makalah seminar osteoporosis
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN OSTEOPOROSIS
Disusun Oleh :
KELOMPOK II
Semester V
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2013
Nama Kelompok II :
1. Equeentaha Noor Sauvida (G2A011017)
2. Faizal Ghofarudin (G2A011019)
3. Faizal Imanuddin (G2A011020)
4. Fendi Sulistiyo (G2A011021)
5. Fetty Indriani (G2A011022)
6. Hanif Kurnia Sandi (G2A011023)
7. Herdha Ari Cahyono (G2A011024)
8. Hilda Amalia F.N (G2A011025)
9. Iik Ristiyanto (G2A011026)
10. Insan Perdana (G2A011027)
11. Lathiful Anshori Z (G2A011028)
12. Lina Dian Rosita (G2A011029)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas
massa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh
dan mudah patah.
Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit degeneratif dan
metabolik, termasuk osteoporosis akan menjadi permasalahan muskuloskletal yang
memerlukan perhatian khusus, terutama di negara-negara berkembang.
Sejak dicanangkannya Bone Joint Decade(BJD) 2000-2010 osteoporosis menjadi
penting, karena selain termasuk dalam 5 besar masalah kelainan muskuloskletal
yang harus ditangani, juga kasusnya semakin meningkat sejalan dengan peningkatan
jumlah usia tua.
Pada umumnya pengobatan osteoporosis dibagi menjadi 2 bagian yaitu untuk
menghambat hilangnya massa tulang dan disbut pencegahan primer dan untuk
meningkatkan massa tulang yang disebut pencegahan sekunder.
Permasalahan terapi osteoporosis adalah kompleks dan erat hubungannya dengan
cakupan penderita yang rendah akibat mahalnya biaya deteksi dini, pemeriksaan
lanjutan dan obat-obatan untuk penyakit osteoporosis.Selain itu obat-obatan yang
ada pun masih belum ada yang ideal karena masalah efikasi dan toleransi yang
ditimbulkan oleh obat-obatan tersebut.
B. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum
Menjelaskan tentang bagaimana konsep dan pendekatan asuhan keperawatan
pada klien dengan osteoporosis.
2. Tujuan Intruksional Khusus
a. Dapat menjelaskan anatomi dan fisiologi tulang.
b. Dapat menjelaskan definisi osteoporosis.
c. Dapat menjelaskan etiologi dari osteoporosis.
d. Dapat menjelaskan patofisiologi dari osteoporosis.
e. Dapat menjelaskan manifestasi klinis dari osteoporosis.
f. Dapat menjelaskan klasifikasi dari osteoporosis.
g. Dapat menjelaskan pemeriksaan-pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
pada klien osteoporosis.
h. Dapat menjelaskan penatalaksaan medis pada klien osteoporosis.
i. Dapat menjelaskan komplikasi dari osteoporosis.
j. Dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada klien osteoporosis.
C. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan tugas makalah ini adalah mencari dari berbagai
sumber dan diskusi bersama kelompok
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan makalah ini disusun dalam tiga BAB dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
B. TUJUAN PENULISAN
C. METODE PENULISAN
D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II : KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
B. ETIOLOGI
C. PATOFISIOLOGI
D. MANIFESTASI KLINIK
E. PENATALAKSANAAN
F. PENGKAJIAN FOKUS
G. PATHWAYS KEPERAWATAN
H. DIAGNOSA, INTERVENSI DAN RASIONAL
BAB III : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan dan otot
menyusun kurang lebih 50%. Kesahatan dan fungsi system musculoskeletal sangat
bergantung pada system tubuh lain. Struktur tulang member perlindungan terhadap
organ vital, termasuk otak, jantung dan paru-paru. Kerangka tulang merupakan
kerangka yang kuat untuk menyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang
memungkinkan tubuh bergerak.
Pembagian skeletal, yaitu:
1. Axial skeleton terdiri dari kerangka tulang kepala dan leher, tengkorak, kolumna
vertebrae, tulang iga, tulang hyoid sternum.
2. Apendikular skeleton terdiri dari:
a. Kerangka tulang lengan dan kaki
b. Ekstrmitas atas (scapula, klavikula, humerus, ulna, radial) dan tangan
(karpal, metacarpal, falang)
c. Ekstremitas bawah (tulang pelvic, femur, patella, tibia, fibula) dan kaki
(tarsal, metatarsal, falang).
