laporan tutor sken b5 1 kel ica

Upload: ragil-putra-jaya-utama

Post on 09-Jan-2016

37 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ssd

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBlok homeostasis, adaptasi, stress dan metabolisme adalah blok kelima pada awal semester II dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B yang memaparkan kasus Imron 40 tahun, seorang nelayan, berhasil menyelamatkan diri dari kapalnya yang karam karena ombak, dan berhasil berpegangan pada sebatang balok. Ia terombang ambing ditengah laut selama 2 hari. Selama ditengah laut ia tidak minum dan terpajan sengatan matahari. Imron merasa sangat haus, lemah dan mata berkunang-kunang. Sesekali ia merasa berilusi melihat sebuah pulau yang sesungguhnya tidak ada. Setelah hari kedua, ia berhasil ditemukan oleh kapal penyelamat dan langsung dibawa ke klinik kapal. Saat di klinik, ia mengalami kejang dan matanya terlihat bengkak.Hasil pemeriksaan menunjukkan: Kesadaran: mata terpejam namun membuka bila dipanggil, dapat menggerakkan tangan dan kaki sesuai perintah, bisa diajak berbicara namun terlihat bingung. Tanda vital: Turgor (+), HR: 118x/menit, TD: 100/70 mmHg, RR: 28x/menit. Pemeriksaan laboratorium:Kimia darah: kadar natrium: 168 mEq/L, kadar kalium: 4 mEq/LDokter memberikan cairan dextrose 5% pada Imron melalui IVFD.

1.2 Maksud dan TujuanAdapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Data TutorialTutor: dr. Supriyatiningsih R.Moderator: Romzi KhairullahNotulen: Nabila TamaraSekretaris: Gral Weilan SariWaktu: 1. Selasa, 24 Maret 20152. Kamis, 26 Maret 2015Pukul: 1. 13.00 15.30 wib2. 13.00 15.30 wib

Peraturan :1. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen1. Izin saat akan keluar ruangan1. Tenang dan memperhatikan saat tutor memberi pengarahan1. Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam (silent).

2.2 Skenario KasusImron 40 tahun, seorang nelayan, berhasil menyelamatkan diri dari kapalnya yang karam karena ombak, dan berhasil berpegangan pada sebatang balok. Ia terombang ambing ditengah laut selama 2 hari. Selama ditengah laut ia tidak minum dan terpajan sengatan matahari. Imron merasa sangat haus, lemah dan mata berkunang-kunang. Sesekali ia merasa berilusi melihat sebuah pulau yang sesungguhnya tidak ada. Setelah hari kedua, ia berhasil ditemukan oleh kapal penyelamat dan langsung dibawa ke klinik kapal. Saat di klinik, ia mengalami kejang dan matanya terlihat bengkak.Hasil pemeriksaan menunjukkan: Kesadaran: mata terpejam namun membuka bila dipanggil, dapat menggerakkan tangan dan kaki sesuai perintah, bisa diajak berbicara namun terlihat bingung. Tanda vital: Turgor (+), HR: 118x/menit, TD: 100/70 mmHg, RR: 28x/menit. Pemeriksaan laboratorium:Kimia darah: kadar natrium: 168 mEq/L, kadar kalium: 4 mEq/LDokter memberikan cairan dextrose 5% pada Imron melalui IVFD.

2.3 Seven Jump Steps2.3.1 Klarifikasi IstilahTerpajan:dipamerkan; diekspose (KBBI, 2011; 351)

Mata berkunang-kunang:seakan melihat cahaya seperti kunang-kunang

Haus:berasa kering kerongkongan dan ingin minum (KBBI)

Berilusi:(L.ilusio) persepsi yang salah, tidak cocok dengan stimulus (Kamus kedokteran widyatama, 2009;212)

Kejang:kaku urat/ bagian badan (KBBI)

Bengkak:menjadi besar karena pengaruh sesuatu (KBBI)

Turgor:keadaan menjadi turgid (membengkak dan kongesti) (Dorland; 1132)

IVFD:(Intravenous fluids infusion drips) pemberian sejumlah obat atau makan kedalam tubuh, melalui sebuah jarum kedalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan.

Cairan dextrose:cairan monosakarida, monohidrat D-glukosa; dipakai sebagai pengganti cairan dan makanan, dan juga sebagai diuretika dan digunakan untuk berbagai keperluan klinik (Dorland, 2014)

2.3.2 Identifikasi masalah1. Imron 40 tahun, seorang nelayan, terombang-ambing ditengah laut selama 2 hari, ia tidak minum dan terpajan sengatan matahari.2. Imron merasa sangat haus, lemah dan mata berkunang-kunang. Sesekali ia merasa berilusi.3. Setelah hari kedua, imron berhasil diselamatkan. Saat di klinik kapal, ia mengalami kejang dan matanya terlihat bengkak.4. Hasil pemeriksaan kesadaran: mata terpejam namun membuka bila dipanggil, dapat menggerakkan tangan dan kaki sesuai perintah, bisa diajak bicara namun terlihat bingung5. Tanda vital: turgor (+), HR: 118x/menit, TD: 100/70 mmHg, RR: 28x/menit6. Pemeriksaan laboratorium: kimia darah: kadar natrium: 168 mEq/L, kadar kalium: 4 mEq/L7. Dokter memberikan cairan dextrose 5% pada imron melalui IVFD

2.3.3 Analisis Masalah1. Imron 40 tahun, seorang nelayan, terombang-ambing ditengah laut selama 2 hari, ia tidak minum dan terpajan sengatan matahari.a. Apa dampak jika seseorang tidak minum selama 2 hari?Jawab: Tekanan darah tinggiKurangnnya asupan air dapat menyebabkan darah tinggi, karena dapat menyebabkan pembuluh darah kapiler menutup, sehingga menyebabkan pembatasan pergerakan darah.Pembatasan ini dapat menghasilkan tekanan, darah tinggi karena jantung akan berusaha lebih keras lagi untuk memopa darah. Cairan didalam pembuluh darah arteri akan mengkompensasi kurangnnya air pada kapiler. Jika aliran darah ke ginjal dibatasi karena kekurangan air maka ini akan bereaksi dengan konstriksi pembuluh darah dan arteri yang membuat tekanan darah menjadi tinggi.

GinjalKurang air minum akan mengarah kepada penyakit ginjal. Organ ini sangat penting dalam sistem kemih, yang bertugas untuk menyaring racun dalam darah karena metabolisme, dan mendistribusikannya kembali darah yang telah bersih kembali keseluruh tubuh.Jika kekurangan cairan, ginjal akan semakin bekerja keras, dan sisa kotoran akan menumpuk pada ginjal karena tidak bias dikeluarkan dengan baik melalui sistem kemih.(Sherwood, Edisi 6)

b. Apa zat yang terkandung dalam air laut?Jawab: beberapa zat yang terkandung dalam air laut diantaranya ada pada tabel dibawah ini

Kandungan air lautJenis ionAir laut %Air tanah %

Kalsium (Na)1,220,4

Magnesium (Mg)3,73,4

Sodim (Na)30,65,8

Potassium (K)1,12,1

Karbonat (Co)0,435,2

Sulfat (SO)7,712,1

Klorida ( Cl)5,55,7

Nitrat (NO)-1,0

Total 99,7 %97,4%

Pada air laut sodium dan klorida memberikan sumbangan lebih dari 85% sedangkan pada air tanah kalsium dan karbonat memberikan lebih dari 57% (Siregar, 2005)

c. Apa dampak jika seseorang meminum air laut?Jawab: Dampak bagi tubuh apabila kita mengkonsumsi air laut adalah terjadi nya peningkatan osmolaritas CES karena air laut mengandung banyak garam (Na+). Osmolaritas yang tinggi di CES akan menarik keluar air yang berada di dalam sel, sehingga sel mengerut dan merusak fungsi normal sel. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang mengatakan air laut mengandung 35.000 42.000 ppm bermacam zat terlarut, dengan sebagian besar garam NaCl. Adapun contoh kandungan air laut menurut hasil penelitian Dwi Biyantoro dan Kris Tri Basuki adalah:

Sumber: (Dwi Biyantoro dan Kris Tri Basuki, 2007).Pengonsumsian air laut dalam jumlah yang sedikitpun tidak menghentikan rasa haus yang dialami, melainkan menimbulkan rasa haus yang lebih hebat, karena adanya respon homeostatic yang mendorong minum air untuk mengencerkan solute yang bertambah. Ginjal membantu membentuk urin yang sangat pekat dengan volume minimal, mengonservasi air tetapi membuang kelebihan NaCl. Seperti yang telah dijelaskan sebelum nya, peningkatan NaCl ke dalam tubuh meningkatkan osmolaritas system. Stimulus ini memicu dua respons: sekresi vasopresin dan haus system. Sekresi vasopresin menyebabkan ginjal mengonversi air (dengan mereabsorpsi air dari filtrate) dan memekatkan urin. Rasa haus mendorong kita untuk minum air atau cairan lainya. Sumber: (Dee Unglaub Silverthorn, 2013).

d. Apa dampak jika seseorang terpajan sengatan matahari selama 2 hari?Jawab: Terpajan sinar matahari 2 hari membuat air hilang melalui evavorasi dari paru dan saluran pencernaan serta evavorasi dan keringat dari kulit. Jumlah pengeluaran keringat akan meningkat sebanding dengan lamanya periode terpapar pada lingkungan yang panasistem Terjadi kecendrungan dehidrasi. Selain itu terpajanan lama pada suhu lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan heat cramps (kejang kram akibat panas), heat exhaustion (kelelahan akibat panas) atau heat stroke (stroke akibat panas). Kejang kram akibat panas terjadi akibat dari kehilangan elektrolit melalui keringat. Kejangan otot volunter, biasanya berkaitan dengan olahraga berat adalah tanda utamanya. Mekanisme pembuangan panas mampu mempertahankan suhu inti tubuh. Kelelahan akibat panas mungkin adalah hipertermik yang paling sering terjadi. Gejala permulaan adalah mendadak, dengan rasa lelah dan kolaps dan hal ini terjadi akibat kegagalan sistem kardiovaskular untuk mengkompensasi hipovolemik, akibat deplesi air. Sesudah periode kolaps yang biasanya sesaat, keseimbangan pulih spontan. Stroke akibat panas untuk diakibat kan dengan suhu dan kelembabam lingkungan yang tinggi, mekanisma termogulasi gagal, keringat terhenti dan suhu inti meningkat. Secara klinis, suhu rectal 106o F atau lebih dianggap tanda prognosis buruk dan angka kematian untuk penderita seperti itu, lebih dari 50%. Mekanisme yang mendasari adalah vasodilatasi perifer generalisata yang mencolok disertai dengan darah di perifer dan volume darah efektif yang beredar, berkurang. Nekrosis otot dari miokard dapat terjadi. Aritmia, koagulasi intravascular diseminata dan efek sistemik lain sering terjadi. Individu berusia lanjut, individu dengan penyakit kardiovaskular dan individu yang sehat yang mengalami stress berat (seperti atlet muda dan calon tentara) adalah kandidat utama untuk stroke akibat panasistem(Price, 2013).

