laporan pendahuluan osteoporosis

17
LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOPOROSIS A. Latar Belakang Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi satu sama laini. Proses menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran Dengan bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secara linear. Hilang tulang ini lebih nyata pada wanita disbanding pria. Tingkat hilang tulang ini sekitar 0,5 – 1% per tahun dari berat tulang pada wanita pasca menopause dan pada pria > 80 tahun. Hilang tulang ini lebih mengenai bagian trabekula disbanding bagian korteks, dan pada pemeriksaan histologik wanita dengan osteoporosis spinal pasca menopause tinggal mempunyai tulang

Upload: ahmad-fauzi

Post on 06-Aug-2015

212 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Osteoporosis

LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOPOROSIS

A. Latar Belakang

Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada

organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel

serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami

yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun

sosial akan saling berinteraksi satu sama laini. Proses menua yang terjadi

pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu,

kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations),

ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan

dialami bersamaan dengan proses kemunduran

Dengan bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secara

linear. Hilang tulang ini lebih nyata pada wanita disbanding pria. Tingkat

hilang tulang ini sekitar 0,5 – 1% per tahun dari berat tulang pada wanita

pasca menopause dan pada pria > 80 tahun. Hilang tulang ini lebih mengenai

bagian trabekula disbanding bagian korteks, dan pada pemeriksaan histologik

wanita dengan osteoporosis spinal pasca menopause tinggal mempunyai

tulang trabekula < 14% (nilai normal pada lansia 14 – 24% ).

Sepanjang hidup tulang mengalami perusakan (dilaksanakan oleh sel

osteoklas) dan pembentukan (dilakukan oleh sel osteoblas) yang berjalan

bersama-sama, sehingga tulang dapat membentuk modelnya seseuai dengan

pertumbuhan badan (proses remodelling) Oleh karena itu dapat dimengerti

bahwa proses remodelling ini akan sangat cepat pada usia remaja (growth

spurt). Terdapat berbagai factor yang mempengaruhi pembentukan dan

pengrusakan oleh kedua jenis sel tersebut. Apabila hasil akhir perusakan

(resorbsi/destruksi) lebih besar dari pembentukan (formasi) maka akan timbul

osteoporosis.

Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari sindrom

geriatric, dalam arti insidens dan akibatnya pada usia lanjut yang cukup

significant.

Page 2: Laporan Pendahuluan Osteoporosis

Kondisi ini tentu saja sangat mencemaskan siapapun yang peduli, hal

ini terjadi karena ketidaktahuan pasien terhadap osteoporosis dan akibatnya.

Beberapa hambatan dalam penanggulangan dan pencegahan osteoporosis

antara lain karena kurang pengetahuan, kurangnya fasilitas pengobatan, factor

nutrisi yang disediakan, serta hambatan-hambatan keuangan. Sehingga

diperluan kerja sama yang baik antara lembaga-lembaga kesehatan, dokter

dan pasien. Pengertian yang salah tentang perawatan osteoporosis sering

terjadi karena kurangnya pengetahuan.

Peran dari petugas kesehatan dalam hal ini adalah dokter dan perawat

sangatlah mutlak untuk dilaksanakan. Karena dengan perannya akan

membantu dalam mengatasi peningkatan angka prevalensi dari osteoporosis.

Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan berperan dalam upaya

pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang pengertian osteoporosis,

penyebab dan gejala osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis. Berperan

juga dalam meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan serta

peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien serta keluarganya dalam

melaksanakan pengobatan osteoporosis. Peran yang terakhir adalah

peningkatan kerja sama dan system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas

pelayanan kesehatan, hal ini akan memberi nilai posistif dalam upaya

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

B. Pengertian

Adalah suatu keadaan pengurangan jaringan tulang per unit volume,

sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap

trauma minimal. Secara histopatologis osteoporosis ditandai oleh

berkurangnya ketebalan korteks disertai dengan berkurangnya jumlah

maupun ukuran trabekula tulang.

