laporan pob babi

12
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU PENYAKIT DALAM Blok 17 Non Ruminansia PENYAKIT ORGANIK HEWAN BESAR DERMATITIS Oleh Anggi Desterina 08/269185/KH/6005 BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

Upload: hardian-andreas

Post on 20-Jan-2016

58 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sdsds

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pob Babi

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU PENYAKIT DALAM

Blok 17 Non Ruminansia

PENYAKIT ORGANIK HEWAN BESAR

DERMATITIS

Oleh

Anggi Desterina

08/269185/KH/6005

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2011

Page 2: Laporan Pob Babi

DERMATITIS

Abstrak

Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap

paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Dikenal dua macam jenis

dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan yang timbul melalui mekanisme non

imunologik dan dermatitis kontak alergik yang diakibatkan mekanisme imunologik

dan dermatitis kontak alergik yang diakibatkan meka nisme imunologik yang spesifik.

Skin dermatitis disebabkan oleh berbagai macam, bisa oleh karena adanya

infeksi bakteri, jamur, atau infeksi parasit, alergi makanan, gigitan kutu, kontak

langsung dengan hewan yang terinfeksi, gangguan sistem metabolik dan hormonal,

serta berbagai macam penyebab lainnya.

Injeksi, obat ektoparasit yang biasa digunakan adalah injeksi obat golongan

avermectin, misalnya ivermectin, doramectin, atau selamectin. Diperlukan dua kali

suntikan ivermectin dengan selang waktu 2 minggu, agar penyakit dapat sembuh

total. Bisa juga di berikan vitamin ADE.

Kata kunci : Dermatitis, Infeksi, Obat ektoparasit

A. Ambulatoir

Tanggal pemeriksaan : Rabu, 18 Mei 2011 (13.00 – 15.00 WIB)

Nama pemilik : Ibu Sri Rahayu (Kadipiro, Sleman, Yogyakarta)

Macam Hewan : Babi

Nama hewan : -

Signalemen : Breed : Landrace

Sex : betina

Age : + 1,5 tahun

Specific Pattern : warna putih-merah muda, bercak putih jelas pada bagian

pantat

B. Anamnesa

Berdasarkan anamnesa, babi belum pernah memiliki riwayat penyakit apapun. Dalam

satu kotak kandang berisi 10 ekor babi seumuran. Pakan yang diberikan adalah bungkil

kedelai, jagung, dan ditambahkan air sedikit. Pada genjik, air yang diberikan sebagai

campuran makanan digantikan dengan susu “Delac”

1

Page 3: Laporan Pob Babi

C. Status Praesens

1. Keadaan umum : Cermin hidung basah, keadaan nafsu makan baik

2. Frekuensi nafas : 28 kali/menit

3. Frekuensi pulsus : 42 kali/menit

4. Suhu : 38o C

5. Kulit dan rambut : terdapat nodule-noduli kemerahan terutama pada daerah

punggung.

6. Selaput lendir : pink, TAP

7. Kelenjar limfe : tidak ada kebengkaan, TAP

8. Pernafasan : normal, thoraco abdominal

9. Peredaran darah : sistole dan diastole dapat dibedakan, ritmis

10. Pencernaan : feses normal, anus kotor

11. Urogenital : normal, bersih

12. Saraf : TAP

13. Anggota gerak : ekstremita cranial dan caudal normal, berjalan dan berdiri

dengan baik, TAP

14. Berat badan : ± 150 kg

D. Diagnosa : dermatitis

E. Prognosa : fausta

F. Tata laksana

Pemberian :

Duphapen LA (Procain Benzylpeniciline) 150 mg/ 112, 5 mg BB : 5 cc

G. Tinjauan Pustaka

Etiologi

Dermatitis Kontak Iritan

Penyebab munculnya dermatitis kontak iritan ialah bahan yang bersifat iritan,

misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu serta

agen mikroorganisme. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul,

daya larut, konsentrasi, kohikulum, serta suhu bahan iritan tersebut, juga dipengaruhi

oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu : lama kontak, kekerapan (terus-menerus

atau berselang) adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian juga

gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan.

Cotoh agen pathogen penyebab dermatitis pada hewan :

2

Page 4: Laporan Pob Babi

1. Kutu penggigit: Felicola subrostratus

Infestasi yang berat dari kutu ini sering terjadi pada hewan terlantar dan

kurang gizi terutama pada kucing bulu panjang. Gejala yang tampak yaitu

menggaruk-garuk badannya atau menggosok-gosokkan badannya pada benda

disekitarnya secara terus menerus. Pada infeksi yang berat hewan mengalami

kelemahan dan anemia. Telur kutu dapat ditemukan dengan mudah diantara bulu.