Jenis Tulang
Ada empat jenis tulang, yaitu :
a. Tulang Panjang
Tulang panjang (mis, femur, humerus) bentuknya silindris dan
berukuran panjang seperti batang (diafisis) tersusun atas tulang kompakta,
dengan kedua ujungnya berbentuk bulat (epifisis) tersusun atas tulang
kanselus. Tulang diafisis memiliki lapisan luar berupa tulang kompakta yyang
melindungi sebuah rongga tengah yang disebut kanal medulla yang
mengandung sumsum kuning. Sumsum kuning terdiri dari lemak dan
pembuluh darah, tetapi suplai darah atau eritrositnya tidak banyak. Tulang
epifisis terdiri dari tulang spongiosa yang mengandung sumsuum merah yang
isinya sama seperti sumsum kuning dan dibungkus oleh selapis tipis tulang
kompakta. Bagian luar tulang panjang dilapisi jaringan fibrosa kuat yang
disebut periosteum. Lapisan ini kaya dengan pembuluh darah yang menembus
tulang.
Periostenum member nutrisi tulang dibawahnya melalui pembuluh
darah. Jika periostenum robek, tulang dibawahnya akan mati. Periostenum
berperan untuk pertambahan kekebalan tulang melalui kerja osteoblas.
Periostenum berfungsi protektif dan merupakan tempat pelekatan tendon.
Periostenum tidak ditemukan pada permukaan sendi.
b. Tulang Pendek
Tulang pendek (mis,falang, karpal) bentuknya hampir sama dengan
tulang panjang, tetapi bagian distal lebih kecil dari pada bagian proksimal,
serta berukuran pendek dan kecil.
c. Tulang Pipih
Tulang pipih (mis, sternum, kepala, scapula, panggul) bentuknya
gepeng, berisi sel-sel pembentuk darah, dan melindungi organ vital dan lunak
dibawahnya. Tulang pipih terdiri dari 2 lapis tulang kompakta dan di bagian
tengahnya terdapat lapisan spongiosa. Tulang ini juga dilapisi oleh
periostenum yang dilewati oleh dua kelompok pembuluh darah menembus
tulang untuk menyuplai tulang kompakta dan tulang spongiosa.
d. Tulang Tidak Beraturan
Tulang tidak beraturan (mis, vertebra, telinga tengah) mempunyai
bentuk yang unik sesuai fungsinya. Tulang tidak beraturan terdiri dari tulang
spongiosa yang dibungkus oleh selapis tipis tulang kompakta. Tulang ini
diselubungi periostenum kecuali pada permukaan sendinya seperti tulang
pipih. Periostenum ini member dua kelompok pembuluh darah untuk
menyuplai tulang kompakta dan spongiosa.
e. Tulang Sesamoid
Tulang sesamoid (mis, patella) merupakan tulang kecil yang terletak
disekitar tulang yang berdekatan dengan persendian, berkembang bersama
tendon dan jaringan fasia.
STRUKTUR TULANG
Tersusun oleh jaringan tulang kompakta (kortikal) dan kanselus (trabekular
atau spongiosa ). Tulang kompakta terlihat padat. Akan tetapi jika diperiksa
dengan makroskop terdiri dari system havers. System havers terdiri dari kanal
havers. Sebuah kanal havers mengandung pembuluh darah, saraf, dan pembuluh
limfe,lamela (lempengan tulang yang mengelilingi kanal sentral), kaluna (ruang
diantara lamella yang mengandung sel-sel tulang atau osteosit dan saluran limfe),
dan kanalikuli ( saluran kecil yang menghubungkan lacuna dan kanal sentral).
Saluran ini mengandung pembuluh limfe yang membawa nutrient dan oksigen ke
osteosit.
SEL – SEL PENYUSUN TULANG TERDIRI DARI:
1. Osteoblas berfungsi menghasilkan jarinagan osteosid dan menyekresi
sejumlah besar fosfatase alkali yang berperan penting dalam pengendapan
kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang.
2. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3. Osteoklas adalah sel-sel berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat diabsorbsi. Sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik
yang memecah matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang,
sehingga kalsium dan fosfat terlepas kedalam darah.
BAB III
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Osteoporosis adalah penyakit tulang metabolik yang ditandai oleh penurunan
densitas tulang yang parah sehingga mudah terjadi fraktur tulang. ( elizabeth .
corwin 2009)
Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan massa tulang yang rendah dan
memburulnya mikro-arsitektur jaringan tulang, mengakibatkan tingkat kerapuhan
tulang dan resiko tinggi fraktur. (brashers, valentina L. 2007. Aplikasi klinis
patofisiologi pemeriksaan dan menejemen. Jakarta : EGC)
Osteoporosis adalah suatu sindrom penurunan densitas tulang ( matrik dan mineral
berkurang ), tetapi rasio matrik dan mineral tetap normal ( Pujiastuti, 2003 ).
