laporan kasus pedo

29
BAB I PENDAHULUAN Karies dan cedera akibat trauma pada gigi masih sangat umum ditemukan pada anak dan perawatan kerusakan yang luas yang ditimbulkannya masih merupakan bagian utama dari praktik kedokteran gigi anak. Tujuan utama perawatan operatif pada anak adalah mencegah meluasnya penyakit gigi dan memperbaiki gigi yang rusak sehingga dapat berfungsi kembali secara sehat, sehingga integritas lengkung geligi dan kesehatan jaringan mulut dapat dipertahankan. 7 Perawatan pulpa pada gigi sulung dapat dianggap upaya preventif karena gigi yang telah dirawat dengan berhasil dapat dipertahankan dalam keadaan nonpatologis sampai saat tanggalnya yang normal. Dengan demikian, lengkung geligi dapat dipertahankan dalam keadaan utuh, fungsi pengunyahan dipertahankan, infeksi dan peradangan kronis dapat dihilangkan sehingga kesehatan jaringan mulut yang baik dapat dipertahankan. Untuk mencapai tujuan ini, telah dikembangkan beberapa perawatan endodontik konservatif sebagai perawatan alternatif selain pencabutan gigi salah satu perawatan pulpa konservatif pada gigi sulung adalah pulpotomi. 3 Pulpotomi adalah salah satu perawatan umum dari lesi karies yang menyebabkan pulpa terbuka serta bebas dari gejala dari gigi sulung, prosedur membantu untuk mempertahankan integritas gigi primer yang memiliki inflamasi terbatas pada pulpa koronal. Tujuan utamanya adalah untuk melestarikan pulpa radikuler,

Upload: ivan-liwu

Post on 17-Feb-2016

499 views

Category:

Documents


37 download

DESCRIPTION

Lapsus pedo

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Pedo

BAB I

PENDAHULUAN

Karies dan cedera akibat trauma pada gigi masih sangat umum ditemukan pada anak dan

perawatan kerusakan yang luas yang ditimbulkannya masih merupakan bagian utama dari

praktik kedokteran gigi anak. Tujuan utama perawatan operatif pada anak adalah mencegah

meluasnya penyakit gigi dan memperbaiki gigi yang rusak sehingga dapat berfungsi kembali

secara sehat, sehingga integritas lengkung geligi dan kesehatan jaringan mulut dapat

dipertahankan.7

Perawatan pulpa pada gigi sulung dapat dianggap upaya preventif karena gigi yang telah dirawat

dengan berhasil dapat dipertahankan dalam keadaan nonpatologis sampai saat tanggalnya yang

normal. Dengan demikian, lengkung geligi dapat dipertahankan dalam keadaan utuh, fungsi

pengunyahan dipertahankan, infeksi dan peradangan kronis dapat dihilangkan sehingga

kesehatan jaringan mulut yang baik dapat dipertahankan. Untuk mencapai tujuan ini, telah

dikembangkan beberapa perawatan endodontik konservatif sebagai perawatan alternatif selain

pencabutan gigi salah satu perawatan pulpa konservatif pada gigi sulung adalah pulpotomi.3

Pulpotomi adalah salah satu perawatan umum dari lesi karies yang menyebabkan pulpa terbuka

serta bebas dari gejala dari gigi sulung, prosedur membantu untuk mempertahankan integritas

gigi primer yang memiliki inflamasi terbatas pada pulpa koronal. Tujuan utamanya adalah untuk

melestarikan pulpa radikuler, memelihara vitalitas dan akhirnya untuk mempertahankan gigi.

Perawatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik termasuk elektrosurgeri

(ES), Er: YAG Laser atau dressing dengan menggunakan bahan seperti formocresol (FC),

kalsiumhidroksida, Mineral Trioxide Aggregate, dan ferri sulfat (FS) . Banyak teknik lain telah

diusulkan, tetapi sebuah ulasan sistemik yang luas tidak bisa memberikan bukti konklusif untuk

teknik yang paling tepat.5

Dalam makalah ini akan dilaporkan mengenai perawatan endodontik pada gigi sulung akibat

karies besar pada pasien anak agar mengetahui secara jelas indikasi, kontraindikasi, bahan yang

digunakan dalam penatalaksanaan dan mekanisme prosedur yang tepat untuk kasus tersebut.

Page 2: Laporan Kasus Pedo

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Pulpotomi

Pulpotomi adalah pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian diikuti oleh penempatan

obat di atas orifise yang akan menstimulasikan perbaikan atau memumifikasikan sisa jaringan

pulpa vital pada akar gigi. Pulpotomi disebut juga pengangkatan sebagian jaringan pulpa.

