laporan sken a 19
DESCRIPTION
tumbuh kembangTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok tumbuh kembang dan geriatri adalah blok ke sembilan belas pada semester
6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang.Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial
studi kasus skenario A yang memaparkan kasus marasmus.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Laporan Tutorial 1
Skenario A
Tutor : dr.Ardelia
Moderator : Nilam Prariani
Sekretaris meja : Ike Yuni Pratiwi
Sekretaris Papan : Deden Siswanto
Waktu : Senin, 1 Juli 2013
Rabu, 3 Juli 2013
Rule tutorial : 1. Ponsel dalam keadaan nonaktif atau diam
2. Tidak boleh membawa makanan dan minuman
3. Angkat tangan bila ingin mengajukan pendapat
4. Izin terlebih dahulu bila ingin keluar masuk ruangan
2.2 Skenario
Rudi, laki-laki, usia 24 bulan, dibawa ke RSMP karena demam lama hilang timbul
dan sering mengalami batuk sejak usia 18 bulan. Rudi sudah pernah dibawa berobat ke
Bidan dan diberi obat namun tidak ada perubahan. Berat badan Rudi tidak sesuai dengan
anak-anak seusianya. Saat ini Rudi juga belum bisa berjalan. Tidak ada riwayat kejang.
Rudi tinggal bersama orang tua dan neneknya. Nenek Rudi saat ini sedang menjalani
pengobatan rutin di puskesmas
Riwayat nutrisi :
0-2 bulan : ASI eksklusif, on demand
3-6 bulan : ASI+Susu formula 2x30 cc perhari
7-12 bulan : ASI + susu formula 2x60 cc perhari, bubur susu kemasan 2x sehari @1/3
sachet
7-12 bulan : ASI + susu formula 2x60 cc perhari dan sering jajan
Riwayat kehamilan dan persalinan :
2
Rudi anak pertama dari ibu usia 22 tahun. Selama hamil ibu sehat dan periksa hamil
teratur ke bidan. Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu. Segera setelah lahir langsung
menangis, skor APGAR 1 menit 9 dan 5 menit 10. Berat badan lahir 2500 gram. Panjang
badan lahir 48cm. Lingkar kepala lahir 33 cm.
Riwayat pertumbuhan :
Usia 1 bulan : 3,25 kg
Usia 2 bulan : 4 kg
Usia 6 bulan : 5 kg
Usia 12 bulan : 6 kg
Riwayat perkembangan :
Tengkurap 4 bulan, bisa berbalik sendiri usia 5 bulan, bisa duduk usia 10 bulan, berdiri
usia 18 bulan
Riwayat imunisasi : belum pernah imunisasi
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : tampak kurus, apatis, cengeng, berat badan 7,0 kg, panjang badan
75cm, lingkaran kepala 45 cm, lingkar lengan atas 9 cm
Tanda vital : HR : 112x/menit,RR:32X/menit, T: 37,50C
Keadaan Spesifik :
Kepala :
- Wajah dismorfik tidak ada
- Wajah tidak seperti wajah orang tua
- Rambut kepala tipis warna hitam kekuningan tidak mudah dicabut
- Kontak mata baik
- Melihat dan tersenyum kepada pemeriksa
- Menoleh ketika dipanggil namanya
Thoraks : iga gambang (piano sign)
Abdomen : cekung
Genitalia : baggy pants (+)
Ekstremitas :
- Edema tidak ada
- Tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki
3
Kulit : kelainan kulit (dermatosis) tidak ada
Status Neurologikus :
- Gerakan normal, kekuatan 4
- Refleks fisiologis normal
- Klonus dan tonus normal
- Tidak ada gerakan yang tidak terkontrol
- Refleks patologis (-)
2.3 Seven Jump Step
2.3.1 Klarifikasi Istilah
1. Nasi tim : Nasi yang dimasak dengan kandungan air lebih banyak
sehingga menghasilkan tekstur yang lebih lembek dengan berbagai campuran lauk
dan sayur.
2. Gambar Dismorfik : Gambaran keabnormalan/kelainan pada tubuh dilihat
dari segi anatomy.
3. Refleks Moro : Refleksi tiba-tiba pada bayi baru lahir yang terjadi
akibat suara dan gerakan. mengejutkan .contoh: melengkungkan
punggungnya ,menggenggam tanganya.
4. Refleks Babinsky : Refleks pada jari-jari kaki yang normal pada bayi ,tetapi
abnormal diatas 12 bulan.
5. Refleks Tendon : Refleks yang timbul akibat rangsangan yang
diberikan(ketukan).Pada tendon ditempat yang tepat sehingga menimbulkan
pengerutan segera otot tersebut(kontraksi).
6. Skor Apgar : Adalah suatu cara untuk menilai keadaan bayi baru lahir dengan
angka
4
2.3.2 Identifikasi Masalah
1. bebi……. meraih benda
2. bebi anak prtama …5hari
3. Pemeriksaan fisik
semuanya
2.3.3 Analisis Masalah
1. a.Bagaimana tumbuh kembang anak 0-12 bulan menurut mile stone ?
b.Bagaimana interpretasi bebi usia 12 bulan belum bisa duduk?
c. Apa saja penyebab gangguan perkembangan anak dari usia 0-12 bulan?
d. Apa makna bebi baru bisa memiringkan badan pada 6 bulan dan tengkurap
pada usia 10 bulan?
e.Bagaimana tahapan pemberian nutrisi pada anak usia 0-12 bulan?
f. Bagaimana dampak keterlambatan perkembangan pada bebi?
g. Apa penyebab bebi belum bisa konsumsi nasi tim?
h. Apa makna belum bisa mengoceh dan meraih benda?
i.Bagaimana tindakan kita sebagai dokter umum dalam menangani
keterlambatan tumbuh kembang anak?
2. a. Apa hubungan dari riwayat bebi anak pertama dari ibu usia 18 tahun dengan
keterlambatan tumbuh kembang?
b.Apa makna bebi segera setelah lahir tidak langsung menangis dengan skor
APGAR 1 menit 2, menit kelima 5?
c. Apa dampak skor APGAR yang rendah terhadap tumbuh kembang anak?
d. Mengapa skor APGAR 1 menit 2 menit kelima 5?
e.Bagaimana dampak pemeriksaan kehamilan hanya 3 kali?
f. Apa kemungkinan penyakit sehingga bebi dirawat dirumah sakit selama 5
hari?
5
3.a Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari Panjang badan ,berat
badan,dan lingkar kepala?
b. Apa makna mau melihat tapi tidak mau tersenyum kepada pemeriksa,menoleh
ketika dipanggil namanya dengan keras ,tidak terdapat gerakan yang tidak
terkontrol?
c.Bagaimana interpretasi dari kekuatan kedua lengandan tungkai 3,lengan dan
tungkai kaku dan susah untuk diketuk,refleksi tendon meningkat,reflex babinsky
(+)?
d.Apa saja reflex fisiologi pada bayi?
e.Apa hubungan dari interpretasi seluruh ppemeriksaan reflex pada bebi dengan
keterlambatan tumbuh kembangnya?
f.Bagaimana makna tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki?
4. DD
5. PP
6.WD
7.TL
8.Komplikasi
9. prognosis
10. KDU
11. PI
2.3.4 Hipotesis
Bebi perempuan,12 bulan mengalami gangguan tumbuh kembang yang disebabkan
oleh cerebral palsy.
Learning issue
1.Tumbuh kembang anak
2.score APGAR
6
3.Asfiksia neonatorum
4.Cerebral palsy
5.Refleks fisiologis dan patologis
6.PI
2.3.5 Sintesa/Pembahasan
1. a. Apa penyebab Rudi demam lama hilang timbul dan sering mengalami
batuk sejak usia 18 bulan?
Jawab :
Belum diimunisasi.