Penurunan Massa tulang ini sebagai akibat dari berkurangnya

pembentukan, meningkatnya perusakan (destruksi) atau kombinasi dari

keduanya.

Page 3: Laporan Pendahuluan Osteoporosis

Menurut pembagiannya dapat dibedakan atas :

1. Osteoporosis Primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang

lain, yang dibedakan lagi atas :

a. Osteoporosis tipe I (pasca menopause), yang kehilangan tulang

terutama dibagian trabekula

b. Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan Massa tulang

daerah korteks

c. Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda denganpenyebab

yang tidak diketahui

2. Osteoporosis sekunder, yang terjadi pada /akibat penyakit lain, antara

lain hiperparatiroid, gagal ginjal kronis, arthritis rematoid dan lain-lain.

C. Etiologi

1. Determinan Massa Tulang

Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh

berbagai factor antara lain :

a. Faktor genetic

Perbedaan genetic mempunyai pengaruh terhadap kepadatan

tulang

b. Faktor mekanik

Beban mekanik berpengaruh terhadap massa tulang,

bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan

berkurangnya massa tulang. Ada hubungan langsung dan nyata

antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut

menunjukkan respon terhadap kerja mekanik. Beban mekanik yang

berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang

yang besar

c. Faktor makanan dan hormon

Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi

yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan

Page 4: Laporan Pendahuluan Osteoporosis

mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetic yang

bersangkutan

2. Determinan pengurangan Massa Tulang

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan massa tulang

pada usia lanjut yang dapat mengakibatkan fraktur osteoporosis pada

dasarnya sama seperti pada factor-faktor yang mempengaruhi massa

tulang.

a. Faktor genetic

Factor genetic berpengaruh terhadap resiko terjadinya fraktur.

Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah

mendapat resiko fraktur dari seseorang denfan tulang yang besar.

b. Factor mekanis

Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan

bertambahnya usia dan karena massa tulang merupakan fungsi beban

mekanik, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan

bertambahnya usia.

c. Faktor lain

1) Kalsium

Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan

kalsium yang rendah dan absorbsinya tidak baik akan

mengakibatkan keseimbangan kalsium yang negatif begitu

sebaliknya.

2) Protein

Parotein yang berlebihan akan mengakibatkan

kecenderungan keseimbangan kalsium yang negatif

3) Estrogen

Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan

mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium,

karena menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari makanan dan

juga menurunnya konservasi kalsium diginjal.

Page 5: Laporan Pendahuluan Osteoporosis

4) Rokok dan kopi

Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak

cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-

lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme

pengaruh rokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui,

akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui

urin maupun tinja.

5) Alkohol

Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan

masukan kalsium yang rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin

yang meningkat. Mekanisme yang pasti belum diketahui.

D. Patofisiologi

Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan

massa tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidpu

(merokok, minum kopi), dan aktifitas fisik mempengaruhi puncak massa

tulang. Kehilangan karena usia mulai segera setelah tercapai puncaknya

massa tulang. Menghilangnya estrogen pada saat menopause mengakibatkan

percepatan resorbsi tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pasca

menopause.

Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D

penting untuk absorbsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet

mengandung kalsium dan vitamin D harus mencukupi untuk

mempertahankan remodelling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan

vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan

pengurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis.

E. Tanda Dan Gejala

1. Nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata

2. Nyeri timbul secara mendadadak

3. Nyeri dirasakan ringan pada pagi hari (bangun tidur)

Page 6: Laporan Pendahuluan Osteoporosis

4. Nyeri akan bertambah karena melakukan aktifitas atau pekerjaan sehari-

hari atau karena pergerakan yang salah

5. Rasa sakit karena oleh adanya fraktur pada anggota gerak

6. Rasa sakit karena adanya kompresi fraktur paa vertebra

7. Rasa sakit hebat yang terlokalisasi pada daerah vertebra

8. Rasa sakit akan berkurang apabila pasien istirahat di tempat tidur

F. Pemeriksaan Penunjang

Osteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar-x rutin bila sudah

terjadi demineralisasi 25% sampai 40%. Tampak radiolusesnsi tulang. Ketika

vertebra kolaps, vertebra torakalis menjadi berbentuk baji dan vertebra

lumbalis menjadi bikonkaf.

