gangguan sensori

26
BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang- kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain. Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus eksternal, juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan oleh stimulus yang diterima. Jika diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuan untuk menilai realita dapat terganggu. Persepsi mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus. Persepsi juga melibatkan kognitif dan 1

Upload: dwi-satria

Post on 26-Jun-2015

877 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: gangguan sensori

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANGHalusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.

Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang

paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak

sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau

yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara

dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam

mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau

bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari

setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan

misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.

Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus eksternal,

juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan oleh

stimulus yang diterima. Jika diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuan

untuk menilai realita dapat terganggu. Persepsi mengacu pada respon reseptor

sensoris terhadap stimulus. Persepsi juga melibatkan kognitif dan pengertian

emosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses

sensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan.

Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat

ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan

kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alcohol dan substansi

lingkungan.Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa Medan

ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi. Sehingga penulis merasa tertarik

untuk menulis kasus tersebut dengan pemberian Asuhan keperawatan mulai dari

pengkajian sampai dengan evaluasi.

1

Page 2: gangguan sensori

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi tentang latar belakang masalah di atas, maka kami

merumuskan masalah kami sebagai berikut:

1. Apa persepsi tersebut?

2. Apa pengertian halusinasi?

3. Bagaimana tindakan yang harus dilakukan pada px perubahan sensori?

C.Tujuan PenulisanBerpijak pada rumusan masalah yang ada, maka tujuan kami ini adalah :

1. untuk mengetahui pengertian dari persepsi

2. untuk mengetahui pengertian dari halusinasi

3. untuk mengetahui tindakan yg yang harus dilakukan pada px perubahan

sensori

2

Page 3: gangguan sensori

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

a. Persepsi

Adalah proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dan

dimengerti penginderaan/sensasi : proses penerimaan rangsang. Jadi gangguan

persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang

timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls

dan stimulus eksternal. Dengan maksud bahwa manusia masih mempunyai

kemampuan dalam membandingkan dan mengenal mana yang merupakan respon dari

luar dirinya.

Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara fantasi

dan kenyataaan. Mereka dalap menggunakan proses pikir yang logis, membedakan

dengan pengalaman dan dapat memvalidasikan serta mengevaluasinya secara akurat.

Jika ego diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuan untuk menilai realitas

dapat terganggu. Persepsi mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus

eksternal. Misalnya sensoris terhadap rangsang, pengenalan dan pengertian akan

perasaan seperti : ucapan orang, objek atau pemikiran. Persepsi melibatkan kognitif

dan pengertian emosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi

pada proses sensoris dari pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan

pengecapan. Gangguan ini dapat bersifat ringan, berat,sementara atau lama. (Harber,

Judith, 1987, hal 725)

b. Halusinasi

Merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi pengalaman panca

indera tanpa adanya rangsangan sensorik (persepsi indra yang salah). Menurut Cook

dan Fotaine (1987), halusinasi adalah persepsi sensorik tentang suatu objek, gambaran

dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi

semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan atau

pengecapan), sedangkan menurut Wilson (1983), halusinasi adalah gangguan

penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat

terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu

3

Page 4: gangguan sensori

penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat

menerima rangsangan dari luar dan dari individu. Dengan kata lain klien berespon

terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak

dapat dibuktikan.

B. E T I O L O G I

Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien

dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia

dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya.

Halusinasi adapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan

gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari

berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan

antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi

sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan

individu normal yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik

seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada

pembicaraan. Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui namun

banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis , psikologis , sosial

budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan , biologis , pemicu masalah

sumber-sumber koping dan mekanisme koping.

C. MANIFESTASI KLINIK

Tahap I

Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai

Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara

Gerakan mata yang cepat

Respon verbal yang lambat

Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan

Tahap II

Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya

peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah

Penyempitan kemampuan konsenstrasi

Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan

kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.

4

Page 5: gangguan sensori

Tahap III

Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya

dari pada menolaknya

Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain

Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik

Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor,

ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk

Tahap IV

Prilaku menyerang teror seperti panik

Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain

Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi,

menarik diri atau katatonik

Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks

Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

D.ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI

SENSORI :HALUSINASI

Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan sukar untuk

berhubungan dengan orang lain. Untuk itu perawat harus mempunyai kesadaran yang

tinggi agar dapat mengenal, menerima dan mengevaluasi perasaan sendiri sehingga

dapat menggunakan dirinya secara terapeutik dalam memberikan asuhan keperawatan

terhadap klien halusinasi perawat harus bersikap jujur, empati, terbuka dan selalu

memberi penghargaan namun tidak boleh tenggelam juga menyangkal halusinasi yang

klien alami. Asuhan keperawatan tersebut dimulai dari tahap pengkajian sampai

dengan evaluasi.

1. Pengkajian

Pada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang ada dibawah ini yaitu :

a. Faktor predisposisi.

Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat

dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.Diperoleh baik dari klien maupun

keluarganya, mengenai factor perkembangan sosial kultural, biokimia, psikologis dan

genetik yaitu faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat

dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.

5

Page 6: gangguan sensori

Faktor Perkembangan

Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal

terganggu maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.

Faktor Sosiokultural

Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa

disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien dibesarkan.

Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan adanya

stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu

zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan

Dimetytranferase (DMP).

Faktor Psikologis

Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang

bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan kecemasan

yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas.

Faktor genetik

Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui, tetapi hasil

studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat

berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor Presipitasi

Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai

tantangan,ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Adanya

rangsang lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok,

terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada di lingkungan juga suasana

sepi/isolasi adalah sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut

dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat

halusinogenik.

c. Prilaku

Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak

aman, gelisah dan bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu

mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata.

Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi

berlandaskan atas hakekat keberadaan seorang individu sebagai mahkluk yang

dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat

6

Page 7: gangguan sensori

dilihat dari lima dimensi yaitu :

Dimensi Fisik

Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapi rangsang eksternal

yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa

kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam

hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang

lama.

Dimensi Emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi

merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah

memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut

hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.

Dimensi Intelektual

Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi

akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.Pada awalnya halusinasi

merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun

merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh

perhatian

klien dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku klien.

Dimensi Sosial

Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya

kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia

merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan

harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem

kontrololeh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman,

dirinya atau orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting

dalam melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu

proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta

mengusakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan

lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.

Dimensi Spiritual

Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi dengan

manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Pada individu tersebut

7

Page 8: gangguan sensori

cenderung menyendiri hingga proses diatas tidak terjadi, individu tidak sadar dengan

keberadaannya dan halusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu tersebut. Saat

halusinasi menguasai dirinya individu kehilangan kontrol kehidupan dirinya.

d. Sumber Koping

Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat

mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan sumber koping dilingkungan.

Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah, dukungan

sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang mengintegrasikan

pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.

e. Mekanisme Koping

Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya

penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk

melindungi diri

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Masalah yang dapat dirumuskan pada umumnya bersumber dari apa yang

klien perlihatkan sampai dengan adanya halusinasi dan perubahan yang penting dari

respon klien terhadap halusinasi.

Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pad aklien dengan

halusinasi adalah sebagai berikut :

1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan

perubahan sensori perseptual : halusinasi.

2. Perubahan sensori perseptual : halusinasi berhubungan dengan menarik diri.

3.PERENCANAAN TINDAKAN

Diagnosa 1: Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan

dengan perubahan sensori perseptual : halusinasi.

1. Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

2. Tujuan khusus :

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.

b) Klien dapat mengenal halusinasinya

8

Page 9: gangguan sensori

c) Klien dapat mengontrol halusinasinya

d) Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya

e) Klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasinya

a)Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan :

1.) Salam terapeutik – perkenalan diri – jelaskan tujuan – ciptakan lingkungan

yang tenang – buat kontrak yang jelas (waktu, tempat, topik).

2.) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

3.) Empati.

4.) Ajak membicarakan hal-hal yang ada di lingkungan.

b). Klien dapat mengenal halusinasinya.

Tindakan :

1.) Kontak sering dan singkat.

2.) Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal dan non verbal).

3.) Bantu mengenal halusinasinya dengan menanyakan apakah ada suara yang

didengar dan apa yang dikatakan oleh suara itu. Katakan bahwa perawat

percaya klien mendengar suara itu, tetapi perawat tidak. Katakan perawat akan

membantu.

4.) Diskusi tentang situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu, frekuensi

terjadinya halusinasi serta apa yang dirasakan saat terjadi halusinasi.

5.) Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat terjadi halusinasi.

c. Klien dapat mengontrol halusinasinya.

Tindakan :

1.) Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi halusinasi.

2.) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien dan cara baru untuk

mengontrol halusinasinya.

3.) Bantu memilih dan melatih cara memutus halusinasi : bicara dengan orang

lain bila muncul halusinasi, melakukan kegiatan, mengatakan pada suara

tersebut “saya tidak mau dengar.”

4.) Tanyakan hasil upaya yang telah dipilih/dilakukan.

9

Page 10: gangguan sensori

5.) Beri kesempatan melakukan cara yang telah dipilih dan beri pujian jika

berhasil.

6.) Libatkan klien dalam TAK : stimulasi persepsi

d. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

Tindakan :

1.) Beri pendidikan kesehatan pada pertemuan keluarga tentang gejala, cara,

memutus halusinasi, cara merawat, informasi waktu follow up atau kapan

perlu mendapat bantuan.

2.) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar untuk mengontrol

halusinasinya.

Tindakan :

1.) Diskusikan tentang dosis, nama, frekuensi, efek dan efek samping minum

obat.

2.) Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis,

cara, waktu).

3.) Anjurkan membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

4.) Beri reinforcement positif klien minum obat yang benar.

