laporan kasus tifoid dr. sri2

24
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) JL. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk-Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU PENYAKIT ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RUMAH SAKIT HUSADA Nama : Reynaldo Tanda Tangan: NIM : 112014285 Dr. Pembimbing : dr. Roestanti, SpA IDENTITAS PASIEN Nama lengkap : An. A Jenis kelamin : Laki-laki Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 1 Maret 2004 Umur : 11 tahun Suku bangsa : Sunda Agama : Islam Pendidikan : SD Alamat : Jl. Pangeran Jayakarta dalam Hubungan dengan orangtua: anak kandung IDENTITAS ORANG TUA Nama Ayah : Tn. D. H Nama Ibu : Ny. R Umur : 37 tahun Umur : 35 tahun 1

Upload: reynaldo-sutanto

Post on 27-Jan-2016

231 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

4

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Tifoid Dr. Sri2

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

JL. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk-Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

RUMAH SAKIT HUSADA

Nama : Reynaldo Tanda Tangan:

NIM : 112014285

Dr. Pembimbing : dr. Roestanti, SpA

IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : An. A Jenis kelamin : Laki-lakiTempat/tanggal lahir : Jakarta, 1 Maret 2004 Umur : 11 tahunSuku bangsa : Sunda Agama : IslamPendidikan : SD Alamat : Jl. Pangeran Jayakarta dalamHubungan dengan orangtua: anak kandung

IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Tn. D. H Nama Ibu : Ny. R

Umur : 37 tahun Umur : 35 tahun

Pendidikan terakhir : SD Pendidikan terakhir : SMP

Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Penghasilan : 2.000.000 Penghasilan : -

ANAMNESIS

Alloanamnesis dari ibu pasien tanggal 28 April 2015

Keluhan utama : demam sejak 4 hari SMRS

Keluhan tambahan : sakit kepala, batuk, mual, muntah, nyeri perut

1

Page 2: Laporan Kasus Tifoid Dr. Sri2

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Sejak 4 hari SMRS pasien memiliki demam yang naik-turun. Ibu pasien

mengaku panas yang dirasakan pada saat menjelang malam lebih panas

dibanding pagi ataupun siang. Selama demam pasien tidak menggigil, tidak

pernah ada kejang sebelumnya, tidak keluar keringat malam. Sebelumnya pasien

sempat diberi obat penurun panas, panasnya turun, tetapi kemudian panasnya

meningkat kembali. Selain itu pasien juga ada sakit kepala pada bagian

belakang, nafsu makan menurun, ada muntah dan batuk yang jarang dan tidak

produktif. Ibu pasien juga menyangkal anaknya mengalami mimisan ataupun

gusi berdarah.

Tiga hari SMRS pasien tetap merasakan demam yang tak kunjung hilang.

Nafsu makan pasien mulai menurun dibanding dengan sebelumnya, sakit kepala

tetap dirasakan pasien. Pasien mulai sulit untuk BAB, BAK normal warna

kuning, tidak ada nyeri. Pasien lalu dibawa ke dokter dan diberikan obat

antibiotika, penurun panas. Setelah minum obat ternyata belum ada perbaikan.

Sejak 2 hari SMRS pasien masih demam, pusing, nafsu makan menurun.

Badan pasien terasa lemah, mual disertai muntah 1 x, sebanyak ½ gelas aqua,

berisi air dan bewarna kuning, tidak ada darah. Kadang-kadang mengeluh nyeri

perut di bagian epigastrium. Nafsu makan pasien menurun, sulit untuk BAB,

BAK warna kuning, tidak ada darah dan nyeri. Pasien lalu dibawa lagi ke dokter

dan diperiksa darah, dari pemeriksaan pasien dikatakan menderita tifus serta

dianjurkan dirawat.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pernah dirawat di RS Husada saat usia 4 tahun dengan diagnosa Demam

Berdarah Dengue.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Ayah: Darah tinggi