2. Kudis Notoedres

Disebabkan oleh Notoedres cati Penyakit ini sangat menular. Gejala yang

terlihat adalah adanya lesi yang kering, kulit menebal dan kasar pada daerah belakang

telinga, muka dan bisa menyebar sampai kaki dan ekor yang disertai rasa gatal terus

menerus.  

3. Kudis Demodectic.

Penyakit ini merupakan penyakit kulit yang jarang terjadi dan cenderung

terjadi persembuhan sendiri. Lokasi dari lesi terdapat pada sekitar mata yang

menyebabkan kebotakan.

4. Kudis Otodectic

Disebabkan oleh Octodectes cynotis Lokasi kudis pada telinga pada bagian

luar. Awal infeksi terjadi eksudat seperti lilin yang berwarna coklat dan menjadi

berkerak. Tungau hidup di dalam kerak diatas kulit. Gejala klinis hewan terlihat

sering menggelengkan kepala, menggaruk telinga, adanya massa seperti lilin pada

liang telinga, nanah, pembendungan darah pada telinga dan iritasi.

5. Pinjal

Disebabkan oleh: Ctenocephalides felis Pinjal ini merupakan hospes

intermedier (perantara) cacing pita (Diphylidium caninum). Gigitan akibat pinjal ini

dapat menimbulkan reaksi alergi (allergic fleabite dermatitis).

Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis kontak alergi disebabkan karena kulit terpapar oleh bahan-bahan

tertentu, misalnya alergen, yang diperlukan untuk timbulnya suatu reaksi alergi. Hapten

merupakan alergen yang tidak lengkap (antigen), contohnya formaldehid, ion nikel dll.

Hampir seluruh hapten memiliki berat mo lekul rendah, kurang dari 500- 1000 Da.

Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan dan

luasnya penetrasi di kulit.

3

Page 5: Laporan Pob Babi

Patogenesis

Dermatitis Kontak Alergi

Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang

disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak

lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut

akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-

komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan

diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan

leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor

sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit

serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin, prostaglandin dan

leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler.

Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein. Pada dermatitis

kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator- mediator. Sehingga

perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis

kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi. Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat

dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama

pada hampir semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan

atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara,

tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.

Dermatitis Kontak Alergi

Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV yang

menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu Fase sensitisasi disebut juga fase

induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi sensitisasi terhadap individu yang semula

belum peka, oleh bahan kontaktan yang disebut alergen kontak atau pemeka. Fase kedua

adalah Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen

yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen dermis.

Gejala Klinis

Gejalanya adalah kulit yang gatal-gatal dan meradang serta berwarna kemerahan

terutama pada daerah-daerah lipatan dan perut dimana bulu menjadi lebih tipis,

pengurangan dalam kuantitas bulu adalah akibat dari kebiasaan menggaruk dengan

maksud untuk meringankan rasa gatal.

4

Page 6: Laporan Pob Babi

Diagnosa

Diagnosa dari suatu penyakit dapat ditentukan dari riwayat penyakit hewan tersebut,

anamnesa yang didapat dari klien, gejala klinis yang tampak, pemeriksaan umum dan

pemeriksaan khusus (pemeriksaan dari laboratorium). Cotoh :

1. Pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium dengan cara melakukan

kerokan atau scraping yang agak dalam di daerah infeksi sampai keluar darah, lalu

diberi tetesan KOH 10 % untuk dilihat dibawah mikroskop. Hasilnya pada umumnya

akan terlihat kutu demodex dan telur demodex.  

Terapi

1. Terapi kausatif

Obat yang diberikan disesuaikan dengan agen pathogen yang terbukti menginfeksi

(dari diagnose klinis). Contoh adalah pemberian antibiotic spectrum luas : Penicillin,

Aureomicyn.

2. Terapi suportif

Obat anti rasa nyeri dapat diberikan adalah spasmolitika Pethidine (Meperidine HCL,

Demerol) dosis 150-200 mg/pound. Jika terdapat luka dapat diberikan antihistamin

misalnya Delladryl sebanyak 10-15 ml SC. Kemudian diberikan injeksi vitamin

untuk mempercepat pemulihan stamina kuda yang mengalami diare.

Pencegahan

1. Pencegahan dilakukan dengan grooming menggunakan bedak atau shampo anti

parasit.

