laporan sken a 19

73
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blok tumbuh kembang dan geriatri adalah blok ke sembilan belas pada semester 6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario A yang memaparkan kasus marasmus. 1.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu : 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial. 1

Upload: yeyen-jaejoong

Post on 03-Jan-2016

46 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tumbuh kembang

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok tumbuh kembang dan geriatri adalah blok ke sembilan belas pada semester

6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Palembang.Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial

studi kasus skenario A yang memaparkan kasus marasmus.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system

pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis

dan pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Laporan Tutorial 1

Skenario A

Tutor : dr.Ardelia

Moderator : Nilam Prariani

Sekretaris meja : Ike Yuni Pratiwi

Sekretaris Papan : Deden Siswanto

Waktu : Senin, 1 Juli 2013

Rabu, 3 Juli 2013

Rule tutorial : 1. Ponsel dalam keadaan nonaktif atau diam

2. Tidak boleh membawa makanan dan minuman

3. Angkat tangan bila ingin mengajukan pendapat

4. Izin terlebih dahulu bila ingin keluar masuk ruangan

2.2 Skenario

Rudi, laki-laki, usia 24 bulan, dibawa ke RSMP karena demam lama hilang timbul

dan sering mengalami batuk sejak usia 18 bulan. Rudi sudah pernah dibawa berobat ke

Bidan dan diberi obat namun tidak ada perubahan. Berat badan Rudi tidak sesuai dengan

anak-anak seusianya. Saat ini Rudi juga belum bisa berjalan. Tidak ada riwayat kejang.

Rudi tinggal bersama orang tua dan neneknya. Nenek Rudi saat ini sedang menjalani

pengobatan rutin di puskesmas

Riwayat nutrisi :

0-2 bulan : ASI eksklusif, on demand

3-6 bulan : ASI+Susu formula 2x30 cc perhari

7-12 bulan : ASI + susu formula 2x60 cc perhari, bubur susu kemasan 2x sehari @1/3

sachet

7-12 bulan : ASI + susu formula 2x60 cc perhari dan sering jajan

Riwayat kehamilan dan persalinan :

2

Rudi anak pertama dari ibu usia 22 tahun. Selama hamil ibu sehat dan periksa hamil

teratur ke bidan. Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu. Segera setelah lahir langsung

menangis, skor APGAR 1 menit 9 dan 5 menit 10. Berat badan lahir 2500 gram. Panjang

badan lahir 48cm. Lingkar kepala lahir 33 cm.

Riwayat pertumbuhan :

Usia 1 bulan : 3,25 kg

Usia 2 bulan : 4 kg

Usia 6 bulan : 5 kg

Usia 12 bulan : 6 kg

Riwayat perkembangan :

Tengkurap 4 bulan, bisa berbalik sendiri usia 5 bulan, bisa duduk usia 10 bulan, berdiri

usia 18 bulan

Riwayat imunisasi : belum pernah imunisasi

Pemeriksaan fisik :

Keadaan umum : tampak kurus, apatis, cengeng, berat badan 7,0 kg, panjang badan

75cm, lingkaran kepala 45 cm, lingkar lengan atas 9 cm

Tanda vital : HR : 112x/menit,RR:32X/menit, T: 37,50C

Keadaan Spesifik :

Kepala :

- Wajah dismorfik tidak ada

- Wajah tidak seperti wajah orang tua

- Rambut kepala tipis warna hitam kekuningan tidak mudah dicabut

- Kontak mata baik

- Melihat dan tersenyum kepada pemeriksa

- Menoleh ketika dipanggil namanya

Thoraks : iga gambang (piano sign)

Abdomen : cekung

Genitalia : baggy pants (+)

Ekstremitas :

- Edema tidak ada

- Tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki

3

Kulit : kelainan kulit (dermatosis) tidak ada

Status Neurologikus :

- Gerakan normal, kekuatan 4

- Refleks fisiologis normal

- Klonus dan tonus normal

- Tidak ada gerakan yang tidak terkontrol

- Refleks patologis (-)

2.3 Seven Jump Step

2.3.1 Klarifikasi Istilah

1. Nasi tim : Nasi yang dimasak dengan kandungan air lebih banyak

sehingga menghasilkan tekstur yang lebih lembek dengan berbagai campuran lauk

dan sayur.

2. Gambar Dismorfik : Gambaran keabnormalan/kelainan pada tubuh dilihat

dari segi anatomy.

3. Refleks Moro : Refleksi tiba-tiba pada bayi baru lahir yang terjadi

akibat suara dan gerakan. mengejutkan .contoh: melengkungkan

punggungnya ,menggenggam tanganya.

4. Refleks Babinsky : Refleks pada jari-jari kaki yang normal pada bayi ,tetapi

abnormal diatas 12 bulan.

5. Refleks Tendon : Refleks yang timbul akibat rangsangan yang

diberikan(ketukan).Pada tendon ditempat yang tepat sehingga menimbulkan

pengerutan segera otot tersebut(kontraksi).

6. Skor Apgar : Adalah suatu cara untuk menilai keadaan bayi baru lahir dengan

angka

4

2.3.2 Identifikasi Masalah

1. bebi……. meraih benda

2. bebi anak prtama …5hari

3. Pemeriksaan fisik

semuanya

2.3.3 Analisis Masalah

1. a.Bagaimana tumbuh kembang anak 0-12 bulan menurut mile stone ?

b.Bagaimana interpretasi bebi usia 12 bulan belum bisa duduk?

c. Apa saja penyebab gangguan perkembangan anak dari usia 0-12 bulan?

d. Apa makna bebi baru bisa memiringkan badan pada 6 bulan dan tengkurap

pada usia 10 bulan?

e.Bagaimana tahapan pemberian nutrisi pada anak usia 0-12 bulan?

f. Bagaimana dampak keterlambatan perkembangan pada bebi?

g. Apa penyebab bebi belum bisa konsumsi nasi tim?

h. Apa makna belum bisa mengoceh dan meraih benda?

i.Bagaimana tindakan kita sebagai dokter umum dalam menangani

keterlambatan tumbuh kembang anak?

2. a. Apa hubungan dari riwayat bebi anak pertama dari ibu usia 18 tahun dengan

keterlambatan tumbuh kembang?

b.Apa makna bebi segera setelah lahir tidak langsung menangis dengan skor

APGAR 1 menit 2, menit kelima 5?

c. Apa dampak skor APGAR yang rendah terhadap tumbuh kembang anak?

d. Mengapa skor APGAR 1 menit 2 menit kelima 5?

e.Bagaimana dampak pemeriksaan kehamilan hanya 3 kali?

f. Apa kemungkinan penyakit sehingga bebi dirawat dirumah sakit selama 5

hari?

5

3.a Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari Panjang badan ,berat

badan,dan lingkar kepala?

b. Apa makna mau melihat tapi tidak mau tersenyum kepada pemeriksa,menoleh

ketika dipanggil namanya dengan keras ,tidak terdapat gerakan yang tidak

terkontrol?

c.Bagaimana interpretasi dari kekuatan kedua lengandan tungkai 3,lengan dan

tungkai kaku dan susah untuk diketuk,refleksi tendon meningkat,reflex babinsky

(+)?

d.Apa saja reflex fisiologi pada bayi?

e.Apa hubungan dari interpretasi seluruh ppemeriksaan reflex pada bebi dengan

keterlambatan tumbuh kembangnya?

f.Bagaimana makna tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki?

4. DD

5. PP

6.WD

7.TL

8.Komplikasi

9. prognosis

10. KDU

11. PI

2.3.4 Hipotesis

Bebi perempuan,12 bulan mengalami gangguan tumbuh kembang yang disebabkan

oleh cerebral palsy.

Learning issue

1.Tumbuh kembang anak

2.score APGAR

6

3.Asfiksia neonatorum

4.Cerebral palsy

5.Refleks fisiologis dan patologis

6.PI

2.3.5 Sintesa/Pembahasan

1. a. Apa penyebab Rudi demam lama hilang timbul dan sering mengalami

batuk sejak usia 18 bulan?

