lapkas osteoporosis

28
BAB I PENDAHULUAN Tulang merupakan jaringan hidup yang terus bertumbuh. Tulang mempunyai struktur, pertumbuhan dan fungsi yang unik. Untuk mempertahankan kekuatannya, tulang terus menerus mengalami proses penghancuran dan pembentukan kembali. Tulang yang sudah tua akan dirusak dan digantikan oleh tulang yang baru dan kuat. Proses ini merupakan peremajaan tulang yang akan mengalami kemunduran ketika usia semakin tua. Kerapuhan tulang yang disebut sebagai penyakit osteoporosis merupakan kelainan metabolik tulang yang ditandai dengan pengurangan massa tulang, kemunduran mikroarsitektur tulang dan fragilitas tulang yang meningkat, sehingga resiko terjadinya fraktur menjadi lebih besar. Insiden osteoporosis lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki – laki dan merupakan problema pada wanita perimenopause dan pascamenopause. Pada masa ini terjadi penurunan densitas masa tulang yang sangat cepat, dimana wanita akan mengalami kehilangan kortex tulang 30-40 % dan 50 % trabekula sepanjang umurnya dan laki-laki akan kehilangan 15-20 % kortex dan 25-30 % trabekula 1

Upload: qarina-hasyala-putri

Post on 27-Jan-2016

53 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

osteoporosis

TRANSCRIPT

Page 1: Lapkas Osteoporosis

BAB I

PENDAHULUAN

Tulang merupakan jaringan hidup yang terus bertumbuh. Tulang

mempunyai struktur, pertumbuhan dan fungsi yang unik. Untuk mempertahankan

kekuatannya, tulang terus menerus mengalami proses penghancuran dan

pembentukan kembali. Tulang yang sudah tua akan dirusak dan digantikan oleh

tulang yang baru dan kuat. Proses ini merupakan peremajaan tulang yang akan

mengalami kemunduran ketika usia semakin tua.

Kerapuhan tulang yang disebut sebagai penyakit osteoporosis merupakan

kelainan metabolik tulang yang ditandai dengan pengurangan massa tulang,

kemunduran mikroarsitektur tulang dan fragilitas tulang yang meningkat,

sehingga resiko terjadinya fraktur menjadi lebih besar.

Insiden osteoporosis lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki – laki dan

merupakan problema pada wanita perimenopause dan pascamenopause. Pada

masa ini terjadi penurunan densitas masa tulang yang sangat cepat, dimana wanita

akan mengalami kehilangan kortex tulang 30-40 % dan 50 % trabekula sepanjang

umurnya dan laki-laki akan kehilangan 15-20 % kortex dan 25-30 % trabekula

Usia merupakan faktor penting menetukan densitas masa tulang dan

berhubungan erat dengan resiko fraktur akibat osteoporosis. Sampai usia 30 tahun,

densitas tulang akan meningkat, dan menurun secara kontinyu pada usia 50-60.

Osteoporosis merupakan penyakit yang asimptomatik dan hanya

memberikan gejala setelah terjadinya fraktur. Secara klinis osteoporosis

diidentifikasi melalui kejadian fraktur non/minimal traumatik yang terjadi pada

vertebra, hip, humerus proximal dan femur. Fraktur panggul mewakili

konsekuensi paling berbahaya dari osteoporosis karena memerlukan perawatan di

rumah sakit dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas bermakna.

1

Page 2: Lapkas Osteoporosis

BAB II

OSTEOPOROSIS

II.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG

Tulang merupakan suatu struktur jaringan yang tersusun oleh sel dan

didominasi oleh matriks kolagen ekstraselular. Lapisan luar dari tulang disebut

korteks (substantia compacta), dan bagian dalam yang berongga disebut trabekula

tulang (substantia spongiosa), kedua lapisan ini dibungkus oleh periosteum.