Gizi kurang
Tertular penyakit neneknya
Rangsangan yang dapat mencetuskan batuk antara lain : udara dingin,
benda asing seperti debu, radang/edema mukosa saluran nafas, tekanan
terhadap saluran nafas misalnya oleh tumor, lendir pada saluran nafas dan
kontraksi pada saluran nafas. Dalam hal ini batuk merupakan manifestasi
utama dan kelainan saluran nafas disamping lainnya seperti sesak nafas, pilek
dan lain-lain. Telah disepakati bahwa batuk kronik dan berulang (BKB) pada
anak adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai etiologi dengan
gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurang 2 Minggu berturut-turut dan
atau paling sedikit 3 episod dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala
respitorik/non-respitorik lainnya.
Batuk kronik bukan suatu penyakit yang terdiri sendiri, melainkan
merupakan gejala pada berbagai penyakit baik respiratorik maupun non
respiratorik. Berbagai etiologi/klasifikasi dikemukakan oleh para penulis yang
sekaligus merupakan diagnose banding dari BKB, antara lain :
7
1. Bronkitis: infeksi (virus dan bakteri), alergi (asma), kimiawi (aspirasi
susu, isi lambung dan inhalasi asap rokok), berhubungan dengan infeksi
kronik saluran nafas atas.
2. Penyakit paru supuratif: Fibrosis, Bronkikiektasis, Kollaps paru dengan
infeksi sekunder, lain-lain kista dan kelainan bawaan yang terinfeksi,
abses, pneumonia inhalasi dan benda asing.
3. Lesi fokal dari laring, trakea atau bronkus: Benda asing, Tomur, kista atau
kelenjer di mediasnitium atau paru, Stenosis, kista atau hemangioma dari
laring atau trakea.
4. Tuberklosis
5. Batuk psikogen
6. Post nasal drip
Wahab dan Utomo mengemukakan bahwa untuk Indonesia apabila
seorang dokter berhadapan dengan pasien anak yang memperlihatkan
gejala batuk yang cukup lama dan menetap, maka sebaiknya dipikirkan
kemungkinan tiga hal, yaitu batuk karena Tb primer, batuk karena alergi
dan batuk karena kelainan jantung bawaan.
b. Mengapa keluhannya timbul pada saat usia 18 bulan?
Jawab :
karena asupan nutrisi yang kurang maka terjadi deficit energy pada
Rudi. Defisit energy ini akan ditutupi oleh pemecahan lemak dan protein
dimana salah satu protein fungsional adalah antibody. Semakin lama deficit
yang terjadi semakin besar maka semakin banyak protein fungsionla yang
digunakan sebagai pengganti deficit energy yang terjadi maka semakin
lemah imunitas Rudi karena immunoglobulin semakin banyak yang
dipecah.
c. Bagaimana patofisiologi dari keluhan Rudi?
Jawab :
8
asupan nutrisi yang kurang dan imunitas belum sempurna kontak dengan
mikroorganisme sistem imun tidak sanggup melawan infeksi batuk dan
demam
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen.
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih
(monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin,
mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan
mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6,
TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang
endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin (Dinarello &
Gelfand, 2005). Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan
patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan
menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru
sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas
antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti
memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan
penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu
tubuh naik ke patokan yang baru tersebut (Sherwood, 2001).
Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase yaitu :
1. Fase iritasi
Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus
besar, atau serat afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat
menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisan faring
dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar dirangsang.
2. Fase inspirasi
Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot
abduktor kartilago aritenoidea.Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat,
sehingga udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru.
Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan
diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan
9
peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah
banyak memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi
sehingga lebih cepat dan kuat serta memperkecil rongga udara yang tertutup
sehingga menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial. Volume
udara yang diinspirasi sangat bervariasi jumlahnya, berkisar antara 200 sampai
3500 ml di atas kapasitas residu fungsional. Penelitian lain menyebutkan
jumlah udara yang dihisap berkisar antara 50% dari tidal volume sampai 50%
dari kapasitas vital. Ada dua manfaat utama dihisapnya sejumlah besar volume
ini. Pertama, volume yang besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan
dapat menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua,
volume yang besar akan memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga
pengeluaran sekret akan lebih mudah.
3. Fase kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor
kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik.Pada fase ini tekanan
intratoraks meninggi sampai 300 cmH2O agar terjadi batuk yang efektif.
Tekanan pleura tetap meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka .Batuk
dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu
meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.
4. Fase ekspirasi/ekspulsi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot
ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan
kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan
bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot pernafasan dan cabang-cabang
bronkus merupakan hal yang penting dalam fase mekanisme batuk dan
disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya.Suara batuk sangat bervariasi
akibat getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara.
d. Bagaimana dampak infeksi terhadap Rudi?
Jawab : infeksi kronik peningkatan BMR + Asupan kurang
memperparah malnutrisi sistem imun menurun, gangguan tumbuh kembang
10
e. Mengapa batuk dan demamnya tidak sembuh-sembuh selama 6 bulan
walaupun sudah diberi obat?
Jawab : karena pengobatan yang tidak adekuat
f. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik pada bayi?
Jawab :
11
(Kearns, et al, 2001)
Absorpsi
Merupakan transfer suatu obat dari tempat pemberian ke dalam aliran
darah
12
Neonates Infants Children
Physiological alteration
Gastric emptying time irregular á Slightly á
Gastric pH > 5 4-2 Normal (2-3)
Intestinal motility â á Slightly á
Intestinal surface area â Near adult Adult pattern
Microbial colonization â Near adult Adult pattern
Biliary function immature Near adult Adult pattern
Muscular blood flow â á Adult pattern
Skin permeability á á Near adult
Possible pharmacokinetic consequences
Oral absorption â á Near adult
I.M absorption variable á Adult pattern
Rectal absorption Very
efficient
efficient Adult pattern
Pre-systemic clearance < adult > adult > adult
Ditentukan oleh sifat obat dan oleh tujuan terapi
Waktu pengosongan lambung dan pH gaster
Neonatus yang cukup bulan èpH gaster bervariasi antara 6-8 saat lahir
dan menurun menjadi 1-3 dalam 24 jam pertama kehidupan
Prematur èpH gaster meningkat karena sekresi asam yang imatur.
Distribusi
• Merupakan proses suatu obat yang secara reversibel meninggalkan
aliran darah dan masuk ke interstitium (cairan ekstraseluler) dan atau
ke sel-sel jaringan
• Ditentukan oleh ikatan obat dengan protein plasma
Sifat obat
• Obat-obat hidrofobik yang mempunyai distribusi elektron uniform dan
tidak bermuatan mudah bergerak melewati kebanyakan membran
biologik.
• Obat-obat hidrofilik yang mempunyai distribusi electron non-uniform
atau muatan positif atau negatif tidak mudah menembus membran
Metabolisme
Reaksi Fase 1
• Mengubah molekul lipofilik menjadi molekul yang lebih polar
dengan cara menambahkan suatu polar atau membuka gugus
polar seperti OH- atau NH-2
• Paling sering : oksidasi ®mengikat bentuk oksidasi sitokrom
P-450 ® oksigen direduksi menjadi NADPH oleh enzim
sitokrom P-450 oksidoreduktase
Reaksi Fase 2
• Terdiri dari reksi-reaksi konjugasi, paling sering Glukoronidase ®
Reaksi konjugasi lanjutan dengan suatu substrat endogen seperti asam
13
glukoronat , asam sulfurat, asam asetat atau asam amino menghasilkan
senyawa yang polar
Ekskresi
Rasio filtrasi glomerular
• Rendah pada neonatus
• Nilai filtrasi glomerular neonatus hanya 30-40 % dari nilai orang
dewasa
• Pada bayi umur 6-12 bulan, akhirnya filtrasi glomerular mencapai nilai
yang sama pada orang dewasa
g. Bagaimana sistem imun pada bayi?