Biasanya jaringan pulpa di bagian mahkota yang cedera atau mengalami infeksi dibuang untuk

membantu menyembuhkan dan mempertahankan vitalitas jaringan pulpa dalam saluran akar.2,3,10

Pulpotomi bertujuan untuk mempertahankan vitalitas gigi, menghindari rasa sakit dan

pembengkakan, dan pada akhirnya untuk mempertahankan gigi.7 Pulpotomi dapat dipilih sebagai

perawatan pada kasus yang melibatkan kerusakan pulpa yang cukup serius namun belum saatnya

gigi tersebut untuk dicabut. Pulpotomi juga berguna untuk mempertahankan gigi tanpa

menimbulkan simtom-simtom khususnya pada anak-anak.3,8

Prosedur pulpotomi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik termasuk

elektrosurgeri (ES), Er: YAG Laser atau dressing dengan menggunakan bahan seperti

formocresol (FC), kalsiumhidroksida, Mineral Trioxide Aggregate (MTA), dan ferri sulfat (FS) .

Banyak teknik lain telah diusulkan, tetapi sebuah ulasan sistemik yang luas tidak bisa

memberikan bukti konklusif untuk teknik yang paling tepat.5 Bahan ideal yang digunakan dalam

teknik pulpotomi harus memiliki beberapa syarat seperti bakterisida, tidak berbahaya untuk pulp

dan struktur sekitarnya, merangsang penyembuhan pulp radikuler dan tidak mengganggu proses

fisiologis resorpsi akar.3,12

Indikasi pulpotomi vital

Secara umum Indikasi perawatan pulpotomi adalah perforasi pulpa karena proses karies atau

proses mekanis pada gigi sulung vital, tidak ada pulpitis radikular, tidak ada rasa sakit spontan

maupun menetap, panjang akar paling sedikit masih dua pertiga dari panjang keseluruhan, tidak

ada tanda-tanda resorpsi internal, tidak ada kehilangan tulang interradikular, tidak ada fistula,

perdarahan setelah amputasi pulpa berwarna pucat dan mudah dikendalikan.3 Selain itu

indikasinya adalah anak yang kooperatif, anak dengan pengalaman buruk pada pencabutan,

Page 3: Laporan Kasus Pedo

untuk merawat pulpa gigi sulung yang terbuka, merawat gigi yang apeks akar belum terbentuk

sempurna, untuk gigi yang dapat direstorasi.1,2

Secara terperinci indikasi pulpotomi vital adalah sebagai berikut.

1)      Gigi sulung dan gigi tetap muda vital, tidak ada tanda – tanda gejala peradangan pulpa

dalam kamar pulpa.

2)      Terbukanya pulpa saat ekskavasi jaringan karies / dentin lunak prosedur pulp capping

indirek yang kurang hati – hati, faktor mekanis selama preparasi kavitas atau trauma gigi dengan

terbukanya pulpa.

3)      Gigi masih dapat dipertahankan / diperbaiki dan minimal didukung lebih dari 2/3 panjang

akar gigi.

4)      Tidak dijumpai rasa sakit yang spontan maupun terus menerus.

5)      Tidak ada kelainan patologis pulpa klinis maupun rontgenologis.

Kontraindikasi pulpotomi vital

Secara umum kontraindikasi pulpotomi adalah sakit spontan, sakit pada malam hari, sakit pada

perkusi, adanya pembengkakan, fistula, mobilitas patologis, resorpsi akar eksternal patologis

yang luas, resorpsi internal dalam saluran akar, radiolusensi di daerah periapikal dan

interradikular, kalsifikasi pulpa, terdapat pus atau eksudat serosa pada tempat perforasi, dan

perdarahan yang tidak dapat dikendalikan dari pulpa yang terpotong.3 Selain itu,

kontraindikasinya adalah pasien yang tidak kooperatif, pasien dengan penyakit jantung

kongenital atau riwayat demam rematik, pasien dengan kesehatan umum yang buruk, kehilangan

tulang pada apeks dan atau di daerah furkasi.1, 7

Secara terperinci kontraindikasi untuk jenis pulpotomi adalah sebagai berikut.

1)      Rasa sakit spontan.

2)      Rasa sakit terutama bila diperkusi maupun palpasi.

3)      Ada mobiliti yang patologi.

4)      Terlihat radiolusen pada daerah periapikal, kalsifikasi pulpa, resorpsi akar interna maupun

eksterna.

Page 4: Laporan Kasus Pedo

5)      Keadaan umum yang kurang baik, di mana daya tahan tubuh terhadap infeksi sangat

rendah.

6)      Perdarahan yang berlebihan setelah amputasi pulpa.

