laporan od pedo

27
LAPORAN SKILLAB BLOK ORAL DIAGNOSA & RENCANA PERAWATAN “KONSERVASI GIGI” OLEH: Sondy Wildan A 10610037 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI i

Upload: inddah-nii

Post on 24-Nov-2015

115 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

pedo

TRANSCRIPT

16

LAPORAN SKILLABBLOK ORAL DIAGNOSA & RENCANA PERAWATANKONSERVASI GIGI

OLEH: Sondy Wildan A 10610037

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIINSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATAKEDIRI2013KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Skill Lab Konservasi Gigi pada Blok Oral Diagnosa dan Rencana Perawatan.Penyusunan laporan ini tidak lepas oleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada:1. drg. Berlian. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan membimbing, sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. 2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.Dalam penulisan makalah ini mungkin masih ada beberapa bagian yang tidaklah sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangatlah diharapkan untuk perbaikan kesempurnaan laporan ini. Demikian, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Kediri, 15 april 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiBAB I PENDAHULUAN11.1 Latar belakang11.2 Rumusan masalah21.3 Tujuan Masalah2BAB II TINJAUAN PUSTAKA32.1 Pemeriksaan32.2 Karies52.3 Diagnosa konsevasi gigi72.4 Oklusi gigi10BAB III DIAGNOSA12BAB IV PEMBAHASAN144.1 Pemeriksaan subjektif144.2 Pemeriksaan objektif14BAB V PENUTUP155.1 Kesimpulan15DAFTAR PUSTAKA16

iii

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakangPerawatan yang tepat dimulai dari diagnosis yang tepat.Untuk dapat menentukan diagnosis yang tepat diperlukan pengetahuan, keterampilan dan seni. Ilmu pengetahuan terhadap penyakit dan gejala-gejalanya, keterampilan untuk melakukan cara menguji yang tepat dan seni menyatakan impresi, fakta dan pengalaman kedalam pengertian.Gejala adalah kesatuan informasi yang dicari di dalam diagnosis klinis dan didefinisikan sebagai fenomena atau tanda-tanda suatu permulaan keadaan yang sakit, normal atau indikatif. Gejala dibagi menjadi gejala subjektif yaitu gejala yang disampaikan atau dikeluhkan pasien ke dokter dan gejala objektif yaitu gejala yang dipastikan dokter dengan cara tes.Keluhan umum yang paling sering dikeluhkan pasien adalah rasa sakit. Pengajuan pertanyaan yang bijaksana mengenai rasa sakitnya dapat menolong pendiaknosa menghasilkan diagnosa sementara dengan cepat. Pasien harus ditanya tentang macam rasa sakit, lokasinya, lamanya, apa yang menyebabkannya, apa yang meringankannya, dan pernah tidaknya melibatkan tempat lain.

1Dalam kedokteran gigi kasus karies merupakan kasus yang besar. Laporan mengenai karies gigi di Indonesia selama ini adalah pada anak usia sekolah dan dewasa. Karies gigi sangat mudah terjadi, terutama pada orang dengan oral hygiene (kebersihan rongga mulut) tidak bagus. Karies gigi adalah kerusakan email atau lapisan pelindung yang menyebabkan gigi berlubang. Angka karies gigi (gigi berlubang) di Indonesia sangat tinggi. Hasil penelitian Direktorat Kesehatan Gigi Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 60-80% murid Sekolah Dasar menderita karies pada gigi permanennya. Prevalensi karies gigi telah mencapai 95%, sedangkan karies gigi dan penyakit jaringan penyangga gigi telah menduduki peringkat pertama (32%) daftar morbiditas penyakit gigi di Indonesia.Berdasarkan pernyataan diatas penulis menentukan materi yang dibahas dalam laporan lab oral diagnosa ini mengenai pemeriksaan oral dan karies gigi.

