pedo bismillah

22
Pedodonsia 4 Diabetes Melitus Disusun oleh: KELOMPOK 1 Apriko Merza (04111004001) Msy. Nurul Qomariah (04111004002) Zara Alviometha Putri (04111004003) Yenni Amalia Bahar (04111004004) Putri Gusti Hakiki (04111004005) Diana Aprillia (04111004006) Mayang Pamudya Prameswari (04111004007) Regina Desi Simamora (04111004008) Keitria Twinsananda (04111004009) Miranda Kartika Sari (04111004010) Erinda Bilda Livia (04111004011) Pattrisha Rae (04111004012) Herpika Diana (04111004013) Dosen Pembimbing : drg. BUDI ASRI

Upload: masayu-nurul

Post on 27-Oct-2015

124 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Pedodonsia 4Diabetes Melitus

Disusun oleh:

KELOMPOK 1 Apriko Merza (04111004001)Msy. Nurul Qomariah (04111004002)Zara Alviometha Putri (04111004003)Yenni Amalia Bahar (04111004004)Putri Gusti Hakiki (04111004005)Diana Aprillia (04111004006)Mayang Pamudya Prameswari (04111004007)Regina Desi Simamora (04111004008)Keitria Twinsananda (04111004009)Miranda Kartika Sari (04111004010)Erinda Bilda Livia (04111004011)Pattrisha Rae (04111004012)Herpika Diana (04111004013)

Dosen Pembimbing :

drg. BUDI ASRI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2013

DIABETES MELITUS

A. DEFINISI

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme yang

ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,

lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan

oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas

atau disebabkan kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin.1

Pada pasien diabetes, terjadi hiperglikemia yaitu meningkatnya kadar gula dalam darah

atau terdapatnya kandungan gula dalam air kencing dan zat-zat keton serta asam (keto-

acidosis) yang berlebihan. Keberadaan zat-zat keton dan asam yang berlebihan ini

menyebabkan terjadinya rasa haus yang terus-menerus, banyak kencing, penurunan berat

badan meskipun selera makan tetap baik, penurunan daya tahan tubuh ( tubuh lemah dan

mudah sakit).1

B. KLASIFIKASI

1. Diabetes Melitus Tipe 1 (IDDM)

Diabetes melitus tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes mellitus, IDDM) ialah diabetes

yang terjadi akibat destruksi sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Lagerhans

pankreas yang menjurus ke defisiensi insulin absolut. Insidens diabetes tipe 1 sebanyak

30.000 kasus setiap tahunnya dan dapat dibagi dalam 2 subtipe yaitu (a) autoimun, akibat

disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta dan (b) idiopatik, tidak diketahui

penyebabnya. IDDM umumnya diderita oleh anak-anak. 1,2

2. Diabetes Melitus Tipe 2 (NIDDM)

Diabetes melitus tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus, NIDDM) ialah

diabetes yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya dan

biasanya menyerang individu usia 40 tahun ke atas. 2,3

Gambar 1. Perbedaan diabetes melitus tipe 1 dan tipe 23

3. Diabetes Gestasional (GDM)2

Diabetes melitus yang terjadi akibat kenaikan kadar gula darah selama

kehamilan. Sekitar 4-5% wanita hamil diketahui menderita GDM dan umumnya

terdeteksi pada atau setelah trimester kedua. Faktor resiko terjadinya GDM berupa

usia tua, etnik, obesitas, riwayat keluarga dan riwayat gestasional terdahulu.2

4. Tipe diabetes spesifik lainnya1,2

- Defek genetik pada kerja insulin (misal, resistensi insulin tipe A)