Reaksi berbagai macam bahan pelindung pulpa dalam teknik perawatan pulptomi

Formokresol pertama kali diperkenalkan oleh Sweet dengan tingkat keberhasilan 97 % bahan ini

dianggap memiliki sebagai gold standard. Bahan aktif dari formokresol yaitu 19% formaldehid,

35% trikresol ditambah 15% gliserin dan air. Trikresol merupakan bahan aktif yang kuat dengan

waktu kerja pendek dan sebagai bahan antiseptic untuk membunuh mikroorganisme pada pulpa

gigi yang mengalami infeksi atau inflamasi sedangkan formaldehid berpotensi untuk memfiksasi

jaringan.6,7,11 Formokresol telah menjadi bahan yang paling umum digunakan pada pulpotomi

gigi molar sulung selama enam dekade terakhir ; terdapat beberapa kerugian yang signifikan

misalnya sitotoksisitas , potensi Mutagenisitas dan sensitisasi imun telah menjadi penyebab

keprihatinan. Sehingga dokter lebih memilih menggunakan untuk metode alternatif yang lebih

bio compatible.

Ferric sulfat merupakan agen hemostatik dalam prosedur pulpotomi. Pada kontak dengan darah,

ferric sulfat membentuk kompleks ion protein besi, dan membran kompleks ini mengunci

potongan pembuluh darah secara mekanis, memproduksi hemostasis. Oleh karena itu bertindak

dengan menghalangi aliran darah kapiler dan dengan demikian terbentuk hemostasis tanpa

pembentukan gumpalan. Dalam laporan penelitian penerapan besi sulfat di pulpotomi geraham

sulung manusia dengan tingkat keberhasilan klinis dan radiografi 100 % dan 97 % , masing-

masing tidak ada kekhawatiran efek tentang beracun atau berbahaya dari besi sulfat yang telah

tercatat dalam literatur kedokteran gigi yang ada.5

Elektro Surgical sebagai pulpotomi non farmakologi teknik yang telah terdokumentasi dengan

baik dan telah terbukti memiliki manfaat besar. Electro surgical telah diusulkan untuk

pulpotomi yang secara prosedur berfungsi dengan cara memotong dan membuat jaringan lunak

koagulasi dengan cara radiowaves frekuensi tinggi melewati sel-sel jaringan. Electro surgical

pulpotomi tampaknya memiliki manfaat yang banyak. Pembatasan penetrasi pulpa hanya

beberapa dalam lapisan sel, ada visualisasi yang baik dan homeostasis tanpa koagulasi kimia atau

keterlibatan sistemik. Kurang memakan waktu dibandingkan dengan pendekatan formocresol.13

Pembatasan penetrasi dalam jaringan pulpa memungkinkan jaringan dibawahnya tetap vital

Page 5: Laporan Kasus Pedo

sehingga dapat memacu terjadinya barier kalsium dentinal bridge. Tidak ada perbedaan

signifikan perbedaan antara tingkat keberhasilan untuk teknik pulpotomi electrosurgical dan

formokresol. Dalam evaluasi pasca operasi dalam gambaran klinis dan X – ray. Tidak ada

perbedaan yang signifikan antara kedua teknik setelah enam bulan.5

Kalsium hidroksida pertama kali di perkenalkan oleh herman sebagai salah satu obat yang dapat

memacu penyembuhan biologis dan pembentukan barier jaringan kertas diatas pulpa radikular

yang telah diamputasi. Karena sifat basa (pH 12), bahan ini sangat kaustik sehingga bila

berkontak dengan pulpa vital akan menyebabkan nekrosis pada lapisan superficial pulpa. Sifat

iritasinya nampak berhubungan dengan kemampuan dalam menstimulasi terbentuknya barier

kalsium, daerah nekrosis pada lapisan superficial pulpa di bawa kalsium hidroksida ini

dipisahkan dari jaringan pulpa sehat dibawahnya dengan warna gelap terdiri atas elemen basofil

dalam kalsium hidroksid. Daerah berprotein yang asli masih tetap ada. Namun berhadapan

dengan daerah ini terdapat daerah baru yang teridiri atas jaringan ikat kasar yang dapat

disamakan dengan tipe tulang primitive. Pada bagian perifer jaringan ikat baru ini, tampak

berjajar sel-sel yang mirip odontoblas. Satu bulan setelah perawatan secara radiografis terlihat

jembatan kalsium. Jembatan kalsium ini terus meningkat ketebalannya selama periode 12 bulan

berikutnya. Jaringan pulpa di bawah jembatan kalsium tetap vital dan pada dasarnya bebas dari

sel inflamasi.3

Trioksida mineral agregat telah digunakan untuk pulp capping , pulpotomi dan perforasi saluran

akar pada gigi permanen. Trioksida mineral agregat memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi

bila digunakan sebagai pelindung apikal pada gigi permanen .4 Trioksida mineral agregat terdiri

dari trikalsium silikat , oksida bismut , tetra kalsium alumino ferit dan kalsium sulfat dehidrasi.