Jawab :

Belum diimunisasi.

Gizi kurang

Tertular penyakit neneknya

Rangsangan yang dapat mencetuskan batuk antara lain : udara dingin,

benda asing seperti debu, radang/edema mukosa saluran nafas, tekanan

terhadap saluran nafas misalnya oleh tumor, lendir pada saluran nafas dan

kontraksi pada saluran nafas. Dalam hal ini batuk merupakan manifestasi

utama dan kelainan saluran nafas disamping lainnya seperti sesak nafas, pilek

dan lain-lain. Telah disepakati bahwa batuk kronik dan berulang (BKB) pada

anak adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai etiologi dengan

gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurang 2 Minggu berturut-turut dan

atau paling sedikit 3 episod dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala

respitorik/non-respitorik lainnya.

Batuk kronik bukan suatu penyakit yang terdiri sendiri, melainkan

merupakan gejala pada berbagai penyakit baik respiratorik maupun non

respiratorik. Berbagai etiologi/klasifikasi dikemukakan oleh para penulis yang

sekaligus merupakan diagnose banding dari BKB, antara lain :

7

1. Bronkitis: infeksi (virus dan bakteri), alergi (asma), kimiawi (aspirasi

susu, isi lambung dan inhalasi asap rokok), berhubungan dengan infeksi

kronik saluran nafas atas.

2. Penyakit paru supuratif: Fibrosis, Bronkikiektasis, Kollaps paru dengan

infeksi sekunder, lain-lain kista dan kelainan bawaan yang terinfeksi,

abses, pneumonia inhalasi dan benda asing.

3. Lesi fokal dari laring, trakea atau bronkus: Benda asing, Tomur, kista atau

kelenjer di mediasnitium atau paru, Stenosis, kista atau hemangioma dari

laring atau trakea.

4. Tuberklosis

5. Batuk psikogen

6. Post nasal drip

Wahab dan Utomo mengemukakan bahwa untuk Indonesia apabila

seorang dokter berhadapan dengan pasien anak yang memperlihatkan

gejala batuk yang cukup lama dan menetap, maka sebaiknya dipikirkan

kemungkinan tiga hal, yaitu batuk karena Tb primer, batuk karena alergi

dan batuk karena kelainan jantung bawaan.

b. Mengapa keluhannya timbul pada saat usia 18 bulan?

Jawab :

karena asupan nutrisi yang kurang maka terjadi deficit energy pada

Rudi. Defisit energy ini akan ditutupi oleh pemecahan lemak dan protein

dimana salah satu protein fungsional adalah antibody. Semakin lama deficit

yang terjadi semakin besar maka semakin banyak protein fungsionla yang

digunakan sebagai pengganti deficit energy yang terjadi maka semakin

lemah imunitas Rudi karena immunoglobulin semakin banyak yang

dipecah.

c. Bagaimana patofisiologi dari keluhan Rudi?

Jawab :

8

asupan nutrisi yang kurang dan imunitas belum sempurna kontak dengan

mikroorganisme sistem imun tidak sanggup melawan infeksi batuk dan

demam

Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen.

Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih

(monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin,

mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan

mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6,

TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang

endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin (Dinarello &

Gelfand, 2005). Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan

patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan

menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru

sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas

antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti

memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan

penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu

tubuh naik ke patokan yang baru tersebut (Sherwood, 2001).

Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase yaitu :

1. Fase iritasi

Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus

besar, atau serat afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat

menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisan faring

dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar dirangsang.

2. Fase inspirasi

Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot

abduktor kartilago aritenoidea.Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat,

sehingga udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru.

Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan

diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan

9

peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah

banyak memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi

sehingga lebih cepat dan kuat serta memperkecil rongga udara yang tertutup

sehingga menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial. Volume

udara yang diinspirasi sangat bervariasi jumlahnya, berkisar antara 200 sampai

3500 ml di atas kapasitas residu fungsional. Penelitian lain menyebutkan

jumlah udara yang dihisap berkisar antara 50% dari tidal volume sampai 50%

dari kapasitas vital. Ada dua manfaat utama dihisapnya sejumlah besar volume

ini. Pertama, volume yang besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan

dapat menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua,

volume yang besar akan memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga

pengeluaran sekret akan lebih mudah.

3. Fase kompresi

Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor

kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik.Pada fase ini tekanan

intratoraks meninggi sampai 300 cmH2O agar terjadi batuk yang efektif.

Tekanan pleura tetap meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka .Batuk

dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu

meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.

4. Fase ekspirasi/ekspulsi

Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot

ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan

kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan

bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot pernafasan dan cabang-cabang

bronkus merupakan hal yang penting dalam fase mekanisme batuk dan

disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya.Suara batuk sangat bervariasi

akibat getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara.

d. Bagaimana dampak infeksi terhadap Rudi?

Jawab : infeksi kronik peningkatan BMR + Asupan kurang

memperparah malnutrisi sistem imun menurun, gangguan tumbuh kembang

10

e. Mengapa batuk dan demamnya tidak sembuh-sembuh selama 6 bulan

walaupun sudah diberi obat?

Jawab : karena pengobatan yang tidak adekuat

f. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik pada bayi?

Jawab :

11

(Kearns, et al, 2001)

Absorpsi

Merupakan transfer suatu obat dari tempat pemberian ke dalam aliran

darah

12

Neonates Infants Children

Physiological alteration

Gastric emptying time irregular á Slightly á

Gastric pH > 5 4-2 Normal (2-3)

Intestinal motility â á Slightly á

Intestinal surface area â Near adult Adult pattern

Microbial colonization â Near adult Adult pattern

Biliary function immature Near adult Adult pattern

Muscular blood flow â á Adult pattern

Skin permeability á á Near adult

Possible pharmacokinetic consequences

Oral absorption â á Near adult

I.M absorption variable á Adult pattern

Rectal absorption Very

efficient

efficient Adult pattern

Pre-systemic clearance < adult > adult > adult

Ditentukan oleh sifat obat dan oleh tujuan terapi

Waktu pengosongan lambung dan pH gaster

Neonatus yang cukup bulan èpH gaster bervariasi antara 6-8 saat lahir

dan menurun menjadi 1-3 dalam 24 jam pertama kehidupan

Prematur èpH gaster meningkat karena sekresi asam yang imatur.

Distribusi

• Merupakan proses suatu obat yang secara reversibel meninggalkan

aliran darah dan masuk ke interstitium (cairan ekstraseluler) dan atau

ke sel-sel jaringan

• Ditentukan oleh ikatan obat dengan protein plasma

Sifat obat

• Obat-obat hidrofobik yang mempunyai distribusi elektron uniform dan

tidak bermuatan mudah bergerak melewati kebanyakan membran

biologik.

• Obat-obat hidrofilik yang mempunyai distribusi electron non-uniform

atau muatan positif atau negatif tidak mudah menembus membran

Metabolisme

Reaksi Fase 1

• Mengubah molekul lipofilik menjadi molekul yang lebih polar

dengan cara menambahkan suatu polar atau membuka gugus

polar seperti OH- atau NH-2

• Paling sering : oksidasi ®mengikat bentuk oksidasi sitokrom

P-450 ® oksigen direduksi menjadi NADPH oleh enzim

sitokrom P-450 oksidoreduktase

Reaksi Fase 2

• Terdiri dari reksi-reaksi konjugasi, paling sering Glukoronidase ®

Reaksi konjugasi lanjutan dengan suatu substrat endogen seperti asam

13

glukoronat , asam sulfurat, asam asetat atau asam amino menghasilkan

senyawa yang polar

Ekskresi

Rasio filtrasi glomerular

• Rendah pada neonatus

• Nilai filtrasi glomerular neonatus hanya 30-40 % dari nilai orang

dewasa

• Pada bayi umur 6-12 bulan, akhirnya filtrasi glomerular mencapai nilai

yang sama pada orang dewasa

g. Bagaimana sistem imun pada bayi?