Jawab :
Status Imun Janin dan Bayi Baru Lahir
Imunitas selular (sel T) berawal di dalam rahim. Respons imun primer
(IgM) terhadap berbagai mikro-organisme dapat dirangsang di dalam janin
pada trimester ke tiga kehamilan. Respons-respons imun lain terhadap suatu
antigen (IgG dan IgA), fagositosis neutrofil dan makrofag, dan pembentukan
zat-zat antara peradangan belum terdapat secara signifikan sampai 6-8 bulan
setelah lahir. Hal ini membuat janin dan bayi baru lahir rentan terhadap infeksi
dan penyakit. Dalam uterus, antibodi IgG ibu secara aktif dipindahkan
melintasi sel-sel plasenta dan dapat di deteksi di dalam tubuh bayi selama
paling sedikit 6 bulan setelah lahir. Antibodi-antibodi ini menghasilkan
imunitas pasif terhadap berbagai mikroorganisme bagi janin dan bayi. IgA dan
imunoglobulin lain dapat sampai ke bayi melalui air susu.
Saat dimana bayi sangat rentan adalah sekitar 5-6 bulan setelah lahir
sewaktu kadar IgG ibu mulai berkurang. Namun, sistem imun bayi itu sendiri
belum bekerja pada puncaknya. Hal ini terutama berlaku apabila pertimbangan
pediatrik. Sebelum antibodi itu menghilang dari aliran darah bayi, sulit
14
diketahui apabila seorang bayi yang memiliki antibodi IgG terhadap suatu
mikroorganisme mencerminkan infeksi pada ibu atau apakah bayi tersebut
secara aktif terinfeksi oleh mikroorganisme yang bersangkutan. Antibodi ibu
mulai turun setelah 6 bulan; dengan demikian, harus dilakukan pengukuran
titer (kadar) antibodi bayi setelah 6 bulan untuk mengetahui adanya infeksi
sejati atau imunitas pasif.
2. a. Berapa berat badan normal pada anak seusia Rudi?
Jawab : BB anak 24 bulan : 11-13,5 kg
b. apa saja penyebab BB Rudi tidak sesuai dengan anak seusianya?
Jawab :
Gangguan kromosom / genetik
Gangguan pada organ-organ tubuh
Gangguan hormon, misal hormon pertumbuhan, hormon kelenjar
gondok, dsb
Gangguan otak / sistem syaraf pusat sehingga mengakibatkan kesulitan
pada saat minum susu, misal Cerebral Palsy
Gangguan jantung atau paru
Gangguan pada darah, misal : anemia (kurang darah)
Gangguan sistem pencernaan yang mengakibatkan gangguan
penyerapan zat nutrisi ke dalam darah.
Diare berkepanjangan atau gastroesophageal reflux
Infeksi kronis (berkepanjangan)
Gangguan metabolik
Komplikasi pada saat kelahiran dan berat lahir rendah.
Berat badan Rudi tidak sesuai dengan anak seusianya disebabkan
karena Rudi mengalami gizi buruk (underweight), yang seharusnya
mempunyai berat badan normal kurang lebih 10kg hal ini disebabkan karena
kurangnya asupan gizi terhadap kebutuhan yang disebabkan karena infeksi
saluran pernapasan.
15
(Nelson, 2007 hal 211 vol 1)
c. Apa penyebab Rudi belum bisa berjalan?
Jawab :
Untuk melakukan suatu aktivitas motorik, dibutuhkan
ketersediaan energi yang cukup banyak. Tengkurap, merangkak, berdiri,
berjalan, dan berlari melibatkan suatu mekanisme yang mengeluarkan energi
yang tinggi, sehingga yang menderita KEP (Kurang Energi Protein) biasanya
selalu terlambat dalam perkembangan motor milestone.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka bayi kurang gizi yang tidak
mendapat suplemen diduga mengalami defisit myelinisasi. Artinya terjadi
kesulitan dalam menghantarkan informasi dari satu neuron ke neuron
yang lain dan mengakibatkan intelektual anak rendah. Hal ini pun pada
akhirnya mempengaruhi perkembangan motorik anak. Refleks anak
terhadap lingkungannya akan terhambat.
d. Apa makna tidak ada riwayat kejang pada Rudi?
Jawab : tidak ada gangguan pada sistem saraf pusat
e. Apa dampak kejang pada anak usia 24 bulan?
Jawab :
Menurut Taslim S. Soetomenggolo dapat mengakibatkan :
1. Kerusakan sel otak
2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15
menit dan bersifat unilateral
3. Kelumpuhan (Lumbatobing,1989)
3. Bagaimana hubungan pengobatan rutin nenek Rudi dipuskesmas dengan
keluhan pada Rudi?
Jawab :
16
Nenek Rudi menjalani pengobatan rutin di Puskesmas
kemungkinan menderita Tuberculosis, karena panyakit Tuberculosis tersebut
membutuhkan pengobatan yang rutin dan dalam jangka waktu yang lama (6-8
bulan). Pengaruhnya terhadap Rudi adalah Mycobacterium Tuberkulosis dapat
dengan mudah menginfeksi yaitu pada waktu nenek batuk atau bersin, kuman
menyebar ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak), bila dihirup oleh
Rudi, maka terinfeksi Rudi Mycobacterium Tuberkulosis juga, keadaan Rudi
yang mengalami gangguan gizi (marasmus) menyebabkan Rudi mudah
terinfeksi (system imunitas rendah)
4. a. Bagaimana pemberian nutrisi yang baik untuk anak usia 0-24 bulan?
Jawab :
0-6 bulan : diberikan asi eksklusif
6-12 bulan : sejak usia 6 bulan, berikan asi serta makan lumat lainya
dikenalkan, seperti bubur nasi.
12-24 bulan : tetap berikan asi sesuai keinginan anak sampai berusia 24 bulan.
Sejak usia 1-2 tahun, makanan pendamping yang berupa makanan orang
dewasa tersebut sebaiknya diberikan 3 kali sehari dan makanan harus diselingi
( diantara waktu makanan pagi dan siang serta diantara makan sore atau
malam, seperti bubur-bubur.
b. Apakah pemberian nutrisi pada Rudi sudah benar?
Jawab :
- 0-2 bulan : ASI eksklusif on demand: benar
- 3-6 bulan : ASI+ susu formula 2x30 cc perhari: tidak benar, karena
selama 0-6 bulan hanya diberikan ASI tanpa penambahan susu formula.
- 7-12 bulan : ASI+susu formula 2x60 cc perhari, bubur susu kemasan
2xsehari @1/3 sachet : susu kemasan diberikan pada usia >12 bulan.
Seharusnya Rudi :
Pada 6 bulan:
Teruskan pemberian ASI
Berikan ASI lebih dulu, baru MP-ASI
17
Berikan makanan lumat halus 1-2 x sehari
Pada 6-9 bulan:
Teruskan ASI
Perkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 x sehari
Nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber zat lemak
Takaran MP-ASI:
Pada umur 6 bulan – beri 6 sendok makan
Pada umur 7 bulan – beri 7 sendok makan
Pada umur 8 bulan – beri 8 sendok makan
Pada umur 9 bulan – beri 9 sendok makan
“ Bila bayi meminta lagi, ibu dapat menambahnya”
Pada 9-12 bulan:
Teruskan pemberian ASI
Berikan makanan lunak 3 kali sehari dengan takaran yang cukup
Berikan makanan selingan 1 kali sehari
Perkenalkan bayi dengan beraneka ragam bahan makanan
12 bulan sampai sekarang
nasi lembek 2x sehari dengan kecap manis, kerupuk, telur kadang-kdang,
tempe tahu kadang-kadang @1/2 potong, susu kental manis 2x60cc perhari
dan sering jajan: Tidak benar, karena ASI tetap harus diberikan sampai 24
bulan.
Pada 12-24 bulan:
1. Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah
berkurang, tetapi merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi.
2. Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali
sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan.
Disamping itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari.
3. Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan Padanan Bahan
Makanan. Misalnya nasi diganti dengan: mie, bihun, roti, kentang, dll. Hati
ayam diganti dengan: tahu, tempe, kacang ijo, telur, ikan. Bayam diganti
dengan: daun kangkung, wortel, tomat. Bubur susu diganti dengan: bubur
kacang ijo, bubur sumsum, biskuit, dll.
18
4. Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi
frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.
c. berapa kebutuhan kalori yang diperlukan Rudi?
Jawab :
Bayi rata-rata : 110kkalori/kg BB/hari
d. apa perbedaan kandungan ASI dengan susu formula?
Jawab :
Air susu ibu
ASI mengandung karbohidrat berupa laktosa, lemaknya banyak
mengandung polyunsaturated fatty acid (asam lemak tak jenuh ganda), protein
utamanya lactabumin yang mudah dicerna, kandungan vitamin dan mineralnya
banyak, rasio kalsium-fosfat sebesar 2:1 yang merupakan kondisi ideal bagi
penyerapan. Selain itu, ASI juga mengandung zat anti infeksi (Arisman,
2004).
ASI mengandung bermacam-macam zat anti baik yang seluler maupun
yang humoral, sehingga morbiditas dan mortalitas bayi ya minum ASI lebih
rendah daripada yang minum susu formula, ASI mengandung enzim-enzim
yang membantu mencerna makanan, dan juga enzim yang berfungsi anti
bakteri seperti lisozim, katalase, dan peroksidase: ASI mengandung hormon-
hormon misalnya ACTH, TRH, TSH, EGF, proklaktin, kortikosteroid,
prostaglandin.
Beberapa keunggulan ASI antara lain mengandung kolostrum
mengandung zat kekebalan untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit
infeksi, terutama diare dan infeksi saluran pernapasan akut, meningkatkan
kecerdasan anak dibandingkan yang tidak diberikan ASI, mengandung energi
dan zat-zat gizi lainnya yang paling sempurna serta cairan hidup yang sesuai
dengan kebutuhan bayi hingga berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan ASI masih
19
dibutuhkan sampai anak berusia 2 tahun, ASI yang bersih, aman, mudah
dicerna dan tersedia dengan suhu yang sesuai (Depkes, 2007).
Susu Formula
Susu formula terbuat dari susu sapi atau susu kedelai atau protein
hidrolisa, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral diperuntukkan sebagai
makanan bayi. Formula dibuat aman untuk dikonsumsi atau bebas dari
mikroorganisme yang patogen dan dipertahankan stabilitasnya. Zat-zat gizi
yang dikandungnya disusun sedemikian rupa mendekati komposisi ASI.
Teknologi pembuatannta dikembangkan terus-menerus, walaupun begitu susu
formula tidak menyamai ASI. Oleh karena itu ASI adalah makanan terbaik
untuk bayi, susu formula tidak dapat digunakan sebagai pengganti ASI tetapi
sebagai pelengkap makanan bayi (Suhardjo, 2003)
Komposisi susu formula, menggunakan acuan ASI sebagai gold
standard. Pada awalnya modifikasi susu formula hanya makronutrien dan
mineral saja, tetapi saat ini telah ditambahkan LCPUFAs (AA dan DHA),
nukleotida, taurin dan komponen kekebalan seperti laktoferin, laktobasilus
bifidus (probiotik) dan prebiotik seperti FOS (fructo-oligosaccharide).
- Perbandingan Whey protein : kasein = 60 : 40, mendekati komposisi ASI,
bertujuan agar protein dalam susu formula muda dicerna.
- Asam amino di dalam susu formula juga mengacu pada komposisi ASI
- Penambahan zat besi, bertujuan untuk mencegah anemia defisiensi besi pada
anak yang tidak minum ASI/hanya minum ASI sebagian, sebbab zat besi
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak.
- Penambahan LCPUFAs (AA dan DHA) juga mengacu pada komposisi ASI,
yang berfungsi sebagai bagian fosfolipid yang mempengaruhi struktur dan
fungsi membran sel sebagai prekuersor pada biosintesis golongan eicanasoid
seperti prostaglandin, tromboksan, dan leukotrin; merupakan asam lemak
utama pada otak dan retina.
- Nuklotida, berfungsi pada sistem imun seperti maturasi sel T, aktifasi
makrofag, sitokin, aktivitas sel natural killer dan respon imun pada imunisasi.
- Taurin, asam amino esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mata dan
otak serta konjugasi bilirubin.
20
- Laktoferin, untuk meningkatkan kekebalan bayi yang minum susu formula,
merupakan senyawa glikoprotein yang mengikat besi, yang terdapat pada SI,
air mata, saliva, sekresi mucus, dan leukosit, berfungsi mengikat besi bebas
yang sering digunakan untuk pertumbuhan bakteri, virus dan jamur, sehingga
tidak tersedia zat besi untuk pertumbuhan.
e. Apa dampak pemberian nutrisi yang kurang baik terhadap tumbuh
kembang bayi?
Jawab :
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk. Gizi
buruk dapat terjadi akibat masukan makanan yang tidak sesuai atau tidak
cukup, atau akibat penyerapan makanan yang tidak benar. Masukan makanan
yang kurang dapat diakibatkan oleh kurangnya penyediaan makanan,
kurangnya sumber makanan, faktor-faktor emosi, dan kebiasaan makan yang
tidak teratur. Kebutuhan nutrien pokok dapat bertambah selama stres atau sakit
serta selama pemberian antibiotik.
Arti malnutrisi sebenarnya adalah gizi salah, yang mencakup gizi
kurang maupun gizi lebih. Di Indonesia, dengan masih tingginya angka
kejadian gizi kurang, istilah malnutrisi lazim dipakai untuk kejadian ini.
Secara umum, gizi kurang disebabkan oleh kekurangan energi atau protein.
Namun, keadaan di lapangan menunjukkan bahwa jarang dijumpai kasus yang
menderita defisiensi energi murni ataupun yang menderita defisiensi protein
murni. Anak dengan defisiensi protein murni biasanya disertai pula dengan
defisiensi energi atau nutrien lainnya. Karena itu istilah yang lazim dipakai
adalah Kurang Energi Protein (KEP) atau Kekurangan Kalori Protein (KKP).
KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi,
dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi
(AKG), dan biasanya juga diserta adanya kekurangan dari beberapa nutrisi
lainnya.
Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat kekurangan asupan
nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan
21
serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi
masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama,
seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan
metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan
nutrisi yang turun dan/meningkatnya kehilangan nutrisi.
Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai
cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup,
dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak
serta protein dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stres katabolik
(infeksi) maka kebutuhan akan protein akan meningkat, sehingga dapat
menyebabkan defisiensi protein yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada saat
status gizi masih diatas -3 SD (-2SD--3SD), maka terjadilah kwashiorkor
(malnutrisi akut/”decompensated malnutrition”). Pada kondisi ini penting
peranan radikal bebas dan anti oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada
saat status gizi dibawah -3 SD, maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor.
Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat teradaptasi sampai dibawah -3 SD
maka akan terjadilah marasmik (malnutrisikronik/compensated malnutrition).
Dengan demikian pada KEP dapat terjadi : gangguan pertumbuhan,
atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin,
penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesa enzim.
Gejala Klinis
Pada KEP ditemukan berbagai macam keadaan patologis, terutama
pada berat ringannya kelainan. Berdasarkan lama dan jumlah kekurangan
energi protein , KEP diklasifikasikan menjadi KEP ringan(gizi kurang) dan
KEP berat (gizi buruk)5. KEP berat dibagi menjadi Marasmus, Kwashiorkor,
Marasmus-Kwashiorkor. System Welcome Trust Working Party membedakan
berat badan dan oedema sebagai berikut:
1. Kwashiorkor BB lebih dari 60% dari BB baku disertai oedema
2. Marasmus-Kwashiorkor BB kurang dari 60% dari BB baku disertai
oedema
22
3. Marasmus BB kurang dari 60% dari BB baku tanpa disertai oedema
Undernutrition dipakai untuk keadaan defisiensi berbagai nutrisi yang lebih
khusus ditujukan kepada defisiensi energi yang sifatnya ringan. Underweight
hanya dipakai untuk keadaan dengan berat badan yang lebih rendah dari berat
badan baku.