Struktur tulang terdiri dari substansi organik (30 %) dan substansi mineral

yang paling banyak terdiri dari kristal hidroksiapatit (95 %) serta sejumlah

mineral lainnya (5 %) seperti Mg, Na, K, F, Cl, dan Pb. Substansi organik terdiri

dari sel tulang (2 %) seperti osteoblas, osteosit dan osteoklas dan matriks tulang

(98 %) terdiri kolagen tipe 1 (95 %) dan protein nonkolagen (5 %) seperti

osteokalsin, osteonektin, proteoglikan tulang, protein morfogenik tulang,

proteolipid tulang dan fosfoprotein tulang.

Tanpa adanya matriks tulang, proses mineralisasi tulang tidak mungkin

dapat berlangsung. Matriks tulang merupakan makromolekul yang sangat bersifat

anionik dan berperan penting dalam proses kalsifikasi dan fiksasi kristal

hidroksiapatit pada serabut kolagen. Matriks tulang tersusun sepanjang garis dan

beban mekanik sesuai dengan hukum Wolf, yaitu setiap perubahan fungsi tulang

akan diikuti oleh perubahan tertentu yang menetap pada arsitektur internal dan

penyesuaian eksternal sesuai dengan hukum matematika. Dengan kata lain,

hukum Wolf dapat diartikan sebagai “bentuk akan selalu mengikuti fungsi”.

Secara mikroskopis tulang memiliki susunan yg lamelar yaitu matrik

tulang tersusun berlapis-lapis. Tulang kompakta tersusun atas osteon (system

haversian). Sistem haversian merupakan suatu system yang memiliki kanal

vaskuler dan dikelilingi lamellar konsentris yang terdapat pada tulang kompak.

Pada lamella, terdapat lacuna yang berisi osteosit.

2

Page 3: Lapkas Osteoporosis

Gambar 1 : struktur mikroskopik tulang

Tulang secara periodik dan konstan memperbaharui diri melalui suatu

proses yang disebut remodeling. Remodeling tulang merupakan suatu proses aktif

dan dinamik yang mengandalkan pada keseimbangan yang benar antara

penyerapan tulang oleh osteoklas, yang dirangsang oleh parathyroid hormone, dan

deposisi tulang oleh osteoblas. Tulang dibentuk oleh sel yang bersifat osteogenik

yaitu Osteoblas, yang merupakan sel pembentuk tulang, dan berfungsi mensintesis

jaringan kolagen dan komponen organic matriks. Osteoblas dirangsang oleh

hormone pertumbuhan, dan pada perkembangan selanjutnya menjadi osteosit,

yang merupakan sel tulang dewasa.

3

Page 4: Lapkas Osteoporosis

Gambar 2 : Proses remodeling Tulang

Osteoblas dan osteoklas, keduanya sama-sama berasal dari sum-sum

tulang. Osteoblas berasal dari sel stroma, yang merupakan suatu jenis sel jaringan

ikat di sum-sum tulang, sementara osteoklas merupakan hasil diferensiasi dari

makrofag. Osteoblas menghasilkan 2 signal kimiawi yang mempengaruhi

aktivitas dan perkembangan osteoklas, yaitu RANK Ligand, dan Osteoprotegerin

(OPG). Selain itu, osteoblas juga menghasilkan M-CSF (Makrofag-Colony

stimulating factor).

RANK Ligand meningkatkan aktivitas osteoklas. RANK Ligand bersama

dengan M-CSF mengikat RANK (Receptors Activated NF – κB) yang terletak

dipermukaan makrofag, dan kemudian menginduksi diferensiasi makrofag

menjadi osteoklas dan mempertahankannya dengan cara menekan apoptosis

Osteopretegerin (OPG) memiliki efek yang berlawanan dengan RANK

Ligand, yaitu menekan aktivitas osteoklas. OPG bekerja dengan mengikat RANK

Ligand, sehingga tidak dapat berikatan dengan RANK reseptor. Hal tersebut

menyebabkan pembentukan matriks oleh osteoblas meningkat, sementara

penghancuran oleh osteoklas terhambat.

