makalah osteoporosis

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan ancaman osteoporosis berdasar Studi di Indonesia: Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. (Yayasan Osteoporosis Internasional) Mereka yang terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun. (Yayasan Osteoporosis Internasional) Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau

Upload: warnet-raha

Post on 14-Apr-2017

132 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah   osteoporosis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih

merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika

Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan

lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Sekitar 80% persen penderita penyakit

osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus

menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko

terkena osteoporosis.

Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena

penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga

dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis

datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam

kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5

juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015.

Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan

ancaman osteoporosis berdasar Studi di Indonesia:

Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%,

sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%. Lebih dari

50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050.

(Yayasan Osteoporosis Internasional) Mereka yang terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun.

(Yayasan Osteoporosis Internasional) Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di

Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang. (Yayasan Osteoporosis Internasional)

Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. (depkes, 2006).

Berdasar data Depkes, jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dan

merupakan Negara dengan penderita osteoporosis terbesar ke 2 setelah Negara Cina.

Peran perawat adalah memberikan pengetahuan mengenai osteoporosis, program

pencegahan, pengobatan, cara mengurangi nyei dan mencegah terjadinya faktur.

1.2 Tujuan

1.2.1Tujuan Umum :

Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan klien dengan ”Osteoporosis”.

1.2.2 Tujuan Khusus :

1. Mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada klien dengan

osteoporosis.

2. Mampu melakukan masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan

osteoporosis.

Page 2: Makalah   osteoporosis

3. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan klien dengan osteoporosis.

4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan osteoporosis.

5. Mampu melakukan evaluasi atas tindakan yang telah di lakukan

6. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus.

7. Mampu mengidentifikasi faktor pendukung,penghambat,serta dapat mencari

solusi.

8. Mampu mengdokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan osteoporosi

Page 3: Makalah   osteoporosis

BAB II

KONSEP DASAR

2.1 Konsep Dasar Osteoporosis

2.1.1 Pengertian

Osteoporosis

Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan masa tulang total. Terdapat

perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resoprsi tulang lebih besar dari

kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara

progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah. Tulang menjadi mudah fraktur dengan stress

yang tidak akan menimbulkan pada tulang normal. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur

konversi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah koulum femoris dan daerah tronkanter,

dan patah tulang coles pada pergelangan tangan. fraktur kompresi ganda fertebra mengakibatkan

deformitas skeletal.

Osteoporosis merupakan penyakit skeletal sistemik yang ditandai dengan massa tulang

yang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang, yang mengakibatkan meningkatnya

fragilitas tulang sehingga tulang cenderung untuk mengalami fraktur spontan atau akibat trauma

minimal. (Consensus Development Conference, 1993).

Kifosis

Kolaps bertahap tulang vertebra tidak menimbulkan gejala, hanya terlihat sebagai kifosis

progresif. Dengan berkembangnya kifosis terjadinya pengurangan tinggi badan. kehilangan masa

tulang merupakan fonomenal universal yang berkaitan dengan usia. kalsitonin yang menghambat

resorsi tulang dan merangsang pembentukan tulang mengalami penurunan. estrogen yang

menghambat pemecahan tulang juga berkurang bersama pertambahan usia. Hormon paratiroid

disisi lain meningkatkan bersama bertambahnya usia dan meningkatkan resorsi tulang.

Kosekuensi perubahan ini kehilangan tulang net bersama berjalannya waktu

Jenis Osteoporosis

Bila disederhanakan, terdapat dua jenis osteoporosis, yaitu osteoporosis primer dan

sekunder.

1. Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai dengan proses

penuaan, sedangkan osteoporisis sekunder didefinisikan sebagai kehilangan massa tulang

akibat hal hal tertentu. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki tempat

utama karena lebih banyak ditemukan dibanding dengan osteoporosis sekunder. Proses

ketuaan pada wanita menopause dan usia lanjut merupakan contoh dari osteoporosis

primer.