Secara klinis KEP terdapat dalam 3 tipe yaitu :
1. Kwashiorkor, ditandai dengan : edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh,
wajah sembab dan membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti
rambut jagung, mudah dicabut dan rontok, cengeng, rewel dan apatis,
pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), bercak merah ke coklatan di kulit
dan mudah terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit
infeksi terutama akut, diare dan anemia.
2. Marasmus, ditandai dengan : sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit,
wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak
sumkutan minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai
penyakit infeksi dan diare.
3. Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan
marasmus.
f. Apa dampak Rudi yang sering jajan?
Jawab : Jajan kemungkinan tidak higienis dan nutrisi tidak tercukupi
terinfeksi mikroorganisme pathogen
5. a. Apa makna dari riwayat kehamilan dan persalinan?
Jawab :
Rudi anak pertama dari ibu usia 22 tahun (normalnya 20-35 tahun).
Selama hamil ibu sehat dan periksa hamil teratur ke bidan. Lahir spontan pada
kehamilan 38 minggu(36-42 minggu). Segera setelah lahir langsung menangis,
skor APGAR 1 menit 9 dan 5 menit 10. Berat badan lahir 2500 gram(2500-
23
4000gram). Panjang badan lahir 48cm((45-54 cm) . Lingkar kepala lahir 33
cm(33-37 cm). Dari riwayat kehamilan dan persalinan semuanya normal.
b. Apa saja yang dinilai pada skor APGAR ?
Jawab :
Penilaian skor APGAR dilakukan pada:
Menit ke-1 setelah kelahiran, yaitu untuk menilai kemampuan adaptasi
bayi terhadap perubahan lingkungan dari intrauterine ke ekstrauterine atau
untuk menilai keadaan fisiologis bayi baru lahir.
Menit ke-5, untuk menilai keberhasilan tindakan resusitasi yang dilakukan
serta sebagai penentu prognosis.
Menit ke-10. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada
masa mendatang, nilai yg rendah berhubungan dg kondisi neurologis.
Penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yg rendah & perlu
tindakan resusitasi.
Skor APGAR
Score
Sign 0 1 2
Hear Rate Tidak ada <100x/menit >100x/menit
Respiration Tidak ada Lemah, tidak teratur Baik, menangis
Muscle Tone Lemah Beberapa gerakan
fleksi
Bergerak aktif
Reflex Irritability Tidak ada
respon
Meringis Batuk, bersin,
menangis
Colour Cyanosis
atau pucat
Merah muda,
ekstremitas biru
Seluruhnya merah
muda
• Nilai 0-3 : asfiksia berat
• Nilai 4-6: asfiksia sedang
• Nilai 7-10 : normal
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
24
mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir
dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi
dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti
penilaian skor Apgar)
Interpretasi skor
Jumlah sko
r
Interpretasi Catatan
7-10 Bayi normal
4-6 Agak rendah Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan
lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian
oksigen untuk membantu bernapas.
0-3 Sangat rendah Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif
6. a. Bagaimana interpretasi riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Rudi?
Jawab :
Riwayat pertumbuhan :
Usia 1 bulan : 3,25 kg : normal (normalnya : 3-6,6kg)
Usia 2 bulan : 4 kg : normal (normalnya : 3,8-8kg)
Usia 6 bulan : 5 kg : normal (normalnya : 5,6-11kg)
Usia 12 bulan : 6 kg : normal (normalnya : 7-13,4 kg)
Riwayat perkembangan :
Tengkurap 4 bulan : normal
bisa berbalik sendiri usia 5 bulan : normal
bisa duduk usia 10 bulan : tidak normal
berdiri usia 18 bulan : tidak normal (normalnya : 9-11 bulan)
b. Bagaimana pertumbuhan Rudi berdasarkan growth chart?
Jawab :
dari kurva terlihat untuk laju pertumbuhan pada usia 0-2 bulan
mengikuti alur yang ada pada grafik namun pada usia 6 bulan mulai terjadi
perlambatan pertumbuhan sampai usia 24 bulan. Sehingga grafik pertumbuhan
rudi melenceng dari alur grafik normal. Begitu juga untuk lingkar kepala
25
c. Bagaimana perkembangan normal bayi 0-24 bulan?
Jawab :
Perkembangan fisis dan mental 0-24 bulan (gerakan kasar dan halus, emosi,
sosial, perilaku, bicara)
27
0-3 bulan :
Belajar mengangkat kepala
Mengikuti obyek dengan matanya
Melihat muka orang dan tersenyum
Bereaksi terhadap suara/bunyi
Mengenai ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan
kontak
Mengoceh spontan
3-6 bulan :
Mengangakat kepala 900 dan mengangkat dada dengan bertopang
tangan
Berusaha meraih benda-benda di mulut
Menaruh benda-benda di mulut
Tertawa atau menjerit bila diajak bermain
Berusaha mencari benda-benda yang hilang
6-9 bulan :
Sudah dapat tengkurap dan berbalik sendiri
dapat duduk tanpa dibantu
Dapat merangkak
Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lain
Memegang benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk
Mengeluarkan “kata” tanpa arti
Takut kepada orang asing
Berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-
sembunyian
9-12 bulan :
Berdiri sendiri tanpa dibantu
Berjalan dituntun
Menirukan suara, belajar menyatakan satu atau 2 kata
Mengerti perintah/larangan sederhana
28
Selalu ingin mengeksplorasikan dan memasukkan semua benda ke
mulutnya
Berpartisipasi dalam permainan
12-18 bulan :
Berjalan dan mengeksplorasikan rumah dan sekililing rumah
Menyusun 2 atau 3 kotak
Mengucapkan 5-10 kata
Memperlihatkan rasa cemburu dan bersaing
18-24 bulan :
Naik turun tangga
Menyusun 6 kotak
Menunjuk mata dan hidungnya
Menyusun kalimat dengan 2 kata
Belajar makan sendiri
Belajar mengontrol buang air kecil/besar
Menaruh minat apa yang dikerjakan orang-orang yang lebih besar
Bermain-main dengan anak-anak lain
Verbal + pendengaran:
- 0-2 bulan : terkejut oleh suara berisik
- 2-4 bulan : membuat suara
- 3-6 bulan : mengoceh
- 4-7 bulan : mencari sumber suara
- 5-7 bulan : membuat suara panjang dan pendek
- 6-10 bulan : mamadukan suara
- 9-12 bulan : mengenali suara sendiri
- 10-12 bulan : suara yang bermakna (mama)
- 12-18 bulan : mengatakan beberapa kata tunggal
- 18-24 bulan : bisa menggabungkan minimal 2 kata
- 19-24bulan : menunjuk gambar yang diminta
- 23-24 bulan : bertanya
Sosial :
29
- 1-3 bulan : tersenyum
- 2-4 bulan : menggeliat dengan bersemangat
- 4-6 bulan : menikmati permainan petak umpat
- 6-9 bulan : meniru tingkah laku dan suara
- 10-12 bulan : mengikuti perintah dan mulai malu dengan orang asing
- 12-18 bulan : posesif terhadap mainan
- 18-24 bulan : menikmati bermainperan
- 21-24 bulan : bermain dengan teman
d. Apa saja penyebab dari keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan pada anak?