Jawab :

Status Imun Janin dan Bayi Baru Lahir

Imunitas selular (sel T) berawal di dalam rahim. Respons imun primer

(IgM) terhadap berbagai mikro-organisme dapat dirangsang di dalam janin

pada trimester ke tiga kehamilan. Respons-respons imun lain terhadap suatu

antigen (IgG dan IgA), fagositosis neutrofil dan makrofag, dan pembentukan

zat-zat antara peradangan belum terdapat secara signifikan sampai 6-8 bulan

setelah lahir. Hal ini membuat janin dan bayi baru lahir rentan terhadap infeksi

dan penyakit. Dalam uterus, antibodi IgG ibu secara aktif dipindahkan

melintasi sel-sel plasenta dan dapat di deteksi di dalam tubuh bayi selama

paling sedikit 6 bulan setelah lahir. Antibodi-antibodi ini menghasilkan

imunitas pasif terhadap berbagai mikroorganisme bagi janin dan bayi. IgA dan

imunoglobulin lain dapat sampai ke bayi melalui air susu.

Saat dimana bayi sangat rentan adalah sekitar 5-6 bulan setelah lahir

sewaktu kadar IgG ibu mulai berkurang. Namun, sistem imun bayi itu sendiri

belum bekerja pada puncaknya. Hal ini terutama berlaku apabila pertimbangan

pediatrik. Sebelum antibodi itu menghilang dari aliran darah bayi, sulit

14

diketahui apabila seorang bayi yang memiliki antibodi IgG terhadap suatu

mikroorganisme mencerminkan infeksi pada ibu atau apakah bayi tersebut

secara aktif terinfeksi oleh mikroorganisme yang bersangkutan. Antibodi ibu

mulai turun setelah 6 bulan; dengan demikian, harus dilakukan pengukuran

titer (kadar) antibodi bayi setelah 6 bulan untuk mengetahui adanya infeksi

sejati atau imunitas pasif.

2. a. Berapa berat badan normal pada anak seusia Rudi?

Jawab : BB anak 24 bulan : 11-13,5 kg

b. apa saja penyebab BB Rudi tidak sesuai dengan anak seusianya?

Jawab :

Gangguan kromosom / genetik

Gangguan pada organ-organ tubuh

Gangguan hormon, misal hormon pertumbuhan, hormon kelenjar

gondok, dsb

Gangguan otak / sistem syaraf pusat sehingga mengakibatkan kesulitan

pada saat minum susu, misal Cerebral Palsy

Gangguan jantung atau paru

Gangguan pada darah, misal : anemia (kurang darah)

Gangguan sistem pencernaan yang mengakibatkan gangguan

penyerapan zat nutrisi ke dalam darah.

Diare berkepanjangan atau gastroesophageal reflux

Infeksi kronis (berkepanjangan)

Gangguan metabolik

Komplikasi pada saat kelahiran dan berat lahir rendah.

Berat badan Rudi tidak sesuai dengan anak seusianya disebabkan

karena Rudi mengalami gizi buruk (underweight), yang seharusnya

mempunyai berat badan normal kurang lebih 10kg hal ini disebabkan karena

kurangnya asupan gizi terhadap kebutuhan yang disebabkan karena infeksi

saluran pernapasan.

15

(Nelson, 2007 hal 211 vol 1)

c. Apa penyebab Rudi belum bisa berjalan?

Jawab :

Untuk melakukan suatu aktivitas motorik, dibutuhkan

ketersediaan energi yang cukup banyak. Tengkurap, merangkak, berdiri,

berjalan, dan berlari melibatkan suatu mekanisme yang mengeluarkan energi

yang tinggi, sehingga yang menderita KEP (Kurang Energi Protein) biasanya

selalu terlambat dalam perkembangan motor milestone.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka bayi kurang gizi yang tidak

mendapat suplemen diduga mengalami defisit myelinisasi. Artinya terjadi

kesulitan dalam menghantarkan informasi dari satu neuron ke neuron

yang lain dan mengakibatkan intelektual anak rendah. Hal ini pun pada

akhirnya mempengaruhi perkembangan motorik anak. Refleks anak

terhadap lingkungannya akan terhambat.

d. Apa makna tidak ada riwayat kejang pada Rudi?

Jawab : tidak ada gangguan pada sistem saraf pusat

e. Apa dampak kejang pada anak usia 24 bulan?

Jawab :

Menurut Taslim S. Soetomenggolo dapat mengakibatkan :

1. Kerusakan sel otak

2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15

menit dan bersifat unilateral

3. Kelumpuhan (Lumbatobing,1989)

3. Bagaimana hubungan pengobatan rutin nenek Rudi dipuskesmas dengan

keluhan pada Rudi?

Jawab :

16

Nenek Rudi menjalani pengobatan rutin di Puskesmas

kemungkinan menderita Tuberculosis, karena panyakit Tuberculosis tersebut

membutuhkan pengobatan yang rutin dan dalam jangka waktu yang lama (6-8

bulan). Pengaruhnya terhadap Rudi adalah Mycobacterium Tuberkulosis dapat

dengan mudah menginfeksi yaitu pada waktu nenek batuk atau bersin, kuman

menyebar ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak), bila dihirup oleh

Rudi, maka terinfeksi Rudi Mycobacterium Tuberkulosis juga, keadaan Rudi

yang mengalami gangguan gizi (marasmus) menyebabkan Rudi mudah

terinfeksi (system imunitas rendah)

4. a. Bagaimana pemberian nutrisi yang baik untuk anak usia 0-24 bulan?

Jawab :

0-6 bulan : diberikan asi eksklusif

6-12 bulan : sejak usia 6 bulan, berikan asi serta makan lumat lainya

dikenalkan, seperti bubur nasi.

12-24 bulan : tetap berikan asi sesuai keinginan anak sampai berusia 24 bulan.

Sejak usia 1-2 tahun, makanan pendamping yang berupa makanan orang

dewasa tersebut sebaiknya diberikan 3 kali sehari dan makanan harus diselingi

( diantara waktu makanan pagi dan siang serta diantara makan sore atau

malam, seperti bubur-bubur.

b. Apakah pemberian nutrisi pada Rudi sudah benar?

Jawab :

- 0-2 bulan : ASI eksklusif on demand: benar

- 3-6 bulan : ASI+ susu formula 2x30 cc perhari: tidak benar, karena

selama 0-6 bulan hanya diberikan ASI tanpa penambahan susu formula.

- 7-12 bulan : ASI+susu formula 2x60 cc perhari, bubur susu kemasan

2xsehari @1/3 sachet : susu kemasan diberikan pada usia >12 bulan.

Seharusnya Rudi :

Pada 6 bulan:

Teruskan pemberian ASI

Berikan ASI lebih dulu, baru MP-ASI

17

Berikan makanan lumat halus 1-2 x sehari

Pada 6-9 bulan:

Teruskan ASI

Perkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 x sehari

Nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber zat lemak

Takaran MP-ASI:

Pada umur 6 bulan – beri 6 sendok makan

Pada umur 7 bulan – beri 7 sendok makan

Pada umur 8 bulan – beri 8 sendok makan

Pada umur 9 bulan – beri 9 sendok makan

“ Bila bayi meminta lagi, ibu dapat menambahnya”

Pada 9-12 bulan:

Teruskan pemberian ASI

Berikan makanan lunak 3 kali sehari dengan takaran yang cukup

Berikan makanan selingan 1 kali sehari

Perkenalkan bayi dengan beraneka ragam bahan makanan

12 bulan sampai sekarang

nasi lembek 2x sehari dengan kecap manis, kerupuk, telur kadang-kdang,

tempe tahu kadang-kadang @1/2 potong, susu kental manis 2x60cc perhari

dan sering jajan: Tidak benar, karena ASI tetap harus diberikan sampai 24

bulan.

Pada 12-24 bulan:

1. Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah

berkurang, tetapi merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi.

2. Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali

sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan.

Disamping itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari.

3. Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan Padanan Bahan

Makanan. Misalnya nasi diganti dengan: mie, bihun, roti, kentang, dll. Hati

ayam diganti dengan: tahu, tempe, kacang ijo, telur, ikan. Bayam diganti

dengan: daun kangkung, wortel, tomat. Bubur susu diganti dengan: bubur

kacang ijo, bubur sumsum, biskuit, dll.

