laporan kasus tifoid

23
IDENTITAS PENDERITA Nama Penderita : Nn.H Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal Lahir : 23-7-1991 Alamat : Komp BTP No. Rekam Medik : B5549 Tanggal Pemeriksaan : 7-1-14 Anamnesis : Autoanamnesis Keluhan utama : Demam Anamnesis terpimpin : Dialami sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, demam tidak terus-menerus lebih tinggi pada saat malam hari.menggigil ada .kejang tidak ada .Memburuk sehari sebelum masuk rumah sakit.Keringat banyak dikeluhkan oleh penderita Penderita juga mengeluhkan pusing dan sakit kepala tapi hanya kadang-kadang ,Tegang leher tidak ada. Batuk tidak ada.sesak tidak ada .Pasien mengeluh merasa mual, muntah tidak ada. Pasien mengeluh pahit ditenggorokan saat menelan. Riwayat Muntah ada ± 2 kali berisi makanan dan air, tidak meneyemprot, Jumlah muntah hanya sedikit sekali menurut pasien. Pasien malas makan dan minum. Penderita belum buang air besar sejak 1 minngu yang lalu. Buang air kecil kuning lancar. Riwayat penyakit sebelumnya dengan gejala yang sama tidak ada. Dalam keluarga tidak ada yang menderita sama dengan dengan penderita. Riwayat penyakit DM dan Hipertensi tidak ada. 1

Upload: marina-asmala-dewi

Post on 21-Jul-2016

85 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lapsus tifoid

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Tifoid

IDENTITAS PENDERITA

Nama Penderita : Nn.H

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Lahir : 23-7-1991

Alamat : Komp BTP

No. Rekam Medik : B5549

Tanggal Pemeriksaan : 7-1-14

Anamnesis : Autoanamnesis

Keluhan utama : Demam

Anamnesis terpimpin : Dialami sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, demam tidak terus-menerus lebih tinggi pada saat malam hari.menggigil ada .kejang tidak ada .Memburuk sehari sebelum masuk rumah sakit.Keringat banyak dikeluhkan oleh penderita

Penderita juga mengeluhkan pusing dan sakit kepala tapi hanya kadang-kadang ,Tegang leher tidak ada. Batuk tidak ada.sesak tidak ada .Pasien mengeluh merasa mual, muntah tidak ada. Pasien mengeluh pahit ditenggorokan saat menelan. Riwayat Muntah ada ± 2 kali berisi makanan dan air, tidak meneyemprot, Jumlah muntah hanya sedikit sekali menurut pasien. Pasien malas makan dan minum.

Penderita belum buang air besar sejak 1 minngu yang lalu. Buang air kecil kuning lancar.

Riwayat penyakit sebelumnya dengan gejala yang sama tidak ada. Dalam keluarga tidak ada yang menderita sama dengan dengan penderita. Riwayat penyakit DM dan Hipertensi tidak ada.

Keadaan umum : Sakit sedang / Gizi cukup / Kesadaran Komposmentis

Berat badan : 46 kg

Tinggi badan : 155 cm

Tanda vital :

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

1

Page 2: Laporan Kasus Tifoid

Pernapasan : 20 kali/menit

Suhu : 38,6 oC

Pemeriksaan Fisik

Kepala

Ekspresi : biasa

Simetris muka : simetris kiri = kanan

Deformitas : Tidak ada

Rambut : tidak mudah dicabut hitam lurus , alopesia (-)

Mata

Eksoptalmus/Enoptalmus : Tidak

Gerakan : ke segala arah

Kelopak Mata : edema (-)

Konjungtiva : anemis (-)

Sklera : ikterus (-)

Kornea : jernih

Pupil : bulat isokor

Telinga

Pendengaran : normal

Tophi : tidak

Nyeri tekan di prosesus mastoideus : tidak

Hidung

Perdarahan : tidak ada

Sekret : tidak ada

Mulut

Bibir : pucat (-), kering (-)

Lidah : kotor (+), tremor (-), hiperemis (-)

Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)