Dalam kaitannya dengan air bubuk menjadi terhidrasi dan membentuk gel koloid dengan pH

12,5 mirip dengan kalsium hidroksida dan mampu menutup saluran akar dalam keadaan lembab

dengan rapat. Penerapan klinis trioksida mineral agregat di pulpotomi gigi sulung telah diteliti

dan hasil yang serupa dengan yang dilaporkan formokresol. Sebagai trioksida mineral agregat

memiliki efek antimikroba, dapat dihipotesiskan bahwa properti ini juga akan menguntungkan

sisa jaringan pulpa dari kerusakan karena bakteri residual. Vitalitas pulpa serta fungsi fisiologis

yang telah dilaporkan sebagai dipertahankan bila pulpa telah diobati dengan MTA di beberapa

penyelidikan sebelumnya.4

Page 6: Laporan Kasus Pedo

Prosedur perawatan pulpotomi vital

Prosedur pulpotomi meliputi pengambilan seluruh pulpa bagain korona gigi dengan pulpa

terbuka karena karies yang sebagaian meradang, diikuti dengan peletakkan obat-obatan tepat di

atas pulpa yang terpotong. Setelah penempatan obat, selanjutnya dapat dilakukan penumpatan

permanen. Pada gigi sulung, prosedur pulpotomi dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan.3

Pada gigi sulung, prosedur pulpotomi dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan jika dibantu

dengan penggunaan anastesi lokal. Dalam hal ini tekniknya merupakan amputasi pulpa vital.7

Prinsip dasar perawatan endodontik gigi sulung dengan pulpa non vital adalah untuk mencegah

sepsis dengan cara membuang jaringan pulpa non vital, menghilangkan proses infeksi dari pulpa

dan jaringan periapikal, memfiksasi bakteri yang tersisa di saluran akar.9

Gambar 1. Langkah-langkah perawatan pulpotomi vital formokresol satu kali kunjungan. (1). Ekskavasi karies, (2).

Buang atap kamar pulpa, (3). Buang pulpa di kamar pulpa dengan ekskavator, (4). Pemotongan pulpa di orifis

dengan bor bundar kecepatan rendah, (5). Pemberian formokresol selama 5 menit, (6). Pengisian kamar pulpa

dengan campuran zinc oxide, (7). Gigi yang telah di restorasi. 7

Page 7: Laporan Kasus Pedo

Perawatan pulpotomi dinyatakan berhasil apabila kontrol setelah 6 bulan tidak ada keluhan, tidak

ada gejala klinis, tes vitalitas untuk pulpotomi vital (+) dan pada gambaran radiografik lebih baik

dibandingkan dengan foto awal. Tanda pertama kegagalan perawatan adalah terjadinya resorpsi

internal pada akar yang berdekatan dengan tempat pemberian obat. Pada keadaan lanjut diikuti

dengan resorpsi eksternal.3

Pada molar sulung, radiolusensi berkembang di daerah apeks bifurkasi atau trifurkasi, sedangkan

pada gigi anterior di daerah apeks atau di sebelah lateral akar. Apabila infeksi pulpa sampai

melibatkan benih gigi pengganti, atau gigi mengalami resopsi internal atau eksternal yang luas,

maka sebaiknya dicabut.10

BAB III

LAPORAN KASUS

Page 8: Laporan Kasus Pedo

Seorang pasien pria berusia 9 tahun dating ke RSGMP Trisakti bersama orang tuanya pada

tanggal 24 april 2013 dengan keluhan gigi belakang bawah kiri sakit ketika makan manis atau

minum dingin sejak 1 tahun sebelumnya sampai pada saat kunjungan.

Anamnesis riwayat kesehatan sebelum lahir sebagai berikut ; Ibu pasien tidak pernah menderita

penyakit dan tidak mendapat pengobatan antibiotik sewaktu mengandung anak tersebut. Makan

vitamin dan mineral (kalsium) dalam jumlah yang cukup selama mengandung anak tersebut

berupa pil merah dan pil hijau. Tidak tahu apakah makan tablet/obat yang mengandung fluor

selama mengandung anak tersebut

Anamnesis riwayat kesehatan waktu lahir sebagai berikut ; anak lahir cukup bulan yaitu 9 bulan