B. ETIOLOGI
Faktor resiko penyebab osteoporosis yang tidak dapat diubah :
1. Usia, lebih sering terjadi pada lansia
2. Jenis kelamin, tiga kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria.
Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh factor hormonal dan rangka tulang yang
lebih keci
3. Ras, kulit putih mempunyai risiko paling tinggi
4. Riwayat keluarga/keturunan, pada keluarga yang mempunyai riwayat
osteoporosis, anak-anak yang dilahirkan juga cenderung mempunyai penyakit
yang sama.
5. Bentuk tubuh, adanya kerangka tubuh yang lemah dan scoliosis
vertebramenyebabkan penyakit ini. Keadaan ini terutam trejadi pada wanita antara
usia 50-60 tahun dengan densitas tulang yang rendah dan diatas usia 70tahun
dengan BMI yang rendah.
Yang dapat diubah :
1. Merokok
2. Gaya hidup, aktivitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan
penyangga berat badan merupakan stimulus penting bagi resorspi tulang. Beban
fisik yang terintegrasi merupakan penentu dari puncak massa tulang.
3. Gangguan makan (anoreksia nervosa)
4. Menopause dini, menurunnya kadar estrogen menyebabkan resorpsi tulang
menjadi lebih cepat sehingga akan terjadi penurunan massa tulang yang banyak.
5. Penggunaan obat-obatan tertentu seperti diuretic, glukokortikoid, antikonvulsan,
hormone tiroid berlebihan, dan kortikosteroid.
( Muttaqin, 2008 )
C. PATOFISIOLOGI
Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi
tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan
massa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah
patah ; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak menimbulkan
pengaruh pada tulang normal. Nyeri sering terjadi pada penderita osteoporosis
akibat runtuhnya corpus vertebrae akibat fraktur. Osteoporosis sering
mengakibatkan fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah
kolum femoralis dan daerah trokhanter, dan patah tulang colles pada pergerakan
tangan. Fraktur kompresi ganda fertebra mengakibatkan deformitas skelet.
( Smelthzer, 2002 : 2335)
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Usia, jenis kelamin, dan ras.
2. Riwayat keluarga tentang osteoporosis, terutama adanya riwayat fraktur
patologis.
3. Faktor reproduksi, seperti riwayat tidak pernah hamil, masa menopause, dan
penggunaan terapi estrogen .
4. Faktor kebiasaan hidup, seperti merokok, konsumsi alcohol, kopi, dan
kurangnya aktivitas fisik.
5. Asupan kalsium dan vitamin D.
6. Riwayat fraktur, dengan jenis trauma ringan pada usia di atas 40 tahun.
7. Penggunaan obat-obatan yang memberikan predisposisi seperti pada etiologi.
8. Kelemahan otot-otot ekstermitas.
(Nor Helmi, Zairin. (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta :
Salemba medika)
E. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan osteoporosis dilakukan sejak masa kanak – kanak dan
remaja,dengan pembentukan kebiasaan berolahraga dan nutrisi yang baik
sepanjang hidup untuk memperkuat tulang.
2. Suplemen vitamin D dan kalsium melalui makanan mengurangi
perkembangan osteoporosis pada lansia dan merupakan komponen
esensial dalam pencegahan.
3. Merokok harus dihindari.
4. Terapi pergantian esterogen-progesteron atau modulator reseptor estrogen
selektif yang dilakukan selama dan setelah monopause dapat mengurangi
perkembangan osteoporosis pada wanita.
5. Obat - obatan yang dikenal sebagai bisfosfonat (misalnya, alendronnat,
risedronat dan ibandronat) terbukti mengurangi resorpsi tulang dan
mencegah pengroposan tulang.
6. Terapi testosteron dapat mengurangi osteoporosis pada pria.
( Corwin, Elizabeth J. 2009 . Buku Saku Patofisiologi . Jakarta : EGC )
Penatalaksanaan lainnya:
1. Berikan diet seimbang yang adekuat dengan kandungan kalsium dan
vitamin D yang banyak.
2. Dapat meningkatkan masukan kalsium pada usia bayi atau resepkan
preparat kalsium.
3. Terapi penggantian hormon (HRT) untuk menunda kehilangan tulang
4. Pengobatan lain termasuk kalsitonin, natrium florida dan natrium
etidronat.