Jawab :
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan :
1. faktor internal
a. Perbedaan ras/etnik atau bangsa
Bila seseorang dilahirkan sebagai ras orang eropa maka tidak mungkin ia
memiliki faktor herediter ras orang indonesia atau sebaliknya. Tinggi badan tiap
bangsa berlainan, pada umumnya ras orang kulit putih mempunyai ukuran tungkai
yang lebih panjang daripada ras orang mongol.
b. Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang tinggi-tinggi dan ada keluarga yang gemuk-
gemuk
c. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama
kehidupan, dan masa remaja
d. Jenis kelamin
Wanita lebih cepat dewasa dibanding anak laki-laki. Pada masa pubertas wanita
umumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-laki dan kemudian setelah melewati
masa pubertas laki-laki akan lebih cepat
e. Kelainan genetik
Sebagai salah satu contoh achondroplasia yang menyebabkan dwarfisme,
sedangkan sindroma marfan terdapat pertumbuhan tinggi badan yang berlebihan
f. Kelainan kromosom
30
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti
pada sindroma down’s dan sindroma turner’s
2. faktor eksternal/lingkungan
2.1 faktor pranatal
a. Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi
pertumbuhan janin
b. Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot
c. Toksin/zat kimia
Aminopterin dan obat kontrasepsi dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti
palatoskisis
d. Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia adrenal.
e. Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti
mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan deformitas anggota gerak, kelainan
kongenital mata, kelainan jantung.
f. Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (toksoplasma, rubella,
sitomegalo virus, herpes simplek) PMS (penyakit menular seksual)serta penyakit
virus lainnya dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu tuli,
mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital
g. Kelainan imunologi
Eritroblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah merah janin dan ibu
sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin; kemudia melalui
plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis
yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern icterus yang akan
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
h. Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan
pertumbuhan terganggu.
31
i. Psikologis ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/ kekerasan mental pada ibu hamil
dan lain-lain.
2.2 faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan otak
2.3 pasca natal
a. Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
b. Penyakit kronis / kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan, mengakibatkan retardasi
pertumbuhan jasmani
c. Lingkungan fisis dan kimia
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan
sinar radioaktif, zat kimia tertentu(Pb, mercuri, rokok, dan lain-lain)
mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumban anak
d. Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan
mengalami hambatan didalam pertumbuhan dan perkembangannya
e. Endokrin
Gangguan hormon misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan
anak mengalami hambatan pertumbuhan. Defisiensi hormon pertumbuhan
akan menyebabkan anak menjadi kerdil.
f. Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan
anak
g. Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak
h. Stimulasi
32
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga,
misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan
anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak terhadap kegiatan anak,
perlakuan ibu terhadap anak
i. Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan,
demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf
pusat yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan
7. a. Imunisasi apa saja yang seharusnya telah diterima anak usia 24 bulan?
Jawab : hepatitis B,BCG, DPT, polio, campak
b. Apa saja dampak Rudi belum pernah mendapat imunisasi?
Jawab :
Fungsi dari imunisasi adalah membentuk kekebalan pada anak
terhadap penyakit menular secara umum. Dampak belum pernah diimunisasi
adalah: tidak terbentuknya sistem kekebalan pada anak khususnya untuk
penyakit menular secara umum sehingga Penyakit tersebut akan mudah
menyerang.
8. a. Apa interpretasi dan mekanisme dari keadaan umum?
Jawab :
Keadaan umum :
tampak kurus: apabila sebagian besar jaringan lemak dan otot pada tubuh hilang,
maka bayi akan terlihat sangat kurus. Kurus (vel over been) merupakan gejala klinis
dari asupan gizi bayi yang tidak adekuat. Secara spesifiknya merupakan tanda dari
bayi yang menderita marasmus.
Apatis : mengalami lethargi
Cengeng : terjadi karena Rudi merasa lapar sehingga membuat rudi menangis
berat badan 7,0 kg : rendah
panjang badan 75cm: stunting karan growth hormone dialih fungsi kan untuk
menutupi deficit energy.
33
lingkaran kepala 45 cm: microcephaly
lingkar lengan atas 9 cm: LiLA kecil zona merah atau gizi buruk
Tanda vital : HR : 112x/menit (normal),RR:32X/menit (normal), T: 37,50C
b. Apa interpretasi dan mekanisme dari keadaan spesifik kepala (rambut)
Jawab :
Rambut kepala tipis warna hitam kekuningan tidak mudah dicabut : gizi buruk
mempengaruhi rambut secara umum. Anak-anak yang mengalami gangguan
gizi berat rambutnya tampak kekuningan dan tidak sehat karena terjadi
penurunan produksi pigmen rambut.
c. Apa interpretasi dan mekanisme dari keadaan spesifik thorak?
Jawab :
Thoraks : iga gambang (piano sign) : Tulang iga tampak jelas karena terjadi
penyusutan jaringan lemak dan otot pada regio torak
d. Apa interpretasi dan mekanisme dari keadaan spesifik abdomen?
Jawab :
Abdomen : cekung : jelas karena terjadi penyusutan jaringan lemak dan otot
pada regio abdomen
e. Apa interpretasi dan mekanisme dari keadaan spesifik genitalia
Jawab :
Genitalia : baggy pants (+) : Menandakan ketiadaan/sangat sedikitnya jaringan
lemak subkutan. Manifestasinya, pada daerah pantat tampak seperti memakai
celana longgar (pantat berkeriput).
9. DD
Jawab :
34
Gejala Marasmus Kwashiorkor Marasmus-
kwashiorkor
Kasus
Tampak kurus - -
Rambut tipis
mudah di lepas
-
Infeksi
berulang
Iga gambang -
Abdomen
cekung
- -
Baggy pants - -
Penurunan BB Tidak terlihat
karena edema
-
Edema - -
10. Pemeriksaan penunjang dan penegakan diagnosis
Jawab :
Keluhan Utama : Demam lama hilang timbul dan batuk selama 6 bulan. Berat
badan tidak normal dan belum bisa berjalan pada usia 24 bulan
Riwayat Perjalanan Penyakit
Usia 6 bulan: BB 5 kg (tidak normal) (gangguan pertumbuhan)
Usia 6-9 bulan : belum bisa duduk sendiri (keterlambatan perkembangan motorik)
Usia 9-12 bulan : belum bisa Berdiri sendiri tanpa dibantu (keterlambatan
perkembangan motorik)
Usia 12 bulan: BB 6 kg (tidak normal) (gangguan pertumbuhan)
35
Usia 18 bulan: batuk (6 bulan: batuk kronik)
Usia 24 bulan: belum bisa berjalan, Berat badan tidak sesuai dengan anak-anak
seusianya, demam lama hilang timbul
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Tinggal bersama nenekk yang sedang menjalani pengobatan rutin di Puskesmas
(Suspect Tb)
Riwayat Sosial Ekonomi
Intake nutrisi tidak sesuai dengan kebutuhan seusianya
Anamnesis tambahan yang perlu ditanyakan:
a. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
b. Riwayat makanan yang lebih lengkap
c. Riwayat perkembangan
d. Riwayat Pertumbuhan
2. Pemeriksaan fisik
Anthropometrik : BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi
badan menurut umur), LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur),
BB/TB (berat badan menurut tinggi badan), LLA/TB (lingkar lengan
atas menurut tinggi badan)
Kurus
Apatis
Cengeng
Rambut kepala tipis warna hitam kekuningan tidak mudah dicabut
Iga gambang
Abdomen cekung
Beggy pants (+)
3. Pemeriksaan biokimiawi/ laboratorium.
- Glucosa darah
36
- Pemeriksaan apusan darah
- Hemoglobin
- Pemeriksaan urin dan kultur.
- Pemeriksaan feses
- Albumin
- HIV test
- Tuberculin test
4. Pemeriksaan radiologis.
- Jarang dilakukan.
- Radiografi toraks dilakukan jika ada indikasi infeksi pulmonal, cardiomegali, dan
gangguan organ dalam toraks yang lain.
11.WD
Jawab : marasmus dan suspect infeksi tb
12.Penatalaksanaan
Jawab :
Pelayanan rutin yang dilakukan di puskesmas berupa 10 langkah penting yaitu:
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Obati/cegah infeksi
6. Mulai pemberian makanan
7. Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth)
8. Koreksi defisiensi nutrien mikro
9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.