Page 4: Makalah   osteoporosis

2. Osteoporisis sekunder mungkin berhubungan dengan kelainan patologis tertentu

termasuk kelainan endokrin, epek samping obat obatan, immobilisasi, Pada osteoporosis

sekunder, terjadi penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menimbulkan fraktur

traumatik akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan steroid, artritis reumatoid, kelainan

hati/ginjal kronis, sindrom malabsorbsi, mastositosis sistemik, hiperparatiroidisme,

hipertiroidisme, varian status hipogonade, dan lain-lain.

Osteoporosis akibat pemakaian steroid

Harvey Cushing, lebih dari 50 tahun yang lalu telah mengamati bahwa hiperkortisolisme

berhubungan erat dengan penipisan massa tulang. Sindroma Cushing relatif jarang dilaporkan.

Setelah pemakaian steroid semakin meluas untuk pengobatan pelbagai kondisi penyakit, efek

samping yang cukup serius semakin sering diamati. Diperkirakan, antara 30% sampai 50%

pengguna steroid jangka panjang mengalami patah tulang (atraumatic fracture), misalnya di

tulang belakang atau paha.

Penelitian mengenai osteoporosis akibat pemakaian steroid menghadapi kendala karena

pasien-pasien yang diobati tersebut mungkin mengalami gangguan sistemik yang

kompleks. Misalnya, penderita artritis rheumatoid dapat mengalami penipisan tulang (bone loss)

akibat penyakit tersebut atau karena pemberian steroid. Risiko osteoporosis dipengaruhi oleh

dosis dan lama pengobatan steroid, namun juga terkait dengan jenis kelamin dan apakah

penderita sudah menopause atau belum.

Penipisan tulang akibat pemberian steroid paling cepat berlangsung pada 6 bulan pertama

pengobatan, dengan rata-rata penurunan 5% pada tahun pertama, kemudian menurun menjadi

1%-2% pada tahun-tahun berikutnya. Dosis harian prednison 7,5 mg per hari atau lebih secara

jelas meningkatkan pengeroposan tulang dan kemungkinan fraktur. Bahkan prednison dosis

rendah (5 mg per hari) telah terbukti meningkatkan risiko fraktur vertebra.

2.1.2 Epidemologi

Wanita lebih sering mengalami osteoporosis dan lebih ekstensif lebih dari pria karena

masa puncak masa tulang juga lebih rendah dan efek kehilangan estrogen selama menopause.

wanita afrika/amerika memiliki masa tulang lebih besar dari pada wanita kaukasia lebih tidak

rentang terhadap osteoporosis. Wanita kaukasia tidak gemuk dan berkerangka kecil mempunyai

resiko tinggi osteoporosis.lebih setengah dari semua wanita diatas usia 45 tahun memperlihatkan

bukti pada sinar x adanya osteoporosis.

Identifikasi awal wanita usia belasan dan dewasa muda yang mempunyai resiko tinggi

dan pendidikan untuk meningkatkan asupan kalsium, berpartisipasi dalam latihan pembebanan

berat badan teratur, dan mengubah gaya hidup misalnya mengurang penggunaan cafein,sigaret

dan alcohol akan menurunkan resiko menurukan osteporsis, faraktur tulang dan kecacatan yang

diakibatkan pada usia lanjut.

Prevelensi osteoporosis pada wanita 75 tahun adalah 90%. Rata – rata wanita usia 75

telah kehilangan 25% tulang kortikalnya dan 40% trabekularnya.dengan bertambahnya usia

Page 5: Makalah   osteoporosis

populasi ini isendensi fraktur 1,3jt pertahun,nyeri , dan kecacatan yang berkaitan dengan nyeri

meningkat.