2. Imron merasa sangat haus, lemah dan mata berkunang-kunang. Sesekali ia merasa berilusi.a. Sistem apa saja yang terlibat dalam kasus ini?Jawab: sistem yang terlibat dalam kasus Imron adalah sistem saraf, sistem neuroendokrin, sistem endokrin, sistem urinaria (ginjal), sistem kardiovaskular, sistem sirkulasi, sistem limfatik, sistem muskuloskeletal. Keseimbangan air dan garam saraf, neuroendokrin, endokrin. Perubahan volume darah/osmolaritas ginjal. Perubahan volume darah sistem kardiovaskular. Edema sistem sirkulasi dan limfatik (pertukaran terganggu).Sumber: (Dee Unglaub Silverthorn, 2013) dan (Price dan Wilson, 2005).

b. Bagaimana struktur dan fungsi sistem organ yang terlibat?Jawab: Struktur dan fungsi organ urinaria : Sistem kemih terdiri dari organ pembentuk urin-ginjal-dan struktur-struktur yang membawa urin dari ginjal keluar untuk dieliminasi oleh tubuh. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang terletak dibelakang rongga abdomen, satu di masing-masing sisi kolumna vertebralis, sedikit diatas garis pinggang. Setiap ginjal mendapat satu arteri renalis dan satu vena renalis, yang masing-masing masuk dan keluar ginjal di identasi (cekungan) media ginjal yang menyebabkan organ ini berbentuk seperti kacang. (Sherwood, 2009)Setelah terbentuk, urin mengalir ke suatu rongga pengumpul sentral, pelvis ginjal, yang terletak di bagian tengah medial masing-masing ginjal. Dari sini urin disalurkan kedalam ureter, suatu saluran berdinding otot polos yang keluar di batas medial dekat dengan arteri dan vena renalisistem Terdapat dua ureter yang mengangkut urin dari masing-masing ginjal ke sebuah kandung kemih. (Sherwood, 2009)Kandung kemih, yang menampung urin secara temporer, adalah suatu kantung berongga berdinding otot polos yang dapat teregang. Secara periodik, urin dikosongkan dari kandung kemih keluar melalui saluran lain, uretra, akibat kontraksi kandung kemih. (Sherwood, 2009)NefronNefron adalah unit fungsional ginjal. Setiap ginjal terdiri sekitar 1 juta unit fungsional mikroskopik yang dikenal sebagai nefron, yang disatukan oleh jaringan ikat. Unit fungsional adalah unit terkecil yang mampu melaksanakan semua fungsi organ tersebut. Karena fungsi utama ginjal adalah menghasilkan urin dan, dalam pelaksanaannya, memoertahankan stabilitas komposisi CES, maka nefron adalah unit terkecil yang mampu membentuk urin. (Sherwood, 2009)a. Komponen Vaskular NefronBagian dominan komponen vaskular nefron adalah glomerulus, suatu kuntum kapiler berebentuk bola tempat filtrasi sebagian air dan zat terlarut dari daerah yang melewatinya. Cairan yang telah disaring ini, yang kompoisinya hampir identik dengan plasma, kemudian mengalir melewati komponen tubular nefron, tempat berbagagi proses transpor mengubahnya menjadi urin. Pembuluh Darah Arteriol aferen merupakan cabang arteri interlobularis yang pendek dan lurusistem Tiap arteriol aferen cabang-cabang menjadi gelung kapiler glomerulusistem Kapiler-kapiler ini kemudian bersatu membentuk arteriol eferen, yang kembali bercabang-cabang menjadi kapiler yang memasok darah ke tubulus (kapiler peritubulus) sebelum mengalirkan darahnya ke dalam vena interlobularisistem Kapiler glomerulus merupakan satu-satunya kapiler dalam tubuh yang mengalirkan darah ke arteriol.(Ganong, 2005)Arteriol aferen berfungsi membawa darah ke glomerulusistem Glomerulus adalah suatu kuntum kapiler yang mennyaring plasma bebas protein kedalam komponen tubulusistem Arteriol eferen berfungsi membawa darah dari glomerulusistem Kapiler peritubulus yang befungsi mendarahi ginjal, terlibat dalam pertukaran dengan cairan lumen di tubulusistem (Sherwood, 2009)b. Komponen Tubular NefronKomponenen tubular nefron adalah suatu tabung berongga berisi cairan yang dibentuk oleh satu lapisan sel epitel. Meskipun komponen ini adalah saluran kontinyu dari pangkalnya dekat glomerulus hingga ke ujungnya di pelvis ginjal, namun komponen ini dibagi menjadi berbagai segmen berdasarkan perbedaan struktur dan fungsinya. Komponen tubulus berawal dari Kapsul Bowman, suatu invaginasi berdinding rangkap yang melingkupi glomerulus untuk mengumpulkan cairan dari kapiler glomerulusistem Dari kapsul bowman, cairan yang difiltrasi mengalir ke tubulus proksimal, yang seluruhnya terletak didalam koteks dan membentuk gulungan-gulungan rapat sepanjang perjalananya. Segmen berikunya adalah, ansa Henle (lengkung Henle), membentuk lengkung berbentuk U tajam atau hair-pin yang masuk ke dalam medula ginjal. Pars desendens ansa Henle masuk dari korteks ke dalam medula; pars asendens berjalan balik ke korteksistem Sel-sel tubulus dan vaskular di titik ini mengalami spesialisasi untuk membentuk aparatus jukstaglomerulus, suatu struktur yang terletak di samping glomerulus (juksta artinya di samping). Setelah aparatus jukstaglomerulus, kembali membentuk kumparan erat menjadi tubulus distal, yang juga seluruhnya berada dalam korteksistem Tubulus distal mengalirkan isinya ke dalam duktus atau tubulus koligentes, dengan masing-masing duktus menerima cairan dari hingga delapan nefron berbeda. Setiap duktus koligentes berjalan ke dalam medula untuk mengosongkan cairan isinya (sekarang berubah menjadi urin) ke dalam pelvis ginjal.Persarafan Pembuluh Darah GinjalSaraf-saraf ginjal berjalan sepanjang pembuluh darah yang masuk ke dalam ginjal. Persarafan praganglion simpatis terutama berasal dari segmen torakal bawah dan lumbal atas medula spinalisistem Serabut simpatis terutama mempersarafi arteriol aferen dan eferen, tubulus proksimal dan distal, serta jukstaglomerulusistem Selain itu, terdaapat persarafan noradrenergik yang padat pada bagian tebal ansa Henle pars asendensistem Serabut aferen ginjal lainnya memperentarai refleks renorenal, yaitu peningkatan tekanan ureter pada salah satu ginjal yang menyebabkan penurunan aktivitas saraf eferen ke ginjal kontralateral, dan penurunan ini memungkinkan peningkatan ekskresi Na+ dan air oleh ginjal tersebut. Peredaran Darah Ginjal Pada orang dewasa yang sedang beristirahat, ginjal akan mendapat 1,2 - 1,3 L darah per menit atau sedikit lebih kecil daripada 25% curah jantung. Yang difiltrasi oleh ginjal adalah plasma, aliran plasma ginjal setara dengan jumlah zat yang diekskresi oleh ginjal persatuan waktu dibagi dengan perbedaan kadar zat tersebut di darah arteri dan vena ginjal. Zat apapun yang diekskresikan oleh ginjal dapat digunakan kadarnya dalam plasma arteri dan vena ginjal dapat diukur serta tidak dimetabolisasi, disimpan, atau dibentuk oleh ginjal dan tidak memengaruhi aliran darah ginjal itu sendiri.Aliran plasma ginjal dapat diukur dengan memberi infus asam para-aminohipurat (PAH), yang diukur kadarnya dalam urin dan plasma. PAH difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi oleh sel tubulus sehingga rasio ekstraksinya (kadarnya dalam arteri dikurangi kadarnya dalam vena ginjal dibagi dengan kadarnya dalam arteri) tinggi. Kadar PAH dalam plasma vena perifer dapat digunakan karena kadar tersebut setara dengan kadar di plasma arteri ginjal. Pengaturan Aliran Darah GinjalNorepinefrin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah ginjal, dan penyuntikan norepinefrin memiliki efek terutama pada arteri interlobularis dan arterio aferen. Dopamin dibentuk oleh ginjal dan menyebabkan dilatasi pembuluh darah ginjal dan natriuresia.