- Kelainan genetik dalam sel beta

- Penyakit pada pankreas eksokrin: pankreatitis, pankreatektomi, fibrosis kistik

- Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel beta: glukokortikoid, tiazid dan lain-

lain

- Infeksi: rubela kongenital, sitomegalovirus, coxsackievirus

C. DIAGNOSIS2

Berdasarkan kriteria ADA, diagnosis diabetes melitus dapat ditegakkan berdasarkan:

a. Gejala-gejala klasik diabetes dan hiperglikemia

b. Kadar glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

c. Kadar glukosa plasma puasa > 126 mg/dl (7,0 mmol/L)

d. Kadar glukosa plasma yang didapat setelah tes toleransi glukosa oral (OGTT) pada 2

jam > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

D. MANIFESTASI KLINIS4

Gejala ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa darah) dan gangguan

metabolisme karbohidrat, yang mengakibatkan efek berikut :

Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine) karena ambang ginjal untuk

mereabsorbsi glukosa membesar.

Poluria (kehilangan natrium dan air dalam jumlah besar pada urine) terjadi karena

tekanan osmotik yang dibentuk oleh glukosa berlebih dalam tubulus ginjal dapat

mengurangi reabsopsi air.

Polidipsia (rasa haus dan konsumsi air berlebihan) terjadi karena penurunan volume

darah yang mengaktivasi pusat haus di hipotalamus.

Polifagia (nafsu makan besar dan lahap) terjadi karena kekurangan karbohidrat dalam

sel-sel tubuh.

Penurunan berat badan

E. MANIFESTASI ORAL

Pada penderita diabetes melitus dapat dilihat adanya manifestasi dalam rongga mulut

penderita, misalnya penyakit periodontal, disfungsi kelenjar saliva dan xerostomia, infeksi

kandidiasis, sindroma mulut terbakar serta terjadinya infeksi oral akut.3,4

1. Penyakit periodontal

Beberapa penelitian menyatakan bahwa terjadi peningkatan

insidensi inflamasi gingiva, abses periodontal dan penyakit

periodontal kronis pada pasien diabetes. Penyakit mikrovaskular

pada periodonsium menyebabkan aliran darah dan migrasi leukosit

sehingga rentan terjadi penyakit periodontal, abses dan lamanya

waktu penyembuhan3

Gambar 2A dan 2B. Periodontitis dan abses periodontal pada pasien diabetes3

2. Xerostomia dan disfungsi kelenjar saliva

Hiperglikemia mengakibatkan meningkatnya jumlah urin sehingga cairan

dalam tubuh berkurang dan sekresi saliva juga berkurang. Berkurangnya sekresi

saliva ini akan mengakibatkan terjadinya xerostomia. Dalam rongga mulut yang

sehat, saliva mengandung enzim-enzim antimikroba seperti laktoferin, peroksidase,

lisozim dan histidine yang akan berinteraksi dengan mukosa oral dan dapat

mencegah pertumbuhan candida yang berlebihan. Pada keadaan dimana terjadinya

perubahan pada rongga mulut yang disebabkan berkurangnya aliran saliva, enzim-

enzim antimikroba dalam saliva tidak berfungsi dengan baik, sehingga rongga mulut

menjadi rentan terhadap keadaan mukosa yang buruk dan menimbulkan lesi-lesi yang

menimbulkan rasa sakit. Selain itu, pasien diabetes mellitus yang mengalami

disfungsi kelenjar saliva dapat mengalami kesulitan dalam mengunyah dan menelan

sehingga mengakibatkan nafsu makan berkurang dan terjadinya malnutrisi.4

Gambar 3. Akibat xerostomia

3. Infeksi Kandidiasis

Kandidiasis oral merupakan infeksi bakteri oportunistik yang terjadi dalam

keadaan hiperglikemia karena keadaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya

disfungsi aliran saliva akibat hilangnya cairan dari tubuh dalam jumlah banyak,

sehingga aliran saliva juga berkurang. Selain itu, juga menyebabkan komplikasi

berupa microangiopathy yang paling sering muncul pada penderita diabetes melitus

terkontrol atau tidak terkontrol. Kandidiasis dapat ditemukan pada penderita diabetes

mellitus bila didukung oleh beberapa faktor yang ada pada penderita diabetes

mellitus, seperti defisiensi imun, berkurangnya aliran saliva, keadaan malnutrisi dan