2.1.3 Patogenesis/Etiologi

Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan masa tulang sampai

sekitar usia 35 tahun. genetik, nutrisi, pilihan gaya hidup dan aktifitas fisik mempengaruhi

puncak masa tulang menghilangnya estrogen pada saat menopause dan pada ooforektomi

mengakibatkan percepatan resorsi tulang dan berlangsung terus menerus selama bertahun tahun

pascamenopouse. Pria mempunyai massa tulang yang lebih besar dan tidak mengalami

perubahan hormonal mendadak. Akibatnya, insidensi osteoporosis lebih rendah pada pria. Faktor

nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting untuk absorpsi kalsium dan

untuk mineralisasi tulang normal. Diet mengandung kalsium dan vitamin D harus mencukupi

untuk mempertahankan remodeling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan vitamin D

yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan massa tulang dan

pertumbuhan osteoporosis. Asupan harian yang dianjurkan (RDA=Recomment daily allowence)

kalsium meningkat pada adoleasens dan dewasa muda (11-24 thn) sampai 1200 mg untuk

memaksimalkan puncak massa tulang. RDA untuk orang dewasa tetap 800 mg, tapi 1000-1500

mg/hari untuk wanita pascamenopouse biasanya dianjurkan, lansia menyerap kalsium diet

kurang efisien dan mensekresikannya lebih cepat melalui ginjal maka wanita pascamenopouse

dan lansia perlu mengkonsumsi kalsium dalam jumlah talk terbatas. Bahan katabolic endogen

(diproduksi oleh tubuh) dan eksogen (dari sumber luar) dapat menyebabkan osteoporosis.

Kortikosteroid berlebih, syndrome chusing, hipertiroidsme dan hiperparatiroidesme

menyebabkan kehilangan tulang. Derajat osteoporosis berhubungan dengan durasi terapi

kortikosteroid. Ketika terapi dihentikan atau masalah metabolisme telah diatasi, perkembangan

osteoporosis akan berhenti namun restorasi kehilangan massa tulang biasanya tidak terjadi.

Keadaan medis menyerta (misalnya sindrom malabsorpsi intoleransi laktosa, penyalahgunaan

alcohol, gagal gnjal,gagal hepar dan gangguan endokrin) mempengaruhi pertumbuhan

osteoporosis. Obat obatan misalnya isoniasit, heparin, tetrasiklin, antasida yang mengandung

alumunium, kortikosteroid) mempengaruhi tubuh dan metabolism kalsium.

Imobilitas menyumbang perkembangan osteoporosis. Pembentukan tulang dipercepat

dengan adanya stress berat badan dan aktifitas otot. Ketika diimobilisasi dengan gips, paralisis

atau inalktifitas umum, tulang akan diresorpsilebh cepat dari pmbentukannya dan terjadilah

osteoporosis.

2.1.4 Patofisiologi

Hasil Interaksi kompleks yang menahun antara faktor genetik dan faktor lingkungan

Faktor usia, jenis kelamin, ras, keluarga, bentuk tubuh, dan tidak pernah melahirkan

Page 6: Makalah   osteoporosis

Melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang peningkatan pengeluaran

kalsium bersama urine tidak tercapainya massa tulang yang maksimal resorpsi tulang menjadi

lebih cepat

Faktor usia, jenis kelamin, ras, keluarga, bentuk tubuh, dan tidak pernah melahirkan

Penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan baru

Penurunan massa tulang total

Osteoporosis

Tulang menjadi rapuh & mudah patah

Kolaps bertahap tulang vertebra

Farktur colles

Fraktur femur

Fraktur komperesi vertbra lumbalis

Fraktur kompresi vertbra torakalis

Kifosis progresif

Gangguan fungsi ekstermitas ats dan bawah pergerakan fragmen tulang,spasme otot

Komperesi saraf pencernaan lieus paralitik

Perubahan postural

Penurunan tinggi badan

1.nyeri

2.hambatan mobilitas fisik

konstipasi

5.ganguan eliminasi alvi

Page 7: Makalah   osteoporosis

Penurunan kemampuan pergerakan

3.resiko tinggi trauma

Deformitas skelet

6. gangguan citra tubuh

7. ansietas

Prubahan postural

Relaksasi otot abdominal, perut menonjol

Isufisiensi paru

Kelmahan dan perasaan mudah lelah

4. defisit perawatan diri

2.1.5 Manifestasi Klinis

Osteoporosis merupakan silent disease. Penderita osteoporosis umumnya tidak

mempunyai keluhan sama sekali sampai orang tersebut mengalami fraktur. Osteoporosis