37
Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase
stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih
langkah mana yang sesuai untuk setiap fase.
Tata laksana ini digunakan pada pasien Kwashiorkor, Marasmus maupun
Marasmik-Kwashiorkor.
Bagan dan jadwal pengobatan sebagai berikut:
No FASE STABILISASI TRANSISI REHABILITASI
Hari ke 1-2 Hari ke 2-7 Minggu ke-2 Minggu ke 3-7
1 Hipoglikemia
2 Hipotermia
3 Dehidrasi
4 Elektrolit
5 Infeksi
6 MulaiPemberian
Makanan
7 Tumbuh kejar
(Meningkatkan
Pemberian Makanan)
8 Mikronutrien Tanpa Fe dengan Fe
9 Stimulasi
10 Tindak lanjut
38
B. SEPULUH LANGKAH UTAMA PADA TATA LAKSANA KEP BERAT/GIZI
BURUK
1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia (kadar gula dalam darah rendah)
Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak dengan
KEP berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah.
Jika anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan
saring/cair 2-3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum)
berikan air gula dengan sendok. Jika anak mengalami gangguan kesadaran, berikan
infus cairan glukosa dan segera rujuk ke RSU kabupaten.
2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia (suhu tubuh rendah)
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 360 C. Pada keadaan ini
anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu atau orang dewasa
lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru). Perlu dijaga
agar anak tetap dapat bernafas.
Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan meletakkan
lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat apalagi sampai
menyentuh anak. Selama masa penghangatan ini dilakukan pengukuran suhu anak
pada dubur (bukan ketiak) setiap setengah jam sekali. Jika suhu anak sudah normal
dan stabil, tetap dibungkus dengan selimut atau pakaian rangkap agar anak tidak jatuh
kembali pada keadaan hipothermia.
3. Pengobatan dan Pencegahan kekurangan cairan
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk dengan
dehidrasi adalah :
Ada riwayat diare sebelumnya
Anak sangat kehausan
Mata cekung
Nadi lemah
Tangan dan kaki teraba dingin
Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.
39
Tindakan yang dapat dilakukan adalah :
Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali
tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral
dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan
sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut ReSoMal (lampiran 4).
Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum,
lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan
NaCL dengan perbandingan 1:1
4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit
diantaranya :
Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.
Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)
Ketidakseimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan, untuk pemulihan
keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu.
Berikan :
- Makanan tanpa diberi garam/rendah garam
- Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X (dengan
penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula atau bila balita KEP
bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral ( Zn,
Cuprum, Mangan, Magnesium, Kalium) dalam bentuk makanan lumat/lunak
-
Contoh bahan makanan sumber mineral
Sumber Zink : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah,
telur ayam
Sumber Cuprum : daging, hati.
40
Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai.
Sumber Magnesium : kacang-kacangan, bayam.
Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang2an, apel, alpukat,
bayam, daging tanpa lemak.
5. Lakukan Pengobatan dan pencegahan infeksi
Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi
seperti demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua KEP berat/Gizi
buruk secara rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan dosis sebagai berikut :
UMUR
ATAU
BERAT
BADAN
KOTRIMOKSASOL
(Trimetoprim + Sulfametoksazol)
Beri 2 kali sehari selama 5 hari
AMOKSISILI
N
Beri 3 kali
sehari
untuk 5
hari
Tablet
dewasa
80 mg trimeto
prim + 400
mg
sulfametok
sazol
Tablet Anak
20 mg trimeto
prim + 100 mg
sulfametok
sazol
Sirup/5ml
40 mg trimeto
prim + 200 mg
sulfametok
sazol
Sirup
125 mg
per 5 ml
2 sampai 4 bulan
(4 - < 6 kg) ¼ 1 2,5 ml 2,5 ml
4 sampai 12
bulan
(6 - < 10 Kg)
½ 2 5 ml 5 ml
12 bln s/d 5 thn
(10 - < 19 Kg) 1 3 7,5 ml 10 ml
41
Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai 9 bulan
Catatan :
Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita penyakit
infeksi, maka lakukan pengobatan untuk mencegah agar infeksi tidak menjadi
lebih parah. Bila tidak ada perbaikan atau terjadi komplikasi rujuk ke Rumah
Sakit Umum.
6. Pemberian makanan balita KEP berat/Gizi buruk
Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, yaitu :
Fase Stabilisasi, Fase Transisi, Fase Rehabilitasi
Fase Stabilisasi ( 1-2 hari)
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan faali
anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.
Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang
sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisma
basal saja.
Formula khusus seperti Formula WHO 75/modifikasi/Modisco ½ yang dianjurkan dan
jadwal pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai
prinsip tersebut diatas dengan persyaratan diet sebagai berikut :
- Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa
- Energi : 100 kkal/kg/hari
- Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari
- Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)
- Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO
75/pengganti/Modisco ½ dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak terlalu
lemah berikan dengan sendok/pipet
- Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ atau pengganti dan jadwal
pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak
Keterangan :
42
Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan pemberian
formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)
Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½
dalam sehari, maka berikan sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik
( dibutuhkan ketrampilan petugas )
Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari
Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap jam dan
pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam
Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)
Pantau dan catat :
- Jumlah yang diberikan dan sisanya
- Banyaknya muntah
- Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja
- Berat badan (harian)
- selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan edema ,
mula-mula berat badannya akan berkurang kemudian berat badan naik
7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth)
Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi :
Fase Transisi (minggu ke 2)
Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan untuk
menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.
Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml)
dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100
ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat
digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama.
Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa,
biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200 ml/kgbb/hari).
Pemantauan pada fase transisi:
1. frekwensi nafas
43
2. frekwensi denyut nadi
Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25 kali
/menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian
formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.
3. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan
Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:
- Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering.
- Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari
- Protein 4-6 gram/kg bb/hari
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO
100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk
tumbuh-kejar.
Setelah fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi :
- Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1½ dengan jumlah tidak terbatas dan sering
- Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari
- Protein 4-6 g/kgbb/hari
Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan Formula ( lampiran
2 ) karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.
- Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga
Pemantauan fase rehabilitasi
Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan :
- Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.
- Setiap minggu kenaikan bb dihitung.
Baik bila kenaikan bb 50 g/Kg bb/minggu.
Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi menyeluruh.
44
TAHAPAN PEMBERIAN DIET
FASE STABILISASI : FORMULA WHO 75 ATAU PENGGANTI
FASE TRANSISI : FORMULA WHO 75 FORMULA WHO
100 ATAU PENGGANTI
FASE REHABILITASI : FORMULA WHO 135 (ATAU PENGGANTI)
MAKANAN KELUARGA
8. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro
Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan mineral.
Walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe).
Tunggu sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya pada
minggu ke 2). Pemberian besi pada masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan
infeksinya.
Berikan setiap hari :
Tambahan multivitamin lain
Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat atau
sirup besi dengan dosis sebagai berikut :
Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi
UMUR
DAN
BERAT BADAN
TABLET BESI/FOLAT
Sulfas ferosus 200 mg +
0,25 mg Asam Folat
Berikan 3 kali sehari
SIRUP BESI
Sulfas ferosus 150 ml
Berikan 3 kali sehari
6 sampai 12 bulan
(7 - < 10 Kg)
¼ tablet 2,5 ml (1/2 sendok teh)
45
12 bulan sampai 5
tahun
½ tablet 5 ml (1 sendok teh)
9. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional
Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku,
karenanya berikan :
- Kasih sayang
- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
- Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari
- Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh
- Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)
10.Persiapan untuk tindak lanjut di rumah
Bila berat badan anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di
rumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau bidan di desa.
Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah
setelah pasien dipulangkan dan ikuti pemberian makanan seperti pada lampiran 5, dan
aktifitas bermain.