18

4. Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi

frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.

c. berapa kebutuhan kalori yang diperlukan Rudi?

Jawab :

Bayi rata-rata : 110kkalori/kg BB/hari

d. apa perbedaan kandungan ASI dengan susu formula?

Jawab :

Air susu ibu

ASI mengandung karbohidrat berupa laktosa, lemaknya banyak

mengandung polyunsaturated fatty acid (asam lemak tak jenuh ganda), protein

utamanya lactabumin yang mudah dicerna, kandungan vitamin dan mineralnya

banyak, rasio kalsium-fosfat sebesar 2:1 yang merupakan kondisi ideal bagi

penyerapan. Selain itu, ASI juga mengandung zat anti infeksi (Arisman,

2004).

ASI mengandung bermacam-macam zat anti baik yang seluler maupun

yang humoral, sehingga morbiditas dan mortalitas bayi ya minum ASI lebih

rendah daripada yang minum susu formula, ASI mengandung enzim-enzim

yang membantu mencerna makanan, dan juga enzim yang berfungsi anti

bakteri seperti lisozim, katalase, dan peroksidase: ASI mengandung hormon-

hormon misalnya ACTH, TRH, TSH, EGF, proklaktin, kortikosteroid,

prostaglandin.

Beberapa keunggulan ASI antara lain mengandung kolostrum

mengandung zat kekebalan untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit

infeksi, terutama diare dan infeksi saluran pernapasan akut, meningkatkan

kecerdasan anak dibandingkan yang tidak diberikan ASI, mengandung energi

dan zat-zat gizi lainnya yang paling sempurna serta cairan hidup yang sesuai

dengan kebutuhan bayi hingga berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan ASI masih

19

dibutuhkan sampai anak berusia 2 tahun, ASI yang bersih, aman, mudah

dicerna dan tersedia dengan suhu yang sesuai (Depkes, 2007).

Susu Formula

Susu formula terbuat dari susu sapi atau susu kedelai atau protein

hidrolisa, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral diperuntukkan sebagai

makanan bayi. Formula dibuat aman untuk dikonsumsi atau bebas dari

mikroorganisme yang patogen dan dipertahankan stabilitasnya. Zat-zat gizi

yang dikandungnya disusun sedemikian rupa mendekati komposisi ASI.

Teknologi pembuatannta dikembangkan terus-menerus, walaupun begitu susu

formula tidak menyamai ASI. Oleh karena itu ASI adalah makanan terbaik

untuk bayi, susu formula tidak dapat digunakan sebagai pengganti ASI tetapi

sebagai pelengkap makanan bayi (Suhardjo, 2003)

Komposisi susu formula, menggunakan acuan ASI sebagai gold

standard. Pada awalnya modifikasi susu formula hanya makronutrien dan

mineral saja, tetapi saat ini telah ditambahkan LCPUFAs (AA dan DHA),

nukleotida, taurin dan komponen kekebalan seperti laktoferin, laktobasilus

bifidus (probiotik) dan prebiotik seperti FOS (fructo-oligosaccharide).

- Perbandingan Whey protein : kasein = 60 : 40, mendekati komposisi ASI,

bertujuan agar protein dalam susu formula muda dicerna.

- Asam amino di dalam susu formula juga mengacu pada komposisi ASI

- Penambahan zat besi, bertujuan untuk mencegah anemia defisiensi besi pada

anak yang tidak minum ASI/hanya minum ASI sebagian, sebbab zat besi

penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak.

- Penambahan LCPUFAs (AA dan DHA) juga mengacu pada komposisi ASI,

yang berfungsi sebagai bagian fosfolipid yang mempengaruhi struktur dan

fungsi membran sel sebagai prekuersor pada biosintesis golongan eicanasoid

seperti prostaglandin, tromboksan, dan leukotrin; merupakan asam lemak

utama pada otak dan retina.

- Nuklotida, berfungsi pada sistem imun seperti maturasi sel T, aktifasi

makrofag, sitokin, aktivitas sel natural killer dan respon imun pada imunisasi.

- Taurin, asam amino esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mata dan

otak serta konjugasi bilirubin.

20

- Laktoferin, untuk meningkatkan kekebalan bayi yang minum susu formula,

merupakan senyawa glikoprotein yang mengikat besi, yang terdapat pada SI,

air mata, saliva, sekresi mucus, dan leukosit, berfungsi mengikat besi bebas

yang sering digunakan untuk pertumbuhan bakteri, virus dan jamur, sehingga

tidak tersedia zat besi untuk pertumbuhan.

e. Apa dampak pemberian nutrisi yang kurang baik terhadap tumbuh

kembang bayi?

Jawab :

Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk. Gizi

buruk dapat terjadi akibat masukan makanan yang tidak sesuai atau tidak

cukup, atau akibat penyerapan makanan yang tidak benar. Masukan makanan

yang kurang dapat diakibatkan oleh kurangnya penyediaan makanan,

kurangnya sumber makanan, faktor-faktor emosi, dan kebiasaan makan yang

tidak teratur. Kebutuhan nutrien pokok dapat bertambah selama stres atau sakit

serta selama pemberian antibiotik.

Arti malnutrisi sebenarnya adalah gizi salah, yang mencakup gizi

kurang maupun gizi lebih. Di Indonesia, dengan masih tingginya angka

kejadian gizi kurang, istilah malnutrisi lazim dipakai untuk kejadian ini.

Secara umum, gizi kurang disebabkan oleh kekurangan energi atau protein.

Namun, keadaan di lapangan menunjukkan bahwa jarang dijumpai kasus yang

menderita defisiensi energi murni ataupun yang menderita defisiensi protein

murni. Anak dengan defisiensi protein murni biasanya disertai pula dengan

defisiensi energi atau nutrien lainnya. Karena itu istilah yang lazim dipakai

adalah Kurang Energi Protein (KEP) atau Kekurangan Kalori Protein (KKP).

KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi,

dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi

(AKG), dan biasanya juga diserta adanya kekurangan dari beberapa nutrisi

lainnya.

Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat kekurangan asupan

nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan

21

serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi

masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama,

seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan

metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan

nutrisi yang turun dan/meningkatnya kehilangan nutrisi.

Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai

cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup,

dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak

serta protein dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stres katabolik

(infeksi) maka kebutuhan akan protein akan meningkat, sehingga dapat

menyebabkan defisiensi protein yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada saat

status gizi masih diatas -3 SD (-2SD--3SD), maka terjadilah kwashiorkor

(malnutrisi akut/”decompensated malnutrition”). Pada kondisi ini penting

peranan radikal bebas dan anti oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada

saat status gizi dibawah -3 SD, maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor.

Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat teradaptasi sampai dibawah -3 SD

maka akan terjadilah marasmik (malnutrisikronik/compensated malnutrition).

Dengan demikian pada KEP dapat terjadi : gangguan pertumbuhan,

atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin,

penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesa enzim.

Gejala Klinis

Pada KEP ditemukan berbagai macam keadaan patologis, terutama

pada berat ringannya kelainan. Berdasarkan lama dan jumlah kekurangan

energi protein , KEP diklasifikasikan menjadi KEP ringan(gizi kurang) dan

KEP berat (gizi buruk)5. KEP berat dibagi menjadi Marasmus, Kwashiorkor,

Marasmus-Kwashiorkor. System Welcome Trust Working Party membedakan

berat badan dan oedema sebagai berikut:

1. Kwashiorkor BB lebih dari 60% dari BB baku disertai oedema

2. Marasmus-Kwashiorkor BB kurang dari 60% dari BB baku disertai

oedema

22

3. Marasmus BB kurang dari 60% dari BB baku tanpa disertai oedema

Undernutrition dipakai untuk keadaan defisiensi berbagai nutrisi yang lebih

khusus ditujukan kepada defisiensi energi yang sifatnya ringan. Underweight

hanya dipakai untuk keadaan dengan berat badan yang lebih rendah dari berat

badan baku.