mengenai tulang seluruh tubuh, tetapi paling sering menimbulkan gejala pada daerah-daerah

yang menyanggah berat badan atau pada daerah yang mendapat tekanan (tulang vertebra dan

kolumna femoris). Korpus vertebra menunjukan adanya perubahan bentuk, pemendekan dan

fraktur kompresi. Hal ini mengakibatkan berat badan pasien menurun dan terdapat lengkung

vertebra abnormal(kiposis). Osteoporosis pada kolumna femoris sering merupakan predisposisi

terjadinya fraktur patologik (yaitu fraktur akibat trauma ringan), yang sering terjadi pada pasien

usia lanjut.

Masa total tulang yang terkena mengalami penurunaan dan menunjukan penipisan

korteks serta trabekula. Pada kasus ringan, diagnosis sulit ditegakkan karena adanya variasi

ketebalan trabekular pada individu ”normal” yang berbeda.

Diagnosis mungkin dapat ditegakkan dengan radiologis maupun histologist jika

osteoporosis dalam keadaan berat. Struktur tulang, seperti yang ditentukan secara analisis kimia

dari abu tulang tidak menunjukan adanya kelainan. Pasien osteoporosis mempunyai

kalsium,fosfat, dan alkali fosfatase yang normal dalam serum.

Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara factor genetic dan

factor lingkungan.

Page 8: Makalah   osteoporosis

Factor genetic meliputi:

usia jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan.

Factor lingkungan meliputi:

merokok, Alcohol, Kopi, Defisiensi vitamin dan gizi, Gaya hidup, Mobilitas, anoreksia

nervosa dan pemakaian obat-obatan.

Kedua factor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari

darah ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak tercapainya masa tulang

yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan

penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan

massa tulang total yang disebut osteoporosis.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang/Evaluasi Diagnostik

1. Radiologis

Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang dapat dilihat

pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling

berat. Penipisa korteks dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering

ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari

nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.

2. CT-Scan

CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyao nilai penting dalam

diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3 baisanya tidak menimbulkan

fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada

hampir semua klien yang mengalami fraktur.

3. Pemeriksaan Laboratorium

1. Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.

2. Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi ekstrogen

merangsang pembentukkan Ct)

3. Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.

4. Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.

2.1.7 Penatalaksanaan

Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup,

dengan pengingkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi

terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri dari 3 gelas vitamin D susu skim atau susu penuh atau

makanan lain yang tinggi kalsium (mis keju swis, brokoli kukus, salmon kaleng dengan

tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium yang mencukupi perlu diresepkan

preparat kalsium(kalsium karbonat)

Page 9: Makalah   osteoporosis

Pada menopause, terapi pergantian hormone(HRT=hormone replacemenet therapy)

dengan estrogen dan progesteron dapat diresepkan untuk memperlambat kehilangan tulang dan

mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya. Wanita yang telah mengalami

pengangkatan ovarium atau telah menjalani menopause prematur dapat mengalami osteoporosis

pada usia yang cukup muda;penggantian hormon perlu dipikirkan pada pasien ini estrogen

menurunkan resorpsi tulang tapi tidak meningkatkan massa tulang. Penggunaan hormon dalam

jangka panjang masih dievaluasi. Estrogen tidak akan mengurangi kecepatan kehilangan tulang

dengan pasti. Terapi estrogen sering dihubungkan dengan sedikit pengingkatan insidensi kanker

payudara dan endometrial. Maka selama HRT pasien harus diperiksa payudaranya setiap bulan

dan diperiksa panggulnya termasuk masukan papanicolaou dan biopsi endometrial (bila ada

indikasi), sekali atau dua kali setahun.

Obat-obat lain yang dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk kalsitonin,

natrium fluorida, dan natrium etidronat. Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan

diberikan secara injeksi subkutan atau intra muscular. Efek samping ( mis gangguan

gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin) biasanya ringan dan kadang-kadang dialami.

Natrium fluoride memperbaiki aktifitas osteoblastik dan pembentukan tulang ; namun,kualitas

tulang yang baru masih dalam pengkajian. Natrium etidronat, yang menghalangi resorpsi tulang

osteoklastik, sedang dalam penelitian untuk efisiensi penggunaannya sebagai terapi osteoporosis.