Reabsorpsi Na+Reabsorpsi Na+ dan Cl- memegang peran utama dalam metabolisme elektrolit dan cairan tubuh. Selain itu, transpor Na+ terjadi bersamaan dengan transpor H+ , elektrolit lain, glukosa, asam amino, asam organik, fosfat, dan zat lainnya melalui dinding tubulusistem Di tubulus proksimal, bagian tebal ansa Henle pars asendens, tubulus distal, dan duktus koligentes, proses perpindahan Na+ berlangsung melalui kontranspor atau pertukaran ion dari lumen tubulus ke dalam sel epitel tubulus mengikuti tingkat gradien konsentrasi dan gradien listrik, dan kemudian dipompa secara aktif dari sel tubulus ke ruang intersitium. Jadi Na+ akan diangkat secara aktif keluar dari seluruh bagian tubulus ginjal kecuali dari bagian tipis ansa Henle. Sejumlah besar Na+ diangkut secara aktif keperluasan ruang interstisial ini, yang disebut ruang antarsel lateral. Pada keadaan normal, sekitar 60% dari Na+ yang difiltrasi akan direabsorpsi di tubulus proksimal, terutama melalui pertukaran Na+ dan H+. Sebanyak 30% lainnya diserap melalui kotranseptor Na+ , 2Cl- , K+ di bagian tebal ansa Henle pers asendens, dan sekitar 7% diserap oleh kotranspor Na+ , Cl- di tubulus kontortus distal. Sisa Na+ difiltrasi, yakni disekitar 3% diserap melalui kanal EnaC di duktus koligentes, dan penyerapan sisa Na+ ini diatur oleh aldosteron dalam paya mempertahankan keseimbangan homeostatik Na+. (Ganong, 2005)Tiga proses dasar yang terlibat dalam pembentukan urin adalah filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulusistem a. Filtrasi GlomerulusSewaktu darah mengalir melalui glomerulus, plasma bebas protein tersaring melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsul bowman. Dalam keadaan normal, 20% plasma yang masuk ke glomerulus tersaring. Proses ini dikenal sebagai filtrasi glomerulus, adalah langkah pertama dalam pembentukan urin. Secara rerata, 125 ml filtrat glomerulus (cairan yang difiltrasi) terbentuk secara kolektif dari seluruh glomerulus setiap menit. Jumlah ini sama dengan 180 liter (sekitar 47,5 galon) setiap hari. Dengan mempertimbangkan bahwa volume rerata plasma pada orang dewasa adalah 2,75 liter, volume plasma sekitar 65 kali sehari. Jika semua difiltrasi keluar sebagai urin, semua plasma akan menjadi urin dalam waktu kurang dari setengah jam. Namun, hal ini tidak terjadi karena tubulus ginjal dan kapiler peritubulus berhubungan erat diseluruh panjangnya, sehingga bahan-bahan dapat dipertukarkan antara cairan didalam tubulus dan darah di dalam tubulus perikapiler. b. Reabsorpsi TubulusSewaktu filtrat mengalir melalui tubulus, bahan-bahan yang bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler peritubulusistem Perpindahan selektif bahan-bahan dari bagian dalam tubulus (lumen tubulus) ke dalam darah ini disebut reabsorpsi tubulusistem Bahan-bahan yang direapsorpsi tidak keluar melalui urin tetapi dibawa oleh kapiler peritubulus ke sistem vena dan kemudian ke jantung untuk diresirkulasi. Dari 180 liter plasma yang disaring perhari, sekitar 178,5 liter direabsorpsi. Sisa 1,5 liter di tubulus mengalir ke dalam pelvis ginjal untuk dikeluarkan sebagai urin. Secara umum, bahan-bahan yang perlu dihemat oleh tubuh secara selektif direabsorpsi, sementara bahan-bahan yang tidak dibutuhkan dan harus dikeluarkan tetap berada di urin. c. Sekresi TubulusProses ginjal ketiga, sekresi tubulus, adalah pemeindahan selektif bahan-bahan dari kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulusistem Proses ini merupakan rute kedua bagi masuknya bahan ke dalam tubulus ginjal dari darah, sedangkan yang pertama adalah melalui filtrasi glomerulusistem Hanya sekitar 20% dari plasma yang mengalir melalui kapiler glomerulus difiltrasi ke dalam kapsul Bowman; sisa 80% mengalir melalui arteriol eferen ke dalam kapiler peritubulusistem Sekresi tubulus merupakan mekanisme untuk mengeluarkan bahan dari plasma secara cepat dengan mengekstrasi sejumlah tertentu bahan dari 80% plasma yang tidak terfiltrasi dari kapiler peritubulus dan memindahkannya ke bahan yang sudah ada di tubulus dan memindahkannya ke bahan yang sudah ada di tubulus sebagai hasil filtrasi.c. Bagaimana mekanisme mata berkunang dan berilusi?Jawab: Mata berkunang kunangKarena gangguan keseimbangan cairan sehingga asupan darah ke perifer berkurang, lebih diutamakan ke organ vital (otak dan jantung).Oleh karena itu, energy ke perifer berkurang.Hal itulah yang menyebabkan mata berkunang kunang. Berilusi Karena gangguan keseimbangan cairan sehingga asupan darah ke perifer berkurang, lebih diutamakan ke organ vital (otak dan jantung). Oleh karena itu, energi ke perifer berkurang. Hal itulah yang menyebabkan mata berkunang kunang.(Sherwood, 2014) dan (Guyton, 2012).

d. Bagaimana mekanisme haus?Jawab: Penurunan volume ECF merangsang haus melalui jalur yang terpisah dari jalur yang memerantai haus sebagai respon terhadap peningkatan osmolitas plasma. Dengan demikian, perdarahan menyebabkan banyak minuman meskipun tidak terjadi perubahan osmolitasi plasma. Pengaruh penurunan ECF terhadapa haus sebagai terjadi melalui sistem renin-angiotensin. Sekresi renin meningkatkan akibat hipovolemi, hal ini menyebabkan peningkatan angiotensin II. Angiotensin II bekerja pada organ subfornik, suatu area reseptor khusus didiensenfalon, untuk membangkitkan area saraf yang berkaitan dengan haus system. Terhadap bukti yang menunjukkan bahwa angiotensin bekerja pada organum bekerja pada organum vakulosum lamina terminalis ( OVLT ) (Dee Unglaub Silverthorn, 2013: 707).

e. Bagaimana mekanisme lemah?Jawab: Lemah (syok hipovolemik) menurut patofisiologinya:Fase KompensasiPenurunan curah jantung (cardiac output), mekanisme kompensasi dilakukan melalui vasokontriksi untuk menaikkan aliran darah ke jantung, ke otak dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang kurang vital.Faktor humoral dilepaskan untuk menimbulkan vasokontriksi dan menaikkan volume darah dengan konversi air. Ventilasi (NR) meningkat untuk mengatasi adanya penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi pada kompensasi ini terjadi peningkatan detak jantung (HR) dan kontraktilitas otot jantung untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi untuk memperbaiki ventilasi alveolar.Jadi mekanismenya : Sel/jaringan kekurangan o2 metabolisme terganggu Energi yang dihasilkan sedikit tubuh lemah (Price, 2013).

f. Apa faktor penyebab ilusi pada kasus ini?Jawab: Penyebab tuan Imron berilusi dikerenakan dehidrasi, pemasukkan H2O yang kurang akan menyebabkan kompartemen CES menjadi hipertonik, H2O berpindah keluar sel melalui osmosis ke dalam CES yang lebih pekat hingga osmolaritas CIS sama dengan CES. Karena H2O keluar, sel menciut.Hal yang mengkhawatirkan adalah penciutan bermakna neuron neuron otak dapat mengganggu fungsi otak, yang dapat bermanifestasi sebagai kekacauan mental dan irasionalitas pada kasus ringan.(Sherwood, 2014)

3. Setelah hari kedua, imron berhasil diselamatkan. Saat di klinik kapal, ia mengalami kejang dan matanya terlihat bengkak.a. Bagaimana mekanisme kejang?Jawab: Mekanisme kejang sebagian bergantung pada lokasi lepas muatan berlebihan. Lesi di otak tengah, thalamus dan korteks sereblum kemungkinan besar bersifat epileptogenik , sedangkan lesi di sereblum dan batang otak. Umumnya tidak menyebabkan kejang. Perubahan metabolik yang terjadi selama dan segera setelah kejang sebagian disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan energy, akibat hiperaktivitas neuron. Selama kejang, kebutuhan metabolic secara drastic meningkat, lepas muatan listrik sel-sel saraf motorik dapat meningkat menjadi 1000/detik. Aliran darah otak juga meningkat demikian juga respirasi dan glikolisis jaringan. Asam glutamate juga mungkin mengalami depresi selama aktivitas kejang. Kelainan local pada metabolism kalium dan asetil kolin dijumpai diantara kejang ( patofisiologi,edisi 6).

b. Bagaimana mekanisme mata bengkak pada kasus ini?Jawab: Mekanisme mata bengkak:Dehidrasi intake nutrisi kurang gangguan keseimbangan cairan tubuh mekanisme RAA (Renin Angiotensin Aldosteron) sekresi renin dari sel sel juksta glomerulus ginjal meningkat pelepasan angiotensin I dan II (menyebabkan vasokontriksi) dan aldosteron (menyebabkan reabsorbsi Na dan air) air dengan mudah melewati membrane sel antara ECF dan ICF penumpukan cairan dalam kompartemen cairan interstitial aliran keluar cairan terjadi di ujung arteriol kapiler dan resorbsi cairan pada ujung venosa kapiler cairan lebih mudah mnumpuk ada kapiler dengan jaringan ikat longgar mata terlihat bengkak.(Guyton, 2012)

c. Apa hubungan kejadian yang di alami Tn. Imron di laut selama 2 hari dengan kejang dan mata bengkak yang di alami saat berada di klinik?Jawab: Selama dua hari terombang-ambing dilaut, Imron tidak makan dan minum. Akibatnya Tn. Imron mengalami gangguan ketidakseimbangan cairan didalam tubuhnya, yaitu dehidrasi, hipernatremia, dan hipovolemia. Sehingga hubungan kejang tersebut adalah:

