askep hipertnsi lansia.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menjadi tua merupakan salah satu proses kehidupan seseorang yang ditandai
dengan penurunan berbagai fungsi tubuh, seperti penurunan berbagai macam fungsi
tubuh, seperti jantung, hati, dan alat pencernaan. Di samping penurunan kemampuan
organ, hampir semua fungsi tubuh juga mengalami penurunan, seperti penurunan
pendengaran, penglihatan, kemampuan berpikir, kecepatan bergerak, dan kecepatan
refleks (Maryani dan Suharmiati, 2006). Hipertensi merupakan keadaan dimana
tekanan darah sistole di atas 140 mmHg dan diastole di atas 90 mmHg (Nguyen,
2010). Hipertensi menjadi penyebab meningkatnya resiko penyakit stroke, jantung
dan ginjal. Sampai saat ini, penyakit jantung dan pembuluh darah menjadi penyebab
utama kematian di negara maju dan negara berkembang, di Indonesia terdaftar sekitar
17-21% masyarakat terdeteksi mempunyai riwayat hipertensi (Depkes RI, 2007).
Hipertensi adalah faktor resiko utama yang menyebabkan penyakit
cardiovaskuler, termasuk stroke, myocardial infarction, dan gagal jantung. Data dari
Framingham menyatakan bahwa 90% pasien dengan tekanan darah normal pada usia
55-65 tahun akan menampilkan hipertensi pada usia 80 tahun, karena adanya
hubungan dari perubahan struktur pembuluh darah besar. Hipertensi memiliki
hubungan yang signifikan dengan kejadian meningkatnya angka kesakitan dan angka
kematian dari penyakit serebrovaskul, infark miokard, gagal jantung kongestif, dan
gagal ginjal (Neutel; Dean; Kathy; Jen-Fue; Ali; William, 2011; Babatsikou;
Assimina, 2010).
Menurut Maryani dan Suharmiati (2006), dari banyak penelitian epidemiologic
dinyatakan bahwa dengan meningkatnya umur, tekanan darah meninggi. Hipertensi
menjadi problem pada usila karena sering ditemukan menjadi faktor risiko stroke dan
penyakit jantung koroner. Sebenarnya, hipertensi merupakan akibat dari kerja keras
jantung untuk dapat mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Pada usila, saluran darah
dalam jaringan seluruh tubuh sudah mengalami penebalan dan pengurangan
elastisitas. Akibatnya, system dalam tubuh berupaya menaikkan tekanan jantung
supaya distribusi darah dapat berjalan normal. Hal ini menimbulkan jantung mudah
lelah sehingga fungsinya sebagai alat pompa darah akan menurun.
B. Tujuan
a. Mengetahui dan memahami mengenai definisi hipertensi pada lanjut usia.
b. Mengetahui dan memahami mengenai etiologi hipertensi pada lanjut usia.
c. Mengetahui dan memahami mengenai faktor predisposisi atau faktor pencetus
hipertensi pada lanjut usia.
d. Mengetahui dan memahami mengenai patofisiologi hipertensi pada lanjut usia.
e. Mengetahui dan memahami mengenai tanda dan gejala hipertensi pada lanjut usia.
f. Mengetahui dan memahami mengenai pemeriksaan penunjang pada lanjut usia.
g. Mengetahui dan memahami mengenai pathway hipertensi pada lanjut usia.
h. Mengetahui dan memahami mengenai asuhan keperawatan hipertensi pada lanjut
usia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole yang tingginya tergantung dari
umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu,
tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stress yang dialami. Hipertensi dengan
peningkatan tekanan sistole tanpa disertai peningkatan tekanan diastole lebih sering
terjadi pada lansia, sedangkan hipertensi dengan peningkatan tekanan diastole tanpa
disertai peningkatan tekanan sistole lebih sering terjadi pada usia dewasa muda
(Tambayong, 2000). Seseorang dikatakan mengalami hipertensi atau tekanan darah
tinggi jika memiliki nilai systole 140 mmHg dan Diastole 90 mmHg (Jain, 2011).