Secara klinis KEP terdapat dalam 3 tipe yaitu :

1. Kwashiorkor, ditandai dengan : edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh,

wajah sembab dan membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti

rambut jagung, mudah dicabut dan rontok, cengeng, rewel dan apatis,

pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), bercak merah ke coklatan di kulit

dan mudah terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit

infeksi terutama akut, diare dan anemia.

2. Marasmus, ditandai dengan : sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit,

wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak

sumkutan minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai

penyakit infeksi dan diare.

3. Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan

marasmus.

f. Apa dampak Rudi yang sering jajan?

Jawab : Jajan kemungkinan tidak higienis dan nutrisi tidak tercukupi

terinfeksi mikroorganisme pathogen

5. a. Apa makna dari riwayat kehamilan dan persalinan?

Jawab :

Rudi anak pertama dari ibu usia 22 tahun (normalnya 20-35 tahun).

Selama hamil ibu sehat dan periksa hamil teratur ke bidan. Lahir spontan pada

kehamilan 38 minggu(36-42 minggu). Segera setelah lahir langsung menangis,

skor APGAR 1 menit 9 dan 5 menit 10. Berat badan lahir 2500 gram(2500-

23

4000gram). Panjang badan lahir 48cm((45-54 cm) . Lingkar kepala lahir 33

cm(33-37 cm). Dari riwayat kehamilan dan persalinan semuanya normal.

b. Apa saja yang dinilai pada skor APGAR ?

Jawab :

Penilaian skor APGAR dilakukan pada:

Menit ke-1 setelah kelahiran, yaitu untuk menilai kemampuan adaptasi

bayi terhadap perubahan lingkungan dari intrauterine ke ekstrauterine atau

untuk menilai keadaan fisiologis bayi baru lahir.

Menit ke-5, untuk menilai keberhasilan tindakan resusitasi yang dilakukan

serta sebagai penentu prognosis.

Menit ke-10. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada

masa mendatang, nilai yg rendah berhubungan dg kondisi neurologis.

Penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yg rendah & perlu

tindakan resusitasi.

Skor APGAR

Score

Sign 0 1 2

Hear Rate Tidak ada <100x/menit >100x/menit

Respiration Tidak ada Lemah, tidak teratur Baik, menangis

Muscle Tone Lemah Beberapa gerakan

fleksi

Bergerak aktif

Reflex Irritability Tidak ada

respon

Meringis Batuk, bersin,

menangis

Colour Cyanosis

atau pucat

Merah muda,

ekstremitas biru

Seluruhnya merah

muda

• Nilai 0-3 : asfiksia berat

• Nilai 4-6: asfiksia sedang

• Nilai 7-10 : normal

Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai

apgar 5 menit  masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor

24

mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir

dan  menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi

dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti

penilaian skor Apgar)

Interpretasi skor

Jumlah sko

r

Interpretasi Catatan

7-10 Bayi normal

4-6 Agak rendah Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan

lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian

oksigen untuk membantu bernapas.

0-3 Sangat rendah Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif

6. a. Bagaimana interpretasi riwayat pertumbuhan dan perkembangan

Rudi?

Jawab :

Riwayat pertumbuhan :

Usia 1 bulan : 3,25 kg : normal (normalnya : 3-6,6kg)

Usia 2 bulan : 4 kg : normal (normalnya : 3,8-8kg)

Usia 6 bulan : 5 kg : normal (normalnya : 5,6-11kg)

Usia 12 bulan : 6 kg : normal (normalnya : 7-13,4 kg)

Riwayat perkembangan :

Tengkurap 4 bulan : normal

bisa berbalik sendiri usia 5 bulan : normal

bisa duduk usia 10 bulan : tidak normal

berdiri usia 18 bulan : tidak normal (normalnya : 9-11 bulan)

b. Bagaimana pertumbuhan Rudi berdasarkan growth chart?

Jawab :

dari kurva terlihat untuk laju pertumbuhan pada usia 0-2 bulan

mengikuti alur yang ada pada grafik namun pada usia 6 bulan mulai terjadi

perlambatan pertumbuhan sampai usia 24 bulan. Sehingga grafik pertumbuhan

rudi melenceng dari alur grafik normal. Begitu juga untuk lingkar kepala

25

pertumbuhannya melambat sehingga terlihat bahwa rudi mengalami

mikrocephali

26

c. Bagaimana perkembangan normal bayi 0-24 bulan?

Jawab :

Perkembangan fisis dan mental 0-24 bulan (gerakan kasar dan halus, emosi,

sosial, perilaku, bicara)

27

0-3 bulan :

Belajar mengangkat kepala

Mengikuti obyek dengan matanya

Melihat muka orang dan tersenyum

Bereaksi terhadap suara/bunyi

Mengenai ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan

kontak

Mengoceh spontan

3-6 bulan :

Mengangakat kepala 900 dan mengangkat dada dengan bertopang

tangan

Berusaha meraih benda-benda di mulut

Menaruh benda-benda di mulut

Tertawa atau menjerit bila diajak bermain

Berusaha mencari benda-benda yang hilang

6-9 bulan :

Sudah dapat tengkurap dan berbalik sendiri

dapat duduk tanpa dibantu

Dapat merangkak

Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lain

Memegang benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk

Mengeluarkan “kata” tanpa arti

Takut kepada orang asing

Berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-

sembunyian

9-12 bulan :

Berdiri sendiri tanpa dibantu

Berjalan dituntun

Menirukan suara, belajar menyatakan satu atau 2 kata

Mengerti perintah/larangan sederhana

28

Selalu ingin mengeksplorasikan dan memasukkan semua benda ke

mulutnya

Berpartisipasi dalam permainan

12-18 bulan :

Berjalan dan mengeksplorasikan rumah dan sekililing rumah

Menyusun 2 atau 3 kotak

Mengucapkan 5-10 kata

Memperlihatkan rasa cemburu dan bersaing

18-24 bulan :

Naik turun tangga

Menyusun 6 kotak

Menunjuk mata dan hidungnya

Menyusun kalimat dengan 2 kata

Belajar makan sendiri

Belajar mengontrol buang air kecil/besar

Menaruh minat apa yang dikerjakan orang-orang yang lebih besar

Bermain-main dengan anak-anak lain

Verbal + pendengaran:

- 0-2 bulan : terkejut oleh suara berisik

- 2-4 bulan : membuat suara

- 3-6 bulan : mengoceh

- 4-7 bulan : mencari sumber suara

- 5-7 bulan : membuat suara panjang dan pendek

- 6-10 bulan : mamadukan suara

- 9-12 bulan : mengenali suara sendiri

- 10-12 bulan : suara yang bermakna (mama)

- 12-18 bulan : mengatakan beberapa kata tunggal

- 18-24 bulan : bisa menggabungkan minimal 2 kata

- 19-24bulan : menunjuk gambar yang diminta

- 23-24 bulan : bertanya

Sosial :

29

- 1-3 bulan : tersenyum

- 2-4 bulan : menggeliat dengan bersemangat

- 4-6 bulan : menikmati permainan petak umpat

- 6-9 bulan : meniru tingkah laku dan suara

- 10-12 bulan : mengikuti perintah dan mulai malu dengan orang asing

- 12-18 bulan : posesif terhadap mainan

- 18-24 bulan : menikmati bermainperan

- 21-24 bulan : bermain dengan teman

d. Apa saja penyebab dari keterlambatan pertumbuhan dan

perkembangan pada anak?

