laporan kasus ulin f20.0

Upload: hizfisher

Post on 09-Jan-2016

253 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

df

TRANSCRIPT

Laporan Kasus

Skizofrenia ParanoidF 20.0

OlehDevi Rahma Yulianti I4A011038

Pembimbingdr. H. Yulizar Darwis, Sp.KJ, MM

Bagian Ilmu Kedokteran JiwaFakultas Kedokteran UNLAM/RSUD UlinBanjarmasinApril, 2015

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

1. IDENTITASNama: Abdul KhairUmur: 31 tahunJenis Kelamin: Laki-lakiPendidikan: S1Pekerjaan: -Agama: IslamSuku/Bangsa: Banjar/ Indonesia Alamat: Jl. Pekapuran Raya Rt. 15 No. 22 Banjarmasin Status Perkawinan: Belum MenikahTanggal Berobat: 15 April 2015

1. RIWAYAT PSIKIATRIAlloanamnesa dilakukan tanggal 15 April 2015, pukul 10.00 wita dengan Tn. M, hubungan dengan penderita adalah ayah kandung pasien. Anamnesis dilanjutkan pada pukul 17.00 di rumah pasien Jl. Pekapuran Raya Rt. 15 No.22.

1. KELUHAN UTAMA : Mengamuk

KELUHAN TAMBAHAN:Sering membuang-buang barang, suka melamun, sering melepas pakaian, berbicara sendiri, tidak menghiraukan keadaan sekitar, sering mondar-mandir, gelisah, suka menyendiri di dalam kamar, susah tidur, dan tidak bisa diajak bicara.

1. RIWAYAT PENYAKITPasien pertama kali mengamuk sejak pertengahan tahun 2011. Pada awal kejadian terjadi di rumah pasien. Pasien saat itu dan hingga saat ini tinggal bersama ayah, ibu dan adik. Pasien mengamuk tanpa alasan yang jelas, tanpa ada pemicu yang jelas. Pasien biasanya mengamuk sambil melempar perabotan rumah dan merusak barang. Pasien juga menangis dan berlari kedepan rumah sambil ketakutan. Pada saat itu pasien mengatakan pada ayahnya bahwa ada orang yang mengejar-ngejarnya dan ingin mencelakakannya. Awal mula sebelum pasien sakit pasien memang terlihat murung, dan makin jarang keluar kamar. Pasien lebih suka menyendiri dan terlihat menarik diri dari keluarga.Sejak pasien mulai mengamuk dan melihat adanya orang yang mengejar-ngejarnya, pasien juga sering melamun dan terdiam beberapa saat setelah mengamuk. Pasien juga tidak bisa di ajak bicara oleh keluarga. Pasien ketika di ajak bicara sering tidak nyambung, namun saat ditanya keluarganya mengenai tingkah laku tersebut, pasien hanya diam saja, tidak merespon pertanyaan keluarganya. Pasien juga tidak bisa diberi perintah dan diberi peringatan, untuk beberapa kejadian, pasien diminta untuk melakukan sesuatu, namun pasien hanya diam saja dan sedikitpun tidak menghiraukan perintah tersebut.Pasien juga sering berbicara sendiri seolah-olah dia berbicara dengan seseorang tetapi keluarga tidak mengerti apa yang pasien bicarakan.Pasien tidak bisa beraktivitas secara wajar kecuali mandi, makan dan minum sendiri, semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh keluarga. Pasien mengalami gangguan tidur namun pasien terlihat gelisah dan mondar-mandir tidak jelas. Pasien sering memainkan komputer yang ada dalam kamar tapi keluarga juga tidak pernah memperhatikan hal apa saja yang selama ini pasien kerjakan di komputer tersebut. Pasien sering menulis kata-kata di kertas dan isi tulisannya adalah nama seorang perempuan dan kata kembali. Ternyata dari penjelasan ayah pasien bahwa dulu pasien pernah berpacaran dengan seorang gadis dan pasien ditinggal pergi oleh pacarnya. Pasien tidak dapat melupakan perempuan tersebut dan sejak saat itu pasien juga mulai terlihat murung.Sebelumnya, pasien diketahui memiliki masalah keluarga yaitu tidak diijinkan melanjutkan kuliah di luar negeri, dan keluarga mengeluhkan bahwa pasien berangan-angan yang sangat tinggi diluar kemampuan. Orang tua pasien sangat mengenal pribadi pasien. pasien orangnya memang pendiam, jarang keluar rumah dan bergaul dengan orang lain. Tetapi setelah kejadian tersebut orang tua semakin bingung dengan tingkah laku pasien sehingga pasien dibawa berobat ke dokter. Pasien dibawa berobat setelah 1 bulan muncul keluhan dengan tingkah laku aneh. Pasien dibawa berobat ke dokter dan berobat selama 3 bulan, keadaan pasien membaik dan tidak mengamuk lagi, gelisah, gangguan tidur dan berhalusinasi juga sudah tidak muncul lagi. Tapi pasien tetap murung, menyendiri dan tidak dapat diajak bicara. Setelah itu pada akhir tahun 2011 keluarga pasien memutuskan mengirim pasien ke jawa karena menurut keluarga pasien lebih baik di obati di suatu pondok seperti pesantren. Selama 2 tahun pasien dikarantina di sana ternyata keadaan pasien bertambah buruk dan kembali mengamuk seperti awal. Sehingga pada tahun 2014 pasien kembali ke Kalimantan. Pada pertengahan tahun 2014 pasien berobat lagi kedokter dan keadaan pasien mulai membaik lagi, tidak mengamuk, bisa tidur dan tidak gelisah lagi. Tetapi beberapa bulan kemudian pasien tidak teratur minum obat dan dari pihak keluarga juga tidak dapat membujuk pasien untuk minum obat. Pasien diberikan obat kapsul yang diminum 2 kali sehari dan sebenarnya pasien cocok memakai obat tersebut. Tetapi karena pasien tidak bisa teratur minum obat dan jarang kontrol maka pasien kembali gelisah, sering mondar-mandir, dan bicara sendiri. Pasien baru saja dibawa ke RSJ Sambang Lihum pada tanggal 15 April 2015 karena kondisi makin memburuk seperti orang bingung, mondar-mandir, menghambur barang-barang, tidak tidur dalam beberapa hari, sering membuka baju dan tidak tau malu, mata sering terfokus pada satu hal dan berbicara sendiri dengan pembicaraan yang tidak dimengerti oleh keluarga. Dan orang tua pasien berharap supaya pasien lekas sembuh.