1.2 RumusanMasalah1. Bagaimana pengertian karies dan klasifikasi dari karies gigi ?2. Bagaimana cara pemeriksaan untuk mengetahui adanya karies ?3. apa pengertian oklusi gigi ?4. apa saja klasifikasi oklusi gigi ?1.3 TujuanMasalah1. Untuk mengetahui pengertian karies dan klasifikasi dari karies.2. Untuk mengetahui cara pemerikasaan untuk mengetahui adanya karies3. Untuk mengetahui mengenai oklusi gigi 4. Untuk mengetahui klasifikasi oklusi gigi

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeriksaan2.1.1 Pemeriksaan subjektifAnamnesa adalah percakapan profesional antara dokter dengan pasien untuk mendapat data/ riwayat pasien yang dikeluhkan pasien. Ada tiga komponen tentang riwayat pasien : riwayat sosial, riwayat dental, riwayat medis.Riwayat dan catatan medisGuna menghindari informasi yang tidak relevan dan untuk mencegah kesalahan dan kelalaian dalam uji klinis. Pertanyaan pertanyan yang menyangkut keluhan utama pasien, riwayat medis yang lalu, dan riwayat kesehatan gigi dll.Riwayat sosial1. Nama2. Binatang Peliharaan 3. Pekerjaan 4. UsiaRiwayat medis1. Penyakit jantung kooegital2. Demam Rematik3. Kelainan darah4. Asma 5. Hepatitis6. Penyakit kulit7. Alergi

2.1.2 Pemeriksaan objektifGejala objektif oleh penguji dan observasi yang dilakukan oleh seorang klinis. Pengujian tersebut :1. 3Pemeriksaan Visual dan TaktilYaitu pemeriksaan berdasarkan penglihatan. Misalnya pada ginggiva, penyimpangan dari warna merah muda sehat dapat dikenali adanaya suatu inflamsi. 2. PerkusiUji ini memungkinkan untuk mengevaluasi status peridonsium sekitar gigi. Gigi diberikan pukulan cepat, mula-mula dengan jari dengan intensitas rendah kemudian intensitas ditingkatkan denagn menggunakan tangkai suatu instrumens, untuk menentukan gigi merasa sakit atau tidak. 3. Uji Listrik PulpaTes yang digunakan untuk menentukan vitalitas pulpa. Tujuan untuk merangsang respon pulpa dengan menggunakan arus listrik yang makin meningkat pada gigi.4. Tes Thermala) Tes thermal dinginMetode yg digunakan : 1. Es 2. CO2 (es kering) : paling efektif tetapi memerlukan armamentarium khusus 3.Bahan pembeku (ethyl chloride) b) Tes thermal panasMetode yg dipakai : 1.Gutta percha yg dipanaskan di api dan diaplikasikan ke permukaan labial 2.Friksi di permukaan gigi dengan bur rubber cup 3.Air Panas 4.Instrumen yg dipanaskan (dapat menyebabkan injuri)5. Uji KavitasTes kavitas ini dilakukan denagn cara mengebur melalui pertemuan email dentin gigi. Pengeburan dilakukan dengan kecepatan rendah dan tanpa air pendingin.(Grossman, 1995)2.1.3 Pemeriksaan tambahanRadiografiKadang-kadang dilakukan pemeriksaan klinis dapat memberikan semua keterangan yang diperlukan mengenai pasien.Diperlukan dengan alasan-alasan sebagai berikut :1. Untuk mendiagnosa keries gigi pada pada permukaan gigi yang tidak dapat terlihat2. Untuk mendeteksi kelainan klinis3. Untuk menentukan gangguan khusus(Grossman, 1995)