pemakaian gigi tiruan dengan oral hygiene yang buruk.4

Gambar 4. Kandidiasis pada pasien diabetes melitus tipe I3

4. Sindroma mulut terbakar

Pasien dengan sindroma mulut terbakar biasanya muncul tanpa tanda-tanda

klinis, walaupun rasa sakit dan terbakar sangat kuat. Pada pasien dengan diabetes

melitus tidak terkontrol, faktor yang menyebabkan terjadinya sindroma mulut terbakar

yaitu berupa disfungsi kelenjar saliva, kandidiasis dan kelainan pada saraf. Adanya

kelainan pada saraf akan mendukung terjadinya gejala-gejala paraesthesias dan

kesemutan, rasa sakit/ terbakar yang disebabkan adanya perubahan patologis pada

saraf-saraf dalam rongga mulut.4

5. Infeksi oral akut

F. MANAGEMENT DENTAL TERHADAP DIABETES MELITUS

Diabetes mellitus (DM) bukan merupakan kontraindikasi untuk setiap tindakan

perawatan kedokteran gigi, misalnya tindakan operatif seperti pencabutan gigi, kuretase pada

poket dan sebagainya. Hal ini tidak menjadi masalah bagi dokter gigi apabila penderita di

bawah pengawasan dokter ahli sehingga keadaannya terkontrol.2

Untuk setiap tindakan operatif, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu

faktor sebelum dan setelah tindakan operatif. Faktor sebelum tindakan operatif antara lain

keadaan umum penderita, kadar gula darah dan urin penderita, anastetikum yang akan

digunakan serta tindakan asepsis. Tindakan yang perlu dilakukan setelah tindakan operatif

adalah pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya infeksi, juga keadaan umum serta kadar

gula darah dan urin.2

Anastetikum yang digunakan untuk tindakan operatif harus aman, tidak boleh

meninggikan kadar gula dalam darah. Pemakaian adrenalin sebagai lokal anastesi masih

dapat diterima karena kadarnya tidak terlalu besar walaupun adrenalin dapat meninggikan

kadar gula dalam darah. Procain sebagai anastesi lokal sangat dianjurkan.2

Sebelum tindakan operatif sebaiknya penderita diberi suatu antibiotik untuk

mencegah infeksi (antibiotik profilaksis, juga pemberian vitamin C dan B kompleks, dapat

membantu memepercepat proses penyembuhan serta mengurangi kemungkinan terjadinya

infeksi setelah perawatan. Kultur bakteri perlu dilakukan untuk kasus-kasus infeksi oral akut.

Jika terjadi respon yang kurang baik dari pemberian antibiotik yang pertama, dokter gigi

dapat memebrikan lagi antibiotik yang lebih efektif berdasarkan uji kepekaan bakteri pada

pasien.2

Manajemen dental pada pasien diabetes harus mencakup empat area utama 3:

1. Skrining dan diagnosis pasien yang sebelumnya tidak terdiagnosis (didasarkan pada

tinjauan riwayat kesehatan dan pemeriksaan oral)

2. Manajemen dental yang tepat pada manifestasi oral

3. Pencegahan komplikasi selama prosedur yang berkaitan dengan shock hypoglicemic,

shock hyperglicemic dan episode kardiovaskular akut

4. Pengelolaan yang baik dari kedaruratan medis.

Skrining dan rujukan untuk diagnosis harus didasarkan pada kajian

menyeluruh riwayat kesehatan pasien dan pemeriksaan oral. Skrining glukosa

chairside mungkin memberikan informasi yang berguna. Pasien yang diduga

menderita diabetes harus dirujuk ke dokter untuk diagnosis definitif dan pengelolaan

jangka panjang. Penilaian terhadap dampak diabetes mellitus pada kesehatan mulut

harus dimasukkan dalam manajemen pasien secara keseluruhan. Semua pasien yang

didiagnosis dengan diabetes harus diidentifikasi oleh riwayat, jenis diabetes, sejumlah

besar pengobatan, dan adanya komplikasi medis. Hal ini sangat bermanfaat untuk

menentukan keparahan penyakit dan derajat pengendalian glikemia.