2

Page 3: Laporan Kasus Tifoid

Faring : hiperemis (-),

Gigi geligi : dalam batas normal

Gusi : dalam batas normal

Leher

Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran

Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran

DVS : R-2 cmH2O

Pembuluh darah : tidak ada kelainan ,arteri karotis teraba

Kaku kuduk : tidak ada

Tumor : tidak ada

Dada

Inspeksi :

Bentuk : simetris kiri = kanan

Pembuluh darah : tidak ada kelainan

Sela iga : dalam batas normal

Lain – lain : (-)

Paru

Palpasi :

Fremitus raba : tidak ada

Nyeri tekan : tidak ada

Perkusi :

Paru kiri : sonor

Paru kanan : sonor

Batas paru-hepar : ICS Th VI dekstra anterior,

Batas paru belakang kanan : CV Th. VIII dekstra

Batas paru belakang kiri : CV Th. XI sinistra

Auskultasi :

Bunyi pernapasan : vesikuler

Bunyi tambahan : Rh -/-

Wh -/-

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

3

Page 4: Laporan Kasus Tifoid

Palpasi : ictus cordis tidak teraba

Perkusi : batas jantung normal .Pekak.Batas atas ICS II sinistra ; Batas kanan

ICS III parasternalis ;Batas kiri ICS Linea clavikularis anterior sinistra

Auskultasi : bunyi jantung I/II murni regular, bunyi tambahan (-)

Perut

Inspeksi : datar, ikut gerak napas

Palpasi : Nyeri tekan (-) MT (-)

Hepar tidak teraba

Limpa tidak teraba.

Ginjal tidak teraba

Perkusi: timpani

Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal (8x)

Alat Kelamin

Tidak dilakukan pemeriksaan

Anus dan Rektum

Tidak dilakukan pemeriksaan

Punggung

Palpasi : NT (-), MT (-)

Nyeri ketok : (-)

Auskultasi : BP: vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Gerakan : dalam batas normal

Lain – lain : (-)

Ekstremitas

Edema -/-, tanda perdarahan (-)

4

Page 5: Laporan Kasus Tifoid

Laboratorium

Jenis Pemerikaan Hasil Nilai Rujukan

DARAH

RUTIN

(7/1/14)

WBC 9,82x103/uL 4 - 10 x 103/uL

RBC 4,54x106/uL 4–6 x 106/uL

HGB 13,2 g/dL 12 - 16 g/dL

HCT 37,2% 37 – 48%

MCV 81,9 pl 76 – 92 pl

MCH 29,1 pg 22 – 31 pg

MCHC 35,5 g/dl 32 – 36 g/dl

PLT 229x 103/uL 150-400x 103/uL

RDW-SD 37,3 PL 37.0-54.0 PL

RDW-CV 12.6% 10.0-15.0 %

PDW 11,3 pl 10.0-18.0 pl

MPV 10,3 pl 6.50-11.0 pl

P-LCR 27,1 % 13.0-43.0 %

PCT 0.24% 0.15-0.50 %

NEUT 7,16x103/uL 52-75 x 103/uL

LYMPH 1.92x103/uL 20-40 x 103/uL

MONO 0.73x103/uL 2-8 x 103/uL

EO 0.19x103/uL 1-3 x103/uL

BASO 0.01x103/uL 0-10 x 103/uL

Jenis Pemerikaan Hasil Nilai Rujukan

ANTIBODI MALARIA

(7/1/14)

Negatif Negatif

Jenis Pemerikaan Hasil Nilai Rujukan

GLUKOSA (7/1/14) GDS : 95 mg/dl 140 mg/dl

GINJAL HIPERTENSI (7/1/14) Ureum : 11 mg/dl 10-50 mg/dl

KIMIA HATI (7/1/14) SGOT : 187 u/l <38 u/l

5

Page 6: Laporan Kasus Tifoid

SGPT : 177 u/l <41 u/l

Jenis Pemerikaan Hasil Nilai Rujukan

Elektrolit (7/1/14)

Natrium 135 mmol/l

Kalium 4,9 mmol/l

Klorida 103 mmol/l

136-145 mmol/l

3,5-5,2 mmol/l

97-111 mmol/l

IgM Salmonella (TF semikuantitatif)

(7/1/14)

Positif (+6) Negatif

Jenis Pemerikaan Hasil Nilai Rujukan

DARAH

RUTIN

(11/1/14)