3 hari, lahir spontan tanpa bantuan alat. Keadaan anak saat lahir normal dengan berat badan 2,8

kg dan tinggi badan 49 cm

Anamnesis setelah lahir dan masa anak sebagai berikut ; tidak pernah minum A.S.I, minum susu

botol merk pediasure selama 2 tahun, tidak menghisap dot, tidak pernah menderita penyakit

rheumatik fever, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia, haemophilia dan hepatitis

infectiosa, tidak sedang dalam perawatan dokter, tidak mudah terluka dan perdarahan mudah

berhenti, perdarahan tidak sukar berhenti, tidak tahu apakah pernah mendapatkan obat penicillin,

tidak alergi terhadap aspirin (bodrexyn tablet) dan anastetichum (pernah disunat) tetapi tidak

tahu alergi terhadap sulfa, penicillin, tetracycline dan barbiturate, tidak alergi terhadap

udang/kepiting, ikan dan telur, sering menderita sakit gigi dan gusinya tidak mudah berdarah,

tidak menghisap ibu jar/jari lain, tidak memiliki saudara laki-laki dan perempuan, tidak sukar

bergaul dengan anak lain, dapat mengikuti pelajaran disekolah dengan baik, tidak pernah ke

dokter gigi dan tidak takut pada dokter gigi.

Tingkah laku pada kunjungan pertama positif. Dilakukan pemeriksaan ekstra oral dengan hasil

sebagai berikut ; bentuk muka square tapering dan simetris, tidak ada kelainan pada pinggiran

rahang, pipi, kelenjar submandibula kanan dan kiri, bibir, dan kelenjar pada leher. Dilakukan

pemeriksaan intraoral dengan hasil sebagai berikut ; tidak ada kelainan pada daerah mukosa pipi

Page 9: Laporan Kasus Pedo

kiri dan kanan, gingival, palatum, pocket, dasar mulut, lidah, frenulum, tidak ada karang gigi

serta ditemukan plague pada seluruh permukaan.

Pemeriksaan Gigi Geligi

KANAN2 0 0 8 8 8 8 0 0 2  

5.5 5.4 5.3 5.2 5.1 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5      

8 8 0 8 8 8 0 0 0 0 8 8 8 2 8 8

1.8 1.7 1.6 1.5 1.4 1.3 1.2 1.1 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8

4.8 4.7 4.6 4.5 4.4 4.3 4.2 4.1 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8

8 8 2 8 8 8 0 0 0 0 8 8 8 2 8 8

8.5 8.4 8.3 8.2 8.1 7.1 7.2 7.3 7.4 7.5

2 2 0 8 8 8 8 0 2 2

Keterangan :

Gigi Sehat : 0 Tambalan : 6

Karies : 2 Tidak ada gigi (klinis) : 8

Tambalan & Karies : 4 Lain-lain : 9

Gigi Sond. Perk. Druk. Ch/Pt. Diagnosa Renc. Ther

55 + +  +  -

Karies Mencapai

Pulpa Non Vital

Pro endodontic

SSC

65 +  - - - Karies Enamel

Pro konservasi

Tumpatan GIC kelas I

26 + - - -  Iritasi Pulpa

Preventive resin

restoration

36 + - - - Iritasi Pulpa

Preventive resin

restoration

75 + - - + Karies Dentin Pro konservasi

KIRI

Page 10: Laporan Kasus Pedo

Tumpatan GIC kelas II

74 + - - - Karies Enamel

Pro konservasi

tumpatan GIC kelas I

84 - +  -  +

Karies Mencapai

Pulpa Non Vital

Pro endodontic

SSC

85 -  + - +

Karies Mencapai

Pulpa Non Vital

Pro endodontic

SSC

46 + - - - Iritasi Pulpa

Preventive resin

restoration

E. DIAGNOSAS KELUHAN UTAMA : 75 Karies dentin Pro konservasi tumpatan Glass

Ionomer Cement kelas II

F. RENCANA PERAWATAN MENURUT PRIORITAS :

Perawatan/Kegiatan Gigi Alasan

1. Removal of plaque and

calculus Seluruh Gigi Control of disease

2. Temporary Filling 55, 75, 84, 84 Control of disease

3. DHE

Patient education and

motivation

4. Pit dan Fissure sealent 16

Development of host

resistance

5. Topical Aplication Fluor Seluruh Gigi

Development of host

resistance

6. Permanent Filling

55, 65, 26, 36, 75, 74, 84,

85,46 Restoration of function

7. Periodical Checking Maintenance of oral health

Tahap penatalaksanaan karies dentin pada gigi 75

Kunjungan pertama

Page 11: Laporan Kasus Pedo

Saat pertama kali datang ke RSGMP Trisakti pada tanggal 24 april 2013, dilakukan

anamnesis terhadap orang tua pasien, pemeriksaan klinis, dan memberi penjelasan kepada

pasien rencana perawatan yang terbaik pada gigi yang di keluhkan sakit. Pada kunjungan

pertama dilakukan pengisian status dan Dental Health Education. Dental Health

Education disini berisi instruksi, edukasi, dan motivasi kepada pasien dan ibu pasien.