4

Page 5: Lapkas Osteoporosis

Gambar 3 : Fungsi

osteoblas dalam aktivitas

osteoklas

Tulang

menjalankan beberapa

fungsi tertentu di dalam

tubuh:

Memberika

n bentuk

pada tubuh

dan menopang tubuh.

Menyimpan dan melepaskan beberapa jenis mineral yang

dibutuhkan tubuh seperti kalsium, fosfat, magnesium, dan sodium

saat dibutuhkan oleh tubuh

Sum-sum tulang memproduksi dan menyimpan sel – sel darah

Melindungi organ-organ dalam tubuh dan Pergerakan tubuh

II.2 DEFINISI

Osteoporosis adalah kelainan yang menyebabkan penurunan massa

tulang yang termineralisasi secara normal akibat ketidakseimbangan antara

aktivitas osteoklas dan aktivitas osteoblas. Osteoporosis ditandai dengan nilai

5

Page 6: Lapkas Osteoporosis

bone mineral density (BMD) rendah dan degenerasi mikroarsitektur yang

meningkatkan fragilitas dan risiko fraktur.

Menurut WHO pada International Consensus Development

Conference, di Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-

sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai perubahan

mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada

akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan risiko

terjadinya patah tulang (Suryati, 2006).

II.3 EPIDEMIOLOGI

Osteoporosis sejauh ini merupakan penyakit metabolisme tulang yang

terbanyak, dan diperkirakan mengenai lebih dari 200 juta orang didunia.

Diperkirakan 75 juta orang di eropa, United states, dan jepang mengidap

osteoporosis. Diperkirakan 1 dari 2 wanita dan 1 dari 5 pria berusia diatas 50

tahun pernah mengalami patah tulang akibat osteoporosis.

Osteoporosis lebih banyak diderita oleh wanita (female : male = 4:1).

Berdasarkan NOF (National Osteoporosis Foundation), dari sekitar 10 juta orang

amerika yang mengalami osteoporosis, 80% adalah wanita. Sementara pada pria,

prevalensi terjadinya osteoporosis sekunder lebih tinggi, yaitu 45%-60%

disebabkan oleh hipogonadisme, alkoholisme, kelebihan glukokortikoid.

II.4 ETIOLOGI dan FAKTOR RESIKO

Faktor Sosial

Perokok memiliki faktor resiko tinggi terjadinya osteoporosis. Nikotin yang

terkandung dalam rokok mempercepat penyerapan tulang. Selain itu, nikotin juga

menurunkan kadar dan aktivitas hormon estrogen, kalsium, dan vitamin D dalam

tubuh.

Sex

6

Page 7: Lapkas Osteoporosis

Wanita Postmenopause ,riwayat histerektomi dan oophorectomi memiliki

factor resiko tinggi osteoporosis. Hilangnya estrogen merupakan faktor terjadinya

penyakit secara dini. Penurunan kadar estrogen dalam tubuh menyebabkan

menurunnya produksi OPG dan pada akhirnya meningkatkan aktivitas osteoklas,

sehingga penghancuran tulang meningkat.

Laki laki dengan hypogonadisme sekunder. Pada Hypogonadism sekunder

akan didapatkan kadar androgen yang rendah . Diduga hormone ini mempunyai

fungsi yang sama degan estrogen pada tulang. Rendahnya hormone testosterone

juga dapat menyebabkan osteoporosis.

Medikasi

Misalnya obat-obatan seperti Glukortikoid, heparin, siklosporin dosis

tinggi, methotrexat dan medroxyprogesteron dapat menyebabkan peningkatan

resorpsi tulang.

Pengobatan steroid sistemik seperti pada penyakit paru obstrukif kronik

(PPOK), Lupus atau rheumatoid arthritis meningkatkan resiko terjadinya

osteoporosis. Steroid menyebabkan penekanan terhadap osteblas sehingga

meghambat pembentukan tulang baru.