Autoanamnesis:Pasien ketika ditanya oleh pemriksa terlihat tidak memperhatikan dan pandangannya terfokus ke arah lain. Selain itu, pasien tidak mau menjawab pertanyaan yang diajukan pemeriksa dan tidak berespon sama sekali terhadap pemeriksa. Pasien juga tidak dapat diajak bersalaman. Ekspresi muka pasien datar. Saat dilakukan pemeriksaan fisik pasien juga diam dan acuh kepada pemeriksa dengan wajah mengarah ke langit-langit.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULUSebelumnya pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan terlarang, tidak merokok, tidak pernah mabuk-mabukan, dan tidak pernah berurusan dengan kepolisian. Pasien pernah mengalami kecelakaan seperti ditabrak bajaj, ditabrak motor dan kecelakaan lalu lintas saat pasien melamun dijalanan tetapi tidak sampai masuk RS.

RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI1. Riwayat Antenatal dan PrenatalPasien merupakan anak yang diharapkan. Selama kehamilan ibu penderita tidak pernah mengalami masalah kesehatan, kehamilan cukup bulan dengan proses persalinan normal, tetapi lahir masih terbungkus ketuban yang belum pecah, setelah dikeluarkan dari ketuban pasien langsung menangis dan tidak terlihat biru. Persalinan ditolong oleh bidan.1. Infancy (0 - 1,5 tahun) Basic Trust vs. MistrustPertumbuhan dan perkembangan seperti bayi seusianya tidak pernah di dapatkan sakit parah. Bayi diperlakukan dengan kasih sayang dan di beri ASI lebih dari 6 bulan.1. Early Childhood (1,5 3 tahun) Autonomy vs. Shame & DoubtRiwayat tumbuh kembang baik seperti anak seusianya. Tidak ada keterlambatan dalam tumbuh kembangnya. Pada masa ini anak juga tidak pernah didapatkan sakit parah.1. Preschool Age (3 6 tahun) Inisiative vs. GuiltPasien berinteraksi dan mulai memasuki masa sekolah, anak bermain dengan teman-temannya. Kemampuan belajar, berinteraksi, dan tumbuh kembang tidak ada hambatan. Keingintahuan pasien sangat tinggi pada masa ini dan orang tua selalu sabar mengajari dan menjelaskan.1. School Age (6 12 tahun) Industry vs. InferiorityPasien mulai bersekolah tingkat SD pada usia 6 tahun, pasien memiliki prestasi yang baik. Pasien merupakan pribadi yang pendiam, dan berteman jika di sekolah saja, ketika pasien pulang ke rumah pasien lebih sering diam di rumah. Pasien juga mau saja ketika disuruh dan diminta buat membantu orang tuanya jika disuruh keluar membeli makanan ke warung dekat rumah dan pasien sering membantu orang tua di rumah.