Diagnosa 2: Perubahan sensori perseptual : halusinasi berhubungan dengan

menarik diri.

1. Tujuan Umum: Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

2. Tujuan Khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan

interaksi selanjutnya

Tindakan :

1.) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi

terapetutik

2.) apa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

10

Page 11: gangguan sensori

3.) Perkenalkan diri dengan sopan

4.) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

5.) Jelaskan tujuan pertemuan

6.) Jujur dan menepati janji

7.) Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya

8.) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Rasional :

1.) Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau

integritas ego diperlakukan sebagai dasar asuhan keperawatannya.

2.) Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien

3.) Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya

karena ingin mendapatkan pujian

Tindakan:

1.) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien

2.) Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negative

3.) Utamakan memberikan pujian yang realistic

c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

Rasional :

1.) Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah

prasyarat untuk berubah.

2.) Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk tetap

mempertahankan penggunaannya

Tindakan:

1.) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama

sakit

2.) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

d. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki

Rasional :

1.) Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

11

Page 12: gangguan sensori

2.) Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya.

3.) Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan

kegiatan

Tindakan:

1.) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai

kemampuan

a.) Kegiatan mandiri

b.) Kegiatan dengan bantuan sebagian

c.) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total

2.) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

3.) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

4.) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya

Rasional :

1.) Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi

dan harga diri klien

2.) Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien

3.) Memberikan kesempatan kepada klien ntk tetap melakukan kegiatan yang

bisa dilakukan

Tindakan:

1.) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan

2.) Beri pujian atas keberhasilan klien

3.) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

e. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Rasional:

1.) Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah.

2.) Support sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses

penyembuhan klien.

3.) Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.

Tindakan:

1.) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan

harga diri rendah

2.) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat

12

Page 13: gangguan sensori

3.) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

BAB III

PENUTUP

13

Page 14: gangguan sensori

KESIMPULAN

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.

Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang

paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak

sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau

yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara

dengan suara halusinasi itu.Sedangkan persepsi merupakan respon dari reseptor

sensoris terhadap stimulus eksternal, juga pengenalan dan pemahaman terhadap

sensoris yang diinterpretasikan oleh stimulus yang diterima. Jika diliputi rasa

kecemasan yang berat maka kemampuan untuk menilai realita dapat terganggu.

Persepsi mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus. Persepsi juga

melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang dirasakan. Gangguan

persepsi dapat terjadi pada proses sensori penglihatan, pendengaran, penciuman,

perabaan dan pengecapan

DAFTAR PUSTAKA

1.) Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995

14

Page 15: gangguan sensori

2.) Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,

1999

3.) Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.

Amino Gonohutomo, 2003

4.) Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung,

RSJP Bandung, 2000

5.) Directorat Kesehatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I. Keperawatan

Jiwa. Teori

6.) Keliat Budi, Anna, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan

Jiwa, EGC,

7.) Maramis, W.F, Ilmu Kedokteran Jiwa, Erlangga Universitas Press, Surabaya,

1990

8.) Rasmun, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan

Keluarga, CV.

9.) Sagung Seto, Jakarta, 2001.

10.) Residen Bagian Psikiatri UCLA, Buku Saku Psikiatri, EGC, 1997

PERUBAHAN SENSORI

15

Page 16: gangguan sensori

Di Susun Oleh :

1. Alvin Salman Al farisy

2. Aris amrullah

3. Dwi Satria Wahyudi

4. Eko sutrisno B.S

5. Qomarul Ali

6. Teguh Wahyu.P

STIKES INSAN SE AGUNG BANGKALAN

2008/2009

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kami haturkan kepada Allah SWT karena berkat

rahmat dan karunia-Nya, makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam

menyusun makalah ini banyak sekali hambatan dan kesulitan, namun akhirnya berkat

kerja sama yang baik dari para anggota, hambatan dan kesulitan itu dapat diatasi

Untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada

dosen pengajar yang telah memberi pengarahan dalam penyusunan makalah ini.

16

Page 17: gangguan sensori

Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan bagi para pembaca.

Tak lupa kami menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan dan

kekhilafan yang ada, baik dari kontens materi maupun berbagai kekurangan lain

sebagai akibat keterbatasan kami sebagai penyusun makalah ini.

Saran dan kritik dari semua pihak kami harapkan demi perbaikan makalah

yang telah kami susun. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya.

Bangkalan, 08-06-2010

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………....ii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang ……………………………………………………..........1

17

i

Page 18: gangguan sensori

B.Rumusan Masalah ………………………………………………….........2

C.Tujuan Penulisan ……………………………………………….…..........2

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian …………………………………………………......................3

B.Etiologi…………………………………………………………...............4

C.Manifestasi Klinis......................................................................................4

D.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Persepsi Sensori ............5

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ………….………………………………………………… 14

DAFTAR PUSTAKA

18

ii