Ditemukan adanya karies pada gigi belakang bawah kiri. Pasien mengeluhkan rasa sakit

ketika makan sejak satu tahun yang lalu sampai sekarang. Kemudian dilakukan

penegakan diagnosis dengan test sondasi; + , perkusi; -, druk; - dan chlor etil; + . Dari

hasil test tersebut dapat dapat didiagnosis gigi tersebut adalah karies dentin. Orang tua

pasien diberikan penjelasan tentang rencana perawatan serta surat persetujuan Informed

Consent. Rencana perawatannya berupa penumpatan GIC kelas II yang dapat berubah

menjadi suatu prosedur pulpotomi saat karies tersebut telah mencapai tanduk pulpa

sehingga menimbulkan gambaran berupa titik perdarahan pin-point. Ketika dilakukan

perawatan berupa pembersihan karies dari gigi tersebut terlihat titik perdarahan atau pin-

point sehingga dilakukan prosedur pulpotomi berupa anastesi lokal untuk menghilangkan

rasa sakit disaat pembuangan atap kamar pulpa dan pemotongan pulpa di kamar pulpa,

pembuangan atap kamar pulpa dengan menggunakan bur highspeed, pemotongan pulpa

dikamar pulpa sampai batas orifice dengan menggunakan instrument ekskavator

berukuran kecil. Pemberian formokresol selama 5 menit, lapisan tipis zinc oxide eugenol

serta penempatan semen zinc phospat di lantai pulpa dan orifice untuk mencegah suatu

kebocoran dari mahkota.

Gambar 2. Pembersihan karies gigi yang besar sehingga terlihat titik perdarahan atau pin-point.

Page 12: Laporan Kasus Pedo

A. B. C.

Gambar 3. Persiapan bahan yang dipakai dalam prosedur pulpotomi. A. Berupa anastesi topical, syringe pehacaine dan formocresol, B. Aplikasi anastesi topical untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan dari insersi syringe pehacain. C. Deponir cairan pehacaine kedalam jaringan agar gigi tersebut tidak sakit ketika dilakukan perawatan pulpotomi.

A. B. C.

Gambar 4. Prosedur perawatan pulpotomi pada gigi 75. A. Pembuangan atap pulpa disertai dengan pembentukan akses kavitas. B. Pemotongan pulpa di kamar pulpa dan orifice dengan ekskavator kecil. C. Kontrol perdarahan dengan cotton-pellet kemudian keadaan ini akan menentukan keberhasilan dari perawatan jika perdarahan dari pulpa dapat berhenti maka bisa dilanjutkan ke tahapan berikutnya sebaliknya ketika perdarahan dari pulpa tidak dapat berhenti maka perawatan tersebut akan menjadi sebuah prosedur pulpektomi.

Page 13: Laporan Kasus Pedo

A. B. C.

Gambar 5. Prosedur perawatan pulpotomi pada gigi 75. A. Jaringan pulpa yang tersisa di orifice di fiksasi dengan cairan formokresol, tindakan ini bertujuan agar jaringan pulpa yang berada dibawah jaringan terfiksasi tetap vital. B.Persiapan alat dan bahan untuk dressing dan barier dari orifice berupa zinc fosfat. C.Jaringan yang berhasil terfiksasi akan berwarna kecoklatan.

A. B. C.

Gambar 6. Prosedur perawatan pulpotomi pada gigi 75. A. Aplikasi Zinc Oxide Eugenol konsistensi pasta sebagai bahan pelindung pulpa. B. Aplikasi semen Zinc Fosfat sebagai seal-barrier dari orifice. C.Pemberian kapas dan Tumpatan sementara berupa Zinc Oxide Eugenol

Di berikan instruksi kepada pasien dan orang tua bahwa mungkin gigi akan terasa kurang enak

dalam beberapa hari dan untuk itu ketika ada gejala yang menetap dalam waktu yang lama, di

anjurkan kepada pasien untuk datang kembali agar dilakukan devitalisasi pulpa dan selanjutnya

di laksanakan perawatan pulpa yang lebih radikal atau pencabutan gigi.

Kunjungan Kedua

Dilakukan kontrol 1 minggu untuk mengevaluasi prosedur pulpotomi yakni pada tanggal 2

Mei2013. Dilakukan anamesis kepada pasien dan orang tua tentang gigi yang dirawat. Pasien

tidak merasakan sakit ketika gigi tersebut di pakai makan atau minum dingin. Selanjutnya

dilakukan pemeriksaan klinis pada gigi yang di rawat. Dari hasil pemeriksaan klinis menunjukan

tumpatan sementara masi utuh tidak ada kebocoran, daerah sekitar gingival dari gigi yang

dirawat tidak menunjukan adanya gejala infeksi berupa fistel atau abses, ketika dilakukan tes

berupa perkusi dan palpasi pasien tidak merasakan adanya rasa sakit.