Nasehatkan kepada orang tua untuk :
- Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara teratur di Puskesmas
- Pelayanan di PPG (lihat bagian pelayanan PPG) untuk memperoleh PMT-
Pemulihan selama 90 hari. Ikuti nasehat pemberian makanan (lihat lampiran 5)
dan berat badan anak selalu ditimbang setiap bulan secara teratur di
posyandu/puskesmas.
- pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang padat
- penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau Posyandu
- Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal
- Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau 100.000 SI )
sesuai umur anak setiap Bulan Februari dan Agustus.
46
13.Komplikasi
Jawab :
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut (Markum : 1999 : 168) defisiensi
Vitamin A, infestasi cacing, dermatis tuberkulosis, bronkopneumonia, noma,
anemia, gagal tumbuh serta keterlambatan perkembangan mental dan psikomotor.
a. Defisiensi Vitamin A
Umumnya terjadi karena masukan yang kurang atau absorbsi yang terganggu.
Malabsorbsi ini dijumpai pada anak yang menderita malnurtrisi, sering
terjangkit infeksi enteritis, salmonelosis, infeksi saluran nafas) atau pada
penyakit hati. Karena Vitamin A larut dalam lemak, masukan lemak yang
kurang dapat menimbulkan gangguan absorbsi.
b. Infestasi Cacing
Gizi kurang mempunyai kecenderungan untuk mudahnya terjadi infeksi
khususnya gastroenteritis. Pada anak dengan gizi buruk/kurang gizi investasi
parasit seperti cacing yang jumlahnya meningkat pada anak dengan gizi
kurang.
c. Tuberkulosis
Ketika terinfeksi pertama kali oleh bakteri tuberkolosis, anak akan membentuk
“tuberkolosis primer”. Gambaran yang utama adalah pembesaran kelenjar limfe
pada pangkal paru (kelenjar hilus), yang terletak dekat bronkus utama dan
pembuluh darah. Jika pembesaran menghebat, penekanan pada bronkus
mungkin dapat menyebabkanya tersumbat, sehingga tidak ada udara yang dapat
memasuki bagian paru, yang selanjutnya yang terinfeksi. Pada sebagian besar
kasus, biasanya menyembuh dan meninggalkan sedikit kekebalan terhadap
penyakit ini. Pada anak dengan keadaan umum dan gizi yang jelek, kelenjar
dapat memecahkan ke dalam bronkus, menyebarkan infeksi dan mengakibatkan
penyakit paru yang luas.
d. Bronkopneumonia
47
Pada anak yang menderita kekurangan kalori-protein dengan kelemahan otot
yang menyeluruh atau menderita poliomeilisis dan kelemahan otot pernapasan.
Anak mungkin tidak dapat batuk dengan baik untuk menghilangkan sumbatan
pus. Kenyataan ini lebih sering menimbulkan pneumonia, yang mungkin
mengenai banyak bagian kecil tersebar di paru (bronkopneumonia).
e. Noma
Penyakit mulut ini merupakan salah satu komplikasi kekurangan kalori-protein
berat yang perlu segera ditangani, kerena sifatnya sangat destruktif dan akut.
Kerusakan dapat terjadi pada jaringan lunak maupun jaringan tulang sekitar
rongga mulut. Gejala yang khas adalah bau busuk yang sangat keras. Luka
bermula dengan bintik hitam berbau diselaput mulut. Pada tahap berikutnya
bintik ini akan mendestruksi jaringan lunak sekitarnya dan lebih mendalam.
Sehingga dari luar akan terlihat lubang kecil dan berbau busuk.
14. prognosis
Jawab :
Dubia ad bonam
15. KDU
Jawab :
Tingkat kemampuan 4 : mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri
dan tuntas.
4a : kompetensi yang dicapai setelah lulus dokter
16. Pandangan Islam
Jawab :
“kewajiban orang tua terhadap anaknya ialah (1) memberi nama yang bagus
(2)mendidik budi pekertinya (3) mengajar menulis membaca (4) mengajar berenang
dan memanah (5)memberi makan dengan baik (6) mengawinkannya kalau sudah
tiba saatnya”. (H.R Hakim)
48
2.3.6 Resume
Rudi, laki-laki, usia 24 bulan, dibawa ke RSMP karena demam lama hilang timbul
dan sering mengalami batuk sejak usia 18 bulan. Rudi sudah pernah dibawa berobat ke
Bidan dan diberi obat namun tidak ada perubahan. Berat badan Rudi tidak sesuai dengan
anak-anak seusianya. Saat ini Rudi juga belum bisa berjalan. Tidak ada riwayat kejang.
Rudi tinggal bersama orang tua dan neneknya. Nenek Rudi saat ini sedang menjalani
pengobatan rutin di puskesmas. Riwayat nutrisi : 0-2 bulan : ASI eksklusif, on demand
3-6 bulan : ASI+Susu formula 2x30 cc perhari. 7-12 bulan : ASI + susu formula
2x60 cc perhari, bubur susu kemasan 2x sehari @1/3 sachet. 7-12 bulan : ASI + susu
formula 2x60 cc perhari dan sering jajan. Riwayat kehamilan dan persalinan : Rudi
anak pertama dari ibu usia 22 tahun. Selama hamil ibu sehat dan periksa hamil teratur ke
bidan. Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu. Segera setelah lahir langsung menangis,
skor APGAR 1 menit 9 dan 5 menit 10. Berat badan lahir 2500 gram. Panjang badan lahir
48cm. Lingkar kepala lahir 33 cm. Riwayat pertumbuhan : Usia 1 bulan : 3,25 kg. Usia
2 bulan : 4 kg. Usia 6 bulan : 5 kg. Usia 12 bulan : 6 kg. Riwayat perkembangan :
Tengkurap 4 bulan, bisa berbalik sendiri usia 5 bulan, bisa duduk usia 10 bulan, berdiri
usia 18 bulan. Riwayat imunisasi : belum pernah imunisasi. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : tampak kurus, apatis, cengeng, berat badan 7,0 kg, panjang badan
75cm, lingkaran kepala 45 cm, lingkar lengan atas 9 cm. Tanda vital : HR :
112x/menit,RR:32X/menit, T: 37,50C .Keadaan Spesifik :Kepala : Rambut kepala tipis
warna hitam kekuningan tidak mudah dicabut. Thoraks : iga gambang (piano sign).
Abdomen : cekung. Genitalia : baggy pants (+). Ekstremitas : Edema tidak ada. Tidak ada
kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki. Kulit : kelainan kulit (dermatosis) tidak
ada. Status Neurologikus : normal. Jadi dari skenario diatas dapat disimpulkan bahwa
Rudi, laki-laki 24 bulan mengalami marasmus disertai suspect tb karena kurangnya
asupan nutrisi.
49
2.3.7 Kerangka Konsep
50
Asupan nutrisi kurang
Malnutrisi (marasmus)
Gang.pertumbuhan dan perkembangan
Keadaan umum abnormal dan spesifik - bisa duduk usia 10 bulan, berdiri: 18
bulan, Thoraks : iga gambang Abdomen : cekung. Genitalia : baggy pants (+)
Infeksi kronis berulang (demam &batuk
Imunitas belum semperuna
Nenek yang menajalani pengobatan rutin
Riwayat imunisasi(-)
Memperparah
Sistem imun yang lemah
DAFTAR PUSTAKA
Arvin, Behrman Kliegman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 3. Ed. 15. Jakarta : EGC.
Hal. 2049
Buku Ajar Patologi Robins/editor, Vinay Kumar, Ramzi S Cotran, Stanley L, Robins; alih
bahasa, Bram U.Pendit; editor edisi bahasa indonesia, Huriawati Hartanto-ed.7-
Jakarta:EGC,2007.
Guyton, Hall.1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Edisi Pertama. 2002.
Jakarta: Pengurus Pusat IDAI.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Neonatologi. Edisi Pertama. 2012. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI.
Matondang,S.2000.Diagnosis Fisis pada Anak.Jakarta : PT.Sagung Seto
Tanuwijaya, S. 2003. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta: EGC
51