WBC 5,71x103/uL 4 - 10 x 103/uL

RBC 4,191x106/uL 4–6 x 106/uL

HGB 12,3 g/dL 12 - 16 g/dL

HCT 36% 37 – 48%

MCV 86 pl 76 – 92 pl

MCH 29,5pg 22 – 31 pg

MCHC 34,3 g/dl 32 – 36 g/dl

PLT 287x 103/uL 150-400x 103/uL

MPV 7,4 pl 6.50-11.0 pl

NEUT 42,4x103/uL 52-75 x 103/uL

LYMPH 52,3x103/uL 20-40 x 103/uL

MONO 0.73x103/uL 2-8 x 103/uL

EO 0.9x103/uL 1-3 x103/uL

BASO 0.9x103/uL 0-10 x 103/uL

6

Page 7: Laporan Kasus Tifoid

Immunoserology

(11/1/14)

Hasil rujukan

Salmonella Typhi H positif 1/160 Negative

Salmonella part A Negative Negative

Salmonella part B OB 1/80 Negative

Salmonella part c Oc 1/80 Negative

Pemeriksaan Penunjang Lainnya:

- Tidak ada

I. DIAGNOSIS AWAL :

Demam tifoid

II. PENATALAKSANAAN AWAL

- IVFD NaCl 0,9% 28 tpm

- Ceftriaxon 2 gr /24 jam/i

- PCT 500 mg 3x1

- Dulcolax oral 1 kali

Rencana Pemeriksaan

DR (control)

RESUME

Pasien bernama Nn Andi hermi masuk rumah sakit dengan keluhan demam yang dialami sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, demam tidak terus-menerus lebih tinggi pada saat malam hari.menggigil ada .kejang tidak ada .Memburuk sehari sebelum masuk rumah sakit.Keringat banyak dikeluhkan oleh penderita

Penderita juga mengeluhkan pusing dan sakit kepala tapi hanya kadang-kadang ,Tegang leher tidak ada. Batuk tidak ada.sesak tidak ada .Pasien mengeluh merasa mual tapi muntah tidak ada Riwayat Muntah ada tapi cuma sesekali berisi makanan dan air .Jumlah muntah hanya sedikit sekali menurut pasien

Penderita belum buang air besar sejak 1 minggu yang lalu. Buang air kecil kuning lancar.

7

Page 8: Laporan Kasus Tifoid

Riwayat penyakit sebelumnya dengan gejala yang sama tidak ada. Dalam keluarga tidak ada yang menderita sama dengan dengan penderita. Riwayat penyakit DM dan Hipertensi disangkal .Riwayat Alergi disangkal oleh pasien

Keadaan umum sakit sedang, gizi cukup, komposmentis. Berat badan 46 kg, tinggi badan : 155 cm.

Tekanan darah : 100/70 mmHg, Nadi : 80 kali/menit, Pernapasan : 20 kali/menit, Suhu : 38,6oC. Lidah kotor (+), tanda perdarahan tidak ada.

Hasil pemeriksaan laboratorium

White Blood Cell : 98.200

Platelet : 229.000

IgM Salmonella (TF semikuantitatif) : Positif (+6)

DISKUSI STATUS

Seorang pasien bernama Nn Andi Hermi masuk rumah sakit dengan keluhan demam. Dialami sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit, demam tidak terus-menerus lebih tinggi pada malam hari

Penderita juga mengeluhkan pusing dan sakit kepala tapi hanya kadang-kadang, merasa mual dan muntah tiap kali makan. Penderita belum buang air besar sejak 1 minggu yang lalu. Buang air kecil lancar.

Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada. Dalam keluarga tidak ada yang menderita sama dengan dengan penderita. Riwayat pengobatan sebelumnya tidak ada.

Keadaan umum sakit sedang, gizi cukup, komposmentis. Berat badan 56 kg, tinggi badan : 162 cm.

Tekanan darah : 110/70 mmHg, Nadi : 80 kali/menit, Pernapasan : 20 kali/menit, Suhu : 36,8 oC. Lidah kotor (+), tanda perdarahan tidak ada.