2.1.8 Komplikasi

Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah

patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra

torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur colles

pada pergelangan tangan

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOPOROSIS

9. PENGKAJIAN

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status

kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan

penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik dan riwayat psikososial.

a) Anamnese

1) Identitas

1. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal

masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai

identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.

Page 10: Makalah   osteoporosis

2. Identitas penanggung jawab

Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung

jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan,

hubungan dengan klien dan alamat.

2) Riwayat Kesehatan

Riwayat Kesehatan. Dalam pengkajian riwayat kesehatan, perawat perlu mengidentifikasi

adanya:

a.    Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher,dan pinggang

b.    Berat badan menurun

c.    Biasanya diatas 45 tahun

d.    Jenis kelamin sering pada wanita

e.    Pola latihan dan aktivitas

3) Pola aktivitas sehari-hari

Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga, pengisian waktu luang

dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi, dan toilet. Olahraga dapat membentuk pribadi yang baik

dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu, olahraga dapat mempertahankan tonus otot dan

gerakan sendi. Lansia memerlukan aktifitas yang adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh.

Aktifitas tubuh memerlukan interaksi yang kompleks antara saraf dan muskuloskeletal.

Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan menurunnya gerak persendian

adalah agility ( kemampuan gerak cepat dan lancar ) menurun, dan stamina menurun.

4) Aspek Penunjang

a. Radiologi

Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun yang dapat

dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang

paling berat. Penipisan korteks dan hilangnya trabekula transversal merupakan kelainan yang

sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebrae menyebabkan penonjolan yang menggelembung

dari nucleus pulposus kedalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.

2. CT-Scan

Dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai penting dalam

diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3 biasanya tidak menimbulkan

fraktur vertebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3  ada pada

hampir semua klien yang mengalami fraktur.

2. Pemeriksaan Fisik

a. B1 (Breathing).

Inspeksi : Ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang.

Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.

Page 11: Makalah   osteoporosis

Perkusi : Cuaca resonan pada seluruh lapang paru.

Auskultasi : Pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara ronki

b. B2 ( Blood).

Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan pusing. Adanya pulsus

perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan

efek obat.

c. B3 ( Brain).

Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat mengeluh pusing

dan gelisah.

a. Kepala dan wajah: ada sianosis

b. Mata: Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.

c. Leher: Biasanya JVP dalam normal

Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan halus merupakan

indikasi adanya satu fraktur atau lebih, fraktur kompresi vertebra

d. B4 (Bladder).

Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem perkemihan.

e. B5 ( Bowel).

Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji frekuensi,

konsistensi, warna, serta bau feses.

f. B6 ( Bone).

Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis sering menunjukan

kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan dan berat badan. Ada

perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur

yang sering terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3

2. Riwayat Psikososial

Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul kecemasan, takut

melakukan aktivitas dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji masalah-masalah

psikologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efek penyakit yang menyertainya.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan

skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.

3. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan

ketidakseimbangan tubuh.

4. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang

berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan

kurang ,mengerti tentang penyakitnya, klien tampak gelisah

Page 12: Makalah   osteoporosis

III. INTERVENSI

1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur, spasme otot, deformitas tulang

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang

Kriteria Hasil : Klien akan mengekspresikan nyerinya, klien dapat tenang dan istirahat yang

cukup, klien dapat mandiri dalam perawatan dan penanganannya secara sederhana.

Intervensi Rasional

1. Pantau tingkat nyeri pada punggung,

nyeri terlokalisasi atau menyebar pada

abdomen atau pinggang.

2. Ajarkan pada klien tentang alternative

lain untuk mengatasi dan mengurangi

rasa nyerinya.

3. Kaji obat-obatan untuk mengatasi

nyeri.

4. Rencanakan pada klien tentang periode

istirahat adekuat dengan berbaring

dalam posisi telentang selama kurang

lebih 15 menit

1. Tulang dalam peningkatan jumlah trabekular,

pembatasan gerak spinal.

