laporan pbl 1.docx

24
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rongga mulut manusia tersusun atas berbagai macam organ dan struktur pendukungnya. Berbagai macam fungsi yang dilakukan oleh mulut seperti berbicara, menelan, dan mengunyah mengharuskan adanya cairan dalam mulut sebagai pelumasnya. Cairan tersebutlah yang kita kenal dengan saliva. Saliva merupakan sekret yang dihasilkan oleh kelenjar saliva yang dimiliki tubuh. Kelenjar tersebut terbagi menjadi kelenjar saliva mayor dan minor. Saliva yang dihasilkan oleh kelenjar tersebut viskositasnya dapat berupa serus dan atau mukus. Laju aliran saliva yang diproduksi oleh kelenjar saliva sangat tidak stabil dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor usia, jenis kelamin, dan stimulus mekanik maupun kimiawi. Selain itu, irama sirkadian juga menjadi salah satu faktor naik turunnya produksi saliva. Hal tersebut berkaitan dengan adanya kandungan hormon di dalam saliva.

Upload: yulinda-riski

Post on 24-Dec-2015

65 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan PBL 1.docx

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rongga mulut manusia tersusun atas berbagai macam organ dan

struktur pendukungnya. Berbagai macam fungsi yang dilakukan oleh

mulut seperti berbicara, menelan, dan mengunyah mengharuskan adanya

cairan dalam mulut sebagai pelumasnya. Cairan tersebutlah yang kita

kenal dengan saliva. Saliva merupakan sekret yang dihasilkan oleh

kelenjar saliva yang dimiliki tubuh. Kelenjar tersebut terbagi menjadi

kelenjar saliva mayor dan minor. Saliva yang dihasilkan oleh kelenjar

tersebut viskositasnya dapat berupa serus dan atau mukus.

Laju aliran saliva yang diproduksi oleh kelenjar saliva sangat tidak

stabil dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut antara

lain adalah faktor usia, jenis kelamin, dan stimulus mekanik maupun

kimiawi. Selain itu, irama sirkadian juga menjadi salah satu faktor naik

turunnya produksi saliva. Hal tersebut berkaitan dengan adanya

kandungan hormon di dalam saliva.

Saliva memiliki banyak peranan penting dalam rongga mulut yaitu

untuk membantu seluruh mekanisme yang ada dalam mulut. Adanya saliva

mencegah terjadinya perlukaan atau peradangan dalam rongga mulut. Hal

itu berkaitan dengan fungsi saliva sebagai sarana lubrikasi.

Saliva tersusun atas berbagai macam komponen yang dapat diukur

dengan alat-alat dan metode tertentu. Komponen saliva itu dapat

digolongkan menjadi komponen organik dan anorganik. Zat-zat penyusun

saliva ternyata juga dapat digunakan sebagai biomarker dalam dunia

kedokteran. Banyak penyakit sistemik dan penyakit lain dalam rongga

mulut dapat dideteksi dengan komponen-komponen yang ada pada saliva.

Contohnya adalah penyakit diabetes mellitus yang dapat diukur

menggunakan kadar glukosa yang terkandung dalam komponen saliva.

1

Page 2: laporan PBL 1.docx

2

Namun, hal tersebut masih menjadi kontroversi serta masih diteliti lebih

lanjut.

Berbagai penyakit juga berkaitan erat dengan produksi saliva.

Contoh penyakit yang menghambat produksi saliva adalah sjorgren

syndrome. Tidak hanya penyakit, ternyata konsumsi obat-obatan tertentu

juga dapat mempengaruhi laju aliran saliva dan komponen saliva itu

sendiri. Oleh karena itu, pembahasan mengenai saliva sangatlah penting

dalam dunia kedokteran gigi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran umum mengenai saliva?

2. Bagaimana peranan saliva sebagai biomarker dan kaitannya dengan

penyakit sistemik?

3. Bagaimana hubungan saliva dengan irama sirkadian?

C. Tujuan

1. Mengetahui berbagai hal mengenai saliva.

2. Mengetahui pemanfaatan saliva sebagai biomarker dan kaitannya

dengan penyakit sistemik.

3. Mengetahui hubungan saliva dengan irama sirkadian.

D. Manfaat

1. Diharapkan laporan ini dapat memberikan informasi mengenai

saliva bagi pembaca.