Hasil pemeriksaan laboratorium

White Blood Cell : 98.200

Platelet : 229.000

IgM Salmonella (TF semikuantitatif) : Positif (+6)

IgM Salmonella (TF semikuantitatif) : Positif (+6)

8

Page 9: Laporan Kasus Tifoid

Kuman Salmonella typhosa dan endotoksinnya yang merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang meradang selanjutnya membawa zat pirogen ke dalam peredaran darah hal ini dapat mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang dapat meningkatkan suhu tubuh.1,2,3

Salmonella typhosa yang mengadakan multiplikasi pada usus halus mengakibatkan inflamasi pada daerah setempat yang mempengaruhi mekanisme kerja usus dan mengiritasi mukosa usus. Apabila terjadi gangguan absorbsi pada usus dan peristaltik akan terjadi konstipasi.1,2,3

Demam Tifoid

9

Page 10: Laporan Kasus Tifoid

Salah satu penyakit infeksi sistemik akut yang banyak dijumpai di berbagai belahan dunia

hingga saat ini adalah demam tifoid yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella

typhi. Di Indonesia, demam tifoid lebih dikenal oleh masyarakat dengan istilah “penyakit

tifus”.

Dalam empat dekade terakhir, demam tifoid telah menjadi masalah kesehatan global bagi

masyarakat dunia. Diperkirakan angka kejadian penyakit ini mencapai 13-17 juta kasus di

seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 600.000 jiwa per tahun. Daerah endemik

demam tifoid tersebar di berbagai benua, mulai dari Asia, Afrika, Amerika Selatan, Karibia,

hingga Oceania. Sebagain besar kasus (80%) ditemukan di negara-negara berkembang,

seperti Bangladesh, Laos, Nepal, Pakistan, India, Vietnam, dan termasuk Indonesia.

Indonesia merupakan salah satu wilayah endemis demam tifoid dengan mayoritas angka

kejadian terjadi pada kelompok umur 3-19 tahun (91% kasus).1,3,4

Munculnya daerah endemik demam tifoid dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain laju

pertumbuhan penduduk yang tinggi, peningkatan urbanisasi, rendahnya kualitas pelayanan

kesehatan, kurangnya suplai air, buruknya sanitasi, dan tingkat resistensi antibiotik yang

sensitif untuk bakteri Salmonella typhi, seperti kloramfenikol, ampisilin, trimetoprim, dan

ciprofloxcacin.1

Penularan Salmonella typhi terutama terjadi melalui makanan atau minuman yang

terkontaminasi. Selain itu, transmisi Salmonella typhi juga dapat terjadi secara transplasental

dari ibu hamil ke bayinya.4

Manifestasi Klinik dan Temuan Fisik

Masa inkubasi Salmonella typhi antara 3-21 hari, tergantung dari status kesehatan dan

kekebalan tubuh penderita. Pada fase awal penyakit, penderita demam tifoid selalu menderita

demam dan banyak yang melaporkan bahwa demam terasa lebih tinggi saat sore atau malam

hari dibandingkan pagi harinya. Ada juga yang menyebut karakteristik demam pada penyakit

ini dengan istilah ”step ladder temperature chart”, yang ditandai dengan demam yang naik

bertahap tiap hari, mencapai titik tertinggi pada akhir minggu pertama kemudian bertahan

tinggi, dan selanjutnya akan turun perlahan pada minggu keempat bila tidak terdapat fokus

infeksi.1,4

Gejala lain yang dapat menyertai demam tifoid adalah malaise, pusing, batuk, nyeri

tenggorokan, nyeri perut, konstipasi, diare, myalgia, hingga delirium dan penurunan

10

Page 11: Laporan Kasus Tifoid

kesadaran. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan adanya lidah kotor (tampak putih di

bagian tengah dan kemerahan di tepi dan ujung), hepatomegali, splenomegali, distensi

abdominal, tenderness, bradikardia relatif, hingga ruam makulopapular berwarna merah

muda, berdiameter 2-3 mm yang disebut dengan rose spot.2,4

Penegakan Diagnosis

Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan adanya penurunan kadar hemoglobin,

trombositopenia, kenaikan LED, aneosinofilia, limfopenia, leukopenia, leukosit normal,

hingga leukositosis.5 2

Gold standard untuk menegakkan diagnosis demam tifoid adalah pemeriksaan kultur darah