1. Adolescence (12 20 tahun) Identity vs. Role DiffusionPasien tinggal dengan orang tua dan saudaranya. Pasien diperlakukan sama. Pada usia ini pasien mulai menyukai lawan jenis tetapi tidak sampai berpacaran. Pasien pada usia ini juga sering berdiam diri di rumah dan sering di dalam kamar saja bermain komputer. Pasien jarang bergaul dengan teman hanya sebatas bertemu di sekolah. Pada usia ini pasien juga mengalami 3 kali kecelakaan yaitu ditabrak bajaj pada saat pendidikan SLTP, ditabrak motor pada saat pendidikan SLTP dan saling bertabrakan dengan pengendara motor lain pada waktu SLTA tetapi tidak sampai masuk RS. Pasien juga sering melamun dan menghayal. Pasien sering meminta-minta sesuatu dan harus dituruti jika tidak dituruti pasien jadi mengamuk.1. Young Adulthood (20 25 tahun) Intimacy vs. IsolationPada rentang usia ini pasien menyelesaikan kuliah S1 jurusan bahasa inggris, pasien berpacaran dengan seorang teman kuliahnya. Keluarga tidak tahu persis berapa lama pasien berpacaran sampai suatu saat pada tahun 2010 pasien putus dengan pacarnya karena pacarnya ingin menikah dengan orang lain. Pasien menjadi murung dan sering menyendiri. Hubungan pasien dengan keluarga dan teman-temanya cukup baik. Tetapi ada 1 hal yang menjadi masalah dalam keluarga yaitu pasien ingin melanjutkan kuliah S2 di suatu universitas di Australia. Keluarga pasien tidak mampu dan membujuk pasien supaya bekerja dulu baru kalau ada dananya bias meneruskan lagi. Sejak saat itu pasien juga semakin menyendiri, tidak sering berbicara pada orang di rumah dan selalu murung.

1. RIWAYAT KELUARGA

Keterangan : = Pasien = Laki-laki = Wanita = Meninggal

Dari keluarga saudara ayah (Ny. Y) juga memiliki gangguan kejiwaan yaitu sering berbicara sendiri tetapi dulu tidak pernah dibawa berobat dan sekarang sudah meninggal.

1. RIWAYAT SITUASI SEKARANGPasien tinggal dengan ayah, ibu, dan adiknya dalam di lingkungan padat penduduk dan dengan ekonomi yang cukup. Pasien tidak bekerja. Kehidupan sehari-hari pasien dibiayai oleh ayahnya. Pasien tinggal di rumah yang cukup luas dengan 4 kamar tidur. Bangunan rumah kayu tetapi terlihat bersih dan rapi.Aktifitas pasien sekarang hanya berdiam diri di rumah, melamun, berbicara sendiri, berdiam diri di dalam kamar, kadang terdiam dengan tatapan kosong, kadang-kadang mengamuk, atau bermain komputer.