Tindakan perawatan gigi penderita tergantung pada pengetahuan dokter gigi tentang

keadaan penyakit tersebut. Jika pasien telah didiagnosis dan dikontrol dengan adekuat, maka

tidak ada masalah sepanjang dokter gigi benar-benar mempertimbangkan hal-hal yang dapat

menghilangkan komplikasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada perawatan gigi pasien DM

adalah:

Hal-hal tentang keadaan kesehatan pasien DM harus didiskusikan dengan dokter yang

merawatnya.

Semua infeksi rongga mulut harus dirawat dengan segera dengan antibiotik yang

tepat.

Kesehatan rongga mulut yang baik harus dipertahankan, sehingga iritasi lokal akan

hilang secara teratur, pembentukan kalkulus berkurang dan sangat diharapkan

gingivitis dan penyakit periodontal dapat dicegah.

Pasien dijadwalkan untuk perawatan di pagi hari dan diinstruksikan untuk

mengkonsumsi makan paginya seperti biasa.

Apabila perawatan melewati waktu makan maka pasien harus diberi waktu

mengkonsumsi makanan/ minuman ringan seperti orange juice.

Apabila kesulitan mengunyah setelah perawatan, dianjurkan untuk mengkonsumsi

makanan lunak seperti soup, milkshake dan lain sebagainya untuk menjaga

pemasukan kalori.

Pada setiap prosedur perawatan gigi diinstruksikan untuk tetap mengkonsumsi obat

hipoglikemik sesuai dosis yang diperuntukkan baginya.

Pada pasien dengan terapi insulin dapat dilakukan modifikasi dengan makan paginya.

Pasien diinstruksikan mengkonsumsi makan paginya disertai insulin separuh dosis

pagi dan separuh lagi sesuadah perawatan.

Minimalkan stres selama perawatan gigi apabila memungkinkan proses perawatan

dibagi menjadi beberapa kunjungan yang tidak terlalu lama.

Tindakan asepsis perlu diperhatikan apabila kita akan merawat gigi dan mulut

penderita DM yang sudah terkontrol, karena penderita pada umumnya mempunyai daya tahan

tubuh yang rendah terhadap infeksi. Adanya DM yang tidak terdiagnosa, tidak dirawat,

kurang dikontrol menyebabkan risiko yang lebih besar atau serius bagi dokter gigi dalam

mengatur rencana perawatan. Kemungkinan terjadinya koma diabetes (hiperglikemia), shock

insulin (hipoglikemia), penyebaran infeksi, kurangnya respon penyembuhan pembedahan

harus menjadi pertimbangan utama. Pasien yang memiliki risiko ini harus dievaluasi dengan

hati-hati dan konsultasi kesehatan jika ada satu kemungkinan di rongga mulut.2

Diabetes Melitus

Diabetes melitus tipe 1 atau disebut diabetes melitus dependen insulin (insulin-

dependent diabetes melitus), disebabkan pankreas gagal mensekresi insulin, baik melalui

degenerasi, atau pun inaktivasi sel-sel beta, sehingga kadar gula dalam darah meningkat.

Diabetes mellitus tipe II juga disebut sebagai Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus

(NIDDM), atau orang dewasa diabetes mellitus (AODM). Pada diabetes mellitus tipe II,

insulin diproduksi, tetapi tidak dapat digunakannya secara adekuat, terutama pada pasien

yang mengalami resistensi insulin. Pada beberapa kasus, biasanya insulin diproduksi cukup

banyak, hanya kemudian menjadi masalah ketika sel-sel tubuh seperti sel lemak dan sel otot

kurang peka terhadap insulin.

Pada orang dewasa

Manajemen khusus yang dipertimbangan dapat ditinjau:

Pasien harus dijadwalkan ketika glukosa tinggi dan aktivitas insulin rendah, biasanya

dijadwalkan pagi hari.