(biakan empedu) untuk Salmonella typhi. Pemeriksaan kultur darah biasanya akan

memberikan hasil positif pada minggu pertama penyakit. Hal ini bahkan dapat ditemukan

pada 80% pasien yang tidak diobati antibiotik. Pemeriksaan lain untuk demam tifoid adalah

uji serologi Widal dan deteksi antibodi IgM Salmonella typhi dalam serum. 1,2,4

Uji serologi widal mendeteksi adanya antibodi aglutinasi terhadap antigen O yang berasal

dari somatik dan antigen H yang berasal dari flagella Salmonella typhi. Diagnosis demam

tifoid dapat ditegakkan apabila ditemukan titer O aglutinin sekali periksa mencapai ≥ 1/200

atau terdapat kenaikan 4 kali pada titer sepasang. Apabila hasil tes widal menunjukkan hasil

negatif, maka hal tersebut tidak menyingkirkan kemungkinan diagnosis demam tifoid.4,5

Penatalaksanaan

Terapi pada demam tifoid adalah untuk mencapai keadaan bebas demam dan gejala,

mencegah komplikasi, dan menghindari kematian. Yang juga tidak kalah penting adalah

eradikasi total bakeri untuk mencegah kekambuhandan keadaan carrier. Pemilihan antibiotik

tergantung pada pola sensitivitas isolat Salmonella typhi setempat. Munculnya galur

Salmonella typhi yang resisten terhadap banyak antibiotik (kelompok MDR) dapat

mengurangi pilihan antibiotik yang akan diberikan. Terdapat 2 kategori resistensi antibiotik

yaitu resisten terhadap antibiotik kelompok chloramphenicol, ampicillin, dan trimethoprim

sulfamethoxazole (kelompok MDR) dan resisten terhadap antibiotik fluoroquinolone.

Nalidixic acid resistant Salmonella typhi (NARST) merupakan petanda berkurangnya

sensitivitas terhadap fluoroquinolone. Terapi antibiotik yang diberikan untuk demam tifoid

tanpa komplikasi berdasarkan WHO tahun 2003 dapat dilihat pada tabel.3

11

Page 12: Laporan Kasus Tifoid

Antibiotik golongan fluoroquinolone (ciprofloxacin, ofl oxacin, dan pefl oxacin) merupakan

terapi yang efektif untuk demam tifoid yang disebabkan isolat tidak resisten terhadap

fluoroquinolone dengan angka kesembuhan klinis sebesar 98%, waktu penurunan demam 4

hari, dan angka kekambuhan dan fecal carrier kurang dari 2%.3

Fluoroquinolone memiliki penetrasi ke jaringan yang sangat baik, dapat membunuh S. typhi

intraseluler di dalam monosit/makrofag, serta mencapai kadar yang tinggi dalam kandung

empedu dibandingkan antibiotik lain. Berbagai studi telah dilakukan untuk menilai efektivitas

fluoroquinolone dan salah satu fluoroquinolone yang saat ini telah diteliti dan memiliki

efektivitas yang baik adalah levofloxacin. Studi komparatif, acak, dan tersamar tunggal telah

dilakukan untuk levofl oxacin terhadap obat standar ciprofloxacin untuk terapi demam tifoid

tanpa komplikasi. Levofloxacin

diberikan dengan dosis 500 mg, 1 kali sehari dan ciprofloxacin diberikan dengan dosis 500

mg, 2 kali sehari masing-masing selama 7 hari. Kesimpulan dari studi ini adalah bahwa pada

saat ini levofloxacin lebih bermanfaat dibandingkan ciprofloxacin dalam hal waktu penurunan

demam, hasil mikrobiologi dan secara bermakna memiliki efek samping yang lebih sedikit

dibandingkan ciprofloxacin.3

Di Amerika Serikat, pemberian regimen ciprofloxcacin atau ceftriaxone menjadi first line

bagi infeksi Salmonella typhi yang resisten terhadap kloramfenikol, ampisilin, trimethoprim-

sulfamethoxazole, streptomycin, sulfonamides, atau tetrasiklin.1

Tabel 1: Antibiotik yang diberikan pada demam tifoid tanpa komplikasi menurut WHO 2003