2. Diharapkan laporan ini dapat mendorong para peneliti untuk

melakukan riset lebih lanjut mengenai saliva.

Page 3: laporan PBL 1.docx

3

BAB II

ISI

A. Skenario

Saliva is composed of water, organic, inorganic, and macromolecules.

Salivary composition is not constant and related to the circadian cycle. The

concentration of various components of saliva is markedly affected by

variations in flow rate.

It has become apparent that many systemic diseases, for example

Sjogren’s syndrome, affect salivary gland function and salivary composition.

Studies of the effects of systemic diseases on salivary variables have been

valuable in understanding the pathogenenesis of the diseases and the role of

saliva as biomarkers.

Salivary biomarker is an increasingly important. A growing number of

drugs, hormones, and antibodies can be reliably monitored in saliva, which is

an easily obtainable, non-invasive diagnostic medium. In addition to

measuring antibody, it is possible to identify a number of viral agents in

saliva.

B. Pembahasan

1. Step 1

a. Biomarker, merupakan bagian tubuh manusia yang digunakan sebagai

penanda biologis dari suatu keadaan atau penyakit.

b. Saliva, sekret dari glandula salivarius berupa mucous dan serous dan

memiliki banyak fungsi, antara lain membantu proses pengunyahan,

menelan, bicara, sebagai pelumas, dan sebagai antibodi.

c. Sindrom Sjögren, merupakan penyakit autoimun yang menyerang

glandula ekskretorius seperti kelenjar liur dan kelenjar air mata,

ditandai dengan kondisi kekeringan mulut dan kekeringan mata.

d. Non invasive diagnostic medium, dijadikan L.O

e. Circadian Cycle, merupakan siklus harian manusia, hubungannya

dengan saliva yaitu flow rate saliva rendah atau menurun pada malam

hari atau saat manusia tidur.

3

Page 4: laporan PBL 1.docx

4

f. Makromolekul, molekul berukuran besar yang termasuk dalam

komponen penyusun saliva.

2. Step 2

a. Apa saja informasi mengenai saliva? (termasuk fungsi dari saliva,

komponen penyusun saliva, flow rate dan konsentrasi normal saliva,

dan faktor yang mempengaruhi perubahan saliva)

b. Apa hubungan saliva dengan siklus sirkadian?

c. Bagaimana cara mengetahui kadar obat-obatan, hormon, dan antibodi

seseorang didalam saliva? (termasuk peran saliva sebagai biomarker,

dan penyakit apa yang bisa dideteksi melalui saliva)

d. Apa yang dimaksud dengan Sindrom Sjögren?

3. Step 3

a. Saliva

1) Fungsi saliva adalah

a) Saliva dapat membantu dalam proses pengunyahan makanan

b) Memiliki sifat self cleansing

c) Berperan pula sebagai antibodi karena dalam saliva memiliki Ig A

yang dapat membunuh bakteri

d) Membantu dalam proses berbicara

e) Mampu mempertahankan PH menjadi normal

f) Saliva dapat berfungsi untuk menjaga kelembaban di rongga

mulut (Sloane,2004)

2) Sekresi saliva

a) Kelenjar saliva mayor

(1) kelenjar Parotis, memiliki duktus stensen

(2) kelenjar submandibula, memiliki duktus wharton

(3) kelenjar sublingua

b) Kelenjar saliva minor

(1) Kelenjar bucalis

(2) Kelenjar lingualis

3) Faktor pengeluaran saliva

a) Mekanik, yaitu saat proses pengunyahan

Page 5: laporan PBL 1.docx

5

b) Kimiawi, yaitu dengan rangsangan perasa seperti asam,

manis dan pahit

c) Psikologi, yaitu stres dapat mempengaruhi sekresi saliva

4) Komposisi saliva

1) Terdiri dari 99,5 % Air

2) Sekitar 0,5 % meruppakan bahan anorganik ( Ca dan Na),

organik (enzim, protein, lipid), dan makromulekul (glukosa)

5) Konsentrasi saliva

Konsentrasi saliva yang dikeluarkan bergantung dari umur, jenis

kelamin, hormon dan kondisi tubuh. umumnya di dapatkan 1000-

1500 ml saliva dalam sehari. Bila konsentasi saliva rendah dapat

menyebabkan xerostomia dan sebaliknya bila tinggi dapat

menyebabkan hipersalivasi.