2.2 KariesKaries berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi kavitas (Kidd dan Bechal, 1991).Dengan perkataan lain, dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke bagian yang lebih dalam dari gigi sehingga membentuk lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses penyembuhan, pada proses ini terjadi demineralisasi yang disebabkan oleh adanya interaksi kuman, karbohidrat yang sesuai pada permukaan gigi dan waktu (Kidd dan Bechal, 1991).Perkembangan karies dapat berbeda antara satu dan lain orang dari antara populasi satu dan populasi lain. Apabila perkembangannya lambat, mungkin membutuhkan waktu bertahun tahun lamanya sehingga karies menjadi kavitas besar. Akan tetapi proses yang sama hanya membutuhkan waktu beberapa bulan saja, kalau perkembangannya cepat (Kidd dan Bechal, 1991).Tanda-tanda karies gigi merupakan suatu keretakan pada email atau kavitas pada gigi, dentin di dalam kavitas lebih lunak dari pada dentin di sekelilingnya, dan merupakan suatu daerah pada email yang mempunyai warna yang berbeda dengan email sekelilingnya (Kidd dan Bechal, 1991).Karies yang berkembang cepat biasanya berwarna agak terang, sedangkan karies yang berkembang lambat biasanya berwarna agak gelap. Akan tetapi pit (lekukan pada email gigi) dan fisur (bentuk lekukan email gigi pada gigi molar dan pre molar) kadang-kadang berwarna tua, bukan karena karies gigi, tetapi karena noda akibat beberapa makanan (Kidd dan Bechal, 1991).Karbohidrat yang tertinggal di dalam mulut dan mikroorganisme, merupakan penyebab karies gigi, penyebab karies gigi yang tidak langsung adalah permukaan dan bentuk gigi tersebut (Kidd dan Bechal, 1991).Gigi dan fisur yang dalam mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan bertahan, sehingga produksi asam oleh bakteri akan berlangsung dengan cepat dan menimbulkan karies gigi (Kidd dan Bechal, 1991).2.2.1 Klasifikasi karies1. Menurut Prof. G. V. BlackProf. G. V. Black menyatakan bahwa urutan frekuensi dari karies gigi dimulai dari daerah gigi pada permukaan paling tinggi sampai yang paling rendah. Klasifikasi karies menurut Prof GV. Black dibagi dalam lima kelas (Kidd, 1992).1). Karies Kelas Ia). Semua karies pada Pit dan fissure yang terjadi pada : Permukaan oklusal posterior (permukaan pengunyahan gigi geraham) 2/3 bagian oklusal, permukaan bukal dan lingual/palatal gigi posterior ( bagian pengunyahan, permukaan dekat pipi dan dekat lidah/langit-langit gigi geraham) Permukaan palatal incisal insisivus rahang atas.b). Karies pada permukaan halus yang terjadi pada 2/3 oklusal atau incisal semua gigi.2). Karies kelas II.Karies pada permukaan proksimal gigi posterior (sela antar gigi geraham).3). Karies kelas III.Karies pada permukaan proksimal incicivus dan caninus (sela antar gigi depan), belum melibatkan sudut atau tepi incisal.4). Karies Kelas IV.Karies pada permukanan proksiamal incicivus dan caninus (sela antar gigi depan), sudah melibatkan sudut incisal.

5). Karies kelas VKaries pada 1/3 gusi (gingival third) permukaan labial (dekat bibir), lingual (dekat lidah) atau permukaan bukal (dekat pipi) semua gigi (Kidd, 1992).2. Karies gigi menurut kedalamannya a. Karies Superfisialis yaitu kedalaman karies baru mengenai email saja (sampai dentino enamel junction), sedangkan dentin belum terkena.b. Karies Media yaitu karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.c. Karies Profunda yaitu karies yang sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.d. Karies Profunda Perforasi (Kidd, 1992).3. Karies gigi menurut lokasi terjadinya1. Karies pit dan fisurKaries yang terjadi karena daerah pit dan fisur sulit dijangkau oleh sikat gigi.2. Karies permukaaan halusLesi permukaaan halus dimulai pada email dan sementum dan dentin akaryang terbuka, lesi terdapat pada bagian distal dan, mesial gigi (Kidd, 1992).2.3 Diagnosa konservasi gigia. Pulpitis reversiblePulpitis reversible merupakan proses inflamasi ringan yang apabila penyebabnya dihilangkan maka inflamasi menghilang dan pulpa akan kembali normal. Faktor-faktor yang menyebabkan pulpitis reversible, antara lain stimulus ringan atau sebentar seperti karies insipient, erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretase periodontium yang dalam dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka.Gejala :Pulpitis reversible bersifat asimtomatik dapat disebabkan karena karies yang baru muncul dan akan kembali normal bila karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik, apabila ada gejala (bersifat simtomatik) biasanya berbentuk pola khusus. Aplikasi stimulus dingin atau panas, dapat menyebabkan rasa sakit yang tajam. Jika stimulus ini dihilangkan, nyeri akan segera reda. Stimulus panas dan dingin menimbulkan nyeri yang berbeda pada pulpa normal. Ketika panas diaplikasikan pada gigi dengan pulpa yang tidak terinflamasi, respon awal yang langsung terjadi (tertunda), namun jika stimulus panas ditingkatkan maka intensitas nyeri akan meningkat. Sebaliknya, jika stimulus dingin diberikan, pulpa normal akan segera terasa nyeri dan menurun jika stimulus dingin dipertahankan. Berdasarkan observasi hal ini, respon dari pulpa sehat maupun terinflamasi tampaknya sebagian besar disebabkan oleh perubahan dalam tekanan intrapulpa.b. Pulpitis irreversible