Pemeriksaan laboratorium (missal kalsium serum, fosfat, serum,

fosfatase alkalu, ekskresi kalsium urine, ekskresi hidroksi prolin urine,

hematokrit, laju endap darah), dan sinar-x dilakukan untuk menyingkirkan

kemungkinan diagnosis medis lain (missal ; osteomalasia,

hiperparatiroidisme, dlll) yang juga menyumbang terjadinya kehilangan

tulang.

Absorbsiometri foton-tunggal dapat digunakan untuk memantau

massa tulang pada tulang kortikal pada sendi pergelangan tangan.

Absorpsiometri dual-foton, dual energy x-ray absorpsiometry (DEXA) , dan

CT mampu memberikan informasi menganai massa tulang pada tulang

belakang dan panggul. Sangat berguna untuk mengidentifikasi tulang

osteoporosis dan mengkaji respon terhadap terapi.

G. Penatalaksanaan

Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang

sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan kalsium paa permulaan umur

pertengahan, dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal.

Page 7: Laporan Pendahuluan Osteoporosis

Pada menopause, terapi penggantian hormon dengan estrogen dan

progesterone dapat diresepkan untuk memperlambat kehilangan tulang dan

mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya.

Obat-obat yang lain yang dapat diresepkan untuk menanngani

osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium florida, dan natrium etidronat.

Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan secara

injeksi subkutan atau intramuskular. Efek samping (missal : gangguan

gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin), biasanya ringan dan hanya

kadang-kadang dialami. Natrium florida memperbaiki aktifitas osteoblastik

dan pembentukan tulang.

H. Pengkajian

1. Kemunduran musculoskeletal

Indikator primer dari keparahan imobilitas pada system

musculoskeletal adalah penurunan tonus, kekuatan, ukuran, dan ketahanan

otot; rentang gerak sendi; dan kekuatan skeletal. Pengkajian fungsi secara

periodik dapat digunakan untuk memantau perubahan dan keefektifan

intervensi.

2. Kemunduran kardiovaskuler

Tanda dan gejala kardivaskuler tidak memberikan bukti langsung

atau meyaknkan tentang perkembangan komplikasi imobilitas. Hanya

sedikit petunjuk diagnostic yang dapat diandalkan pada pembentukan

trombosis. Tanda-tanda tromboflebitis meliputi eritema, edema, nyeri

tekan dan tanda homans positif. Intoleransi ortostatik dapat menunjukkan

suatu gerakan untuk berdiri tegak seperti gejala peningkatan denyut

jantung, penurunan tekanan darah, pucat, tremor tangan, berkeringat,

kesulitandalam mengikuti perintah dan sinkop

3. Kemunduran Respirasi

Indikasi kemunduran respirasi dibuktikan dari tanda dan gejala

atelektasis dan pneumonia. Tanda-tanda awal meliputi peningkatan

temperature dan denyut jantung. Perubahan-perubahan dalam pergerakan

Page 8: Laporan Pendahuluan Osteoporosis

dada, perkusi, bunyi napas, dan gas arteri mengindikasikan adanaya

perluasan dan beratnya kondisi yang terjadi.