b. Hormon dan irama sirkardian

1) Hormon

Terdapat hormon kortisol dalam saliva yang bekerja umumnya saat

dalam kondisi stress dan emosional

2) Irama sirkardian

Umumnya saat tidur atau malam hari saliva dalam jumlah yang

sedikit

c. Biomarker

1) Biomarker dapat dikatakan sebagai penanda, bila antibodi meingkat

dapat di perkirakan telah terjadi suatu infeksi

2) Mengukur saliva tidak dengan metode GCF

3) Beberpa penyakit yang dapat dideteksi oleh saliva seperti Sindrom

sjorgen, Thypus dan Parathypi, Sialolithiasis, HIV AIDS, Hepatitis,

Parotitis, dan Diabetes melitus.

d. Sindrom sjorgen

1) Pengertian

Merupakan suatu penyakit autoimun. Sel imun menyerang kelenjar

eksokrin yaitu terjadi gangguan pada kelenjar ludah dan lacrimalis.

2) Gejala

Page 6: laporan PBL 1.docx

6

Penderita sindrom sjorgen mengalami xerostomia, nyeri pada wajah,

air mata kering, stomatosis, dan bau mulut.

4. Step 4

a. Saliva

1) Fungsi saliva adalah

a) Saliva dapat membantu dalam proses pengunyahan makanan

b) Memiliki sifat self cleansing

c) Berperan pula sebagai antibodi karena dalam saliva memiliki

Ig A yang dapat membunuh bakteri

d) Membantu dalam proses berbicara

e) Mampu mempertahankan PH menjadi normal

f) Saliva dapat berfungsi untuk menjaga kelembaban di rongga

mulut (Kidd dan Bechal, 1991)

2) Sekresi saliva

a) Kelenjar saliva mayor

(1) kelenjar Parotis, memiliki duktus stensen

(2) kelenjar submandibula, memiliki duktus wharton

(3) kelenjar sublingua

b) Kelenjar saliva minor

(1) Kelenjar bucalis

(2) Kelenjar lingualis (Sloane, 2004)

5. Step 5

a. Jelaskan mengenai non invasive diagnostic medium!

b. Jelaskan mengenai konsentrasi saliva, sekresi saliva, faktor-faktor

yang mempengaruhi sekresi saliva dan komposisi!

c. Sebutkan hormon dalam saliva dan siklus sirkardian!

d. Bagaimana cara mengukur antibodi, hormon dan obat yang terkandung

dalam saliva?

6. Step 7

a. Non-invasive diagnostic medium

Menurut Dorland (2012) diagnostic atau diagnosa adalah

identifikasi suatu penyakit atau suatu keputusan sementara terhadap

Page 7: laporan PBL 1.docx

7

masalah pasien. Invasif aalah memasukkan sebuah alat kepada pasien

guna mengetahui penyakit yang diderita pasien dan menimbulkan rasa

sakit. Jadi dapat disimpulkan bahw non invasif diagnostic adalah suatu

cara diagnosa kepada pasien dengan tidak melibatkan alat dan tidak

menimbulkan rasa sakit kepada pasien.

b. Konsentrasi, komposisi, dan faktor yang mempengaruhi saliva

1) Konsentrasi saliva

Saliva merupakan sekret yang dikeluarkan oleh glandula

salivarius, baik mayor maupun minor. Masing-masing glandula

memiliki persentase yang berbeda-beda dalam menghasilkan

saliva. Glandula parotis tidak menyekresi saliva saat tidur,

sedangkan glandula submandibularis menghasilkan saliva

sebanyak 70%, glandula sublingualis 14%, dan glandula

minores menghasilkan saliva sebanyak 14%. Persentase

sekresi glandula salivarius saat keadaan normal tanpa stimulasi

yaitu, glandula parotis menghasilkan sekret sebanyak 21,5%,

glandula submandibularis sebanyak 70%, glandula sublingualis

sebanyak 2%, dan glandula minores sebanyak 6,5%. Produksi

saliva akan meningkat bila terdapat rangangan pada rongga

mulut, rangsangan ini juga mempengaruhi persentasi sekresi

glandula salivarius. Rangsangan mekanis menyebabkan

produksi saliva oleh kelenjar parotis menjadi 58%, kelenjar

submandibularis 33%, kelenjar sublingualis 1,5%, dan kelenjar

saliva minor sebanyak 7,5%. Rangsangan rasa asam dari asam

sitrus juga mempengaruhi persentase pengeluaran saliva, yaitu

glandula parotis sebanyak 45%, kelenjar sublingualis sebanyak

1,5%, dan kelenjar saliva minor sebanyak 7,5% (Amirongen,

1988).