2. Alternatif lain untuk mengatasi nyeri,

pengaturan posisi, kompres hangat dan

sebagainya.

3. Keyakinan klien tidak dapat menoleransi obat

yang adekuat atau tidak adekuat untuk

mengatasi nyerinya.

4. Kelelahan dan keletihan dapat menurunkan

minat untuk aktivitas sehari-hari.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal

(kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan klien mampu melakukan mobilitas

fisik

eria hasil : Klien dapat meningkatan mobilitas fisik ; klien mampu melakukan aktivitas hidup

sehari hari secara mandiri

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat kemampuan klien yang

masih ada.

2. Rencanakan tentang pemberian

program latihan:

Bantu klien jika diperlukan latihan

Ajarkan klien tentang aktivitas hidup

sehari hari yang dapat dikerjakan

1. Dasar untuk memberikan alternative dan latihan

gerak yang sesuai dengan kemapuannya.

2. Latihan akan meningkatkan pergerakan otot

dan stimulasi sirkulasi darah

Page 13: Makalah   osteoporosis

Ajarkan pentingnya latihan.

3. Bantu kebutuhan untuk beradaptasi dan

melakukan aktivitas hidup sehari hari,

rencana okupasi .

4. Peningkatan latihan fisik secara

adekuat:

dorong latihan dan hindari tekanan

pada tulang seperti berjalan

instruksikan klien untuk latihan selama

kurang lebih 30menit dan selingi

dengan istirahat dengan berbaring

selama 15 menit

hindari latihan fleksi, membungkuk

tiba– tiba,dan penangkatan beban berat

3. Aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri

4. Dengan latihan fisik:

Masa otot lebih besar sehingga

memberikan perlindungan pada

osteoporosis

Program latihan merangsang

pembentukan tulang

Gerakan menimbulkan kompresi

vertical dan fraktur vertebra.

3. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan

ketidakseimbangan tubuh.

Tujuan : Cedera tidak terjadi

Kreteria Hasil : Klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi: Klien dapat menghindari aktivitas

yang mengakibatkan fraktur

Intervensi Rasional

1. Ciptakan lingkungan yang bebas dari

bahaya:

Tempatkan klien pada tempat tidur

rendah.

Amati lantai yang membahayakan

klien.

Berikan penerangan yang cukup

Tempatkan klien pada ruangan yang

tertutup dan mudah untuk diobservasi.

Ajarkan klien tentang pentingnya

menggunakan alat pengaman di

ruangan.

2. Berikan dukungan ambulasi sesuai

dengan kebutuhan:

1. Menciptakan lingkungan yang aman

dan mengurangi risiko terjadinya

kecelakaan.

2. Ambulasi yang dilakukan tergesa-gesa

Page 14: Makalah   osteoporosis

Kaji kebutuhan untuk berjalan.

Konsultasi dengan ahli therapist.

Ajarkan klien untuk meminta bantuan

bila diperlukan.

Ajarkan klien untuk berjalan dan keluar

ruangan.

3. Bantu klien untuk melakukan aktivitas

hidup sehari-hari secara hati-hati.

4. Ajarkan pada klien untuk berhenti

secara perlahan, tidak naik tanggga, dan

mengangkat beban berat.

5. Ajarkan pentingnya diet untuk

mencegah osteoporosis:

Rujuk klien pada ahli gizi

Ajarkan diet yang mengandung banyak

kalsium

Ajarkan klien untuk mengurangi atau

berhenti menggunakan rokok atau kopi

6. Ajarkan tentang efek rokok terhadap pemulihan

tulang

7. Observasi efek samping obat-obatan yang

digunakan

dapat menyebabkan mudah jatuh.

3. Penarikan yang terlalu keras akan

menyebabkan terjadinya fraktur.

4. Pergerakan yang cepat akan lebih

memudahkan terjadinya fraktur

kompresi vertebra pada klien

osteoporosis.

5. Diet kalsium dibutuhkan untuk

mempertahankan kalsium serum,

mencegah bertambahnya kehilangan

tulang. Kelebihan kafein akan

meningkatkan kalsium dalam urine.