Page 14: Laporan Kasus Pedo

Dari hasil anamesis dan pemeriksaan klinis dapat disimpulkan bahwa perawatan pulpotomi yang

dilakukan telah berhasil. Setelah perawatan telah dinilai sukses tumpatan tersebut dapat diganti

dengan tumpatan tetap berupa GIC.

A. B. C.

Gambar 7. Kontrol dan evaluasi prosedur pulpotomi. A.Tumpatan sementara masi utuh. B.Gigi yang telah di bersihkan dari tumpatan sementara dan terlihat gingival bagian bukal tidak ada gambaran klinis berupa abses atau fistel. C. Gigi yang telah di bersihkan dari tumpatan sementara dan terlihat gingival bagian lingual tidak ada gambaran klinis berupa abses atau fistel.

A. B.

Gambar 8. Tumpatan sementara dari gigi yang dirawat diganti dengan GIC agar gigi tersebut bisa menggembalikan fungsi mastikasi. A dan B. GIC di tambal pada kavitas sampai permukaan oklusal serta di bentuk menyerupai anatomi gigi.

BAB III

PEMBAHASAN

Page 15: Laporan Kasus Pedo

Sebuah kasus berupa karies pada gigi 75 dengan diagnosis karies dentin kelas II, yang diagnosis

tersebut ditentukan dari pemeriksaan klinis dan anamnesis. Pemilihan rencana perawatannya

berupa restorasi Glass Ionomer Cement (GIC) kelas II. Pada saat dilakukan pembersihan karies,

kavitas tersebut menunjukan adanya gambaran klinis berupa pin point atau titik perdarahan.

Gambaran klinis pin point atau titik perdarahan merunujukan kavitas telah mencapai tanduk

pulpa, keadaan terjadi karena karies yang besar sehingga mendekati tanduk pulpa dan faktor

kelalaian (iatrogenic) dokter gigi tidak hati-hati dalam melakukan prosedur pembersihan karies

yang menyebabkan tanduk pulpa terbuka dan mempunyai gambaran klinis berupa titik

perdarahan / pin-point. Pemilihan perawatan pulpotomi ini didukung dengan pemeriksaan klinis

yang tidak ada tanda gejala pulpitis radikular dan tidak ada rasa sakit spontan maupun menetap.

Pemilihan teknik perawatan pulpotomi yang dipilih dalam kasus ini yaitu dengan menggunakan

pelindung pulpa dengan bahan formokresol (FC). Formokresol merupakan obat yang paling

popular terutama dimana penggunaannya yang cukup mudah, mudah dan murah didapat di

bandingkan dengan bahan-bahan pulpotomi lainnya dan disertai tingkat keberhasilannya yang

tinggi.

Perawatan pulpa berupa pulpotomi gigi sulung dianggap yang dilaksanakan pada kasus ini

adalah upaya preventif karena gigi yang telah dirawat dengan berhasil dipertahankan dalam

keadaan non-patologis sampai saat tanggalnya normal atau tidak terjadi premature loss. Dengan

demikian, lengkung geliginya dapat dipertahankan dalam keadaan utuh serta fungsi pengunyahan

dapat dipertahankan.

Penilaian sebelum perawatan penting sekali untuk menentukan apakah sebuah gigi merupakan

indikasi untuk perawatan pulpa konservatif yang bertujuan mempertahankan vitalitas pulpa dan

perawatan pulpa radikal. Perawatan pulpa konservatif terdiri dari perlindungan pulpa indirek,

perawatan pulpa direk dan pulpotomi. Perawatan pulpa radikal ialah pulpektomi diikuti dengan

pengisian saluran akar.

Pasien dan orangtuanya perlu diberitahu bahwa mungkin gigi terasa kurang enak dalam beberapa

hari dan untuk itu dianjurkan untuk memberikan analgetik yang tepat kepada anak. Bila gejala

tersebut, menetap dalam jangka waktu yang lebih lama, di anjurkan kepada pasien untuk datang

kembali agar dilakukan devitalisasi pulpa dan selanjut nya dilaksanakan perawatan pulpa yang

lebih radikal atau pencabutan gigi

Page 16: Laporan Kasus Pedo

Perawatan pulpotomi dinyatakan berhasil apabila kontrol setelah 6 bulan tidak ada keluhan, tidak

ada gejala klinis, tes vitalitas untuk pulpotomi vital (+) dan pada gambaran radiografik lebih baik

dibandingkan dengan foto awal. Tanda pertama kegagalan perawatan adalah terjadinya resorpsi

internal pada akar yang berdekatan dengan tempat pemberian obat. Pada keadaan lanjut diikuti

dengan resorpsi eksternal.3

Pada molar sulung, radiolusensi berkembang di daerah apeks bifurkasi atau trifurkasi, sedangkan