1. STATUS MENTALA. Deskripsi Umum1. Penampilan Saat datang ke Poli Jiwa RSJ Sambang Lihum, tercatat tanggal 15 April 2015, pasien memakai baju kaos berwarna hijau dan memakai sarung berwarna coklat kekuningan. Penampilan terlihat kurang rapi. Perawakan sedikit gemuk, rambut terpangkas pendek, ekspresi datar dan tidak ada interaksi dengan pemeriksa. Wajah bulat, kulit sawo matang, tidak bersuara sama sekali, dan tidak ada kontak mata sedikitpun dengan pemeriksa.2. KesadaranKomposmentis3. Perilaku dan aktivitas psikomotorInfantile 4. Pembicaraan Sulit dievaluasi5. Sikap terhadap pemeriksaTidak koperatif6. Kontak psikisKontak (-) wajar (-)a. Keadaan Afektif, Perasaan, Ekspresi Afektif serta EmpatiAfek: DatarEkspresi Afektif: Tidak stabilKeserasian: sulit di evaluasiEmpati: Tidak dapat dirabarasakanStabilitas : StabilPengendalian: TerkendaliDramatisasi: tidak ada Dalam / dangkal: dangkalAdekuat / tidak adekuat : inadekuatskala diferensiasi: sempit

b. Fungsi KognitifKesadaran: komposmentisOrientasi: Waktu: sulit dievaluasi Tempat: sulit dievaluasi

Orang: sulit dievaluasi Situasi: sulit dievaluasiKonsentrasi : sulit dievaluasiDaya Ingat: Segera: sulit dievaluasi Jangka Pendek: sulit dievaluasi Jangka Panjang: sulit dievaluasiIntelegensia dan pengetahuan umum: sulit dievaluasic. Gangguan PersepsiHalusinasi auditorik/visual/olfaktorik : visual (+)Depersonalisasi / derealisasi : sulit dievaluasid. Proses PikirArus Pikir : Produktivitas: sulit dievaluasiKontinuitas : sulit dievaluasi Hendaya berbahasa: sulit dievaluasiIsi Pikir: Preokupasi: tidak ditemukanGangguan Isi Pikir : waham dikejar (+)e. Pengendalian ImpulsTidak terkendalif. Daya NilaiDaya nilai sosial: sulit dievaluasiUji daya nilai: sulit dievaluasiPenilaian realitas: sulit dievaluasig. TilikanT1 : Pasien menyangkal dirinya sakit (dalam pandangan pemeriksa).h. Taraf dapat dipercayaTidak dapat dipercaya

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUTStatus Internus:Keadaan Umum: Tampak sehat, kesadaran komposmentisTanda Vital: Tekanan Darah: 110/80 mmHg Nadi: 81 X/menit Respirasi: 20 X/menit Suhu: 36,5 oCBentuk badan: Sedikit gemukKulit : sawo matang, tidak sianosis, turgor cepat kembali, kelembaban cukup, tidak anemis.Kepala: Mata : Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor Hidung : tidak ada sekret Mulut : dalam batas normalLeher: Tidak ada pembesaran kelenjar getah beningThoraks: I: Simetris, tidak ada retraksi dinding dada P: Fremitus raba simetris kanan dan kiri P: Cor : batas jantung normal Pulmo : sonor A: Cor : S1=S2 tunggal, murmur (-) Pulmo : Vesikuler, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)Abdomen: I: Simetris, cembung A: Peristaltik usus normal P : Hepar/Lien tidak teraba, nyeri tekan (-) P: Timpani, asites (-), nyeri ketuk (-) Ektremitas: Tidak ada edema atau atrofi. Status Neurologis :Nervus I-XII: tidak ada kelainanGejala TIK meningkat: tidak adaRefleks patologis: tidak ada

8. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

1 2 3 4 5 6 7

1. Os putus pacar dan tidak dapat melanjutkan S2 ( tahun 2010 )2. Os mulai melamun, pendiam dan sering menyendiri ( tahun awal 2011)3. Os berlari dan menangis melihat orang-orang yang hendak mencelakakannya, mengamuk, berbicara sendiri, tidak dapat tidur, gelisah ( pertengahan 2011)4. Os mulai menyendiri, melamun, diam, dan kadang-kadang berbicara sendiri (akhir 2011)5. Os mengamuk, membuang barang-barang, gelisah, tidak dapat tidur, tidak dapat diajak bicara ( awal 2014)6. Os dapat tidur, tidak gelisah tetapi masih sering berbicara sendiri dan melamun, tidak ada perhatian dengan sekelilingnya ( pertengahan 2014)7. Os kembali mengamuk, terlihat bingung, tidak respon terhadap keluarga, merusak barang-barang, gelisah, berjalan mondar-mandir, sering melepas pakaian dan tidak merasa malu, berbicara aneh dan tidak jelas (April 2014).