Terapi Optimal Terapi Alternatif

Sensitivitas AntibiotikDosis

mg/kgHari Antibiotik

Dosis

mg/kgHari

Fully

Sensitive

Fluoroquinolone

(ofloxacin atau

ciprofloxacin)

15 5-7

Chloramphenicol

Amoxicillin

TMP-SMX

50 – 75

75 – 100

8 - 40

14-

21

14

14

Multidrug Fluoroquinolone 15 5-7 Azithromycin 7

12

Page 13: Laporan Kasus Tifoid

ResistenAtau

Cefixime15 – 20 7-14 Cefixime 7-14

Quinolone

Resisten

Azithromycin

atau Ceftriaxone

8 – 10

75

7

10-

14

Cefixime 7-14

Tabel 2: Antibiotik yang diberikan pada demam tifoid berat menurut WHO 2003

Terapi Optimal Terapi Alternatif

Sensitivitas AntibiotikDosis

mg/kgHari Antibiotik mg/kg Hari

Fully Sensitive

Fluoroquinolone

(ofloxacin)15 10-

14

Chloramphenicol

Amoxicillin

TMP-SMX

100

100

8 - 40

14-21

14

14

Multidrug Resisten Fluoroquinolone 15 10-

14Ceftriaxone

Cefotaxime

60

8010-14

Quinolone

ResistenCeftriaxone

Cefotaxime

60

8010-14 Fluoroquinolone 20 7-14

Pemberian steroid diindikasikan pada kasus toksik tifoid (disertai gangguan kesadaran

dengan atau tanpa kelainan neurologis dan hasil pemeriksaan CSF dalam batas normal) atau

pasien yang mengalami renjatan septik. Regimen yang dapat diberikan adalah

deksamethasone dengan dosis 3x5 mg. Sedangkan pada pasien anak dapat digunakan

deksametashone IV dengan dosis 3 mg/kg dalam 30 menit sebagai dosis awal yang

dilanjutkan dengan 1 mg/kg tiap 6 jam hingga 48 jam. Pengobatan lainnya bersifat

simtomatik.4,5

Komplikasi

Salah satu komplikasi demam tifoid yang dapat terjadi pada pasien yang tidak mendapatkan

pengobatan secara adekuat adalah perforasi dan perdarahan usus halus. Komplikasi ini sering

13

Page 14: Laporan Kasus Tifoid

terjadi pada minggu ketiga yang ditandai dengan suhu tubuh yang turun mendadak, adanya

tanda-tanda syok dan perforasi intestinal seperti nyeri abdomen, defance muscular, redup

hepar menghilang. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah pneumonia, miokarditis, hingga

meningitis.2,4 3

Pencegahan

Pencegahan infeksi Salmonella typhi dapat dilakukan dengan penerapan pola hidup yang

bersih dan sehat. Berbagai hal sederhana namun efektif dapat mulai dibiasakan sejak dini

oleh setiap orang untuk menjaga higientias pribadi dan lingkungan, seperti membiasakan cuci

tangan dengan sabun sebelum makan atau menyentuh alat makan/minum, mengkonsumsi

makanan dan minuman bergizi yang sudah dimasak matang, menyimpan makanan dengan

benar agar tidak dihinggapi lalat atau terkena debu, memilih tempat makan yang bersih dan

memiliki sarana air memadai, membiasakan buang air di kamar mandi, serta mengatur

pembuangan sampah agar tidak mencemari lingkungan.

14

Page 15: Laporan Kasus Tifoid

Daftar Pustaka

1. Cammie F. Lesser, Samuel I. Miller, 2005. Salmonellosis. Harrison’s Principles of

Internal Medicine (16th ed), 897-900.

2. Chambers, H.F., 2006. Infectious Disease: Bacterial and Chlamydial. Current Medical

Diagnosis and Treatment (45th ed), 1425-1426.

3. Brusch, J.L., 2010, Typhoid Fever. (http://emedicine.medscape.com/article/231135-

overview)

4. IDI Continuing Medical Education, 2012, Tatalaksana terkini Demam Tifoid, Divisi

Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-UI/RSCM, Jakarta

5. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006, Standar Pelayanan

Medik, PB PABDI, Jakarta.