Sumawinata (2004) menyebutkan bahwa flow rate atau

kecepatan aliran saliva bermacam-macam tergantung adanya

stimulasi atau tidak. Kecepatan aliran saliva saat istirahat

sebesar 0,3 ml/menit dan meningkat hingga 2,5-5 ml/menit

Page 8: laporan PBL 1.docx

8

ketika diberi stimulasi. Keadaan hiposalivasi akan terdeteksi

bila kecepatan aliran saliva kurang dari 0,1 ml/menit dan akan

terdeteksi rendah bila flow rate-nya berkisar antara 0,1-0,25

ml/menit. Nilai normal flow rate saliva saat ada stimulasi

adalah 1-3 ml/menit. Keadaan hiposalivasi akan terdeteksi bila

saat distimulasi kecepatan aliran salivanya kurang dari 0,7

ml/menit dan terdeteksi rendah bila kecepatannya 0,7-1,0

ml/menit.

2) Komposisi saliva

Komponen- komponen saliva menurut Unita (2009), yang

disekresi oleh kelenjar saliva, dapat dibedakan atas komponen

organik dan anorganik. Namun kadar tersebut terhitung rendah

dibandingkan dengan serum karena pada saliva bahan

utamanya adalah air yaitu 99,5%. Komponen organik antara

lain: protein yang berupa enzim amilase, maltase, serum

albumin, asam urat, kretinin, musin, vitamin, beberapa asam

amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti tetosteron,

kortisol, melatonin, progesteron dan esterogen. Sedangkan

komponen anorganik saliva antara lain: sodium, kalsium,

kalium, magnesium, fosfat, bikarbonat, khlorida, potasium dan

nitrat.

a) Komponen organik

Komponen organik utama dari saliva yaitu protein.

Protein- protein dalam saliva yang secara kuantitatif

penting adalah amilase, protein kaya prolin, musin dan

imunoglobulin. Berikut adalah fungsi protein- protein

dalam saliva:

(1) Amilase mengubah glikogen menjadi kesatuan

karbohidrat kecil serta memudahkan dalam mencerna

polisakarida.

(2) Lisozim mampu membunuh bakteri tertentu sehingga

berperan dalam sistem penolakan bakterial.

Page 9: laporan PBL 1.docx

9

(3) Kalikren berguna dalam proses pembekuan darah.

(4) Laktoperosidase mengkatalisis oksidase thiosianat

menjadi hypothio.

(5) Protein kaya prolin membentuk bagian utama pelikel

muda pada email gigi.

(6) Musin membuat saliva menjadi pekat serta

membentuk makanan menjadi bolus.

(7) Imunoglobulin berperan sebagai antibodi dan

antimikroba

3) Menurut Guyton (2006), sekresi saliva dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Fakrot-faktor tersebut antara lain:

a) Jenis Kelamin

Jenis kelamin seseorang berpengaruh pada komposisi

saliva. Contohnya, kadar progesteron dalam saliva akan

mengalami flukstuasi dalam siklus menstruasi.

b) Usia

Usia mempengaruhi komposisi yang terkandung dalam

saliva. Sebagai contoh, kadar testosteron dalam saliva

akan menurun seiring meningkatnya usia.

c) Variasi diurnal

Variasi ini terjadi secara alami dalam tubuh manusia.