pada gigi anterior di daerah apeks atau di sebelah lateral akar. Apabila infeksi pulpa sampai

melibatkan benih gigi pengganti, atau gigi mengalami resopsi internal atau eksternal yang luas,

maka sebaiknya dicabut.10

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 17: Laporan Kasus Pedo

A. Kesimpulan

Pulpotomi adalah salah satu perawatan umum dari lesi karies yang menyebabkan pulpa terbuka serta bebas dari gejala dari gigi sulung, prosedur membantu untuk mempertahankan integritas gigi primer yang memiliki inflamasi terbatas pada pulpa koronal. Penilaian sebelum perawatan penting sekali untuk

menentukan apakah sebuah gigi merupakan indikasi untuk perawatan pulpotomi. Teknik

perawatan pulpotomi yang dipilih dalam kasus ini yaitu dengan menggunakan dressing seperti

bahan formocresol (FC). Formokresol merupakan obat yang paling popular terutama dimana

penggunaannya yang cukup mudah dan tingkat keberhasilannya yang tinggi.

B. Saran

Sebagai seorang calon/dokter gigi harus mengetahui penilaian yang tepat sebelum perawatan

penting sekali untuk menentukan apakah sebuah gigi merupakan indikasi untuk perawatan

pulpotomi. Serta dapat memberi penjelasan dan pengertian mengenai teknik perawatan

pulpotomi kepada pasien dan orangtua, juga memberi instruksi, motivasi dan edukasi seperti

menjaga kebersihan mulut, menjaga pola makan serta nutrisi.

Tanggal, July 2014

Modul Penyakit dan Kelainan Gigi Anak

Preseptor;

Prof.DR.drg. E.Arlia Budianti, SU, SpKGA

Page 18: Laporan Kasus Pedo

Daftar Pustaka

1. Andlaw RJ, Rock WP. A Manual of Paediatric Dentistry, 4th Edition, Churchill

Livingston. 1993. Hlm 100–110.

2. Bence, R. Buku Pedoman Endodontik Klinik. Diterjemahkan dari Handbook of Clinical

Endodontics oleh E. H. Sundoro. Jakarta : Penerbit UI. 1990. Hlm 270–300.

3. Budiyanti EA. Perawatan endodontic pada anak. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta

2005. Hlm 40–54.

4. G. Ansari & M. Ranjpour. Mineral trioxide aggregate and formocresol pulpotomy of

primary teeth: a 2-year follow-up. J Int Endod. 2010. vol 43; 413–418.

5. Gisoure EF. Comparison of three pulpotomy agents in primary molars: a randomised

clinical trial. J Iran Endod. 2011. vol ;6(1):11-14.

6.  Finn, S. B. Clinical Pedodontics. 4th edition. Philadelphia : W. B. Saunders. 2003.

7. Kennedy’s. Operative Paediatric Dentistry, 3rd Edition. 1992. Hlm 182-240.

8. Koch G, Modeer T, Poulsen S, dan Ramussen p. Pediatrics a clinical approach. 2th

edition. Munksgaard, copenhagen. 2009. Hlm 185-201.

9. Mathewson RJ dan Primosch RE. Fundamentals Of Pediatric Dentistry. Ed. Ke-3.

Quintessence Publishing. Cichago. 1995. Hlm 257-254.

10. Withworth JM dan Nunn JH. Pediatrics endodontics in pediatric dentistry. R.R. Welbury

(editor). Oxford. 1997. Hlm 140-149.

11. Welbury, R. R. Paediatric Dentistry. 2nd edition. New York : Oxford UniversityPress.

2001. Hlm 240-260.

12. Cassamasimo P S, Fields, Mctique, Nowak, Pediatric dentistry infancy through

adolescence. Ed ke-5. Elseveir saunders. St Louis, Missouri. 2013. Hlm 340-344.

13. Meligy O, Abdalla E, Baraway S E, El-Tekya M. 2001. Histological evaluation of electrosurgery and formocresol pulpotomy techniques in primary teeth in dogs. J Clin Pediatr Dent 26(1): 81-85,

Page 19: Laporan Kasus Pedo

Laporan kasus

Perawatan Pulpotomi pada gigi 75

Pembimbing:

Prof. DR. drg. E. Arlia Budianti, SU, Sp. KGA

Disusun oleh:

Ivan Benedictus Mark Liwu

040.08.071/041.211.086

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

2014

Page 20: Laporan Kasus Pedo

Perawatan pulpotomi gigi 75

LAPORAN KASUS

Laporan ini telah diperiksa dan

disetujui pada 17 Juli 2014

Dosen Pembimbing

Prof. DR. drg. E. Arlia Budianti, SU, Sp. KGA