Pasien harus diinstruksikan untuk mengambil dosis insulin mereka yang biasa dan

sarapan seperti biasa sebelum berkunjung ke dokter gigi.

Asupan gizi dan tingkat insulin harus ditinjau dengan pasien sebelum prosedur gigi.

Tanda-tanda vital harus dipantau.

Pasien harus diinstruksikan untuk menginformasikan dokter gigi jika mereka merasa

timbulnya reaksi insulin.

Dokter gigi harus memperhatikan tanda-tanda hipoglikemia dan dilakukan perawatan

yang sesuai. Tanda-tanda hipoglikemia bervariasi antara individu. Dokter gigi harus

mengamati pasien untuk salah satu tanda-tanda atau gejala berikut dan memulai

pengobatan:

a. Kelaparan, kelemahan, detak jantung cepat, kesemutan, atau sensasi yang berbeda,

b. Kebingungan atau perubahan suasana hati,

c. Berkeringat atau pucat, dan

d. disorientasi

Pengobatan

a. Jika sadar, pemberian glukosa melalui minuman (cola atau jus) mengandung

glukosa.

b. Jika tanda-tanda awal hipoglikemia tidak jelas, hipotensi dan nadi lemah dapat

berkembang dan pasien mungkin menjadi tidak sadar.

c. Jika pingsan, pemberian dekstrosa 50%, 30 sampai 50 mL, intravena, atau 1 mg

glukagon, intramuskular.

d. Setiap pasien yang telah mengalami ketidaksadaran harus dibawa ke rumah sakit

untuk evaluasi lebih lanjut dan pengobatan.

Dokter gigi harus mempertimbangkan faktor-faktor yang akan memberikan kontribusi

untuk pengembangan hipoglikemia.

a. Hipoglikemia dapat berkembang jika pasien menerima suntikan insulin, tapi

gagal untuk menerimanya.

b. Hipoglikemia dapat terjadi jika pasien menerima terlalu banyak insulin atau agen

hipoglikemik oral.

c. Hipoglikemia dapat dihasilkan melalui interaksi obat yang merugikan.

- Sulfonilurea dan aspirin meningkatkan efek hipoglikemik pada agen

hipoglikemik oral.

- Sulfonilurea dan flukonazol meningkatkan efek hipoglikemik pada agen

hipoglikemik oral.

Dokter gigi harus mengobati infeksi mulut segera dan secara agresif.

a. Konsultasi medis berkaitan dengan status glikemik dan terapi insulin ditunjukkan.

b. Jika nanah dikaitkan dengan infeksi oral, kultur harus diperoleh jika mungkin.

Pemberian penisilin atau amoksisilin dapat dimulai sampai hasil kultur dan

sensitivitas diperoleh.

c. Penghentian tindak lanjut harus dipertahankan sampai pasien stabil dan

kondisinya teratasi.

Dokter gigi harus meninjau pertimbangan berikut ketika merencanakan untuk

prosedur bedah:

a. Jika kembali pada asupan makanan biasa diantisipasi segera setelah prosedur,

tidak ada perubahan dalam diet atau insulin yang diperlukan.

b. Jika prosedur yang diantisipasi tidak memungkinkan pasien untuk kembali ke

asupan makanan biasa, konsultasi dengan dokter sebelum prosedur yang tepat.

Untuk pasien insulin-terkontrol, dosis normal insulin sering menurun pada pagi hari

pada prosedur bedah. Sedikit hiperglikemia selama prosedur tentu lebih

mengakibatkan shock hipoglikemik.

a. Dalam semua kasus, pasien harus disarankan bahwa asupan gizi yang dianjurkan

adalah penting untuk mencapai pemulihan pasca operasi yang diantisipasi.

b. Antibiotik profilaksis mungkin disarankan untuk mencegah infeksi pada pasien

dengan diabetes tidak terkontrol dan mereka yang memiliki riwayat infeksi

berulang.