Gambar karies profunda dengan pulpitis irreversible

Pulpitis irreversible merupakan inflamasi parah yang tidak akan bisa pulih walaupun penyebabnya dihilangkan dan lambat atau cepat pulpa akan menjadi nekrosis. Pulpa irreversible ini seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari pulpa reversible. Dapat pula disebabkan oleh kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatif, trauma atau pergerakan gigi dalam perawatan ortodontic yang menyebabkan terganggunya aliran darah pulpa.Gejala :Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila bawah belakang yang terkena. Menentukan lokasi nyeri pulpa lebih sulit dibandingkan nyeri pada periapikal/periradikuler dan menjadi lebih sulit jika nyerinya semakin intens.Stimulus eksternal, seperti dingin atau panas dapat menyebabkan nyeri berkepanjangan.Nyeri pada pulpitis irreversible berbeda dengan pulpa yang normal atau sehat. Sebagai contoh, aplikasi panas pada inflamasi ini dapat menghasilkan respon yang cepat dan aplikasi dingin, responnya tidak hilang dan berkepanjangan. Walaupun telah diklaim bahwa gigi dengan pulpitis irreversible mempunyai ambang rangsang yang rendah terhadap stimulasi elektrik, menurut Mumford ambang rangsang persepsi nyeri pada pulpa yang terinflamasi dan tidak terinflamasi adalah sama.

c. Nekrosis pulpa

Gambar karies dengan nekrosis pulpaNekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya, tergantung pada seluruh atau sebagian yang terlibat. Nekrosis, meskipun suatu inflamasi dapat juga terjadi setelah jejas traumatik yang pulpanya rusak sebelum terjadi reaksi inflamasi. Nekrosis ada dua jenis yaitu koagulasi dan likuifaksi (pengentalan dan pencairan). Pada jenis koagulasi, bagian jaringan yang dapat larut mengendap atau diubah menjadi bahan solid. Pengejuan adalah suatu bentuk nekrosis koagulasi yang jaringannya berubah menjadi masa seperti keju, yang terdiri atas protein yang mengental, lemak dan air. Nekrosis likuefaksi terjadi bila enzim proteolitik mengubah jaringan menjadi massa yang melunak, suatu cairan atau debris.