Penyakit

Hyperthiroid meningkatkan aktivitas resorbsi tulang, sehingga dapat

menyebabkan osteoporosis jika tidak diobati. Pada hyperparathiroid,terjadi

peningkatan mobilisasi kalsium dari tulang ke plasma, sehingga terjadi

hiperkalsemi dan dapat terjadi juga osteoporosis.

Penyakit-penyakit pencernaan menyebabkan terganggunya penyerapan

nutrient-nutrien seperti vitamin D dan kalsium, sehingga memiliki resiko

terjadinya osteoporosis. Vitamin D berfungsi membantu penyerapan kalsium dan

fosfat dari saluran pencernaan, dimana dengan berkurangnya kadar vitamin D

dapat menyebabkan menurunnya absorbsi kalsium, yang pada akhirnya

meningkatkan aktivitas parathyroid hormone.

Pada penderita diabetes mellitus, kepadatan tulang berkurang secara merata.

Pada kaki terutama, perubahan mungkin cukup berat, sehingga dapat

menyebabkan fraktur insufisiensi disekitar pergelangan kaki atau metatarsal.

7

Page 8: Lapkas Osteoporosis

Pemakaian insulin dapat merangsang pengambilan asam amino ke sel tulang

sehingga meningkatkan pembentukkan kolagen tulang, akibatnya orang yang

kekurangan insulin atau resistensi insulin akan mudah terkena osteoporosis.

Kontrol gula yang buruk juga akan memperberat metabolisme vitamin D dan

osteoporosis.

Faktor resiko lainya :

Ras kaukasia

Umur 50 atau lebih tua

Menopause dini atau menarche yang terlambat

Amenorhea

Post menopause

Body mass index <19

Faktor Genetik, riwayat keluarga yang menderita osteoporosis

Sedentary lifestyle

Alkohol

II.5 KLASIFIKASI

Osteoporosis dapat terjadi secara lokal pada tulang tertentu, misalnya pada

disuse osteoporosis, atau bisa general yaitu mengenai seluruh tulang.

Osteoporosis general dapat bersifat primer, atau sekunder.

Osteoporosis primer :

Osteoporosis tipe I : merupakan postmenopause osteoporosis,

terjadi pada wanita usia 50 – 65 tahun, ditandai dengan penurunan

massa tulang yang berasal dari substantia spongiosa atau trabekula

tulang. Pada wanita postmenopause, kemampuan ovarium

memproduksi estrogen menurun. Estrogen berperan dalam proses

mineralisasi tulang dan menghambat resorbsi tulang serta

pembentukan osteoklas melalui produksi sitokin. Ketika kadar

hormon estrogen darah menurun, proses pengeroposan tulang dan

8

Page 9: Lapkas Osteoporosis

pembentukan mengalami ketidakseimbangan. Pengeroposan tulang

menjadi lebih dominan.

Osteoporosis tipe II (senile osteoporosis) : merupakan osteoporosis

yang terjadi pada orang usia lanjut, baik pria maupun wanita.

Terjadi pada orang tua diatas 70 tahun, ditandai dengan penurunan

masa tulang yang terkait dengan umur. Osteoporosis terjadi akibat

dari kekuragan kalsium berhubungan dengan makin bertambahnya

usia.

Osteoporosis tipe III (juvenile osteoporosis) : merupakan

osteoporosis idiopatik yang tidak diketahui penyebabnya. Penyakit

ini sering mengenai orang usia muda, pria maupun wanita, dengan

onset umur 8-14 tahun. Cirri khas utama dari penyakit ini adalah

rasa sakit pada tulang yang dating tiba-tiba, atau fraktur terkait

trauma.

Osteoporosis sekunder : osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh

penyakit-penyakit tulang erosive, obat-obatan yang toksik untuk tulang, maupun

gaya hidup yang tidak sehat.

Penyakit endokrin : tiroid, hiperparatiroid, hipogonadisme.

Penyakit saluran cerna yang menyebabkan absorbsi gizi kalsium,

fosfor, vitamin D terganggu.

Penyakit keganasan (kanker).

Konsumsi obat – obatan seperti kortikosteroid.

Gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok dan kurang gerak

9

Page 10: Lapkas Osteoporosis

Gambar 4 : klasifikasi Osteoporosis primer

II.6 PATOGENESIS

Osteoporosis terjadi karena 3 hal utama : ketidakseimbangan pembentukan

tulang oleh osteoblas, resobsi oleh osteoklas, dan pengaturan aktivasi osteoklas

oleh osteoblas.

Osteoporosis Primer

Setelah menopause maka resorpsi tulang akan meningkat, terutama pada

dekade awal setelah menopause, sehingga insidens fraktur, terutama fraktur

vertebra dan radius distal meningkat. Estrogen berperan menginduksi apoptosis

osteoklas secara tidak langsung melaluiproduksi sitokin seperti TGF-β. Pada

keadaan dimana kadar estrogen rendah, terjadi produksi berbagai sitokin oleh

bone marrow stromal cells dan sel – sel mononuklear, seperti sel T, IL – 1, IL – 6,

dan TNF – α yang berperan meningkatkan aktivitas osteoklas. Sel T juga

memiliki peran dalam ketidakseimbangan remodeling tulang ini, yaitu dengan

10

Page 11: Lapkas Osteoporosis

menginduksi apoptosis premature dan menghambat diferensiasi osteoblas, melalui

kerja sitokin IL-7.

Penurunan kadar estrogen akibat menopause akan meningkatkan aktivitas

RANK-RANK Ligand, dan menurunkan OPG, sehingga aktivitas osteoblas

menurun, dan aktivitas osteoklas meningkat.

Untuk mengatasi keseimbangan negatif kalsium akibat menopause, maka

kadar PTH akan meningkat pada wanita menopause, sehingga osteoporosis akan

semakin berat. Pada menopause, kadangkala didapatkan peningkatan kadar

kalsium serum, dan hal ini disebabkan oleh menurunnya volume plasma,

meningkatnya kadar albumin dan bikarbonat, sehingga meningkatkan kadar

kalsium yang terikat albumin dan juga kadar kalsium dalam bentuk garam

kompleks. Peningkatan bikarbonat pada menopause terjadi akibat penurunan

rangsang respirasi, sehingga terjadi relatif asidosis respiratorik.

Aktivitas fisik

Kekuatan mekanik menstimulasi remodeling tulang, sehingga penurunan

aktivitas fisik dapat menurunkan kepadatan tulang. Aktivitas fisik yang menurun

pada orang lanjut usia juga dapat menginduksi terjadinya senile osteoporosis.

Oleh karenanya weight training exercise sangat penting untuk meningkatkan

kepadatan tulang.

Penuaan

Pada kasus penuaan, penurunan massa tulang terjadi karena penurunan

progressive supply osteoblast yang dibutuhkan oleh tubuh. Setelah decade ke-3

dari kehidupan, resobsi tulang akan meningkat, dan menyebabkan osteoporosis.

Wanita selama masa hidupnya akan kehilangan 30-40% tulang korteks, dan 50%

tulang trabekula, sementara pria selama masa hidupnya akan kehilangan 15-20%

tulang kortikal, dan 25-30% tulang trabekular.

Defisiensi kalsium

Kalsium, vitamin D, dan PTH berperan dalam homeostasis tulang. Intake

kalsium yang tidak adekuat, atau hal-hal yang menyebabkan terganggunya

absorbs kalsium oleh system pencernaan dapat menyebabkan hiperparatiroid

11

Page 12: Lapkas Osteoporosis

sekunder. PTH akan disekresi untuk merespon kadar kalsium serum yang rendah.

PTH meningkatkan resorbsi kalsium dari tulang, menurunkan ekskresi kalsium

oleh ginjal, dan meningkatkan produksi 1,25-dihidroksivitamin D (1,25[OH]2 D) –

bentuk aktif vitamin D yang meningkatkan absorbsi kalsium dan fosfat.