Jawab :

faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan :

1. faktor internal

a. Perbedaan ras/etnik atau bangsa

Bila seseorang dilahirkan sebagai ras orang eropa maka tidak mungkin ia

memiliki faktor herediter ras orang indonesia atau sebaliknya. Tinggi badan tiap

bangsa berlainan, pada umumnya ras orang kulit putih mempunyai ukuran tungkai

yang lebih panjang daripada ras orang mongol.

b. Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang tinggi-tinggi dan ada keluarga yang gemuk-

gemuk

c. Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama

kehidupan, dan masa remaja

d. Jenis kelamin

Wanita lebih cepat dewasa dibanding anak laki-laki. Pada masa pubertas wanita

umumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-laki dan kemudian setelah melewati

masa pubertas laki-laki akan lebih cepat

e. Kelainan genetik

Sebagai salah satu contoh achondroplasia yang menyebabkan dwarfisme,

sedangkan sindroma marfan terdapat pertumbuhan tinggi badan yang berlebihan

f. Kelainan kromosom

30

Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti

pada sindroma down’s dan sindroma turner’s

2. faktor eksternal/lingkungan

2.1 faktor pranatal

a. Gizi

Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi

pertumbuhan janin

b. Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot

c. Toksin/zat kimia

Aminopterin dan obat kontrasepsi dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti

palatoskisis

d. Endokrin

Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia adrenal.

e. Radiasi

Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti

mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan deformitas anggota gerak, kelainan

kongenital mata, kelainan jantung.

f. Infeksi

Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (toksoplasma, rubella,

sitomegalo virus, herpes simplek) PMS (penyakit menular seksual)serta penyakit

virus lainnya dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu tuli,

mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital

g. Kelainan imunologi

Eritroblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah merah janin dan ibu

sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin; kemudia melalui

plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis

yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern icterus yang akan

menyebabkan kerusakan jaringan otak.

h. Anoksia embrio

Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan

pertumbuhan terganggu.

31

i. Psikologis ibu

Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/ kekerasan mental pada ibu hamil

dan lain-lain.

2.2 faktor persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan asfiksia dapat

menyebabkan kerusakan pada jaringan otak

2.3 pasca natal

a. Gizi

Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.

b. Penyakit kronis / kelainan kongenital

Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan, mengakibatkan retardasi

pertumbuhan jasmani

c. Lingkungan fisis dan kimia

Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan

sinar radioaktif, zat kimia tertentu(Pb, mercuri, rokok, dan lain-lain)

mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumban anak

d. Psikologis

Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak

dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan

mengalami hambatan didalam pertumbuhan dan perkembangannya

e. Endokrin

Gangguan hormon misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan

anak mengalami hambatan pertumbuhan. Defisiensi hormon pertumbuhan

akan menyebabkan anak menjadi kerdil.

f. Sosio-ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan

lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan

anak

g. Lingkungan pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi

tumbuh kembang anak

h. Stimulasi

32

Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga,

misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan

anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak terhadap kegiatan anak,

perlakuan ibu terhadap anak

i. Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan,

demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf

pusat yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan

7. a. Imunisasi apa saja yang seharusnya telah diterima anak usia 24 bulan?

Jawab : hepatitis B,BCG, DPT, polio, campak

b. Apa saja dampak Rudi belum pernah mendapat imunisasi?

Jawab :

Fungsi dari imunisasi adalah membentuk kekebalan pada anak

terhadap penyakit menular secara umum. Dampak belum pernah diimunisasi

adalah: tidak terbentuknya sistem kekebalan pada anak khususnya untuk

penyakit menular secara umum sehingga Penyakit tersebut akan mudah

menyerang.

8. a. Apa interpretasi dan mekanisme dari keadaan umum?

Jawab :

Keadaan umum :

tampak kurus: apabila sebagian besar jaringan lemak dan otot pada tubuh hilang,

maka bayi akan terlihat sangat kurus. Kurus (vel over been) merupakan gejala klinis

dari asupan gizi bayi yang tidak adekuat. Secara spesifiknya merupakan tanda dari

bayi yang menderita marasmus.

Apatis : mengalami lethargi

Cengeng : terjadi karena Rudi merasa lapar sehingga membuat rudi menangis

berat badan 7,0 kg : rendah

panjang badan 75cm: stunting karan growth hormone dialih fungsi kan untuk

menutupi deficit energy.

33

lingkaran kepala 45 cm: microcephaly

lingkar lengan atas 9 cm: LiLA kecil zona merah atau gizi buruk

Tanda vital : HR : 112x/menit (normal),RR:32X/menit (normal), T: 37,50C

b. Apa interpretasi dan mekanisme dari keadaan spesifik kepala (rambut)

Jawab :

Rambut kepala tipis warna hitam kekuningan tidak mudah dicabut : gizi buruk

mempengaruhi rambut secara umum. Anak-anak yang mengalami gangguan

gizi berat rambutnya tampak kekuningan dan tidak sehat karena terjadi

penurunan produksi pigmen rambut.

c. Apa interpretasi dan mekanisme dari keadaan spesifik thorak?

Jawab :

Thoraks : iga gambang (piano sign) : Tulang iga tampak jelas karena terjadi

penyusutan jaringan lemak dan otot pada regio torak

d. Apa interpretasi dan mekanisme dari keadaan spesifik abdomen?

Jawab :

Abdomen : cekung : jelas karena terjadi penyusutan jaringan lemak dan otot

pada regio abdomen

e. Apa interpretasi dan mekanisme dari keadaan spesifik genitalia

Jawab :

Genitalia : baggy pants (+) : Menandakan ketiadaan/sangat sedikitnya jaringan

lemak subkutan. Manifestasinya, pada daerah pantat tampak seperti memakai

celana longgar (pantat berkeriput).

9. DD

Jawab :

34

Gejala Marasmus Kwashiorkor Marasmus-

kwashiorkor

Kasus

Tampak kurus - -

Rambut tipis

mudah di lepas

-

Infeksi

berulang

Iga gambang -

Abdomen

cekung

- -

Baggy pants - -

Penurunan BB Tidak terlihat

karena edema

-

Edema - -

10. Pemeriksaan penunjang dan penegakan diagnosis

Jawab :

Keluhan Utama : Demam lama hilang timbul dan batuk selama 6 bulan. Berat

badan tidak normal dan belum bisa berjalan pada usia 24 bulan

Riwayat Perjalanan Penyakit

Usia 6 bulan: BB 5 kg (tidak normal) (gangguan pertumbuhan)

Usia 6-9 bulan : belum bisa duduk sendiri (keterlambatan perkembangan motorik)

Usia 9-12 bulan : belum bisa Berdiri sendiri tanpa dibantu (keterlambatan

perkembangan motorik)

Usia 12 bulan: BB 6 kg (tidak normal) (gangguan pertumbuhan)

35

Usia 18 bulan: batuk (6 bulan: batuk kronik)

Usia 24 bulan: belum bisa berjalan, Berat badan tidak sesuai dengan anak-anak

seusianya, demam lama hilang timbul

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Penyakit dalam Keluarga

Tinggal bersama nenekk yang sedang menjalani pengobatan rutin di Puskesmas

(Suspect Tb)

Riwayat Sosial Ekonomi

Intake nutrisi tidak sesuai dengan kebutuhan seusianya

Anamnesis tambahan yang perlu ditanyakan:

a. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

b. Riwayat makanan yang lebih lengkap

c. Riwayat perkembangan

d. Riwayat Pertumbuhan

2. Pemeriksaan fisik

Anthropometrik : BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi

badan menurut umur), LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur),

BB/TB (berat badan menurut tinggi badan), LLA/TB (lingkar lengan

atas menurut tinggi badan)

Kurus

Apatis

Cengeng

Rambut kepala tipis warna hitam kekuningan tidak mudah dicabut

Iga gambang

Abdomen cekung

Beggy pants (+)

3. Pemeriksaan biokimiawi/ laboratorium.

- Glucosa darah

36

- Pemeriksaan apusan darah

- Hemoglobin

- Pemeriksaan urin dan kultur.

- Pemeriksaan feses

- Albumin

- HIV test

- Tuberculin test

4. Pemeriksaan radiologis.

- Jarang dilakukan.

- Radiografi toraks dilakukan jika ada indikasi infeksi pulmonal, cardiomegali, dan

gangguan organ dalam toraks yang lain.

11.WD

Jawab : marasmus dan suspect infeksi tb

12.Penatalaksanaan

Jawab :

Pelayanan rutin yang dilakukan di puskesmas berupa 10 langkah penting yaitu:

1. Atasi/cegah hipoglikemia

2. Atasi/cegah hipotermia

3. Atasi/cegah dehidrasi

4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

5. Obati/cegah infeksi

6. Mulai pemberian makanan

7. Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth)

8. Koreksi defisiensi nutrien mikro

9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental

10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.