Sumber: (Guyton dan Hall, 2009) dan (Price dan Wilson, 2005).Hubungan terjadinya edema (mata bengkak) yang dialami dengan kejadian selama terombang-ambing di lautan selama 2 hari dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal disebabkan oleh retensi Na+ dan H2O di ginjal (ren). Sementara faktor eksternal disebabkan oleh infeksi/iritasi bakteri dari air laut dan kelelahan mata.Mekanisme Edema Faktor Internal: Kadar natrium yang meningkat didalam tubuh membuat osmolaritas cairan ekstra sel (CES) meningkat. Peningkatan osmolaritas pada keadaan dehidrasi memicu reaksi hormone-hormone seperti rennin-angiostesin II, aldosteron, dan ADH yang sebelum nya di koordinasi oleh hipotalamusistem Aldosteron pengeluaran nya di berhentikan karena adanya peningkatan osmolaritasistem Aldosteron sendiri berfungsi untuk membantu kerja ginjal dalam mengabsopsi Na, Cl, dan H2O. Sekresi ADH juga mengalami penurunan karena mempertahankan cairan tetap berada di dalam tubuh dengan cara meretensi Na dan H2O. Sementara itu kadar Na didalam CES yang meningkat membuat CES menjadi lebih hipertonik dibandingkan dengan cairan intra sel (CIS). Hal ini membuat cairan yang berada pada intra sel keluar menuju cairan di ekstra sel yang lebih pekat. Sehingga membuat cairan di CES yang berada di ruang interstisial sedikit lebih banyak dibandingkan dengan kadar normal nya. Kelebihan cairan yang berada di interstisial inilah yang menyebabkan edema. Kelebihan cairan di interstisial ini tidak dihiraukan oleh ginjal karena telah mendapat pengaruh ADH untuk meretensi Na dan H2O. Keterkaitan edema yang timbul dimata dapat disebabkan oleh hipernatremia. Menurut pendapat Rose dalam Price dan Wilson (2005), koreksi hipernatremia secara cepat dapat menginduksi terjadinya edema serebral, kejang, kerusakan neurologis menetap dan kematian. Cairan yang memiliki sifat memenuhi ruang, lebih memilih memenuhi ruang berupa jaringan ikat terdekat dengan serebral yaitu mata sehingga terjadilah edema di mata (mata bengkak). 4. Hasil pemeriksaan kesadaran: mata terpejam namun membuka bila dipanggil, dapat menggerakkan tangan dan kaki sesuai perintah, bisa diajak bicara namun terlihat bingung.a. Bagaimana cara menilai tingkat kesadaran menurut GCS?Jawab: tingkat kesadaran seseorang dapat dinilai dengan 2 cara: Secara kualitatifi. Compos mentis (conscious), yaitu keberadaan normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang keadaan di sekelilingnyaii. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuhiii. Delirium, yaitu gelisah, memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, berhayal.iv. Somnolen, yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila di rangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.v. Stupor, yaitu keadaan tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.vi. Koma, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun. Secara kuantitatifPenilaian kesadaran seseorang secara kuantitatif adalah dengan GCS (Glasgow Coma Scale):1. Menilai respon membuka mata (E) (4) : spontan (3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata). (2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari) (1) : tidak ada respon

2. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V) (5) : orientasi baik (4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu. (3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya aduh, bapak) (2): suara tanpa arti (mengerang)(1): tidak ada respon

3. Menilai respon motorik (M) (6) : mengikuti perintah (5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri) (4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri) (3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (1) : tidak ada responTingkat Kesadaran berdasarkan GCS :15 : Sadar13-14: Penurunan kesadaran ringan9-12: Penurunan kesadaran sedang3-8: Penurunan kesadaran berat (koma)

b. Bagaimana penilaian tingkat kesadaran imron menurut GCS?Jawab: berdasarkan skenario, hasil pemeriksaan imron adalah mata terpejam namun membuka bila dipanggil, dapat menggerakkan tangan dan kaki sesuai perintah, bisa diajak bicara namun terlihat bingung. Berdasarkan GCS imron kesadar Imron memiliki nilai untuk E adalah 6, V adalah 4, dan M adalah 4, jadi total keselurahan nilai kesadaran imron adalah 14. Jadi tuan Imron mengalami penurunan tingkat kesadaran ringan.

5. Tanda vital: turgor (+), HR: 118x/menit, TD: 100/70 mmHg, RR: 28x/menit.a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan tanda vital Imron?Jawab: Berdasarkan hasil pemerikaan vital sign :Imron mengalmi dehidrasi yang ditunjukkan oleh hasil (+) pada turgor test, sedangkan untuk denyut nadi, imron mengalami Trachicardi karena jantungnya berdenyut lebih dari 118x/menit. Untuk Respiratory Rate ( RR ) masih tergolong Takipnea ( Nafas Cepat ) karena nilai Respiratory Rate berkisar antara >20 yaitu 28x/menit, sedangkan untuk tekanan darah dapat digolongkan mendekati hipotensi.

b. Bagaimana prosedur pemeriksaan tanda vital?Jawab: Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Pemeriksaan tanda vital meliputi: pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu tubuh. Prosedur tindakan/ pelaksanaan pemeriksaan tanda vital dijelaskan sebagai berikut:

Pemeriksaan tekanan darah : a. Pasien istirahat 5 menit sebelum diukur. b. Memberitahu posisi pasien. c. Posisi lengan setinggi jantung. d. Menyingsingkan lengan baju ke atasistem e. Menentukan ukuran manset yang sesuai dengan diameter lengan pasien. f. Memasang manset kira-kira 1 inci (2,5 cm) dari siku. g. Menanyakan hasil pemeriksaan tekanan darah pasien sebelumnya.h. Mengatur tensimeter agar siap pakai (untuk tensimeter air raksa) yaitu menghubungkan pipa tensimeter dengan pipa manset, menutup sekrup balon manset, membuka kunci reservoir. i. Meraba arteri brachialisistem j. Meletakkan diafragma stetoskop di atas tempat denyut nadi tanpa menekan. k. Memompa sampai kira-kira 30 mmHg diatas hasil pemeriksaan sebelumnya. l. Kempiskan perlahan m. Mencatat bunyi korotkoff I dan V. n. Melonggarkan pompa segera setelah bunyi terakhir menghilang. o. Tunggu 1-2 menit sebelum mengulangi pemeriksaan. p. Jika mencurigai adanya hipotensi ortostatik, lakukan pemeriksaan dalam keadaan berdiri dan tiduran terlentang. q. Melepas manset. r. Mengembalikan posisi pasien senyaman mungkin.

Pemeriksaan Denyut Nadi : a. Mengatur posisi pasien nyaman dan rileksistem b. Menekan kulit dekat arteri radialis dengan 3 jari dan meraba denyut nadi. c. Menekan arteri radialis dengan kuat, dengan jari-jari selama kurang lebih 60 detik, jika tidak teraba denyutan, jari-jari digeser ke kanan dan kiri sampai ketemu. d. Langkah-langkah pemeriksaan ini juga dilakukan pada tempat pemeriksaan denyut nadi lainnya.

Pemeriksaan Pernafasan :a. Menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien bila hanya khusus menilai pernafasan. b. Membuka baju pasien bila perlu untuk mengamati gerakan inspirasi dan menilai kesimetrisan gerakan (tirai harus ditutup dahulu). c. Meletakkan tangan datar pada dada dan mengobservasi inspirasi dan ekspirasi serta kesimetrisan gerakan. d. Menentukan irama pernafasan e. Menetukan pernafasan dalam 60 detik. Bila pernafasan teratur cukup 30 detik lalu dikalikan 2. f. Mendengarkan bunyi pernafasan, kemungkinan ada bunyi abnormal. g. Tutup kembali baju pasien dan memberitahu bahwa pemeriksaan sudah selesai.

Pemeriksaan Suhu : a. Pengukuran di aksila : Memberitahu pasien Mencuci tangan Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dengan benar Menurunkan air raksa bila perlu Mengatur posisi pasien Meletakkan termometer di ketiak dengan posisi tepat Menunggu sekitar 5 menit Mengambil termometer, mengelap dengan gerak berputar dari bagian yang bersih Merapikan kembali baju pasien Membaca hasil pengukuran dengan segera Mencuci termometer dengan larutan sabun dan membilas dengan bersih Keringkan termometer Mengembalikan air raksa dan meletakkan kembali di tempat semula Mencuci tangan

b. Pengukuran oral : Memberitahu pasien Mencuci tangan Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dengan benar Menurunkan air raksa bila perlu Memberitahu pasien agar membuka mulut dan mengangkat lidah sedikit Memasukkan termometer pelan-pelan sampai bagian ujung tempat raksa (mercury chamber) masuk dibawah lidah. Memberitahu pasien agar menutup mulut dan jangan menggigit. Menunggu selama 5 menit. Mengambil termometer sambil memberitahu pasien untuk membuka mulut Mengelap termometer Membaca hasil pengukuran Mencuci termometer dengan air sabun, membilas dengan air bersih, dan mengeringkannya Menurunkan air raksa dan megembalikan ke tempat semula. Mencuci tangan

c. Pengukuran di rektal : Memberitahu pasien Mencuci tangan Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dan menurunkan bila perlu Mengatur posisi pasien Melumasi ujung tempat raksa dengan vaselin sesuai kebutuhan Membuka bagian rektal pasien Meraba sfingter dengan ujung tempat raksa Memasukkan ujung tempat raksa dengan hati-hati ke rectum Memasang termometer selama 5 menit Mengambil termometer dari anus Mengelap termometer secara perlahan Membersihkan rektum dengan kertas tissue Menolong pasien kembali ke posisi semula Membaca hasil pengukuran Mencuci termometer dengan larutan sabun, membilas dengan air bersih, dan mengeringkannya Menurunkan air raksa dan mengembalikan ke tempat semula Mencuci tanganSumber: (John W. Burnside dan Thomas J. Mc Glynn, 1995: 67-85) dan (Bates, 1995: 41-42), (Bates, 1995: 151-152).

