicaraan

2. Jawaban klien tidak sesuai dengan pertanyaan

3. Klien memalingkan kepala terhadap pembicraan

4. Klin kesulitan membedakan pembicaraan serta bunyi suara orang lain yang parau atau bergumam.

5. Volume bicara klien meningkat

6. Klien sering merasa sedih, di tolak lingkungan, malu, menarik diri, bosan, depresi, dan frustasi.

7. Ukuran pupil tampak mengecil

8. Klien memakaian kacamata

9. Mata klien tampak kemerahan

10. Permintaan untuk membacakan kalimat

11. Sakit kepala tumpul di pagi hari

12. Rasa sakit yang ringan pada mata

13. Klien mudah marah dan tersinggung

14. Klien tampak senang menyendiri (menarik diri)

15. Klien menghindari orang lain.

16. Klien tampak kurang napsu makan.

17.

DATA FOKUS

No

Masalah

Etiologi

1.

DO:

1. Ukuran pupil tampak mengecil.

2. Klien memakaian kacamata.

3. Mata klien tampak kemerahan.

4. Permintaan untuk membacakan kalimat.

5. Sakit kepala tumpul di pagi hari

6. Rasa sakit yang ringan pada mata

DS :

1. Klien mengatakan penglihatannya ganda (iridodialisis).

2. Klien mengatakan sakit pada mata.

3. Mengeluh ketidaknyamanan terhadap cahaya terang (menyilaukan).

4. Klien mengatakan sukar melihat dekat.

Gangguan persepsi sensori: penglihatan

Gangguan penerimaan; gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.

2.

DO:

1. Klien meminta untuk mengulang pembicaraan.

2. Jawaban klien tidak sesuai dengan pertanyaan.

3. Klien memalingkan kepala terhadap pembicraan.

4. Klin kesulitan membedakan pembicaraan serta bunyi suara orang lain yang parau atau bergumam.

5. Volume bicara klien meningkat

DS:

1. Klien mengatakan pendengarannya yang sudah mulai berkurang.

2. Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak mengerti terhadap pembicaraan orang.

3. Keluarga klien mengatakan klien mudah tersinggung dan curiga.

Gangguan persepsi sensori : pedengaran

penumpukan serumen, kehilangan syaraf sensori pendengaran

3.

DO:

1. Klien sering merasa sedih, di tolak lingkungan, malu, menarik diri, bosan, depresi, dan frustasi.

2. Klien mudah marah dan tersinggung.

3. Klien tampak senang menyendiri (menarik diri)

4. Klien menghindari orang lain.

DS:

1. Klien mengeluh tidak mampu melakukan peran dan fungsi sebagaimana mestinya.

2. Klien mengatakan kurang percaya diri dengan kondisinya.

3. Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak mau kumpul dengan keluarga.

4. Keluarga klien mengatakan bahwa klien menarik diri dari lingkungan.

Gangguan gambaran diri rendah

Penurunan fungsi pendengaran

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan; gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan persepsi sensori penglihatan dapat berkurang, dengang kriteria hasil:

Ukuran pupil tampak normal.

Klien sudah jarang memakaian kacamata.

Mata klien tidak tampak kemerahan

Klien mengatakan penglihatannya mulai membaik

Klien mengatakan sakit pada mata berkurang.

Ketidak nyamanan terhadap cahaya terang (menyilaukan) berkurang/hilang.

Klien mengatakan bisa melihat jarak dekat lebih baik.

Intervensi:

a. Kaji penyebab adanya gangguan penglihatan pada klien.

b. Pastikan obyek yang dilihat dalam lingkup lapang pandang klien.

c. Beri waktu lebih lama untuk memfokuskan sesuatu.

d. Bersihkan mata, apabila ada kotoran gunakan kapas basah dan bersih.

e. Kolaborasi untuk pengguanaan alat bantu penglihatan seperti kacamata dan penatalaksanaan medis untuk katarak.

f. Berikan penerangan yang cukup.

g. Hindari cahaya yang menyilaukan.

h. Tulisan dicetak tebal dan besar untuk menandai atau pemberian informasi tertulis.

i. Periksa kesehatan mata secara berkala.

j. Pantau kemampuan pasien untuk melihat dengan jelas. Tanyakan pada pasien secara teratur mengenai terjadinya perubahan penglihatan.

2. Gangguan persepsi sensori : pedengaran b.d penumpukan serumen, kehilangan syaraf sensori pendengaran.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan persepsi sensori pendengaran dapat berkurang, dengang kriteria hasil:..

Klin dapat membedakan pembicaraan serta bunyi suara orang lain yang parau atau bergumam.

Volume bicara klien tidak meningkat

Klien mengatakan pendengarannya yang sudah mulai kembali normal

Keluarga klien mengatakan bahwa klien mulai bisa mengerti terhadap pembicaraan orang.

Keluarga klien mengatakan klien sudah tidak mudah tersinggung dan curiga.

Intervensi:

a. Kaji tingkat kemampuan klien dalam menerima pesan.

b. Periksa apakah ada serumen yang mengganggu pendengaran.

c. Bicara dengan pelan dan jelas.

d. Beri dan ajarkan klien pada penggunaan alat bantu dengar.

e. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga.

3. Gangguan gambaran diri rendah b.d penurunan fungsi pendengaran

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan gambaran diri rendah dapat berkurang, dengang kriteria hasil:.

Klien tidak mudah marah dan tersinggung.

Klien mampu melakukan peran dan fungsi sebagaimana mestinya.

Klien mengatakan lebih percaya diri dengan kondisinya.

Keluarga klien mengatakan bahwa klien mau kumpul dengan keluarga.

Intervensi:

a. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab klien tidak mau bergaul atau menarik diri.

b. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang mungkin.

c. Beri oujian terhadap klien mengungkapkan perasaannya.

d. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain.

e. Bina hubungan saling percaya dengan klien.

f. Anjurkan anggota keluarga untuk secara rutin dan bergantian untuk mengunjungi klien.

Kep. Gerontik S1 Keperawatan UPNVJPage 1