Defisiensi Vitamin D

Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan terjadinya hiperparatiroid

sekunder. Selain didapat dari makanan, Vitamin D dapat diproduksi sendiri oleh

tubuh melalui kulit. dengan precursor 7-dehidrokolesterol, pada paparan sinar

matahari. Vitamin D berfungsi meningkatkan absorbsi kalsium dan fosfat oleh

saluran pencernaan. Defisiensi vitamin D pada akhirnya menyebabkan kadar PTH

meningkat, dan meningkatkan resorbsi tulang.

Osteoporotic fracture

Fraktur dapat terjadi melalui 2 mekanisme : high energy trauma, dan low

energy trauma. Karakteristik dari fraktur yang terjadi akibat osteoporosis

merupakan fragility fracture, yaitu fraktur yang terjadi karena low energy trauma.

Pada osteoporosis, tulang yang sering mengalami fraktur adalah collum femur,

vertebra, dan radius distal.

II.7 GAMBARAN KLINIS

Osteoporosis dapat berjalan lambat selama beberapa dekade, hal ini

disebabkan karena osteoporosis belum menyebabkan gejala fraktur tulang. Tanda

klinis utama dari osteoporosis adalah fraktur pada vertebra, pergelangan tangan,

pinggul, humerus, dan tibia. Gejala yang paling lazim dari fraktur vertebra adalah

nyeri pada punggung dan deformitas pada tulang belakang, berupa kifosis anguler

yang dapat menekan medulla spinalis dan akhirnya menyebabkan paraparesis.

Nyeri terjadi akibat kolaps vertebra terutama pada daerah dorsal atau lumbal, dan

intensitasnya meningkat pada malam hari.

Diagnosa osteoporosis dapat dipikirkan bila didapatkan :

Patah tulang akibat trauma yang ringan.

Tubuh makin pendek, kifosis dorsal bertambah, nyeri tulang.

Gangguan otot (kaku dan lemah).

12

Page 13: Lapkas Osteoporosis

Secara kebetulan ditemukan gambaran radiologik yang khas.

II.8 DIAGNOSA

Diagnosis osteoporosis umumnya secara klinis sulit dinilai, karena rasa

nyeri baru akan terasa saat terjadinya patah tulang. Penderita osteoporosis

biasanya tidak sadar akan penyakitnya sebelum terjadinya patah tulang.

Anamnesa :

Tinggi badan yang semakin menurun.

Obat – obatan yang diminum.

Bagaimana keadaan haid selama masa reproduksi.

Apakah sering beraktivitas di luar rumah, sering mendapat paparan

matahari cukup.

Asupan kalsium

Merokok, minum alkohol.

Riwayat penyakit keluarga

Pemeriksaan Fisik :

Tinggi badan dan berat badan harus diukur pada setiap penderita

osteoporosis. Demikian juga gaya berjalan penderita osteoporosis, deformitas

tulang, nyeri spinal. Penderita dengan osteoporosis sering menunjukkan kifosis

dorsal atau gibbus dan penurunan tinggi badan.

Pemeriksaan Radiologi :

Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan

korteks dan daerah trabekuler yag lebih lusen. Hal ini akan tampak pada tulang –

tulang vertebra yang

memberikan

gambaran picture

– frame vertebra.

13

Page 14: Lapkas Osteoporosis

Gambar 5 : picture – frame vertebra

Pemeriksaan Densitas Massa Tulang (Densitometri)

Indikasi utama penggunaan Bone Densitometry adalah :

Wanita berumur ≥65 tahun dan pria berumur ≥70 tahun

Pasien postmenopause dengan usia lebih rendah atau pria berusia 50-70

tahun dengan factor resiko terjadinya patah tulang

Wanita perimenopause yang memiliki factor resiko terjadinya osteoporosis

(berat badan rendah, medikasi)

Orang dewasa dengan fragility fracture

Orang dewasa dengan kondisi yang berkaitan dengan rendahnya massa

tulang (rheumatoid arthritis)

Orang dewasa yang menjalani pengobatan dengan obat-obatan yang dapat

menurunkan massa tulang (misalnya, glucocorticoid, prednisone ≥5mg

per hari)