6. Pemeriksaan laboratorium: kimia darah: kadar natrium: 168 mEq/L, kadar kalium: 4 mEq/L.a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium kimia darah?Jawab:Plasma DarahImronKategori

NatriumKadar Normal Plasma Darah :135-150 mEq/L168 mEq/LHipernatremia

KaliumKadar Normal Plasma Darah :3,5-5,3 mEq/L4mEq/LNormal

Hipernatremia:Peningkatan konsentrasi natrium plasma, dan juga menyebabkan peningkatan osmolaritas, dapat disebabkan oleh kehilangan air dari larutan ekstrasel, yang memekatkan ion natrium atau kelebihan natrium dalam cairan ekstrasel. Bila terdapat kehilangan primer air dari cairan ekstasel., hal tersebut mengakibatkan timbulnya dehidrasi hiperosmotik. Kondisi ini dapat terjadi akibat ketidakmampuan mengekskresi hormon anti-diuretik, yang dibutuhkan ginjal untuk menahan air. menyebabkan timbulnya dehidrasi dan peningkatan konsentrasi natrium klorida dalam cairan ekstarsel. Pada jenis ginjal tertentu, ginjal tidak merespon terhadap hormon antidiuretik, yang menyebabkan deabetes insipidus nevrogenik. Penyebab hipernatremia yang lebih umum akibat penurunan cairan ekstrasel adalah dehidrasi akibat asupan air yang lebih sedikit daripada pengeluarnya, seperti ditimbil saat berkeringat selama aktivitas yang berat berkepanjangan. Hal in sering terjadi pada overhidrasi hiperosmotik, karena kelebihan natrium klorida ekstrasel biasanya berhubungan dengan beberapa derajat retensi air oleh ginjal

7. Dokter memberikan cairan dextrose 5% pada imron melalui IVFD.a. Apa saja jenis-jenis cairan infus?Jawab: Tipe-tipe cairan: 1. Isotonik Suatu cairan yang memiliki tekanan osmotik yang sama dengan yang ada didalam plasma. a) NaCI normal 0,9 % b) Ringer laktat c) Komponen -komponen darah (albumin 5 %, plasma)d) Dextrose 5 % dalam air (D 5 W) 2. Hipotonik Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotik yang lebih kecil daripada yang ada didalam plasma darah. Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk kedalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di intrasel dan ekstrasel, sel-sel tersebut akan membesar atau membengkak. a) Dextrose 2,5 % dalam NaCI 0,45 % b) NaCI 0,45%c) NaCI 0,2 % 3. Hipertonik Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotik yang lebih tinggi daripada yang ada di dalam plasma darah. Pemberian cairan ini meningkatkan konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk kedalam sel untuk memperbaiki keseimbangan osmotik, sel kemudian akan menyusut.a) Dextrose 5 % dalam NaCI 0,9 %b) Dextrose 5 % dalam NaCI 0,45 % ( hanya sedikit hipertonis karena dextrose dengan cepat dimetabolisme dan hanya sementara mempengaruhi tekanan osmotik).c) Dextrose 10 % dalam air d) Dextrose 20 % dalam aire) NaCI 3% dan 5% f) Larutan hiperalimentasi g) Dextrose 5 % dalam ringer laktat h) Albumin 25

Tempat insersi jarum infus Secara umum ada beberapa tempat untuk insersi jarum infus pada pemasangan infus yaitu : a. Venapunctur perifer: 1) vena mediana kubiti, 2) vena sefalika, 3) vena basilica, 4) vena dorsalis pedisistem b. Venapunctur central: 1) vena femoralis, 2) vena jugularis internal, 3) vena subklavia.

b. Bagaimana komposisi cairan dextrose 5%?Jawab: cairan dextrose berisi air atau garam dan kalori. Kalori yang digunakan biasanya adalah glukosa. Kandungan glukosa pada cairan dextrose 5% adalah 50 gr/L.

c. Mengapa dokter memberikan cairan dextrose 5% kepada Imron?Jawab: Karena cairan dextrose merupakan cairan pengganti yang bersifat hipo-osmotik. Hal-hal yang harus diperhatikan dengan tipe-tipe infus tersebut: 1. D5W (Dektrose 5% in Water) a) Digunakan untuk menggantikan air (cairan hipotonik) yang hilang, memberikan suplai kalori, juga dapat dibarengi dengan pemberian obat-obatan atau berfungsi untuk mempertahankan vena dalam keadaan terbuka dengan infus tersebut.b) Hati-hati terhadap terjadinya intoksikasi cairan (hiponatremia, sindroma pelepasan hormon antidiuretik yang tidak semestinya). Jangan digunakan dalam waktu yang bersamaan dengan pemberian transfusi (darah atau komponen darah).

2. NaCIO, 9% a) Digunakan untuk menggantikan garam (cairan isotonik) yang hilang, diberikan dengan komponen darah, atau untuk pasien dalam kondisi syok hemodinamik. b) Hati-hati terhadap kelebihan volume isotonik ( misal: gagal jantung.gagal ginjal).c) Ringer laktat Digunakan untuk menggantikan cairan isotonik yang hilang, elektrolit tertentu, dan untuk mengatasi asidosis metabolik tingkat sedang.

d. Mengapa dokter memberikan dextrose 5% melalui IVFD?Jawab: Dalam kasus ini dokter memberikan cairan dextrose 5% melalu IVDF, karena pemberian intravena (lV) tidak mengalami tahap absorpsi, maka kadar obat dalam darah diperoleh secara cepat, tepat, dan dapat disesuaikan langsung dengan respons penderita. Dinding pembuluh darah relatif tidak sensitif dan bila disuntikkan perlahan-lahan, obat segera diencerkan oleh darah. Karena Imron yang mengalami dehidrasi, hipernatremia dan kekurangan energi membutuhkan cairan dextrose yang juga mengandung gula untuk menambah energi. Cairan diberikan melalui IVFD karena pemberian melalui intravena merupakan metode yang paling efektif dan efisien untuk menyuplai kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh secara cepat. Dalam buku Klien Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, dikatakan bahwa tindakan keperawatan yang dapat diberikan kepada seseorang yang mengalami gangguan keseimbangan cairan dan eletrolit adalah : 1) Peningkatan asupan cairan per oralDilakukan untuk pasien yang mengalami/beresiko mengalami gangguan. Cairan diberikan lewat makanan/ minuman dengan konsentrasi rendah dan apabila masih terus dibutuhkan, konsentrasi dapat ditingkatkan secara perlahan-lahan.2) Pembatasan asupan cairan per oralDilakukan untuk pasien yang didiagnosis retensi cairan, 3) Pemberian makanPemberian makanan tertentu sesuai kebutuhan diet untuk membantu memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Contoh nya apabila pasien menderita diuretik dapat diberikan makanan tambahan pisang dan jeruk agar tidak terjadi hipokalemia. Contoh lain nya untuk pasien defisiensi zat besi dapat diberikan asupan berlebih untuk sayur dan daging. 4) IVFDPemberian melalui intravena merupakan metode yang paling efektif dan efisien untuk menyuplai kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Sumber: (Anas Tamtari, 2008: 43-44). 8. Pandangan Islama. Apa pandangan islam pada kasus?Jawab: Dan kalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan nada yang ditinggalkan-Nya (dibumi) dari makhluk yang melata sekalipun tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan. Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan (QS. An-Nahl: 61).

2.3.4 Learning Issue1. Fisiologi cairan tubuh, keseimbangan elektrolit dan asam basa dalam tubuhCairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna. Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain :a. Umur b. Kondisi lemak tubuhc. Jenis kelaminPerhatikan uraian berikut ini : noumurprosentase

1bayi75%

2dewasa

a.b.3Pria ( 20 40 tahun )Wanita ( 20 40 tahun )Lanjut Usia60%50%45 50 %

Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20 % dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-). Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun pada plasma terinci dalam tabel di bawah ini :

NoElektrolitEkstraseluler(mEq)Intraseluler(mEq)Plasma(mEq)

1Anion

Natrium14413710

Kalium54,7141

Kalsium2,52,40

Magnesium1,51,431

2Kation

Klorida107112,74

Bikarbonat2728,310

Fosfat2,02,011

Sulfat0,50,51

Protein1,20,24

a. Kation : Natrium (Na+) :- Kation berlebih di ruang ekstraseluler- Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler- Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus- Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion hidrigen pada ion sodiumdi tubulus ginjal : ion hidrogen di ekresikan- Sumber : snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.

Kalium (K+) :- Kation berlebih di ruang intraseluler- Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel- Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves- Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.

Kalsium (Ca2+) :- Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam tulangdan gigi untuk membuatnya keras dan kuat- Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle- Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan protrombin dan trombin- Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.

b.Anion : Klorida (Cl-) :- Kadar berlebih di ruang ekstrasel- Membantu proses keseimbangan natrium- Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster- Sumber : garam dapur

Bikarbonat (HCO3-) :Bagian dari bicarbonat buffer sistem- Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasanagaram untukmenurunkan PH.

Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-) :- Bagian dari fosfat buffer system- Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel- Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang- Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.

Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu a. Fase IPlasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.b. Fase II Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel c. Fase IIICairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membrane semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara : Difusi Filtrasi Osmosis Transportasi aktifDifusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat berpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler dan sel yaitu : Permebelitas membran kapiler dan sel Konsenterasi Potensial listrik Perbedaan tekanan.Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Difusi air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang tinggi. Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan konsentrasi dan atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi aktif berbeda dengan transportasi pasif karena memerlukan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah transportasi pompa kalium dan natrium. Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan bagian cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik koloid yang terutama disebabkan olehalbumin serum. Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut ultrafilterisasi. Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus ginjal.Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut keseimbangan dinamis atau homeostatis.Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine), ekresi pada proses metabolisme.a. Intake Cairan :Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-lira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan berat badan, perhatikan tabel di bawah ini : Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.

NoUmurBerat badan (kg)Kebutuhan cairan( ml/24 jam )

13 hari3,0250 - 300

21 tahun9,51150 - 1300

32 tahun11,81350 - 1500

46 tahun20,01800 - 2000

510 tahun28,72000 - 2500

614 tahun45,02200 - 2700

718 tahun (dewasa)54,02200 - 2700

b. Output Cairan :Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu : UrineProses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat makaproduksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh. IWL (Insesible Water Loss)IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat. Keringat Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.

FecesPengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :a. Umur Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b. Iklim :Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.c. Diet Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.d. Stress Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.e. Kondisi Sakit Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intakecairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.f. Tindakan Medis :Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.g. Pengobatan :Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh padakondisi cairan dan elektrolit tubuh.h. Pembedahan :Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

Tiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan tubuh adalah : Volume Osmolalitas KomposisiKetidakseimbangan volume terutama mempengaruhi cairan ekstraseluler (ECF) dan menyangkut kehilangan atau bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama, sehingga berakibat pada kekurangan atau kelebihan volume ekstraseluler (ECF). Ketidakseimbangan osmotik terutama mempengaruhi cairan intraseluler (ICF) dan menyangkut bertambahnya atau kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif tidak seimbang. Gangguan osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan hipernatremia sehingga nilai natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini.Kadar dari kebanyakan ion di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa disertai perubahan yang jelas dari jumlah total dari partikel-partikel yang aktif secara osmotik sehingga mengakibatkan perubahan komposisional. a. Ketidakseimbangan Volume Kekurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF)Kekurangan volume ECF atau hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan volume isotonik sering kali diistilahkan dehidrasi yang seharusnya dipakai untuk kondisi kehilangan air murni yang relative mengakibatkan hipernatremia. Kelebihan Volume ECF :Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang kira- kira sama.Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ECF (hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke kompartement cairan interstitial sehingga mnyebabkan edema. Edema adalah penunpukan cairan interstisial yang berlebihan. Edema dapat terlokalisir atau generalisata.

b. Ketidakseimbangan Osmolalitas dan perubahan komposisionalKetidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan- cairan tubuh. Karena natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam ECF maka kebanyakan kasus hipoosmolalitas (overhidrasi) adalah hiponatremia yaitu rendahnya kadar natrium di dalam plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar natrium di dalam plasma. Pahami juga perubahan komposisional di bawah ini : Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L. Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih dari atau sama dengan 5,5 mEq/L. Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali, dan ditangani untuk menghindari disritmia dan gagal jantung yang fatal.

2. Pemeriksaan tanda vital, kesadaran dan interpretasi hasil laboratorium Tanda vitalPemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Pemeriksaan tanda vital meliputi: pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu tubuh. Prosedur tindakan/ pelaksanaan pemeriksaan tanda vital dijelaskan sebagai berikut:

Pemeriksaan tekanan darah : a. Pasien istirahat 5 menit sebelum diukur. b. Memberitahu posisi pasien. c. Posisi lengan setinggi jantung. d. Menyingsingkan lengan baju ke atasistem e. Menentukan ukuran manset yang sesuai dengan diameter lengan pasien. f. Memasang manset kira-kira 1 inci (2,5 cm) dari siku. g. Menanyakan hasil pemeriksaan tekanan darah pasien sebelumnya.h. Mengatur tensimeter agar siap pakai (untuk tensimeter air raksa) yaitu menghubungkan pipa tensimeter dengan pipa manset, menutup sekrup balon manset, membuka kunci reservoir. i. Meraba arteri brachialisistem j. Meletakkan diafragma stetoskop di atas tempat denyut nadi tanpa menekan. k. Memompa sampai kira-kira 30 mmHg diatas hasil pemeriksaan sebelumnya. l. Kempiskan perlahan m. Mencatat bunyi korotkoff I dan V. n. Melonggarkan pompa segera setelah bunyi terakhir menghilang. o. Tunggu 1-2 menit sebelum mengulangi pemeriksaan. p. Jika mencurigai adanya hipotensi ortostatik, lakukan pemeriksaan dalam keadaan berdiri dan tiduran terlentang. q. Melepas manset. r. Mengembalikan posisi pasien senyaman mungkin.

Pemeriksaan Denyut Nadi : a. Mengatur posisi pasien nyaman dan rileksistem b. Menekan kulit dekat arteri radialis dengan 3 jari dan meraba denyut nadi. c. Menekan arteri radialis dengan kuat, dengan jari-jari selama kurang lebih 60 detik, jika tidak teraba denyutan, jari-jari digeser ke kanan dan kiri sampai ketemu. d. Langkah-langkah pemeriksaan ini juga dilakukan pada tempat pemeriksaan denyut nadi lainnya.

Pemeriksaan Pernafasan :a. Menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien bila hanya khusus menilai pernafasan. b. Membuka baju pasien bila perlu untuk mengamati gerakan inspirasi dan menilai kesimetrisan gerakan (tirai harus ditutup dahulu). c. Meletakkan tangan datar pada dada dan mengobservasi inspirasi dan ekspirasi serta kesimetrisan gerakan. d. Menentukan irama pernafasan e. Menetukan pernafasan dalam 60 detik. Bila pernafasan teratur cukup 30 detik lalu dikalikan 2. f. Mendengarkan bunyi pernafasan, kemungkinan ada bunyi abnormal. g. Tutup kembali baju pasien dan memberitahu bahwa pemeriksaan sudah selesai.

Pemeriksaan Suhu : a. Pengukuran di aksila : Memberitahu pasien Mencuci tangan Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dengan benar Menurunkan air raksa bila perlu Mengatur posisi pasien Meletakkan termometer di ketiak dengan posisi tepat Menunggu sekitar 5 menit Mengambil termometer, mengelap dengan gerak berputar dari bagian yang bersih Merapikan kembali baju pasien Membaca hasil pengukuran dengan segera Mencuci termometer dengan larutan sabun dan membilas dengan bersih Keringkan termometer Mengembalikan air raksa dan meletakkan kembali di tempat semula Mencuci tangan

b. Pengukuran oral : Memberitahu pasien Mencuci tangan Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dengan benar Menurunkan air raksa bila perlu Memberitahu pasien agar membuka mulut dan mengangkat lidah sedikit Memasukkan termometer pelan-pelan sampai bagian ujung tempat raksa (mercury chamber) masuk dibawah lidah. Memberitahu pasien agar menutup mulut dan jangan menggigit. Menunggu selama 5 menit. Mengambil termometer sambil memberitahu pasien untuk membuka mulut Mengelap termometer Membaca hasil pengukuran Mencuci termometer dengan air sabun, membilas dengan air bersih, dan mengeringkannya Menurunkan air raksa dan megembalikan ke tempat semula. Mencuci tangan

c. Pengukuran di rektal : Memberitahu pasien Mencuci tangan Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dan menurunkan bila perlu Mengatur posisi pasien Melumasi ujung tempat raksa dengan vaselin sesuai kebutuhan Membuka bagian rektal pasien Meraba sfingter dengan ujung tempat raksa Memasukkan ujung tempat raksa dengan hati-hati ke rectum Memasang termometer selama 5 menit Mengambil termometer dari anus Mengelap termometer secara perlahan Membersihkan rektum dengan kertas tissue Menolong pasien kembali ke posisi semula Membaca hasil pengukuran Mencuci termometer dengan larutan sabun, membilas dengan air bersih, dan mengeringkannya Menurunkan air raksa dan mengembalikan ke tempat semula Mencuci tanganSumber: (John W. Burnside dan Thomas J. Mc Glynn, 1995: 67-85) dan (Bates, 1995: 41-42), (Bates, 1995: 151-152).

Kesadarantingkat kesadaran seseorang dapat dinilai dengan 2 cara: Secara kualitatifvii. Compos mentis (conscious), yaitu keberadaan normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang keadaan di sekelilingnyaviii. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuhix. Delirium, yaitu gelisah, memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, berhayal.x. Somnolen, yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila di rangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.xi. Stupor, yaitu keadaan tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.xii. Koma, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun. Secara kuantitatifPenilaian kesadaran seseorang secara kuantitatif adalah dengan GCS (Glasgow Coma Scale):4. Menilai respon membuka mata (E) (4) : spontan (3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata). (2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari) (1) : tidak ada respon

5. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V) (5) : orientasi baik (4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu. (3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya aduh, bapak) (2): suara tanpa arti (mengerang)(1): tidak ada respon

6. Menilai respon motorik (M) (6) : mengikuti perintah (5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri) (4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri) (3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (1) : tidak ada responTingkat Kesadaran berdasarkan GCS :15 : Sadar13-14: Penurunan kesadaran ringan9-12: Penurunan kesadaran sedang3-8: Penurunan kesadaran berat (koma) Interpretasi hasil labPlasma DarahImronKategori

NatriumKadar Normal Plasma Darah :135-150 mEq/L168 mEq/LHipernatremia

KaliumKadar Normal Plasma Darah :3,5-5,3 mEq/L4mEq/LNormal

Hipernatremia:Peningkatan konsentrasi natrium plasma, dan juga menyebabkan peningkatan osmolaritas, dapat disebabkan oleh kehilangan air dari larutan ekstrasel, yang memekatkan ion natrium atau kelebihan natrium dalam cairan ekstrasel. Bila terdapat kehilangan primer air dari cairan ekstasel. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya dehidrasi hiperosmotik. Kondisi ini dapat terjadi akibat ketidakmampuan mengekskresi hormon anti-diuretik, yang dibutuhkan ginjal untuk menahan air. menyebabkan timbulnya dehidrasi dan peningkatan konsentrasi natrium klorida dalam cairan ekstarsel. Pada jenis ginjal tertentu, ginjal tidak merespon terhadap hormon antidiuretik, yang menyebabkan deabetes insipidus nevrogenik. Penyebab hipernatremia yang lebih umum akibat penurunan cairan ekstrasel adalah dehidrasi akibat asupan air yang lebih sedikit daripada pengeluarnya, seperti ditimbil saat berkeringat selama aktivitas yang berat berkepanjangan. Hal in sering terjadi pada overhidrasi hiperosmotik, karena kelebihan natrium klorida ekstrasel biasanya berhubungan dengan beberapa derajat retensi air oleh ginjal