Contohnya, terjadi peningkatan konsentrasi Na dan Cl

pada pagi hari, sedangkan konsentrasi K meningkat pada

siang hari.

d) Stimulus

Stimulus berperan dalam sekresi saliva, baik durasi

maupun jenis stimulus. Jenis-jenis stimulus yang

mempengaruhi antara lain:

(1) Mekanis : mastikasi

(2) Kimiawi : rangsang rasa pahit, manis, asam, asin

(3) Neuronal: rangsang syaraf

(4) Psikis : kondisi stress, emosi

Page 10: laporan PBL 1.docx

10

e) Genetik

Faktor genetik mempengaruhi pembentukan,

pertumbuhan, dan perkembangan glandula.

f) Tipe Kelenjar

Setiap kelenjar memiliki tingkat penerimaan dan

kepekaaan yang berbeda terhadap stimulus.

g) Disfungsi kelenjar ludah

Disfungsi kelenjar ludah seperti penyumbatan daluran

ludah, iritasi, dan trauma radiologi juga dapat

mempengaruhi sekresi saliva.

h) Diet

Diet mempengaruhi perbedaan aliran saliva dan

berhubungan dengan rangsang mekanis.

i) Konsentrasi plasma

Konsentrasi plasma berhubungan dengan konsentrasi asam

amino, kalsium, glukosa, kalium, urea, dan asam urik

dalam saliva.

j) Hormon

Hormon yang mempengaruhi saliva antara lain aldosteron,

testosteron, bradikinin, dan tiroksin.

k) Penyakit tertentu dan iritasi rongga mulut

Beberapa penyakit mempengaruhi kadar sekresi saliva

seperti penyakit diabetes melitus, penyakit cushing, dan

penyait Addison.

l) Konsumsi obat-obatan

Konsumsi obat-obatan mempengaruhi laju sekresi saliva.

Obat-obatan sedatif dalam menyebabkan hipersalivasi,

tetapi beberapa obat dapat memberi dampak xerostomia.

c. Hormon dalam saliva dan sirkus sirkardian

1) Estrogen, terdiri dari 3 jenis :

a) Estradiol, yaitu hormon yang paling kuat.

Page 11: laporan PBL 1.docx

11

b) Estron, yaitu hormon yang keseimbangannya antara estradiol

dan estriol. Pada masa menopause terjadi peningkatan estron.

c) Estriol, yaitu hormon yang paling lemah. Kadarnya meningkat

selama masa kehamilan atau dengan mengkonsumsi suplemen.

2) Progesteron

Kadar berfluktuasi selama siklus menstruasi dengan puncaknya

pada fase luteal antara hari ke 20-23. Kadar normalnya adalah 0,1-

0,5 mg/ml saliva.

3) Testosteron

Mengalami variasi diurnal dan kadarnya menurun sesuai

pertambahan usia, baik pria maupun wanita.

4) Cortisol

Hormon stress utama di dalam tubuh, mengalami variasi diurnal,

turun kira-kira 90 % dari pagi sampai petang hari. 2 rentang nilai

cortisol adalah pagi hari jam 6-8 dan sore hari.

5) Melatonin

Hormon melatonin dihasilkan oleh kelenjar pineal diotak atau

disebut hormone tidur. Hormone ini sensitive terhadap perubahan

cahaya siang dan malam, serta menurun secara alamiah sesuai

dengan pertambahan umur. (Liana,2010)

Irama sirkadian :

a) 06.00 - 12.00 saliva meningkat

b) 12.00 - 18.00 saliva menurun

c) 18.00 - 24.00

d) 18.00 - 21.00 saliva meningkat

e) 21.00 - 24.00 saliva menurun

Page 12: laporan PBL 1.docx

12

CIRCARDIAN RHYTHM OF SALIVA FLOW

d. Cara mengukur antibodi, hormon dan obat yang terkandung dalam

saliva

1) Metode untuk mengumpulkan saliva

David (2008) mengemukakan bahwa metode umum untuk

mengumpulkan saliva yang menyeluruh meliputi metode draining,

splinting, suction dan absorben (swab). Stimulus umum yang biasa

digunakan adalah dengan mengunyah chewing gum.

a) Draining

Metode draining yaitu dengan cara membiarkan saliva

mengalir dengan sendirinya dan saliva ditampung dalam

sebuah wadah atau gelas.