37

Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase

stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih

langkah mana yang sesuai untuk setiap fase.

Tata laksana ini digunakan pada pasien Kwashiorkor, Marasmus maupun

Marasmik-Kwashiorkor.

Bagan dan jadwal pengobatan sebagai berikut:

No FASE STABILISASI TRANSISI REHABILITASI

Hari ke 1-2 Hari ke 2-7 Minggu ke-2 Minggu ke 3-7

1 Hipoglikemia

2 Hipotermia

3 Dehidrasi

4 Elektrolit

5 Infeksi

6 MulaiPemberian

Makanan

7 Tumbuh kejar

(Meningkatkan

Pemberian Makanan)

8 Mikronutrien Tanpa Fe dengan Fe

9 Stimulasi

10 Tindak lanjut

38

B. SEPULUH LANGKAH UTAMA PADA TATA LAKSANA KEP BERAT/GIZI

BURUK

1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia (kadar gula dalam darah rendah)

Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak dengan

KEP berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah.

Jika anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan

saring/cair 2-3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum)

berikan air gula dengan sendok. Jika anak mengalami gangguan kesadaran, berikan

infus cairan glukosa dan segera rujuk ke RSU kabupaten.

2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia (suhu tubuh rendah)

Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 360 C. Pada keadaan ini

anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu atau orang dewasa

lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru). Perlu dijaga

agar anak tetap dapat bernafas.

Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan meletakkan

lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat apalagi sampai

menyentuh anak. Selama masa penghangatan ini dilakukan pengukuran suhu anak

pada dubur (bukan ketiak) setiap setengah jam sekali. Jika suhu anak sudah normal

dan stabil, tetap dibungkus dengan selimut atau pakaian rangkap agar anak tidak jatuh

kembali pada keadaan hipothermia.

3. Pengobatan dan Pencegahan kekurangan cairan

Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk dengan

dehidrasi adalah :

Ada riwayat diare sebelumnya

Anak sangat kehausan

Mata cekung

Nadi lemah

Tangan dan kaki teraba dingin

Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.

39

Tindakan yang dapat dilakukan adalah :

Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali

tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral

dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan

sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut ReSoMal (lampiran 4).

Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat

menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum,

lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan

NaCL dengan perbandingan 1:1

4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit

Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit

diantaranya :

Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.

Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)

Ketidakseimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan, untuk pemulihan

keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu.

Berikan :

- Makanan tanpa diberi garam/rendah garam

- Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X (dengan

penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula atau bila balita KEP

bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral ( Zn,

Cuprum, Mangan, Magnesium, Kalium) dalam bentuk makanan lumat/lunak

-

Contoh bahan makanan sumber mineral

Sumber Zink : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah,

telur ayam

Sumber Cuprum : daging, hati.

40

Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai.

Sumber Magnesium : kacang-kacangan, bayam.

Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang2an, apel, alpukat,

bayam, daging tanpa lemak.

5. Lakukan Pengobatan dan pencegahan infeksi

Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi

seperti demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua KEP berat/Gizi

buruk secara rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan dosis sebagai berikut :

UMUR

ATAU

BERAT

BADAN

KOTRIMOKSASOL

(Trimetoprim + Sulfametoksazol)

Beri 2 kali sehari selama 5 hari

AMOKSISILI

N

Beri 3 kali

sehari

untuk 5

hari

Tablet

dewasa

80 mg trimeto

prim + 400

mg

sulfametok

sazol

Tablet Anak

20 mg trimeto

prim + 100 mg

sulfametok

sazol

Sirup/5ml

40 mg trimeto

prim + 200 mg

sulfametok

sazol

Sirup

125 mg

per 5 ml

2 sampai 4 bulan

(4 - < 6 kg) ¼ 1 2,5 ml 2,5 ml

4 sampai 12

bulan

(6 - < 10 Kg)

½ 2 5 ml 5 ml

12 bln s/d 5 thn

(10 - < 19 Kg) 1 3 7,5 ml 10 ml

41

Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai 9 bulan

Catatan :

Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita penyakit

infeksi, maka lakukan pengobatan untuk mencegah agar infeksi tidak menjadi

lebih parah. Bila tidak ada perbaikan atau terjadi komplikasi rujuk ke Rumah

Sakit Umum.

6. Pemberian makanan balita KEP berat/Gizi buruk

Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, yaitu :

Fase Stabilisasi, Fase Transisi, Fase Rehabilitasi

Fase Stabilisasi ( 1-2 hari)

Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan faali

anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.

Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang

sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisma

basal saja.

Formula khusus seperti Formula WHO 75/modifikasi/Modisco ½ yang dianjurkan dan

jadwal pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai

prinsip tersebut diatas dengan persyaratan diet sebagai berikut :

- Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa

- Energi : 100 kkal/kg/hari

- Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari

- Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)

- Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO

75/pengganti/Modisco ½ dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak terlalu

lemah berikan dengan sendok/pipet

- Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ atau pengganti dan jadwal

pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak

Keterangan :

42

Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan pemberian

formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)

Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½

dalam sehari, maka berikan sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik

( dibutuhkan ketrampilan petugas )

Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari

Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap jam dan

pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam

Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)

Pantau dan catat :

- Jumlah yang diberikan dan sisanya

- Banyaknya muntah

- Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja

- Berat badan (harian)

- selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan edema ,

mula-mula berat badannya akan berkurang kemudian berat badan naik

7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth)

Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi :

Fase Transisi (minggu ke 2)

Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan untuk

menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi

makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.

Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml)

dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100

ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat

digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama.

Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa,

biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200 ml/kgbb/hari).

Pemantauan pada fase transisi:

1. frekwensi nafas

43

2. frekwensi denyut nadi

Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25 kali

/menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian

formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.

3. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan

Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:

- Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering.

- Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari

- Protein 4-6 gram/kg bb/hari

- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO

100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk

tumbuh-kejar.

Setelah fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi :

- Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1½ dengan jumlah tidak terbatas dan sering

- Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari

- Protein 4-6 g/kgbb/hari

Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan Formula ( lampiran

2 ) karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.

- Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga

Pemantauan fase rehabilitasi

Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan :

- Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.

- Setiap minggu kenaikan bb dihitung.

Baik bila kenaikan bb 50 g/Kg bb/minggu.

Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi menyeluruh.

44

TAHAPAN PEMBERIAN DIET

FASE STABILISASI : FORMULA WHO 75 ATAU PENGGANTI

FASE TRANSISI : FORMULA WHO 75 FORMULA WHO

100 ATAU PENGGANTI

FASE REHABILITASI : FORMULA WHO 135 (ATAU PENGGANTI)

MAKANAN KELUARGA

8. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro

Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan mineral.

Walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe).

Tunggu sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya pada

minggu ke 2). Pemberian besi pada masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan

infeksinya.

Berikan setiap hari :

Tambahan multivitamin lain

Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat atau

sirup besi dengan dosis sebagai berikut :

Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi

UMUR

DAN

BERAT BADAN

TABLET BESI/FOLAT

Sulfas ferosus 200 mg +

0,25 mg Asam Folat

Berikan 3 kali sehari

SIRUP BESI

Sulfas ferosus 150 ml

Berikan 3 kali sehari

6 sampai 12 bulan

(7 - < 10 Kg)

¼ tablet 2,5 ml (1/2 sendok teh)

45

12 bulan sampai 5

tahun

½ tablet 5 ml (1 sendok teh)

9. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional

Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku,

karenanya berikan :

- Kasih sayang

- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan

- Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari

- Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh

- Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)

10.Persiapan untuk tindak lanjut di rumah

Bila berat badan anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di

rumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau bidan di desa.

Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah

setelah pasien dipulangkan dan ikuti pemberian makanan seperti pada lampiran 5, dan

aktifitas bermain.