( Baughman, Diane C. 2000 . Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah .
Jakarta: EGC)
F. PENGKAJIAN FOKUS
1. Demografi:
Seorang perempuan umur 55 tahun seorang guru, menikah 36 tahun lalu,
dengan 2 anak. Tinggi pasien 165 cm. Pasien mengatakan jarang
melakukan olahraga, menapouse sejak 5 tahun lalu. Akhir-akhir ini pasien
mengeluh nyeri tulang belakang. Tidak berkurang dengan analgetik.
Sering terbangun malam hari karena nyerinya. Seminggu lalu pasien
melakukan rontgent didapatkan hasil adanya fraktur kompresi pada dua
tulang vertebral. Dokter mendiagnosa pasien mengalami osteoporosis.
2. Identitas pasien:
Nama : Ny. X
Umur : 55 tahun
Profesi : guru
Tinggi badan : 165 cm
DO :
Hasil rontgent didapatkan adanya fraktur kompresi pada dua tulang
vertebral
DS:
pasien mengeluh nyeri tulang belakang
Tidak berkurang dengan analgetik
Sering terbangun malam hari karena nyerinya.
Pasien mengatakan jarang melakukan olahraga
menapouse sejak 5 tahun lalu.
3. PATHWAYS KEPERAWATAN
Hasil interaksi kompleks yang menahun antara faktor genetik dan faktor lingkungan
Faktor usia, jenis kelamin, ras, keluarga, bentuk tubuh, dan tidak pernah melahirkan
Merokok, alcohol, kopi, defisiensi vitamin, dan gizi, gaya hidup (imobilitas), anoreksia, dan penggunaan obat-obatan
Fraktur colles
Penyerapan tulang lebih banyak daripada pembentukan baru
defisit perawatan diri
Penurunan massa tulang total
Tulang menjadi rapuh dan mudah patah
Insufisiensi paru
Kolaps bertahap tulang vertebra
Melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang. Peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin. Tidak tercapainya masa tulang yang maksimal. Resorpsi tulang menjadi lebih cepat.
Perubahan postural
Fraktur kompresi vertebra lumbalis
Relaksasi otot abdominal, perut menonjol
Penurunan tinggi badan
Kelemahan dan perasaan mudah lelah
Kifosis progresifFraktur femur
Osteoporosis
Fraktur kompresi vertebra torakalis
Gangguan fungsi ekstremitas atas dan bawah.pergerakan fragmen tulang, spasme otot
Nyeri
Deformitas skelet
gangguan eliminasi alvi
gangguan citra diri
ansietas
Penurunan kemampuan pergerakan
hambatan mobilitas fisik
Kompresi saraf pencernaan ileus paralitik
Konstipasi
Perubahan postural
Resiko tinggi injury
4. DIAGNOSA, INTERVENSI, DAN RASIONAL
1. Risiko tinggi injury: fraktur b.d kecelakaan ringan/jatuh
HYD: klien tidak mengalami jatuh atau fraktur akibat jatuh
Intervensi:
a. Ciptakan lingkungan yang aman dan bebas bahaya bagi klien.
R: Lingkungan yang bebas bahaya mengurangi risiko untuk jatuh dan
mengakibatkan fraktur.
b. Beri support untuk kebutuhan ambulansi; mengunakan alat bantu jalan
atau tongkat.
R: Memberi support ketika berjalan mencegah tidak jatuh pada lansia.
c. Bantu klien penuhi ADL (activities daily living) dan cegah klien dari
pukulan yang tidak sengaja atau kebetulan.
R: Benturan yang keras menyebabkan fraktur tulang, karena tulang
sudah rapuh, porus dan kehilangan kalsium.
d. Anjurkan klien untuk belok dan menunduk/bongkok secara perlahan
dan tidak mengangkat beban yang berat.
R: Gerakan tubuh yang cepat dapat mempermudah fraktur
compression vertebral pada klien dengan osteoporosis
e. Ajarkan klien tentang pentingnya diet (tinggi kalsium, vitamin D)
dalam mencegah osteoporosis lebih lanjut.
R: Diet kalsium memelihara tingkat kalsium dalam serum, mencegah
kehilangan kalsium ekstra dalam tulang.
f. Anjurkan klien untuk menguragi kafein dan alkohol.
R: Kafein berlebihan meningkat pengeluaran kalsium berlebihan
dalam urine; alkohol berlebihan meningkatkan asidosis,
meningkatkan reabsorpsi tulang.
g. Ajarkan klien akan efek dari rokok dalam remodeling tulang.