Pada Anak – Anak

Prevalensi 5

Pada anak-anak, terjadi > 1 %

Manifestasi Klinis 5

Jika tidak diberikan perawatan :

- Kadar glukosa dalam darah tinggi

- Rasa haus yang berlebihan

- Sering kencing

- Berat badan turun

- Mudah lelah

- Pertumbuhan buruk pada bayi

Rongga mulut :

- Resiko karies meningkat disebabkan oleh hipofungsi kelenjar saliva.

- Accelerated tooth eruption with increasing age

- Gingivitis dengan peningkatan resiko penyakit periodontal (kontrol buruk akan

meningkatkan resiko)

- Disfungsi kelenjar saliva akan menyebabkan xerostomia.

- Proses penyembuhan luka lama

- Disfungsi pengecapan

- Kandidiasis oral

Kelainan lainnya :

- Ketoasidosis, gagal ginjal, gastroparesis, neuropathy dan retinopathy diabetes.

- Sirkulasi buruk, infeksi meningkat, dan penyakit arteri korona.

Perawatan 5

- Medikasi

- Injeksi insulin (tidak ada efek samping pada oral).

Pencegahan dan Perawatan Dental 5

- Pastikan kontrol glikemik pada saat yang tepat oleh pengasuh atau orang tua.

Hemoglobin A1c (HbA1c) <7 menunjukkan kontrol yang baik dalam 3 bulan

sebelumnya,> 8 menunjukkan kontrol yang buruk.

- Jadwal perawatan singkat pada pagi hari. Pastikan bahwa anak telah makan makanan

dan obat-obatan yang biasa diminum sebelum perawatan.

- Kontrol progress penyakit rongga mulut, oral hygiene, dan diet dengan teratur.

- Pertimbangkan peningkatan recall dan frekuensi pemeliharaan periodontal. Dapat

dilakukan dengan engobati penyakit periodontal agresif, karena penyakit periodontal

secara signifikan dapat memperburuk diabetes dan penyakit jantung terkait.

- Konsultasi dengan dokter anak sebelum prosedur operasi karena dosis insulin

mungkin harus disesuaikan.

- Pada pasien dengan kandidiasis, dokter gigi dapat meresepkan Nystatin bebas gula

(tablet clotrimazole biasanya mengandung gula dan ini harus dihindari)

- Untuk anak-anak dengan infeksi rekuren HSV, perawatan dengan medikasi sistemik

dan lokal diindikasikan untuk menurunkan frekuensi dan durasi infeksi. Peningkatan

kesehatan rongga mulut akan meningkatkan kemampuan anak untuk mengontrol

diabetes dengan diet.

- Pemberian antibiotic juga dipertimbangkan untuk anak-anak dengan control diabetes

yang buruk, karena mungkin saja ada peningkatan resiko infeksi dan penyembuhan

luka yang lambat. Infeksi oral dan ulserasi dirawat secara agressif.

- Saat hipoglikemia : gejala meliputi perubahan mood, lapar, kelelahan, takikardi,

berkeringat dan incoherence. Jika hal ini terjadi, maka perawatan gigi dihentikan

segera dan diberikan 15 gram fast-acting carbohydrate (tablet glukosa, gula, jus, dll).

Memonitor glukosa darah setelah perawatan untuk menentukan apakah karbohidrat

tambahan diperlukan. Jika pasien tidak dapat menelan atau kehilangan kesadaran,

diperlukan bantuan medis dan mengelola glukagon subkutan. Dosis anak-anak untuk

glukagon : <20kg; 0,02-0,03 mg / kg atau 0,5 mg dan > 20kg : 1mg.

G. MANAJEMEN DENTAL PADA KOMPLIKASI ORAL DARI DIABETES

MELITUS

Manajemen pada Kandidiasis

Dokter gigi harus memperhatikan kandungan gula pada obat antifungal yang akan

diberikan. Sebagai contoh, Clotrimazole harus dihindari karena memiliki kandungan

gula yang relatif tinggi. Beberapa obat topikal yang representatif, seperti krim, untuk

pengobatan angular cheilitis. Beberapa krim kombinasi mengandung kortikosteroid

yang memberikan efek anti-inflamasi dan antipruritic untuk membantu penyembuhan,

namun steroid dapat memiliki efek antagonis atau counterregulatory pada tindakan

insulin dan, dengan demikian, memiliki potensi untuk menyebabkan hiperglikemia.