Nasehatkan kepada orang tua untuk :

- Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara teratur di Puskesmas

- Pelayanan di PPG (lihat bagian pelayanan PPG) untuk memperoleh PMT-

Pemulihan selama 90 hari. Ikuti nasehat pemberian makanan (lihat lampiran 5)

dan berat badan anak selalu ditimbang setiap bulan secara teratur di

posyandu/puskesmas.

- pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang padat

- penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau Posyandu

- Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal

- Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau 100.000 SI )

sesuai umur anak setiap Bulan Februari dan Agustus.

46

13.Komplikasi

Jawab :

Komplikasi yang mungkin terjadi menurut (Markum : 1999 : 168) defisiensi

Vitamin A, infestasi cacing, dermatis tuberkulosis, bronkopneumonia, noma,

anemia, gagal tumbuh serta keterlambatan perkembangan mental dan psikomotor.

a. Defisiensi Vitamin A

Umumnya terjadi karena masukan yang kurang atau absorbsi yang terganggu.

Malabsorbsi ini dijumpai pada anak yang menderita malnurtrisi, sering

terjangkit infeksi enteritis, salmonelosis, infeksi saluran nafas) atau pada

penyakit hati. Karena Vitamin A larut dalam lemak, masukan lemak yang

kurang dapat menimbulkan gangguan absorbsi.

b. Infestasi Cacing

Gizi kurang mempunyai kecenderungan untuk mudahnya terjadi infeksi

khususnya gastroenteritis. Pada anak dengan gizi buruk/kurang gizi investasi

parasit seperti cacing yang jumlahnya meningkat pada anak dengan gizi

kurang.

c. Tuberkulosis

Ketika terinfeksi pertama kali oleh bakteri tuberkolosis, anak akan membentuk

“tuberkolosis primer”. Gambaran yang utama adalah pembesaran kelenjar limfe

pada pangkal paru (kelenjar hilus), yang terletak dekat bronkus utama dan

pembuluh darah. Jika pembesaran menghebat, penekanan pada bronkus

mungkin dapat menyebabkanya tersumbat, sehingga tidak ada udara yang dapat

memasuki bagian paru, yang selanjutnya yang terinfeksi. Pada sebagian besar

kasus, biasanya menyembuh dan meninggalkan sedikit kekebalan terhadap

penyakit ini. Pada anak dengan keadaan umum dan gizi yang jelek, kelenjar

dapat memecahkan ke dalam bronkus, menyebarkan infeksi dan mengakibatkan

penyakit paru yang luas.

d. Bronkopneumonia

47

Pada anak yang menderita kekurangan kalori-protein dengan kelemahan otot

yang menyeluruh atau menderita poliomeilisis dan kelemahan otot pernapasan.

Anak mungkin tidak dapat batuk dengan baik untuk menghilangkan sumbatan

pus. Kenyataan ini lebih sering menimbulkan pneumonia, yang mungkin

mengenai banyak bagian kecil tersebar di paru (bronkopneumonia).

e. Noma

Penyakit mulut ini merupakan salah satu komplikasi kekurangan kalori-protein

berat yang perlu segera ditangani, kerena sifatnya sangat destruktif dan akut.

Kerusakan dapat terjadi pada jaringan lunak maupun jaringan tulang sekitar

rongga mulut. Gejala yang khas adalah bau busuk yang sangat keras. Luka

bermula dengan bintik hitam berbau diselaput mulut. Pada tahap berikutnya

bintik ini akan mendestruksi jaringan lunak sekitarnya dan lebih mendalam.

Sehingga dari luar akan terlihat lubang kecil dan berbau busuk.

14. prognosis

Jawab :

Dubia ad bonam

15. KDU

Jawab :

Tingkat kemampuan 4 : mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri

dan tuntas.

4a : kompetensi yang dicapai setelah lulus dokter

16. Pandangan Islam

Jawab :

“kewajiban orang tua terhadap anaknya ialah (1) memberi nama yang bagus

(2)mendidik budi pekertinya (3) mengajar menulis membaca (4) mengajar berenang

dan memanah (5)memberi makan dengan baik (6) mengawinkannya kalau sudah

tiba saatnya”. (H.R Hakim)

48

2.3.6 Resume

Rudi, laki-laki, usia 24 bulan, dibawa ke RSMP karena demam lama hilang timbul

dan sering mengalami batuk sejak usia 18 bulan. Rudi sudah pernah dibawa berobat ke

Bidan dan diberi obat namun tidak ada perubahan. Berat badan Rudi tidak sesuai dengan

anak-anak seusianya. Saat ini Rudi juga belum bisa berjalan. Tidak ada riwayat kejang.

Rudi tinggal bersama orang tua dan neneknya. Nenek Rudi saat ini sedang menjalani

pengobatan rutin di puskesmas. Riwayat nutrisi : 0-2 bulan : ASI eksklusif, on demand

3-6 bulan : ASI+Susu formula 2x30 cc perhari. 7-12 bulan : ASI + susu formula

2x60 cc perhari, bubur susu kemasan 2x sehari @1/3 sachet. 7-12 bulan : ASI + susu

formula 2x60 cc perhari dan sering jajan. Riwayat kehamilan dan persalinan : Rudi

anak pertama dari ibu usia 22 tahun. Selama hamil ibu sehat dan periksa hamil teratur ke

bidan. Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu. Segera setelah lahir langsung menangis,

skor APGAR 1 menit 9 dan 5 menit 10. Berat badan lahir 2500 gram. Panjang badan lahir

48cm. Lingkar kepala lahir 33 cm. Riwayat pertumbuhan : Usia 1 bulan : 3,25 kg. Usia

2 bulan : 4 kg. Usia 6 bulan : 5 kg. Usia 12 bulan : 6 kg. Riwayat perkembangan :

Tengkurap 4 bulan, bisa berbalik sendiri usia 5 bulan, bisa duduk usia 10 bulan, berdiri

usia 18 bulan. Riwayat imunisasi : belum pernah imunisasi. Pemeriksaan fisik :

Keadaan umum : tampak kurus, apatis, cengeng, berat badan 7,0 kg, panjang badan

75cm, lingkaran kepala 45 cm, lingkar lengan atas 9 cm. Tanda vital : HR :

112x/menit,RR:32X/menit, T: 37,50C .Keadaan Spesifik :Kepala : Rambut kepala tipis

warna hitam kekuningan tidak mudah dicabut. Thoraks : iga gambang (piano sign).

Abdomen : cekung. Genitalia : baggy pants (+). Ekstremitas : Edema tidak ada. Tidak ada

kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki. Kulit : kelainan kulit (dermatosis) tidak

ada. Status Neurologikus : normal. Jadi dari skenario diatas dapat disimpulkan bahwa

Rudi, laki-laki 24 bulan mengalami marasmus disertai suspect tb karena kurangnya

asupan nutrisi.

49

2.3.7 Kerangka Konsep

50

Asupan nutrisi kurang

Malnutrisi (marasmus)

Gang.pertumbuhan dan perkembangan

Keadaan umum abnormal dan spesifik - bisa duduk usia 10 bulan, berdiri: 18

bulan, Thoraks : iga gambang Abdomen : cekung. Genitalia : baggy pants (+)

Infeksi kronis berulang (demam &batuk

Imunitas belum semperuna

Nenek yang menajalani pengobatan rutin

Riwayat imunisasi(-)

Memperparah

Sistem imun yang lemah

DAFTAR PUSTAKA

Arvin, Behrman Kliegman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 3. Ed. 15. Jakarta : EGC.

Hal. 2049

Buku Ajar Patologi Robins/editor, Vinay Kumar, Ramzi S Cotran, Stanley L, Robins; alih

bahasa, Bram U.Pendit; editor edisi bahasa indonesia, Huriawati Hartanto-ed.7-

Jakarta:EGC,2007.

Guyton, Hall.1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Edisi Pertama. 2002.

Jakarta: Pengurus Pusat IDAI.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Neonatologi. Edisi Pertama. 2012. Jakarta : Badan

Penerbit IDAI.

Matondang,S.2000.Diagnosis Fisis pada Anak.Jakarta : PT.Sagung Seto

Tanuwijaya, S. 2003. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta: EGC

51