Menilai respon pengobatan osteoporosis

Teknik pemeriksaan densitas massa tulang :

Single energy X-Ray Absorpsiometry

Quantitative Ultrasonography

Quantitative computed tomography

14

Page 15: Lapkas Osteoporosis

Dual Energy X-ray Absorptiometry (DEXA)

T-Score dan Z-Score:

Densitas massa tulang berhubungan dengan kekuatan tulang dan resiko fraktur

untuk menilai hasil pemeriksaan densitometri tulang, digunakan kriteria kelompok

kerja WHO (T-Score) yaitu :

Normal : densitas massa tulang di atas – 1 SD

Osteopenia : densitas massa tulang diantara – 1 SD dan - 2,5 SD

Osteoporosis : densitas massa tulang dibawah – 2,5 SD

Osteoporosis berat : densitas masa tulang dibawah -2.5 SD yang

disertai dengan fragility fracture

Gambar 6 : T-Score

Untuk setiap SD penurunan pada BMD, terjadi peningkatan resiko patah

tulang sebanyak 1.5-3 kali. Penggunaan diagnosis T-Score ini sebaiknya tidak

digunakan pada wanita premenopause, pria dengan usia dibawah 50 tahun, dan

anak-anak.

Z-Score Merupakan perbandingan antara densitas tulang seseorang dengan

nilai rata rata dari orang yang berumur dan berjenis kelamin sama. Nilai Z-Score (

dibawah – 2,0) merupakan pertanda bahwa seseorang mempunyai masa tulang

yang lebih sedikit daripada yang diharapkan pada orang yang berumur sama.

15

Page 16: Lapkas Osteoporosis

II.9 PENATALAKSANAAN

Empat tujuan utama dalam pengobatan osteoporosis meliputi :

Pencegahan fraktur,

Stabilisasi atau pencapaian peningkatan massa tulang,

Pengurangan gejala fraktur dan deformitas skeletal

Maksimalisasi fungsi fisik.

Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi

pencegahan yang pada umumnya bertujuan untuk menghambat hilangnya massa

tulang, dan terapi farmakologis, untuk meningkatkan massa tulang.

Terapi farmakologis meliputi hormon pengganti (estrogen dan progesteron

dosis rendah). Kalsitrol, kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan nutrisi seperti kalsium

serta senam beban. Pembedahan pada pasien osteoporosis dilakukan bila terjadi

fraktur, terutama bila terjadi fraktur panggul.

Pencegahan

Perawatan kesehatan skeletal dimulai sebelum lahir melalui nutrisi maternal

dan gaya hidup maternal yang baik. Perawatan ini dilakukan seumur hidup. Akibat

BMD pada dewasa yang dinyatakan oleh puncak massa tulang dan kecepatan

kehilangan tulang maka setiap usaha seharusnya ditujukan kepada maksimalisasi

puncak massa tulang dan minimalisasi kehilangan tulang di kemudian hari.

Asupan nutrisi yang baik, intake vitamin D dan kalsium adekuat

Nutrisi yang bagus dan diet seimbang dengan kalori adekuat sangat penting

untuk pertumbuhan normal. Asupan kalsium yang adekuat dipertimbangan sebagai

faktor gaya hidup yang paling penting untuk mencapai dan menjaga massa tulang

yang adekuat. Asupan yang dianjurkan pada usia produktif adalah 1000 mg

kalsium perhari, dan 1200 mg per hari untuk orang lanjut usia.

Vitamin D sangat penting untuk absorpsi kalsium di intestinal. Pada

sebagian besar wanita tua, 25-hidroksivitamin D serum menurun sehingga

16

Page 17: Lapkas Osteoporosis

diperlukan suplementasi. National Osteoporosis Foundation merekomendasikan

asupan vitamin D3 harian sebesar 800-1000 IU.

Paparan sinar matahari

Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D

yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang. Berjemur dibawah

sinar matahari selama 20-30 menit, 3x/minggu dinilai cukup. Waktu yang baik

adalah jika dilakukan pada pagi hari sebelum jam 9 dan sore hari sesudah jam 4.