Wanita lansia dengan hipertensi sebagian besar tidak melakukan pengobatan
aktif, systolic blood prssure (SBP) dipengaruhi oleh masalah pekerjaan rumah tangga
dan pola tidur tidur, sementara diastole blood pressure (DBP) dipengaruhi oleh
tingkat depresi yang tinggi. Hipertensi merupakan penyakit yang tidak bergejala
bahkan pada tahap awal, meskipun tidak ada agen antihipertensi, terapi
komplementer antihipertensi berdampak positif dalam pencapaian kualitas hidup
(Ferdinant, 2008).
Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization) dan JNC VI (Join
National Committee VI) dalam Budisetio (2000).
Kategori JNC Kategori WHO Sistolic
(mmHg)
Diastolic
(mmHg)
Optimal
Normal
High-normal
Hypertension stage 1
(mild)
Hypertension stage 2
(moderate)
Hypertension stage 3
(severe)
Optimal
Normal
High Normal
Grade 1 hypertension (mild)
Subgroup: Borderline
Grade 2 Hypertension
(moderate)
Grade 3 Hypertension (severe)
<120
<130
130-139
140-159
140-149
160-179
≥180
<80
<85
85-89
90-99
90-94
100-109
≥110
Hypertension stage 4
(very severe)
Isolated systolic
Hypertensien Subgroup:
Borderline
≥210
≥140
140-149
≥120
<90
<90
B. Etiologi
1. Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer (idiopatik)
Jenis hipertensi ini masih belum diketahui penyebabnya, meskipun begitu
kasus hipertensi esensial ini memiliki beberapa faktor-faktor resiko tertentu, seperti
faktor keturunan, usia, ras, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, kurangnya asupan
kalium, magnesium, dan kalsium, komsumsi alkohol yang berlebihan, dan kejadian
ini terjadi lebih banyak pada lelaki. Gaya hidup yang tidak sehat dengan banyak
mengkomsumsi garam juga menjadi salah satu pemicu timbulnya hipertensi (Jain,
2011).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder dikenal juga dengan hipertensi renal. Berikut ini adalah
beberapa faktor pemicu timbulnya hipertensi sekunder, antara lain:
1) Penggunaan estrogen.
2) Penyakit ginjal.
3) Tumor kelenjar hipofisis.
4) Produksi hormon yang berlebihan, seperti hormon adrenal dan tiroid.
5) Tumor otak atau gangguan yang melibatkan tekanan intra kranial meningkat
(Jain, 2011).
2. Faktor predisposisi/Faktor pencetus
Menurut Harrison (2000), kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif
(malas berolahraga), stress, alkohol, atau garam yang lebih dalam makanan; bisa
memicu terjadinya hipertensi. Faktor yang mempengaruhi timbulnya hipertensi :
a. Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga terjadi melalui aktivasi
saraf simpatis (saraf yang bekerja saat beraktifitas). Peningkatan aktivitas saraf
simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak
menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi.
b. Rokok
Meskipun efek jangka panjang merokok terhadap tekanan darah masih
belum jelas, namun efek sinergis merokok dengan tekanan darah yang tinggi
terhadap risiko kardiovaskuler telah didokumentasikan secara nyata.
c. Alkohol
Penggunaan alkohol secara berlebihan juga dapat meningkatkan tekanan
darah, mungkin dengan cara meningkatkan katekolamin plasma
d. Konsumsi garam dapur
Hubungan antara asupan natrium dan hipertensi masih kontroversial,
tetapi jelas bahwa pada beberapa pasien hipertensi, asupan garam yang banyak
menyebabkan peningkatan tekanan darah secara nyata. Pasien hipertensi
hendaknya mengkonsumsi garam tidak lebih dari 100 mmol/hari (2,4 gram
natrium, 6 gram natrium klorida).
e. Aktivitas Olah raga
Olahraga teratur adalah suatu kebiasaan dan cara yang baik untuk
mengurangi berat badan. Hal itu juga tampak berguna untuk menurunkan
tekanan darah dengan sendirinya.
f. Obesitas
Faktor yang diketahui dengan baik adalah obesitas, dimana berhubungan
dengan peningkatan volume intravaskuler dan curah jantung. Pengurangan
berat badan sedikit saja sudah menurunkan tekanan darah.
C. Patofisiologi
Dimulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah
perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah
disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plague yang menghambat
gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran darah
menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya dekompensasi dengan
peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan
tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Bustan, 2007).