Alcohol akan meningkatkan asidosis

yang meningkatkan resorpsi tulang

6. Rokok dapat meningkatkan terjadinya

asidosis.

7. Obat-obatan seperti diuretic, fenotiazin

dapat menyebabkan pusing, megantuk,

dan lemah yang merupakan predisposisi

klien untuk jatuh.

4. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan dengan

kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang

penyakitnya, klien tampak gelisah

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien memahami tentang penyakit

osteoporosis dan program terapi dengan criteria hasil klien mampu menjelaskan tentang

penyakitnya, mampu menyebutkan program terapi yang diberikan, klien tampak tenang

Kriteria hasil : Klien mampu menjelaskan tentang penyakitnya, dan mampu menyebutkan

program terapi yang diberikan, klien tampak tenang

Intervensi Rasional

Page 15: Makalah   osteoporosis

1. Kaji ulang proses penyakit dan harapan

yang akan datang

2. Ajarkan pada klien tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi terjadinya

osteoporosis

3. Berikan pendidikan kepada klien

mengenai efek samping penggunaan

obat

1. Memberikan dasar pengetahuan dimana klien

dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.

2. Informasi yang diberikan akan membuat klien

lebih memahami tentang penyakitnya

3. Suplemen kalsium ssering mengakibatkan nyeri

lambung dan distensi abdomen maka klien

sebaiknya mengkonsumsi kalsium bersama

makanan untuk mengurangi terjadinya efek

samping tersebut dan memperhatikan asupan

cairan yang memadai untuk menurunkan resiko

pembentukan batu ginjal

IV. IMPLEMENTASI

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan Pada tahap ini perawat siap

untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana

perawatan pasien. Fase implementasi atau pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu

validasi rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan asuhan

keperawatan, dan pengumpulan data.

V. EVALUASI

Hasil yang diharapkan meliputi:

1. Nyeri berkurang

2. Terpenuhinya kebutuhan mobilitas fisik

3. Tidak terjadi cedera

4. Terpenuhinya kebutuhan perawatan diri

5. Status psikologis yang seimbang

6. Terpenuhinya kebutuhan, pengetahuan dan informasi

BAB III

Page 16: Makalah   osteoporosis

PENUTUP

Kesimpulan :

 Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa tulang,

peningkatan porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi disertai dengan kerusakan

arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga

tulang menjadi mudah patah (buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system

musculoskeletal)

Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga

tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium

dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur

kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh,

sehingga terjadilah osteoporosis.

Saran :          

Tidak ada saran yang terlalu mengikat dalam kasus ini, hanya saja Diharapkan makalah ini

bisa memberikan masukan bagi rekan- rekan mahasiswa calon  perawat, sebagai bekal untuk

dapat memahami mengenai “ASKEP MUSKULOSKELETAL OSTEOPOROSIS” menjadi

bekal dalam pengaplikasian dan praktik bila menghadapi kasus yang kami bahas ini.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis memberikan saran-saran

sebagai berikut :

1.         Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi

klien serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam berkomunikasi dengan klien.

2.         Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional dalam menetapkan diagnosa

keperawatan.

Page 17: Makalah   osteoporosis

DAFTAR PUSTAKA :

The power of soul for great health, mei 2006

dr. Iskandar junaiadi

Kumar, Vinay, Abul K. Abbas dan Nelson Fausto. 2005. Robbins and Cotran Pathologic

Basis of Disease. Seventh Edition. Philadelphia : Elsevier Saunders.

Lewis, Sharon L. 2007. Medical Surgical Nursing : Assessment and Management of Clinical

Problems Volume 2. Seventh Edition. St.Louis : Mosby.

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2005.

Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 1. Edisi 6. Jakarta : EGC.

Sherwood, Lauralee. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel ke

Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Page 18: Makalah   osteoporosis

MAKALAH OSTEOPOROSIS

D

I

S

U

S

U

N

O

L

E

H

KELOMPOK :

SMKS KESEHATAN KARPA RAHA

2014/2015