Meskipun demikian, tidak mungkin bahwa krim kombinasi tersebut akan

menyebabkan elevasi yang signifikan pada glukosa darah, terutama jika ini diterapkan

pada daerah yang relatif kecil pada angular cheilitis.1

Manajemen pada Disfungsi kelenjar saliva dan Xerostomia

Alasan untuk pengobatan xerostomia adalah untuk memberikan stimulasi saliva atau

terapi penggantian untuk menjaga kelembaban mulut, mencegah karies dan infeksi

candida, dan memberikan bantuan paliatif. Pendekatan manajemen untuk mulut

kering dapat mencakup penggunaan substitusi saliva dan stimulan, pendekatan ini

dapat meminimalkan perkembangan, atau mencegah perkembangan karies gigi.1

Manajemen pada infeksi HSV rekuren

Untuk pasien dengan diabetes dan infeksi HSV orofacial berulang, pengobatan harus

dimulai sedini mungkin dalam tahap prodromal untuk mengurangi durasi dan gejala

lesi. Acyclovir oral, terapi profilaksis mungkin dipertimbangkan ketika frekuensi

herpes rekuren mengganggu fungsi dan gizi sehari-hari. Pada pasien dengan

insufisiensi ginjal atau diabetes dan gagal ginjal, asiklovir harus dihindari karena

potensi untuk nefrotoksisitas.6

Manajemen pada Burning Mouth syndrome

Untuk pasien dewasa dengan sindrom mulut terbakar, beberapa faktor dapat

berinteraksi secara sinergis. Dalam diabetes yang tidak terkontrol, xerostomia dan

kandidiasis dapat berkontribusi untuk gejala yang berhubungan dengan burning

mouth. Selain perawatan kondisi ini, peningkatan kontrol glikemik adalah penting

untuk mengurangi gejala. Diberikan dalam dosis rendah, benzodiazepin, antidepresan

trisiklik dan antikonvulsan dapat membantu dalam mengurangi atau menghilangkan

gejala setelah beberapa minggu atau bulan. Dosis obat ini disesuaikan dengan gejala-

gejala pasien. Sebuah efek samping yang potensial termasuk xerostomia. Konsultasi

dengan dokter diperlukan karena potensi obat ini untuk kecanduan dan

ketergantungan. Obat yang umum digunakan termasuk amitriptyline, nortriptyline,

clonazepam dan gabapentin. Menariknya, amitriptyline juga telah digunakan untuk

mengobati neuropati otonom pada diabetes.6

DAFTAR PUSTAKA

1. Anthony T. Vernillo, D.D.S., Ph.D. Dental considerations for the treatment of patients

with diabetes mellitus. The Journal of the American Dental Association (October 2003)

134, 24S-33S

2. Rajesh V, Joseph A. Dental Management Consideration For the Patient With Diabetes

Mellitus. JADA, Vol 132,Oct 2001.

3. Silverman S, et al. 2001. Essentials of oral medicine. Hamilton: BC Decker Inc.

4. Lalla, E., Cheng, B., Lal, S., Tucker, S., Greenberg, E., Goland, R., Lamster, I. (2006)

Periodontal changes in children and adolescents with diabetes: a case-control study.

Diabetes Care, 29(@): 295-299.

5. Jonathan A. Ship, D.M.D. Diabetes and Oral Health, Journal American Dental

Asociation, Volume 134, October 2003.

6. Shrimali L, Astekar M, Sowmya GV. Research ArticleCorrelation of Oral Manifestations

in Controlled and Uncontrolled Diabetes Mellitus. International Journl of Oral and

Maxillofacial Pathology 2011;2(4):24-27.