Tekanan darah tinggi biasa ditemui pada pasien yang sudah berusia lanjut
(lansia). Hal ini erat hubungannya dengan proses menua pada seseorang. Di sini
terjadi perubahan berupa berkurangnya elastisitas pembuluh darah, sehingga terjadi
kekakuan pembuluh darah. Keadaan ini diperberat dengan terjadinya penimbunan
lemak di lapisan dalam pembuluh darah. Tekanan darah tinggi pada orang lansia yang
sering tampak adalah bagian sistol, atau yang terekam paling atas dari alat pengukur
tekanan darah (Takasihaeng, 2002.).
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik
terisolasi (HST), dan pada umumnya merupakan hipertensi primer. Adanya hipertensi,
baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko
morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia (Kuswardhani, 2006).
D. Tanda dan gejala
Klasifikasi Gejala Tanda
Aktivitas / Istirahat Kelemahan, letih, nafas
pendek, gaya hidup
monoton.
Frekuensi jantung
meningkat, perubahan
irama jantung, takipnea.
Sirkulasi Riwayat hipertensi,
arteriosklerosis, penyakit
janutng koroner, dan
penyakit cerebravaskular.
Kenaikan TD, hipotensi
postural (mungkin
berhubungan dengan
regimen obat), Nadi
(denyutan jelas dari
karotis, jugularis,
radialis,perbedaan
denyut seperti denyut
femoral melambat
sebagai kompensasi
denyutan radialis atau
brakialis, denyut
popliteal, tibialis
posterior, pedalis tidak
teraba atau lemah),
takikardi, Bunyi jantung
[ terdengar S2 pada
dasar S3 (CHF dini), s4
(pergeseran ventrikel
kiri atau hipertrofi
ventrikel kiri)], murmur
stenosis vulvular, kulit
pucat, sianosis, dan
diaphoresis, kemerahan,
kongesti.
Integritas ego Ansietas, depresi, euphoria,
atau marah kronik.
Gelisah, tangisan yang
meledak, gerak tangan
empati, otot muka
tegang, gerakan fisik
cepat, peningkatan pola
bicara.
Eliminasi Gangguan ginjal saat ini
atau yang lalu ( seperti
infeksi atau riwayat
penyakit ginjal masa lalu)
Neurosensori Keluhan pening atau
pusing, berdenyut, sakit
kepala suboksipital (terjadi
saat bangun dan
menghilang secara spontan
setelah beberapa jam),
gangguan penglihatan
(diplopia, penglihatan
kabur).
Status mental
(perubahan keterjagaan,
orientasi, pola bicara,
proses piker, atau
memori / ingatan),
respon motorik
(penurunan kekuatan
genggaman tangan dan
atau refleks tendon
dalam),
Nyeri / Ketidaknyamanan Angina (penyakit arteri
koroner/keterlibatan
jantung), nyeri hilang
timbul pada tungkai /
kaludikasi (indikasi
arteriosklerosis pada arteri
ekstremitas bawah), sakit
kepala oksipitas berat
seperti yang pernah terjadi
sebelumnya, nyeri
abdomen/ massa.
Pernafasan Dispnea yang berkaitan
dengan aktivitas / kerja,
takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal paroksismal,
batuk dengan atau tanpa
pembentukan sputum,
riwayat merokok.
Distress respirasi /
penggunaan otot
aksesori pernafasan,
bunyi nafas tambahan
(mengi), sianosis.
(Doenges; Mary; Alice; 2000).
E. Pemeriksaan penunjang
Tamher dan Noorkasiani (2009). tindakan skrining sangat bermanfaat, baik
terhadap hipertensi sistolik maupun diastolic.. pada hipertensi, dilakukan pengkajian
secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining, atau tes saringan. Hal
yang penting dialkukan disini adalah pengukuran tekanan darah. Sebagai patokan
diambil batas normal tekanan darah bagi lansia adalah tekanan sistolik 120 – 160
mmHg dan tekanan diastolic ≤ 90 mmHg. Pengukuran tekanan darah pada lansia
sebaiknya dilakukan dalam keadaan berbaring, duduk, dan berdiri dengan selang
beberapa waktu, yaitu untuk mengetahui kemungkinan adanya hipertensi ortostatik.