3. Gangguan keseimbangan cairan (dehidrasi)Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Dehidarasi dapat terjadi karena : Kekurangan zat natrium Kekurangan air Kekurangan natrium dan airDehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium lebih banyak daripada air (dehidrasi hipotonik). Dehidrasi hipotonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145 mEq/L) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmol/liter). Dehidrasi isotonik ditandai dengan normalnya kadar natrium serum (135-145 mEq/L) dan osmolalitas efektif serum (270-285 mosmol/liter). Dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135 mEq/L) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mosmol/liter).Dehidrasi terjadi bila kehilangan cairan sangat besar sementara pemasukan cairan sangat kurang. Beberapa kondisi yang sering menyebabkan dehidrasi antara lain :1. Diare merupakan keadaan yang paling sering menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah besar. Di seluruh dunia, 4 juta anak-anak meninggal setiap tahun karena dehidrasi akibat diare.2. Muntah sering menyebabkan dehidrasi karena sangat sulit untuk menggantikan cairan yang keluar dengan cara minum.3. Tubuh kehilangan banyak cairan saat berkeringat. Kondisi lingkungan yang panas akan menyebabkan tubuh berusaha mengatur suhu tubuh dengan mengeluarkan keringat. Bila keadaan ini berlangsung lama sementara pemasukan cairan kurang maka tubuh dapat jatuh ke dalam kondisi dehidrasi.4. Peningkatan kadar gula darah pada penderita diabetes atau kencing manis akan menyebabkan banyak gula dan air yang dikeluarkan melalui kencing sehingga penderita diabetes akan mengeluh sering kebelakang untuk kencing.5. Penderita luka bakar dapat mengalami dehidrasi akibat keluarnya cairan berlebihan pada kulit yang rusak oleh luka bakar.6. Orang yang mengalami kesulitan minum oleh karena suatu sebab rentan untuk jatuh ke kondisi dehidrasi.Respon awal tubuh terhadap dehidrasi antara lain berupa rasa haus untuk meningkatkan pemasukan cairan hingga dengan penurunan produksi kencing untuk mengurangi seminimal mungkin cairan yang keluar. Air seni akan tampak lebih pekat dan berwarna gelap. Jika kondisi awal ini tidak tertanggulangi maka tubuh akan masuk ke kondisi selanjutnya yaitu : Mulut kering. Berkurangnya air mata. Berkurangnya keringat. Kekakuan otot. Mual dan muntah. Kepala terasa ringan terutama saat berdiri.Selanjutnya tubuh dapat jatuh ke kondisi dehidrasi berat yang gejalanya berupa gelisah dan lemah lalu koma dan kegagalan multi organ. Bila ini terjadi maka akan sangat sulit untuk menyembuhkan dan dapat berakibat fatal.Dehidrasi dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Dehidrasi sangat mudah dikenali saat awal kejadian sehingga makin cepat dilakukan koreksi maka akan semakin baik hasil yang didapatkan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi antara lain :1. Penderita diare dan muntah muntah dapat diberikan pengobatan awal untuk mencegah kehilangan cairan yang lebih lanjut. Obat obatan ini terutama untuk mengurangi gejala yang terjadi.2. Obat penurun panas dapat diberikan untuk menurunkan suhu tubuh.3. Penderita diberikan minum sebanyak mungkin dengan cara bertahap namun frekuensinya ditingkatkan.Prinsip utama pengobatan dehidrasi adalah penggantian cairan. Penggantian cairan ini dapat berupa banyak minum, bila minum gagal maka dilakukan pemasukan cairan melalui infus. Tapi yang utama disini adalah penggantian cairan sedapat mungkin dari minuman. Keputusan menggunakan cairan infus sangat terggantung dari kondisi pasien berdasarkan pemeriksaan dokter. Keberhasilan penanganan dehidrasi dapat dilihat dari produksi kencing. Penggunaan obat-obatan diperlukan untuk mengobati penyakit-penyakit yang merupakan penyebab dari dehidrasi seperti diare, muntah dan lain-lain.Dehidrasi dapat dicegah dengan melakukan beberapa upaya berikut :1. LingkunganDehidrasi yang disebabkan oleh faktor lingkungan sangat mungkin untuk dilakukan pencegahan. Jika memungkinkan, aturlah jadual kegiatan atau aktifitas fisik yang sesuai dengan kondisi lingkungan. Jangan melakukan aktifitas berlebihan pada siang hari.2. Olah ragaOrang yang berolah raga pada kondisi cuaca yang panas harus minum lebih banyak cairan.3. UmurUmur sudah dan tua sama beresikonya untuk mengalami dehidrasi.Dehidrasi bukan kondisi yang tidak dapat dicegah namun bila terjadi dan tertangani dengan baik maka kondisi yang tidak diinginkan bisa dihindari.Dehidrasi kerap kali menyebabkan kulit jadi tipis dan lebih cepat kelihatan berkerut. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dehidrasi pada kulit, yaitu dengan minum banyak cairan, normalnya disarankan untuk mengkonsumsi paling sedikit 8 gelas cairan sehari, minum minuman berenergi dapat mendorong orang-orang aktif, lebih banyak minum cairan karena kandungan rasa dan sodium tinggi di dalamnya, hindari minuman berkafein dan yang mengandung alkohol, keduanya sama-sama dapat menyebabkan dehidrasi, hindari minuman yang mengandung carbonat karena pembakaran bisa menyebabkan penggelembungan atau perasaan penuh dan mencegah pemenuhan konsumsi cairan, mengenakan pakaian berwarna terang, yang menyerap dan berukuran pas, usahakan berada di tempat yang sejuk, terlindungi dari matahari dan lindungi kulit dengan sunblock kapan saja selebihnya, menyadari dan mempersiapkan adalah cara termudah untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Di hari yang panas, untuk orang yang sedang beraktivitas bisa mengalami dehidrasi hanya dalam waktu 15 menit.Jika Anda mengalami pertanda ini, segeralah hentikan aktivitas dan beristirahatlah di tempat yang sejuk. Minum cairan sebanyak mungkin untuk menggantikan air yang hilang dari tubuh Anda. Jenis cairan kristaloid yang digunakan untuk rehidrasi tergantung dari jenis dehidrasinya. Pada dehidrasi isotonik dapat diberikan cairan NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dengan kecepatan 25-30% dari defisit cairan total per hari. Pada dehidrasi hipertonik digunakan cairan NaCl 0,45%. Dehidrasi hipotonik ditatalaksana dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik.

4. Gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa dalam tubuh (hipernatremia dan hipovolemia) HipovolemiaKekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama. (Brunner & suddarth, 2002).1) Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler (CES).2) Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES)3) Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian ekstraseluler (CES)Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :1. Penurunan masukan.2. Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal abnormal, dll.3. Perdarahan.Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung pada jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai dengan ketidak seimbangan asam basa, osmolar atau elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik.Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon antideuritik (ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut.Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :1. Dehidrasi (Ringan, sedang berat).2. Renjatan hipovolemik.3. Kejang pada dehidrasi hipertonik. HipernatremiaHipernatremia (kadar natrium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan P dimana kadar natrium dalam darah lebih dari 145 mEq/L darah.Hipernatremia atau hypernatraemia adalah sebuah gangguan elektrolit yang didefinisikan oleh tingkat natrium tinggi dalam darah. Hipernatremia ini umumnya tidak disebabkan oleh kelebihan natrium, melainkan dengan defisit relatif gratis air dalam tubuh. Untuk alasan ini, hipernatremia sering sinonim dengan istilah dehidrasi.Air hilang dari tubuh dalam berbagai cara, termasuk keringat, kerugian insensible dari bernapas, dan dalam tinja dan urin. Jika jumlah air yang tertelan secara konsisten berada di bawah jumlah air yang hilang, tingkat natrium serum akan mulai meningkat, yang mengarah ke hipernatremia. Jarang, hipernatremia dapat disebabkan oleh konsumsi garam besar, seperti yang mungkin terjadi dari minum air laut.Biasanya, bahkan peningkatan kecil di konsentrasi natrium serum di atas hasil batas normal pada sensasi kuat haus, peningkatan asupan air bebas, dan koreksi abnormalitas. Oleh karena itu, hipernatremia paling sering terjadi pada orang-orang seperti bayi, yang dengan status mental terganggu, atau orang tua, yang mungkin memiliki mekanisme haus utuh tetapi tidak dapat meminta atau mendapatkan air.Natrium adalah salah satu elektrolit yang amat dibutuhkan tubuh untuk menjaga metabolisme tubuh. Salah satu fungsi elektrolit ini adalah untuk kontraksi dan pergerakan manusia, dan juga untuk menjaga cairan tubuh karena fungsi dari natrium ini yang dapat menarik air.Hipernatremia dan hiponatremia sering terjadi pada usia lanjut. Hipernatremia pada usia lanjut paling sering disebabkan oleh kombinasi dari asupan cairan yang tidak adekuat dan bertambahnya kehilangan asupan kehilangan cairan. Gangguan mekanisme dari rasa haus dan hambatan akses terhadap cairan (sekunder dari gangguan mobilitas atau menelan) terur berkontribusi dalam timbulnya hipernatremia pada usia lanjut selain adanya keterlambatan eskresi natrium. Kehilangan air murni pada keadaan demam, hiperventilasi dan diabetes insipidus. Lebih sering, kehilngan airhipoteonik disebabkan oleh problem saluran cerna. , luka bakar, terapi diuretika atau dieresis osmotic. Seringkali deteksi hipernatremia pada usia lanjut terlambat dilakukan sehingga usia lanjut yang lemah dapat jatuh pada keadaan hipernatremia yang bermakna. Pada penderita dengan demensia sangat mudah mengalami hipernatremia karena penurunan rasa haus, gangguan kemampuan untuk meminta air karenan penurunanrasa haus, gangguan kemampuan untuk meminta air dan mungkin, rendahnya kadar vasopressin.Penyebab penting lainnya adalah hiperkalsemia yang mungkin dapat menyebabkan kerusakan sel pada gelung Henle dan berinteraksi dengan vasopressin pada tingkat duktus kolektus. Hipokalemia yang bermakna juga dapat menyebabkan hipernatremia.Hipernatremia (natrium serum di atas 150 mEq/L) merupakan gangguan elektrolit yang lazim dijumpai pada pasien di bangsal perawatan dan unit rawat intensif. Pasien hipernatremia dikelompokkan dalam 3 kategori: Ringan, kadar serum 151 sampai 155 mEq/L; Moderate, 156 sampai 160 mEq/L; dan Berat, di atas 160 mEq/L.Kategori ini walau terkesan ditentukan sepihak, berasal dari rekomendasi Bingham and the Brain Trauma Foundation. Walaupun ada pasien dengan usia lanjut, gangguan mental dan penghuni panti wreda masuk rumah sakit dengan hipernatremia, pada kebanyakan kasus, hipernatremia berkembang selama perawatan. Biasanya hipernatremia diakibatkan oleh kehilangan air bebas (renal, enteral, dan insensible) yang disertai kurangnya asupan air bebas (gangguan mekanisme haus atau sukar mendapatkan air) serta terapi yang tidak tepat dengan cairan isotonik. Pasien rawat-inap dengan hipernatremia memiliki angka kematian lebih tinggi (40%-60%) dibandingkan pasien tanpa hipernatremia ketika masuk rumah sakit. Kekerapan yang dilaporkan pada populasi rumah sakit berkisar antara 0.3% sampai 3.5% . Pasien yang masuk ICU lebih sering mengalami hipernatremia dibandingkan pasien bangsal. Karena hipernatremia sering merupakan kondisi iatrogenik yang terkait dengan mortalitas tinggi, beberapa ahli telah menyimpulkan bahwa ini bisa dipandang sebagai indikator dari kualitas perawatan. Pasien sakit kritis dengan penyakit neurologi atau bedah saraf memiliki banyak faktor yang membuat mereka lebih rentan mengalami hipernatremia. Mereka sering memiliki mekanisme haus yang terganggu karena berubahnya kesadaran atau penyakit sistem saraf yang mempengaruhi persepsi haus.Pasien-pasien ini mungkin juga mengidap diabetes insipidus akibat disfungsi hipofisis atau hipotalamus. Meningkatnya insensible loss akibat demam juga merupakan faktor kontribusi. Lebih penting lagi, pada pasien dengan edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial, hipernatremia sering merupakan akibat dari penggunaan diuretik osmotik (mannitol) atau salin hipertonik. Hipernatremia mungkin memiliki peran terapeutik pada pasien yang mendapat terapi osmotik.Pada orang dewasa dengan edema serebral pasca bedah atau pasca trauma yang diterapi dengan NaCl; 3%, penurunan tekanan intrakranial telah diperlihatkan berkorelasi dengan kenaikan kadar serum. Pada pasien anak dengan trauma kepala yang diterapi dengan salin hipertonik, hipernatremia berkorelasi dengan kontrol yang lebih baik terhadap tekanan intrakranial tanpa efek samping bermakna. Kendati demikian, hipernatremia juga telah ditunjukkan berhubungan dengan disfungsi ginjal pada populasi ini. Jadi, pada pasien yang mendapat terapi osmotik, kadar natrium serum yang ideal sering sukar ditetapkan. Di satu sisi, hipernateremia mungkin bermanfaat dalam mengendalikan tekanan intrakranial. Di sisi lain, berdasarkan kajian-kajian yang dilaksanakan di basal penyakit dalam-bedah dan ICU, hipernatremia diikuti dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas.Dalam memberikan terapi osmotik yang baik, perlu diantisipasi dampak hipernatremia terhadap mortalitas pada populasi khusus ini. Juga penting ditentukan ambang sampai mana kadar natrium serum bisa ditinggikan dengan aman. Hubungan antara hipernatremia dan mortalitas pada pasien ini belum pernah dikaji sebelumnya.Ciri-ciri Hipernatremia Selalu menunjukkan dehidrasi seluler Pada kebanyakan kasus, penyebab adalah net water loss. Overloading natrium (Meylon) juga bisa menjadi penyebab Lebih sering pada bayi dan lansia. Pada lansia gejala belum terlihat sebelum kadar > 160 mmol/L Pada hipernatremia akut (terjadi dalam beberapa jam), laju penurunan yg dianjurkan 1 mmol/L/jam. Pada hipernatremia kronis, laju koreksi adalah 0.5 mmol/L/jam untuk mencegah edema serebral. Lebih tepatnya adalah 10 mmol/L/24jam. Kebutuhan obligatorik (rumatan) juga harus ditambahkan. Sebagai contoh volume untuk koreksi 2.1 L dan rumatan 1.5 L maka dalam sehari diberikan 3.6 L atau 150 ml/jam.Beberapa pertimbangan sebelum mengoreksi Hipernatremia: Hipernatremia selalu menunjukkan dehidrasi seluler Pada kebanyakan kasus, penyebabnya adalah kehilangan air bebas (misal setelah pemberian manitol) Pemberian beban natrium berlebihan (Meylon) juga bisa menjadi faktor kontribusi Hipernatremia lebih berbahaya pada bayi, pasien usia lanjut dan pasien neurologi. Pada lansia gejala belum muncul sebelum kadar natrium melewati 160 mmol/L Pada hipernatremia akut (yang terjadi dalam beberapa jam), laju penurunan yang dianjurkan adalah 1 mmol/L/jam. Pada hipernatremia kronik, laju koreksi adalah 0.5 mmol/L/jam untuk menghindari edema serebral. (lebih tepatnya 10 mmol/L/24 jam) Kebutuhan rumatan obligat perlu ditambahkan. Pada prinsipnya 1 L larutan yang mengandung natrium akan menaikkan atau menurunkan kadar Na+ plasmaPada hipernatremia, tubuh mengandung terlalu sedikit air dibandingkan dengan jumlah natrium. Konsentrasi natrium darah biasanya meningkat secara tidak normal jika kehilangan cairan melampaui kehilangan natrium, yang biasanya terjadi jika minum terlalu sedikit air. Konsentrasi natrium darah yang tinggi secara tidak langsung menunjukkan bahwa seseorang tidak merasakan haus meskipun seharusnya dia haus, atau dia haus tetapi tidak dapat memperoleh air yang cukup untuk minum.Hipernatremia juga terjadi pada seseorang dengan: fungsi ginjal yang abnormal diare muntah demam keringat yang berlebihan.Hipernatremia paling sering terjadi pada usia lanjut. Pada orang tua biasanya rasa haus lebih lambat terbentuk dan tidak begitu kuat dibandingkan dengan anak muda. Usia lanjut yang hanya mampu berbaring di tempat tidur saja atau yang mengalami demensia (pilkun), mungkin tidak mampu untuk mendapatkan cukup air walaupun saraf-saraf hausnya masih berfungsi.Selain itu, pada usia lanjut, kemampuan ginjal untuk memekatkan air kemih mulai berkurang, sehingga tidak dapat menahan air dengan baik. Orang tua yang minum diuretik, yang memaksa ginjal mengeluarkan lebih banyak air, memiliki resiko untuk menderita hipernatremia, terutama jika cuaca panas atau jika mereka sakit dan tidak minum cukup air. Hipernatemia selalu merupakan keadaan yang serius, terutama pada orang tua. Hampir separuh dari seluruh orang tua yang dirawat di rumah sakit karena hipernatremia meninggal. Tingginya angka kematian ini mungkin karena penderita juga memiliki penyakit berat yang memungkinkan terjadinya hipernatremia.Hipernatremia dapat juga terjadi akibat ginjal mengeluarkan terlalu banyak air, seperti yang terjadi pada penyakit diabetes insipidus. Kelenjar hipofisa mengeluarkan terlalu sedikit hormon antidiuretik (hormon antidiuretik menyebabkan ginjal menahan air) atau ginjal tidak memberikan respon yang semestinya terhadap hormon. Penderita diabetes insipidus jarang mengalami hiponatremia jika mereka memiliki rasa haus yang normal dan minum cukup air.Tubuh kita ini adalah ibarat suatu jaringan listrik yang begitu kompleks, didalamnya terdapat beberapa pembangkit lokal seperti jantung, otak dan ginjal. Juga ada rumah-rumah pelanggan berupa sel-sel otot. Untuk bisa mengalirkan listrik ini diperlukan ion-ion yang akan mengantarkan perintah dari pembangkit ke rumah-rumah pelanggan. Ion-ion ini disebut sebagai elektrolit. Ada dua tipe elektrolit yang ada dalam tubuh, yaitu kation (elektrolit yang bermuatan positif) dan anion (elektrolit yang bermuatan negatif). Masing-masing tipe elektrolit ini saling bekerja sama mengantarkan impuls sesuai dengan yang diinginkan atau dibutuhkan tubuh.

2.3.5 Kerangka konsep

Imron, 40 thn

Terpajan sengatan matahari

Tidak minum

Penguapan air dalam tubuh meningkat

Intake air kurang

Hipovolemia dan hipernatremia

2.3.6 KesimpulanImron, 40 tahun, mengalami hipovolemia dan hipernatremia akibat intake air yang kurang dan penguapan air dalam tubuh yang meningkat.

Daftar PustakaTamtari, Anas. 2008. Klien Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Muhiman, M. 1989. Penatalaksanaan Pasien di Intensive Care Unit. Bagian Anestesiologi, FKUI. Jakarta. Daftar Pustaka.

Delp, MH. And Manning, RT. 1996. Major Diagnosis Fisik. EGC. Jakarta.

DeGowin, RL. And Brown, DD. 2000. Diagnostic Examination, 7th ed. Mc Graw-Hill Co. New York.

Price dan Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Burnside, John W., dan Thomas J., Mc Glynn. 1995. Adams Diagnosis Fisik. 17th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Bates B. 1995. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Cummins, R.O. 1997. Advanced Cardiac Life Support. American Hearth Association. USA.

Muhiman, M. 1989. Penatalaksanaan Pasien di Intensive Care Unit. Bagian Anestesiologi, FKUI. Jakarta.

Delp, MH. And Manning, RT. 1996. Major Diagnosis Fisik. EGC. Jakarta.

DeGowin, RL. And Brown, DD. 2000. Diagnostic Examination, 7th ed. Mc Graw-Hill Co. New York.24