9. EVALUASI MULTIAKSIALAksis I: Skizofrenia Paranoid (F 20.0)Aksis II: Gangguan kepribadian skizoid (F 60.1)Aksis III: none Aksis IV : Masalah keluargaAksis V: GAF SCALE 30-21 (Disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang).

10. PROGNOSISDiagnosis penyakit: ad bonamPerjalanan penyakit: ad bonamCiri kepribadian: dubia ad bonamRiwayat herediter: ad malamUsia saat menderita: ad bonamPola keluarga: ad bonamPendidikan: ad bonamAktivitas pekerjaan: ad bonamEkonomi: dubia ad bonamLingkungan sosial: dubia ad bonamOrganobiologi: ad bonamPengobatan psikiatri: ad bonamKesimpulan: Dubia ad bonam

11. RENCANA TERAPIPsikofarmaka Chlorpromazin tablet 50 mg 3x1 Trihexypenidyl 3 x 2 mg Psikoterapi: Support terhadap penderita dan keluarga, pemberian informasi dan edukasi tentang penyakit pasien dan pengobatan pasien seperti bagaimana harus memperlakukan pasien dan keluarga wajib mengawasi kepatuhan pasien untuk meminum obat sesuai instruksi. Terapi Religi: pasien harus diajarkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, lebih sering ke pengajian untuk menambah ilmu keagamaan Rehabilitasi : memberi kegiatan kepada penderita yang sesuai bakat dan minatnya agar membantu memepercepat penyembuhan.12. DISKUSI Skizofrenia merupakan suatu sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial-budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (bluntet). Kesadaran yang jernih (clear conciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan status mental, penderita ini di diagnosa sebagai skizofrenia (F 20). Hal ini sesuai dengan kriteria diagnostik dari PPDGJ II dan III. Dalam diagnosa skizofrenia, harus ada sedikitnya satu gejala yang sangat jelas diantara gejala-gejala berikut (1,2): a. - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau - thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan - thought broadcasting= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya; b.- delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau - delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus); - delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat; Halusinasi auditorik Waham-waham menetap jenis lainnya.Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini : Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan Perilaku katatonik Gejala-gejala negatif. Adanya gejala tersebut berlangsung lebih dari 1 bulan, dan harus ada perubahan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa prilaku pribadi (personal behavior). Pedoman diagnosis secara umum untuk skizofrenia pada penderita ini telah terpenuhi yaitu terdapatnya halusinasi visual dan waham dikejar. Gejala-gejala negatif juga terdapat pada penderita berupa bicara yang jarang, respon emosional yang tumpul, penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial. Gejala-gejala tersebut telah berlangsung selama kurang lebih 4 tahun yang lalu.Pengelompokan tipe skizofrenia itu dapat dilihat dari gejala yang paling menonjol (dominan) disamping gejala umum yang mendasari skizofrenia itu sendiri, misalnya pada skizofrenia hebefrenik gejala yang menonjol adalah perilaku kekanak-kanakan, pada skizofrenia katatonik gejala yang menonjol adalah kekakuan motorik (otot alat gerak), pada skizofrenia paranoid gejala yang menonjol adalah waham dan pada skizofrenia residual yang menonjol adalah gejala negatif.Pasien ini digolongkan dalam skizofrenia paranoid (F 20.0) karena pada alloanamnesa didapatkan waham dan halusinasi pada pasien. Waham diancam dan halusinasi visual sehingga pasien sangat takut dan menangis ketika merasa dirinya ingin di celakakan oleh sekelompok orang. Pasien sering berbicara sendiri, melamun, dan diajak bicara pasien tidak merespon. Diagnosis banding pada kasus ini adalah skizofrenia herbefrenik, disini terutama karena pasien kadang sering melepas pakaian dan tidak merasa malu. Ganguan jiwa skizofrenia adalah salah satu penyakit yang cenderung berlanjut (kronis, menahun). Oleh karenanya terapi pada skizofrenia memerlukan waktu relatif lama berbulan bahkan bertahun, Hal ini dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin kekambuhan (relapse). Terapi yang dimaksud meliputi terapi dengan obat-obatan anti Skizofrenia (psikofarmaka), psikoterapi, terapi psikososial, dan terapi psikorelegius (3).Tujuan umum pengobatan adalah mengurangi keparahan gejala kegilaan, mencegah kekambuhan dari masa timbulnya gejala dan hal-hal yang berkaitan dengan kemunduran fungsi, dan memberikan dukungan untuk mencapai taraf hidup yang terbaik. Obat antipsikosis, aktivitas rehabilitasi dan komunitas pendukung, dan psikoterapi adalah tiga komponen utama dalam pengobatan.Terapi yang direncanakan untuk pasien ini adalah psikotropika yaitu Chlorpromazin dan Trihexypenidyl. Chlorpromazin dengan dosis 3x50 mg digunakan sebagai antipsikosis dengan efek samping berupa sedasi kuat, untuk mengatasi gaduh gelisah, hiperaktif, kekacauan pikiran, perasaan, perilaku dan susah tidur. Efek primer obat ini memerlukan waktu 2-3 minggu untuk bekerja optimal. Trihexypenidyl 3x2 mg digunakan untuk mengatasi adanya efek samping dari pemberian obat antipsikosis yaitu sindrom parkinson seperti tremor, bradikinesia, dan rigiditas. Sindrom Parkinson terdiri dari tremor, bradikinesia, rigiditas. Efek samping ini ada yang cepat dan ditolerir oleh pasien, ada yang lambat, dan ada yang sampai membutuhkan obat simptomatis untuk meringankan penderitaan pasien. Bila terjadi sindrom Parkinson maka penatalaksanaannya: hentikan obat anti psikosis atau bila obat antipsikosis masih diperlukan diberikan trihexipenidil 3x2 mg/hari p.o. atau sulfas atropin 0,5 0,75 mg IM. Apabila sindrom Parkinson sudah terkendali diusahakan penurunan dosis secara bertahap, untuk menentukan apakah masih dibutuhkan penggunaan obat antiparkinson (4). Efek samping obat antipsikosis salah satunya hepatotoksis maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin dam kimia darah terutama untuk memeriksa fungsi hati (SGOT, SGPT) dapat juga dari pemeriksaan fisik, tanda ikterik, palpasi hepar. Pada pasien ini tidak didapatkan tanda-tanda hepatotoksik dari pemeriksaan fisik (4).Hipotesis terjadinya sindrom psikosis diduga berkaitan dengan aktivitas neurotransmitter dopamine yang meningkat (hiperaktivitas sistem dopaminergik sentral). Sehingga, mekanisme kerja obat anti psikosis adalah memblokade dopamin pada reseptor pasca sinaptik pada neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonistsi) sehingga efektif untuk gejala positif. Sedangkan obat anti psikosis atipikal disamping berafinitas terhadap Dopamine D2 Receptors juga terhadap Serotonin 5 HT2 Receptors (Serotonin-dopamine antagonist), sehingga efektif juga untuk gejala negatif. Selain itu dilakukan psikoterapi berupa terapi keluarga dan masyarakat agar bisa menerima keadaan penderita dengan tidak menimbulkan stressor-stressor baru, melainkan dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk kesembuhan penderita. Psikoterapi dan rehabilitasi merupakan penatalaksanaan gangguan jiwa lanjutan yang sudah tenang bertujuan untuk menguatkan daya tahan mental, mempertahankan kontrol diri dan mengembalikan keseimbangan adaptatif. Psikoterapi ataupun rehabilitasi pada penderita ini sebaiknya ditunjang dengan pemeriksaan psikologi terlebih dahulu, sehingga bisa dipilih metode yang cocok untuk menunjang kesembuhan penderita.Rehabilitasi sesuai dengan minat dan bakat pada penderita yang diambil berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis. Dengan terapi ini diharapkan penderita dapat kembali ke masyarakat.Peran keluarga dan masyarakat sangat penting dalam membantu kesembuhan pasien. Karena disini jelas terdapat hubungan yang kurang baik dengan salah satu keluarga yang jika terjadi kembali dapat menjadi suatu pemicu kekambuhan penyakit pasien.DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001

2. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press, 2009.3. Pilpala TKS. Terapi Suportif dan Psikoedukasi untuk Meningkatkan Pemahaman Diri pada Penderita Skizofrenia Paranoid. Procedia Studi Kasus dan Intervensi Psikologi 2013: 1(1): 46-51.

4. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta: PT Nuh Jaya, 2007.

22