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain atau mencari
penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah
(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan
EKG). Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti klirens kreatinin,
protein, urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH, dan ekokardiografi (Mansjoer;
Kuspuji; Rakhmi; Wahyu; Wiwiek; 2001).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Aktivitas / istirahat
a. Gejala :
1) Kelemahan
2) Letih
3) Napas pendek
4) Gaya hidup monoton
b. Tanda :
1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
Sirkulasi
a. Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup,
penyakit serebrovaskuler
b. Tanda :
Kenaikan TD
Nadi : denyutan jelas
Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
Bunyi jantung : murmur
Distensi vena jugularis
Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler
mungkin lambat
Integritas Ego
a. Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,
faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
b. Tanda :
Letupan suasana hati
Gelisah
Penyempitan kontinue perhatian
Tangisan yang meledak
otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
Peningkatan pola bicara
Eliminasi
a. Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal )
Makanan / Cairan
Mual
Muntah
Riwayat penggunaan diuretic
b. Tanda :
BB normal atau obesitas
Edema
Kongesti vena
Peningkatan JVP
glikosuria
Neurosensori
Gejala :
Keluhan pusing / pening, sakit kepala
Episode kebas
Kelemahan pada satu sisi tubuh
Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
Makanan / Cairan
a. Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol
b. Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
Neurosensori
a. Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,
berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
b. Tanda : Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan
retinal optik
Nyeri/ketidaknyamanan
a. Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat,
nyeri abdomen
Pernapasan
a. Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
b. Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas
tambahan, sianosis
Keamanan
a. Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Pembelajaran/Penyuluhan
a. Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM , penyakit ginjal
Faktor resiko etnik
B. Pathway HIPERTENSI
Penyempitan lumen (vasokontriks)
Asupan darah ke Ventrikel berkurang
Asupan darah ke ginjal berkurang
Jantung kurang O2
Sirkulasi O2 ke paru-paru terganggu
Infark Myocard Sesak Nafas
Penurunan Curah Jantung
Perfusi Jaringan
Tidak Efektif
Kerusakan pertukaran gas
Gelisah
Nyeri
Gangguan Pola Tidur
Intoleransi Aktifitas
GFR turun
Pelepasan Renin
Stimuli Angiotensin I dan II
Stimuli Aldosteron
Peningkatan Resistensi
Perifer
Reabsorpsi Na & Air, Peningkatan Volune
darah
Udema
Volume Cairan Lebih dari
kebutuhan tubuh
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b/d Penyempitan lumen (vasokontriks)
2. Intoleransi aktivitas b/d kurangnya asupan O2 ke dalam jantung dan paru-paru
3. Gangguan pola tidur b/d nyeri dan kurangnya asupan O2 ke dalam
paru-paru/sesak nafas.
4. Volume cairan lebih dari kebutuhan tubuh b/d udema.
5. Kerusakan pertukaran gas b/d kurangnya asupan O2 ke dalam paru-paru.
6. Penurunan curah jantung b/d hiperaktivitas jantung karena penyempitan lumen
dan kurangnya asupan O2 ke dalam jantung.
7. Perfusi Jaringan tidak efektif b/d penurunan curah jantung dan hiperaktivitas
jantung.
D. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Nyeri b/d Penyempitan lumen (vasokontriks)
NIC :
a. Menggunakan pengukuran kontrol nyeri sebelum nyeri menjadi parah.
b. Kontrol faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi respon
ketidaknyamanan pasien.
c. Berikan informasi mengenai nyeri yang dialami, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyerinya.
NOC :
a. Mengenali faktor kausal dan gejala nyeri
b. Mengenali onset nyeri
c. Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan
2. Intoleransi aktivitas b/d kurangnya asupan O2 ke dalam jantung dan
paru-paru
NIC :
a. Dukung periode istirahat dan aktivitas
b. Dukung ketenangan untuk relaksasi.
c. Monitor respon oksigen pasien (nadi, ritme cardiac, dan respiratory rate).
NOC :
a. Keseimbangan aktivitas dan istirahat.
b. Mempertahankan keadekuatan nutrisi.
c. Ketahanan tingkat adekuat untuk melakukan aktivitas.
3. Gangguan pola tidur b/d nyeri dan kurangnya asupan O2 ke dalam paru-
paru/sesak nafas.