6. Communicable Disease Surveillance and Response Vaccines and Biological, 2007,

Background Document: The Diagnosis, Treatmen, and Prevention of Typhoid Fever,

WHO, Switzerland

15

Page 16: Laporan Kasus Tifoid

FOLLOW UP

Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter7/1/14T : 100/70N 85x/iP 28x/iS 39,8oC

S: pasien mengeluh demam sejak 1 minggu SMRS.demam terutama saat sore hari turun dengan obat penurun panas menggigil (+) mual (+) muntah (+) kadang berisi makanan .Pasien juga mengeluh pahit ditenggorokan saat menelan BAK baik BAB belum BAB 1 minggu

Ku : sakit sedang Kes : CM TD 100/70 RR : 28x/iN 85x/I S : 38,6

Mata : Anemis (-) ikterik (-)Thoraks : bunyi nafas vesikuler Rh -/-Wh -/-Jantung : bunyi jantung i/ii murni regular ,murmur(-) gallop (-) Abd : supel,nyeri tekan epigastrium

Lab : Igm Sakmonella : +6Ur:11Cr:0,9SGOT: 187SGPT : 177Na: 135K: 4,9Cl: 103GDS : 95

A: demam tifoid

Diet biasaIvfd naCL 0.9% 28 tpm Inj.ceftriaxone 1 gr/12 jam /drips dlm NaCl 0,9%PCT 3x500mgDulcolax --- tunda

8/1/14 S : demam (+) BAB Baik Mual (+) Muntah (-)

S : Ku : sakit sedang Kes : CM TD 100/70 N: 82x/iRR : 20x/I S : 37,9 C

Mata :anemis(-)Pernapasan : Vesikuler , Wh -/- Rh -/-Jantung : BJ I dan II murni rwgulwr ,murmur (-)Abd : Nyeri tekan (-) , supel ,peristaltic normal A : demam tifoid

Diet Lunak IVFD RL 28 tpmDrips ceftrianxone 1 gr/12 jam dalan Nacl 0.9% 100 cc Inj.Ranitidin 50 mg /12 jam PCT 500 mg 3 x 1

16

Page 17: Laporan Kasus Tifoid

9/1/14 S : demam (+)rasa keringat terus menerus

S : Ku : sakit sedang Kes : CM TD 90/60 N: 84x/iRR : 16x/I S : 38,3 C

Mata :anemis(-)Pernapasan : Vesikuler , Wh -/- Rh -/-Jantung : BJ I dan II murni rwgulwr ,murmur (-)Abd : Nyeri tekan (-) , supel ,peristaltic normal A : demam tifoid

Diet Lunak IVFD RL 28 tpmInj Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ivInj.Ranitidin 50 mg /12 jam PCT 500 mg 3 x 1

10/1/14 S : demam (+)sulit tidur (+)

S : Ku : sakit sedang Kes : CM TD 90/60 N: 108x/iRR : 16x/I S : 37,6 C

Mata :anemis(-)Pernapasan : Vesikuler , Wh -/- Rh -/-Jantung : BJ I dan II murni rwgulwr ,murmur (-)Abd : Nyeri tekan (-) , supel ,peristaltic normal A : demam tifoid

Diet Lunak IVFD RL 28 tpmInj Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ivInj.Ranitidin 50 mg /12 jam PCT 500 mg 3 x 1Metoclopramide 10 mg /8 jam/iv

11/1/14 S : sulit tidur (+) mual (+)

S : Ku : sakit sedang Kes : CM TD 100/60 N: 108x/iRR : 20x/I S : 38 C

Mata :anemis(-)Pernapasan : Vesikuler , Wh -/- Rh -/-Jantung : BJ I dan II murni rwgulwr ,murmur (-)Abd : Nyeri tekan (-) , supel ,peristaltic normal A : demam tifoid

Diet Lunak IVFD RL 28 tpmInj Ceftriaxone 2 gr/24 jam/ivInj.Ranitidin 50 mg /12 jam /ivPCT 500 mg 3 x 1Metoclopramide 10 mg /8 jam/iv

PLAN :Darah Rutin Ulang, Widal

17