2.4 Oklusi gigiOklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada Maksila dan mandibula, yang terjadi selama pergerakan Mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara Dental system,Secara teoritis, oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling berhadapan secara langsung (tanpa perantara) dalam suatu hubungan biologis yang dinamis antara semua komponen sistem stomato-gnatik terhadap permukaan gigi-geligi yang berkontak dalam keadaan berfungsi berkontak dalam keadaan berfungsi (Foster, 1997).2.4.1 Klasifikasi oklusiMenurut Edward (1899) dalam Foster klasifikasai dari hubungan antero-posterior lengkung gigi dan tidak melibatkan hubungan lateral serta servikal adalah sebagai berikut :1. Klas 1Hubungan ideal yang bisa ditolerir. Ini adalah hubungan antero-posterior yang sedemikian rupa, dengan gigi-gigi berada pada posisi yang tepat dilengkung rahang, ujung gigi kaninus atas berada pada bidang vertikal yang sama seperti ujung distal gigi kaninus bawah. Gigi-gigi premolar atas berinterdigitasidengan cara yang sama dengan gigi-gigi premolar bawah, dan tonjol antero-bukal dari molar pertama atas tetap beroklusi dengan alur (groove) bukal dari molar pertama bawah tetap. Jika gigi insisivus berada pada inklinasi yang tepat, overjet insisal adalah sebesar 3mm.2. Klas 2Pada hubungan klas 2 lengkung gigi bawah terletak lebih posterior daripada lengkung gigi atas dibandingkan pada hubungan klas 1. Klas 2 dibagi menjadi dua sub divisi yaitu :a) Klas 2 divisi 1Lengkung gigi mempunyai hubungan klas 2, dengan gigi-gigi insisivus sentral atas proklinasi, dan overjet insisal lebih besar. Gigi insisivus atas juga proklinasi.b) Klas 2 divisi 2Lengkung gigi mempunyai hubungan klas 2, dengan gigi-gigi insisivus sentral atas yang proklinasi dan overbite insisal yang besar. Gigi-gigi insisivus lateral atas bisa proklinasi atau retroklinasi.3. Klas 3Pada hubungan klas 3, lengkung gigi bawah terletak lebih anterior daripada lengkung gigi atasdibandingkan pada hubungan klas 1. Sehingga terkadang hubungan ini disebut hubungan prenormal. Ada dua tipe utama dari hubungan klas 3 yaitu :a) Klas 3 sejatiDimana rahang bawah berpindah dari oklusi istirahat ke oklusi klas 3 pada saat penutupan normal.b) Klas 3 postural / klas 3 dengan pergeseranGigi insisivus terletak sedemikian rupa sehingga gerak menutup mandibula menyebabkan insisivus bawah berkontak dengan insisivus atas sebelum mencapai oklusi sentrik. Oleh karena itu mandibula akan bergerak kedepan pada penutupan translokasi, menuju ke posisi interkuspal. (Foster. 1997)BAB IIIDIAGNOSA

Berdasarkan pemeriksaan subjektif dan objektif didapatkan hasil diagnosa pasien yaitu pulpitis reversibel pada gigi molar pertama sulung bawah kanan (74). Hal ini didapatkan berdasarkan :Keluhan pasien Pasien merasa giginya sakit saat terkena rangsang dingin apabila rangsang dihilangkan maka rasa sakit tersebut akan hilang. Pasien merasakan giginya mulai sakit sejak 2 bulan yang lalu. Saat pasien datang keadaannya tidak sakit dan pada saat ini sudah tidak pernah merasa sakit kembali apabila terkena rangsang dingin. Jika gigi tersebut sakit, pasien tidak pernah memberi obat dan tidak segera dilakukan perawatan untuk meredakan rasa sakit.Keadaan umum pasien Pasien pernah sakit dan dirawat dipuskesmas karena penyakit tipus. Pasien tidak memiliki alergi dengan obat apapun dan bahan yang digunakan untuk perawatan dan anastesi.Pemeriksaan subjektif Pasien merasa sakit saat minum dingin dan panas. Rasa sakit yang dirasakannya seperti linu. Rasa sakit tersebut terasa selama sekitar tiga detik.Pemeriksaan objektif Pada pemeriksaan objektif diperoleh hasil :Pembengkakan Ekstra Oral: Pada pemeriksaan pembengkakan ekstra oral,diperiksa pada kelenjar limfe submandibula dan submental. Pada pemeriksaan submandibula tidak teraba, konsistensinya lunak dan tidak terasa sakit. Pada pemeriksaan submental hasilnya sama seperti kelenjar limfe submandibula.

12Pemeriksaan Intra Oral: Pada pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan pada gingiva dan regio intra oral yang mengalami pembengkakan. Hasil yang didapatkan adalah tidak terjadi pembengkakan sehingga tidak juga dijumpai fistula.Gigi Karies: Pada pemerikasaan gigi karies diperoleh hasil bahwa gigi 74 tersebut karies media pada sisi distal. Perforasi: Hasil pemeriksaan klinis tidak ditemukan perforasi oleh karena gigi tersebut tidak dapat dimasuki jarum miller. Tekanan dan Perkusi: Pemeriksaan perkusi dan tekanan dilakukan untuk mengetahui adanya keradangan pada jaringan periapikal dan periodontal. Dilakukan dengan menggunakan handle instrumen dengan menekan atau menggigit dan mengetuk pada oklusal dari berbagai sisi. Dari hasil pemeriksaan pasien tidak merasakan sakit.Kegoyangan Gigi: Diperoleh hasil kegoyangan derajat 1 yang dikatakan gigi dalam keadaan normal .Gingiva Sekitar Gigi: Hasil pemeriksaan menunjukkan tidak adanya kelainan pada sekitar gingiva .Polip: Dari hasil pemeriksaan secara klinis terlihat adanya polip baik polip pulpa pada gigi 54Tes Vitalitas: Tes termal dingin dengan menggunakan chloro etil yang disemprotkan pada cotton palate sampai menimbulkan bunga es dan menunjukkan hasil dimana pasien merasakan rangsangan dingin sehingga dapat dikatakan gigi masih vital.Gambaran radiografi Karena tanpa diagnosa telah dapat ditegakkan dan tidak lagi membutuhkan gambaran radiografi maka operator tidak melalukan pemeriksaan radiografi.