NIC :
a. Tentukan pola tidur dan aktivitas pasien.
b. Monitor siklus tidur dan bangun pasien.
c. Implementasikan pengukuran kenyamanan seperti pemijatan,
memposisikan, dan sentuhan afektif.
NOC :
a. Pola dan kualitas tidur.
b. Observasi waktu tidur.
c. Pola dan kualitas istirahat.
d. istirahat fisik dan mental.
4. Volume cairan lebih dari kebutuhan tubuh b/d udema.
NIC :
a. Kaji lokasi dan luas udema.
b. Monitor status hidrasi.
c. Monitor tanda-tanda vital
NOC :
a. Edema perifer tidak ada
b. Edema pulmoner tidak ada
c. Berat badan stabil.
5. Kerusakan pertukaran gas b/d kurangnya asupan O2 ke dalam paru-
paru.
NIC :
a. Pantau frekuensi nafas, kedalaman dan usaha nafas.
b. Pantau status respiratori dan oksigenisasi
c. Intruksikan untuk batuk yang efektif.
d. Posisikan pasien untuk memaksimalkan potensial ventilasi.
NOC :
a. Tidak ada dispneu
b. Tidak terdapat sianosis
c. Saturasi O2 dalam batas normal
d. Mudah untuk bernafas.
6. Penurunan curah jantung b/d hiperaktivitas jantung karena penyempitan
lumen dan kurangnya asupan O2 ke dalam jantung.
NIC :
a. Kenali adanya gangguan pada tekanan pembuluh darah.
b. Pantau tekanan arteri, dan vena central.
c. Koordinasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat vasodilator
dan pantau efek dari pengobatan.
NOC :
a. Tekanan darah sistolik dan diastolik dalam rentang normal
b. Tekanan vena sentral dalam rentang normal.
c. tidak ada kelelahan ekstrim
7. Perfusi Jaringan tidak efektif b/d penurunan curah jantung dan
hiperaktivitas jantung.
NIC :
a. Menunjukkan penampilan yang komprehensif pada sirkulasi perifer.
b. Evaluasi edema perifer dan nadi.
c. Intruksi pasien untuk melakukan pencegahan agar tidak terjadi stasis pada
vena (dengan olahraga sesuai dengan kemampuan klien).
NOC :
a. Indeks cardiac pada angka yang diharapkan.
b. Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
c. EKG dalam rentang normal.
DAFTAR PUSTAKA
Babatsikou, Fotoula., Assimina Zavatsinou.2010.Epidemiology of Hypertension
in The Elderly.Greece: Helath Science Journal Volume 4 Diakses pada tanggal 5 Mei
2012
Budisetio, Muljadi.2000. Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi pada Penderita
Usia Dewasa. Jakarta:Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Volume 20 No
2-6. Diakses pada tanggal 4 Mei 2012
Bustan, M. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan Kedua.
Jakarta: Rineka Cipta.
Doenges, Marlyn E., Mary Frances Moorhouse., Alice C. Geissler.2000.
Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Depkes RI. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi.
Ferdinand, Keith.2008. Diagnosis and Management of Hypertension and
Cardiovascular Risk Factors in African-American Patients, 23, 1-8.
Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13 Volume 3.
Jakarta: EGC.
Jain, Ritu. 2011. Pengobatan Alternatif Untuk Mengatasi Tekanan Darah.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Kuswardhani, R. 2006. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia.
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/penatalaksanaanhipertensipadalanjutusia.pdf. Akses
tanggal 5 Mei 2012
Mansjoer, dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid
Pertama.Depok: Media Aesculapius
Maryani, Herti., Suharmiati.2006. Tanaman Obat untuk mengatasi Penyakit
pada Lanjut Usia.Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Neutel, Joel dkk. 2011. Blood Pressure-Lowering Efficacy of an Olmesartan
Medoxomil/ Hydrochlorothiazide-Based Treatment Algorithm in Elderly Patients (Age
>65 Years) Stratified by Age, Sex and Race. Original Research Article Diakses pada
tanggal 5 Mei 2012
Takasihaeng, J. 2002. Hidup Sehat di Usia Lanjut. Cetakan Ketiga. Buku
Kompas. Jakarta.
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan . Jakarta. EGC
Tamher, S., Noorkasiani.2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.