4. Perubahan-perubahan integument

Indikator cedera iskemia terhadap jaringan yang pertama adalah

reaksi inflamasi. Perubahan awal terlihat pada permukaan kulit sebagai

daerah eritema yang tidak teratur dan didefinisikan sangat buruk di atas

tonjolan tulang yang tidak hilang dalam waktu 3 menit setelah tekanan

dihilangkan

5. Perubahan-perubahan fungsi urinaria

Bukti dari perubahan-perubahan fungsi urinaria termasuk tanda-

tanda fisik berupa berkemih sedikit dan sering, distensi abdomen bagian

bawah, dan batas kandung kemih yang dapat diraba. Gejala-gejala

kesulitan miksi termasuk pernyataan ketidakmampuan untuk berkemih dan

tekanan atau nyeri pada abdomen bagian bawah

6. Perubahan-perubahan Gastrointestinal

Sensasi subjektif dari konstipasi termasuk rasa tidak nyaman pada

abdomen bagian bawah, rasa penuh, tekanan. Pengosonganh rectum yang

tidak sempurna, anoreksia, mual gelisah, depresi mental, iritabilitas,

kelemahan, dan sakit kepala.

Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang, kifosis

vertebra torakalis atau pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitas dan

pernafasan dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan otot.

Konstipasi dapat terjadi akibat inaktifitas.

I. Diagnosa Keperawatan Yang Dapat Muncul

1. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi

2. Nyeri b.d spasme otot, fraktur

3. Konstipasi b.d imobilitas atau terjadi ileus

4. Resiko terhadap cidera : farktur b.d osteoporosis

Page 9: Laporan Pendahuluan Osteoporosis

J. Intervensi Keperawatan

Memahami Osteoporosis dan Program Tindakan. Pengajaran kepada

kelayan dipusatkan pada factor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis,

intervensi untuk menghentikan atau memperlambat proses, dan upaya

mengurangi gejala. Diet atau suplemen kalsium yang memadai, latihan

pembebaban berat badan teratur, dan memodifikasi gaya hidup, bila perlu.

Latihan dan aktifitas fisik merupakan kunci utama untuk menumbuhkan

tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya osteoporosis.

Ditekankan pada lansia harus tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar

matahari, dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek osteoporosis

Meredakan Nyeri. Peradaan nyeri pinggang dapat dilakukan dengan

istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring kesamping

selama beberapa hari. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan

merelaksasi otot. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung

memperbaiki relaksasi otot.

Memperbaiki pengosongan usus. Konstipasi merupakan masalah yang

berkaitan dengan imobilitas, pengobatan dan lansia. Pemberian awal diit

tinggi serat, tambahan cairan, dan penggunaan pelunak tinja sesuai ketentuan

dapat membantu meminimalkan konstipasi.

Mencegah cidera. Aktifitas fisik sangat penting untuk memperkuat

otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif.

Latihan isometric dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh.

K. Evaluasi

1. Mendapatkan pengetahuan mengenai osteoporosis dan program

penanganannya.

a. Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa

tulang

b. Mengkonsumsi kalsium diet dengan jumlah yang mencukupi

c. Meningkatkan tingkat latihan

d. Menggunakan terapi hormon yang direspkan

Page 10: Laporan Pendahuluan Osteoporosis

2. Mendapatkan peredaan nyeri

a. Mengalami redanya nyeri saat beristirahat

b. Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktifitas kehidupan

sehari-hari

c. Menunjukkan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur

3. Menunjukkan pengosongan usus yang normal

a. Bising usus aktif

b. Gerakan usus teratur

4. Tidak mengalami fraktur baru

a. Mempertahankan postur yang bagus

b. Mempergunakan mekanika tubuh yang baik

c. Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D

d. Rajin menjalankan latihan pembebanan berat badan (jalan-jalan setiap

hari)

e. Istirahat dengan berbaring

Page 11: Laporan Pendahuluan Osteoporosis

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit

Buku Kedokteran, EGC, 2000

Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 3, Jakarta,

EGC, 2002

Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :

Salemba Medika.

R. Boedhi Darmojo, Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Jakarta, Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999

Watson, Roger. 2003. Perawatan pada Lansia. Jakarta : EGC.

Page 12: Laporan Pendahuluan Osteoporosis