R: Rokok meningkatkan asidosis
2. Nyeri b.d adanya fraktur.
HYD: Klien mampu melakukan tindakan mandiri untuk mengurangi nyeri,
dan nyeri berkurang sampai hilang.
Intervensi:
a. Kaji lokasi nyeri, tingkat nyeri, durasi, frekuensi dan intensitas nyeri.
R: Menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk klien
b. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur dan anjurkan klien untuk
mengambil psosisi terlentang atau miring yang nyaman bagi kalien
R: Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di
tempat tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama
beberapa hari.
c. Beri kasur padat dan tidak lentur.
R: Memberikan rasa nyaman bagi klien
d. Ajarkan klien tehknik relaksasi dengan melakukan fleksi lutut.
R: Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi
otot.
e. Berikan kompres hangat intermiten dan pijatan punggung.
R: Kompres hangan dan pijat pada punggung memperbaiki relaksasi
otot.
f. Ajarkan dan anjurkan klien untuk menggerakkan batang tubuh sebagai
satu unit dan hindari gerakan memuntir.
R: Gerakan tubuh memuntir dapat meningkatkan risiko cedera.
3. Konstipasi b.d imobilitas atau ileus obstruksi.
HYD: Klien tidak mengalami konstipasi, klien dapat bab 2-3 kali dalam
seminggu, konsistensi feces lunak, dan tidak ada kolaps pada T10-L2
Intervensi:
a. Kaji pola elimeinasi bab klien
R: Menentukan intervensi bila ada gangguan pada eliminasi BAB
b. Berikan diet tinggi serat.
R: Tinggi serat membantu proses pengosongan usus dan
meminimalkan kostipasi
c. Anjurkan klien minum 1,5-2 liter/hari bila tidak ada kontraindikasi.
R: Pemenuhan cairan yang adekuat dapat membantu atau
meminimalkan konstipasi.
d. Kolaborasi untuk pemberian pelunak tinja dan berikan pelunak tinja
sesuai ketentuan
R: Membantu meminimalkan konstipasi
( Doengoes, 2000 )
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total.terdapat
perubahan pergantian homeostatis normal,kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari
kecepatan pembentukan tulang,mengakibatkan penurunan masssa total. (Smeltzer,
2002 ).
Faktor resiko penyebab osteoporosis yang tidak dapat diubah :
1. Usia, lebih sering terjadi pada lansia
2. Jenis kelamin, tiga kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria.
Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh factor hormonal dan rangka tulang yang
lebih kecil
3. Ras, kulit putih mempunyai risiko paling tinggi
4. Riwayat keluarga/keturunan, pada keluarga yang mempunyai riwayat
osteoporosis, anak-anak yang dilahirkan juga cenderung mempunyai penyakit
yang sama.
5. Bentuk tubuh, adanya kerangka tubuh yang lemah dan scoliosis
vertebramenyebabkan penyakit ini. Keadaan ini terutam trejadi pada wanita antara
usia 50-60 tahun dengan densitas tulang yang rendah dan diatas usia 70tahun
dengan BMI yang rendah.
Yang dapat diubah :
1. Merokok
2. Gaya hidup, aktivitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan
penyangga berat badan merupakan stimulus penting bagi resorspi tulang. Beban
fisik yang terintegrasi merupakan penentu dari puncak massa tulang.
3. Gangguan makan (anoreksia nervosa)
4. Menopause dini, menurunnya kadar estrogen menyebabkan resorpsi tulang
menjadi lebih cepat sehingga akan terjadi penurunan massa tulang yang banyak.
5. Penggunaan obat-obatan tertentu seperti diuretic, glukokortikoid, antikonvulsan,
hormone tiroid berlebihan, dan kortikosteroid.
B. Saran
1. Para pembaca dan mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang penyakit
osteoporosis ini.
2. Para tenaga kesehatan mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
khususnya osteoporosis secara profesional.
3. Disarankan agar masyarakat mampu menjaga kesehatan dengan menghindari
alasan yang bisa mengakibatkan osteoporosis.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2005. Patofisiologi :
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 1.Edisi 6. Jakarta : EGC.
Brashers, valentina L. 2007. Aplikasi klinis patofisiologi pemeriksaan dan menejemen. Jakarta :
EGC
Elizabeth, Corwin J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Nor Helmi, Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba medika
Baughman, Diane C. 2000 . Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta: EGC
Doengoes, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan pasien, Alih bahasa : I Made kariasa, Ni Made Sumarwati.
Jakarta : EGC