No sleep

sleep

12 am 6 am 12 pm 6 pm 12 am 6 am 12 pm 6 pm 12 am

30

20

10

Page 13: laporan PBL 1.docx

13

b) Splinting

Saliva dibiarkan terakumulasi di dasar mulut, kemudian

diludahkan kedalam suatu wadah atau gelas.

c) Suction

Saliva terakumulasi di dasar mulut kemudian diambil dengan

menggunakan alat yang disebut saliva ejector

d) Adsorben (swab)

Saliva diakumulasi kemuduian diswab dengan menggunakan

cotton wall swab untuk kemudian disentrifugasi.

2) Metode Pemeriksaan Saliva

a) Metode ELISA

Page 14: laporan PBL 1.docx

14

Enzim-linked immunosorbent assay (ELISA) adalah teknik

pengujian serologi yang didasarkan pada prinsip interaksi

antara antibody dan antigen. Pada awalnya, teknik ELISA

hanya digunakan dalam bidang imunologi untuk

mendeteksi keberadaan antigen dan antibody dalam suatu

sampel pada saat terjadi infeksi. Namun seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknik ELISA juga dapat

diaplikasikan dalam bentuk lain termasuk menganalisis

kadar hormone yang terdapat dalam suatu organisme.

Contoh penggunaan ELISA adalah untuk mengukur

progesterone, estradiol dan kortisol dalam saliva.

(Haussman, dkk, 2007)

Page 15: laporan PBL 1.docx

15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Saliva merupakan cairan yang sangat penting di rongga mulut

untuk memfasilitasi proses pengunyahan, formasi bolus makanan, menelan

dan berbicara, juga melindungi permukaan mukosa yang lunak dari

makanan yang keras. Saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva mayor dan

minor. Saliva terdiri atas 99,5% air dan 0,5% substansi lainnya. Komposisi

saliva terdiri dari komponen organik dan anorganik. Nilai normal untuk

laju aliran saliva yang distimulasia adalah 1,0-3,0 ml/menit. Nilai dibawah

0,7 ml/menit disebut hiposalivasi dan nilai 0,7-1,0 ml/menit dikatakan

rendah.

Kegunaan saliva untuk bidang kedokteran gigi sebagai biomarker

adalah untuk mendiagnosis penyakit yang terjadi pada kelenjar saliva,

xerostomia, kankermulut, penyakit periodontitis dan resiko karies.

Penyakit sistemik yang dapat dideteksi melalui saliva adalah penyakits

indroma Sjögren, diabetes mellitus, penyakit korteks adrenal, kanker

payudara, HIV, kadaro bat-obatan dan penyakit kardiovaskular.

B. Saran

Saliva merupakan cairan yang sangat penting di dalam mulut, oleh

karena itu diharapakan dari hasil laporan yang ada pembaca dapat

memahami fungsi utama saliva, kelainan pada saliva, dan dapat

mengetahui penyakit sistemik dari dalam saliva tanpa harus melukai

pasien.

15

Page 16: laporan PBL 1.docx

16

DAFTAR PUSTAKA

Amirongen, N., 1988, Ludah dan Kelenjar Ludah: Arti Bagi Kesehatan Gigi,

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

David, T.W., 2008, Salivary diagnostics 1st ed. Hal : 59-37, Wiley-Blackwell,

Washington.

Dorland, 2003, Kamus Kedokteran Dorland edisi 29, EGC, Jakarta.

Guyton, A.C., Hall, J. E., 2006, Textbook of Medical Physiology, Elseviers

Saunders Inc, Philadelphia.

Haussman, M.F. Vleck, C.M., dan Farrar, E.S., 2007, A Laboratory Exercise

Toilustrate Increased Salivary Cortisol in Response to Three Stressful

Conditionsusing Competitive ELISA, Advance Physiology Education

31:110-115.

Kidd, E.A.M., Beachel, S. J., 1991, Dasar-dasar karies penyakit dan

penanggulangannya, EGC, Jakarta.

Liana,L.,2010,Pemeriksaan hormone saliva,ABC Laboratorium Amerind Bio-

clinic,Jakarta Barat,http://www.abclab.co.id/?p=881., diakses 28 April

2013.

Sloane, E., 2004, Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula, EGC, Jakarta

Sumawinata, N., 2004, Serenai Istilah Kedokteran Gigi Inggris-Indonesia, EGC,

Jakarta.

Unita, Lisna, 2009, Cairan Rongga Mulut, Departemen Biologi Oral, FKG USU,

Medan

16