Aktivitas fisik

Aktivitas fisik diperlukan untuk pembentukan dan menjaga massa tulang

sepanjang hidup. Latihan beban terbukti meningkatkan BMD dalam jumlah kecil,

akan tetapi tidak pada semua skeletal. Efek menguntungkan olahraga terhadap

osteogenik berasal dari olahraga yang melibatkan gaya beban tinggi. Regangan

biomekanis yang dihasilkan dari kontraksi otot selama olahraga dapat

meningkatkan massa tulang.

Gaya hidup sehat

Menghindari gaya hidup tidak sehat yang dapat menjadi factor resiko

terjadinya osteoporosis. Penderita osteoporosis harus menghindari alkohol, kafein,

dan merokok walaupun peran dari masing-masing faktor risiko tersebut sangat sulit

ditentukan. BMD pada perokok lebih rendah dibandingkan bukan perokok dan

seiring pertambahan usia peokok lebih sering mengalami abnormalitas vertebra

dibandingkan bukan perokok.

17

Page 18: Lapkas Osteoporosis

BAB III

KESIMPULAN

1. Osteoporosis merupakan penyakit dengan sifat khas berupa massa tulang

yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan

kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya menyebabkan kerapuhan

tulang dengan risiko terjadinya patah tulang.

2. Etiologi dan faktor resiko osteoporosis diantaranya :

Defisiensi estrogen

Defisiensi kalsium, vitamin D

Pengaruh obat yang mempengaruhi massa tulang (glukokortikoid,

heparin, dll)

Gaya hidup yang tidak sehat (merokok, alcohol)

Aktivitas fisik yang rendah

3. Osteoporosis terbagi menjadi primer dan sekunder. Osteoporosis primer

terdiri dari osteoporosis pascamenopause, osteoporosis senile, dan

juvenile osteoporosis. Osteoporosis sekunder biasanya disebabkan oleh

penyakit-penyakit tulang yang erosive.

4. Gejala klinis yang bisa dialami adalah nyeri tulang, yang biasanya

berhubungan dengan fraktur vertebra, dan deformitas berupa kifosis

anguler.

5. Terapi osteoporosis terdiri dari pencegahan dan tatalaksana farmakologis,

dengan tujuan terapi :

a. Pencegahan fraktur,

b. Stabilisasi atau pencapaian peningkatan massa tulang,

c. Pengurangan gejala fraktur dan deformitas skeletal

d. Maksimalisasi fungsi fisik.

6. Pencegahan osteoporosis meliputi :

Asupan nutrisi adekuat, intake kalsium dan vitamin D adekuat

Paparan sinar matahari

Aktivitas fisik dan Gaya hidup sehat

18

Page 19: Lapkas Osteoporosis

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Appley AG,Solomon L.: Appleys System of Orthopaedics and Fractures.

8th Ed. Oxford. Butterworh-Heinemann. 2001,.105-116

2. Rasjad Chairuddin, MD, Ph.D. Pengantar Ilmu bedah orthopedic. 3 rd ed.

Jakarta. Yarsif watampone. 2007,.185-188

3. Sherwood, Lauralee. Human physiology from cell to system. 7th ed.

Canada. Yolanda Cossio. 2010,.726-738

4. Robert B. Salter.. Generalized and disseminate Disorder of bone:

Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System. 3rd Ed.

Baltimore Lippincott Williams&Wilkins. 1999 ,. 183-193

5. WEBMD, 2011.Osteoporosis - Medication. Available

at:http://www.webmd.com/osteoporosis/tc/osteoporosis-medications17.

6. Kemp walter, burn dennis K, Brown Travis G. The Big Picture McGraw-

Hills. 2007

7. Kumar, Abbas, Fausto, Mitchelle. Robbins basic pathology. 8th ed.

8. http://emedicine.medscape.com/article/330598-workup#aw2aab6b5b3

19