BAB IVPEMBAHASAN4.1 Pemeriksaan subjektifMengacu pada kasus dan teori yang telah diungkapkan, diagnosa awal yang merupakan hasil pemeriksaan adalah pulpitis reversibel. Dimana pasien yang datang mengalami gejala nyeri apabila terdapat rangsangan suhu rendah atau dingin, tidak nyeri spontan, terdapat lesi karies pada daerah mesio-oklusal. pasien merasa nyeri dikarenakan terdapat dentin terbuka sehingga pasien sensitif bila terkena rangsang yang ekstrim. Rasa sakit yang dialami pasien bukan merupakan rasa sakit yang spontan. Keadaan ini dapat dikaitkan dengan pulpitis reversibel dimana gejala klinis pasien yang mengalami ditandai dengan rasa sakit yang tajam, hanya sebentar, lebih sering diakibatkan oleh suhu dingin daripada panas atau oleh udara dingin. Tidak timbul secara spontan dan tidak berlanjut bila etiologi dihilangkan (Grossman, et.al,. 1988)Pasien ingin dilakukan restorasi dengan menggunakan bahan restorasi yang sewarna dengan gigi asli. Dalam hal ini bahan restorasi dapat menggunakan resin komposit. Karena warna resin komposit seperti yang telah dijelaskan mempunyai sifat estetik yang baik.4.2 Pemeriksaan objektifPemeriksaan dilakuka pada gigi molar 1 kiri rahang bawah. Pemeriksaan dilakukan dengan sondasi, perkusi dan palpasi. Tes perkusi dilakukan dengan mengetuk pelan permukaan oklusal atau insisal dari gigiyang diduga mengalami karies dan gigi tetangganya dengan tangkai ujung kaca mulut untuk mendeteksi nyeri. Dari uji perkusi dihasilkan negatif sehingga menunjukkan bahwa tidak ada kelainan pada jaringan penyangganya.

14Pada pemeriksaan palpasi diraba dengan tangan pada kelenjar limfenya yaitu kelenjar submandibula, kelenjar sublingualis dan kelenjar mentale. Dari pemeriksaan yang dilakukan dihasilkan negatif yaitu dengan tidak adanya pembekakan pada kelenjar limfe.BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan1. Hipotesis awal berdasarkan pada pemeriksaan subjektif, pasien mengalami pulpitis reversibel2. Bahan restorasi yang dapat digunakan sesuai dengan keinginan keluarga (orang tua) pasien adalah komposit3. Diagnosa dapat ditentukan secara pasti setelah dilakukan pemeriksaan objektif4.Diagnosa akhir dapat ditentukan dengan mempertimbangkan keseluruhan hasil dari pemeriksaan subjektif dengan pemeriksaan objektif

15DAFTAR PUSTAKA

Annusavice. 2003. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi Edisi 10.Baum, L dkk. 1997. Buju Ajar Ilmu Konservasi Gigi. ahli bahasa, Rasinta Tarigan. Edisi 3. Jakrata : EGC.Grossman, Lois. 1988. Endodontic practice eleventh edition. Philadelphia : Pennsylvania, U.S.AKidd, A.M Edwina dan Bechal, Sally Joyston. 1991. Dasar-dasar Karies. Jakarta : EGCFoster, T.D. 1997. Buku Ajar Ortodonsi. Jakarta : EGC