2. Pada infestasi berat, dianjurkan untuk mendapatkan pengobatan dari dokter hewan

yang biasanya diulang setelah 14 hari. Hal ini dilakukan untuk membunuh kutu yang

baru menetas.

3. Pengobatan dilakukan satu minggu sekali selama 4-6 minggu menggunakan acaricide

pada lesi yang telah dilunakkan menggunakan cairan parafin/ sabun.

4. Berikan suplemen yang dapat memperbaiki dan meningkatkan kesehatan kulit.

5. Kulit adalah bagian tubuh terbesar dan jika kulit sehat, maka akan tercermin pada

bulu yang sehat dan kondisi kesehatan hewan secara keseluruhan, berikan  suplemen

vitamin E yang membantu untuk mempertahankan kesehatan kulit.

6. Cairan antiseptik alami yang dapat digunakan untuk membersihkan dan melindungi

telapak kaki dan aman digunakan utuk kulit yang kering dan bersisik.

5

Page 7: Laporan Pob Babi

H. Pembahasan

Hasil pemeriksaan babi adalah secara fisik babi tampak normal. Dapat berjalan dan

berdiri dengan baik. Nafsu makan dan minum tampak baik. Feses dengan konsistensi

normal. Suhu babi juga masih dalam range normal 380 C-390 C, namun terjadi penurunan

pada pulsus (normal: 72-104 x/menit) dan penurunan frekuensi nafas (normal: 30-54

x/menit). Hasil ini kurang mengarah pada suatu penyakit, karena pengukuran dilakukan

saat babi istirahat (tidur). Pada kulit daerah punggung tampak bercak-bercak merah

menyebar. Dengan disinkronkan pada kondisi sanitasi kandang yang buruk maka pada

kelompok babi kandang ini didiagnosa mengalami dermatitis kontak iritan. Pada sanitasi

kandang yang buruk (tempat makan, tempat minum, pengairan) kemungkinan besar

terdapat agen pathogen (mikroorganisme) yang dapat menempel dengan mudah pada

kulit babi.

Penanganan yang diberikan adalah pemberian antibiotic Duphapen LA (Procain

Benzylpeniciline) 150 mg/ 112, 5 mg BB (5 cc) / (2.500-10.000 IU) secara SC. Hal ini

dimaksudkan sebagai antibiotic spectrum luas, karena belum dilakukan pemeriksaan

pendukung untuk mendiagnosa dengan tepat agen pathogen penyebab dermatitis.

I. Kesimpulan

1. Babi umur 1,5 tahun mengalami Dermatitis kontak iritan (akibat agen pathogen),

karena sanitasi kandang yang buruk.

2. Terapi untuk kasus dermatitis adalah diberikan antibiotic spectrum luas. Saran,

sedangkan terapi suportif yang diberikan adalah pemberian antihistamin dan

multivitamin.

J. Lampiran gambar

Gb 1 dan 2. Keadaan umum babi (1), bercak-bercak merah pada punggung babi (2)

6

Page 8: Laporan Pob Babi

Gb 3, dan 4. Luka memerah pada kulit punggung (3), dan antibiotic / antimkroba (4)

K. Daftar pustaka

Bowman, D.D., Lynn, R.C., and Eberhard, M.L., 1999. Georgis’ Parasitology for Veterinarians 8th Edition, Saunders: USA, pp. 92-96, 228-229.

Brander, G.C., D.M. Pugh., R.J. Bywater., R.J, dan W.L. Jenkins. 1991. Veterinary Applied Pharmacology and Therapeutics. 5th Ed. ELBS, Bailliere Tindall.

Fieldman, Bernard F et al. 2000. Schalm’s Veterinary Hematology, fifth edition, Lippincot William & Wilkins, Philadelphia.

Harjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga University Press. Surabaya.

Levine, N.D. 1994. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Smith, B.P. 2002. Large Animal Internal Medicine. St.Louis: Mosby Inc

Soulsby, E. J. L. 1982. Helminths, Arthropods and Protozoa of Domestic Animals, 7th

ed. William and Willems, Baltimore. The ELBS and Bailliere Tyndall. London. Hal 84-86, 231-238.

Subronto, 2001. Ilmu Penyakit Ternak II. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Subronto, 2003. Ilmu Penyakit Ternak (Mamalia) I. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta

Urquhart, G.M., Duncan, J.L,Dunn, A.M., and Jennings, F.W., 1987. Veterinary Parasitology 1st Edition, ELBS Logman Group: Inggris.

7