Ibu: Appendicitis, Maag

2

Page 3: Laporan Kasus Tifoid Dr. Sri2

SILSILAH KELUARGA (FAMILY’S TREE)

Pasien adalah anak tunggal dari keluarga

DATA KELUARGA

AYAH/WALI IBU/WALI

Umur (thn) 37 tahun 35 tahun

Perkawinan ke 1 1

Keadaan Kesehatan/ Penyakit

bila ada

Sehat Sehat

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN

a. Antenatal care : Teratur f. Masa gestasi : Cukup bulan

b. Tempat kelahiran : Rumah bidan g. Berat badan lahir : 3000 gram

c. Ditolong oleh : Bidan h. Panjang badan lahir: 49 cm

d. Cara persalinan : Spontan i. Sianosis : Tidak ada

e. Penyakit kehamilan : Tidak ada j. Ikterus : Tidak ada

Kurva lubchenko

3

Page 4: Laporan Kasus Tifoid Dr. Sri2

Kesan : Neonatus cukup bulan dan sesuai masa kehamilan

CORAK REPRODUKSI

Pasien anak tunggal dalam keluarga

DATA PERUMAHAN

Kepemilikan rumah : rumah milik sendiri

Keadaan rumah : satu rumah ditinggali 5 orang, dengan 2 kamar tidur, 1

kamar mandi, 1 dapur, dan 1 ruang tamu. Cahaya

matahari dapat masuk dan mencapai sebagian besar

ruangan. Ventilasi terdiri satu jendela disetiap ruangan.

Rumah mempunyai 1 buah pintu masuk.

Keadaan lingkungan : saluran air sekitar rumah lancar, tidak bau dan sering

dibersihkan.

RIWAYAT IMUNISASI

Ibu pasien mengaku melakukan imunisasi dasar lengkap tetapi tidak mengingat

kapan waktu pemberiannya. Booster dan imunisasi tambahan (non-PPI) belum

dilakukan.

RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Umur Berat Badan

0 tahun

9 bulan

3000 gram

8 kg

11 tahun 29 kg

Tumbuh gigi pertama: 6 bulan

Motorik Kasar

- Tengkurap: 5 bulan - Berjalan : 9 bulan

- Duduk : 7 bulan - Berdiri : 8 bulan

- Merangkak: 6 bulan - Berbicara : 12 bulan

Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia.

4

Page 5: Laporan Kasus Tifoid Dr. Sri2

RIWAYAT MAKANAN

a. Usia 0 - 4 bulan : ASI ad libitum dan ad demand

b. Usia 4 - 6 bulan : ASI ad libitum dan biskuit bayi

c. Usia 6 - 10 bulan :ASI ad libitum ditambah susu formula, bubur susu

f. Usia 10 - 12 bulan : ASI ad libitum ditambah susu formula

nasi tim 2x, buah

g.Usia 1tahun sampai sekarang : nasi 3x @ 1 piring dewasa + sayur + lauk

Kesan : Kualitas cukup kuantitas : cukup

PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal 28 April 2015

Status Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital : - Tekanan darah : 110/70 mmHg

- Nadi : 78 x / menit

- Suhu : 38,9 0C

- Pernapasan : 20 x / menit

Berat Badan : 29 kg

Pemeriksaan Sistematis

Kepala : Bentuk normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam distribusi

merata, tidak mudah dicabut. Ubun-ubun sudah menutup

Mata : Bentuk normal, palpebra superior dan inferior tidak cekung,

kedudukan bola mata dan alis mata simetris, konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterik, kornea jernih, pupil bulat isokor

diameter 3 mm, refleks cahaya +/+.

Telinga : Bentuk normal, lapang, serumen -/-, sekret -/-

Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-)

Mulut : Bentuk tidak ada kelainan, bibir merah tidak kering, sianosis (-),

lidah kotor dengan tepi hiperemis, termor (-), tonsil T1-T1,

faring sedikit hiperemis,

5

Page 6: Laporan Kasus Tifoid Dr. Sri2

gigi geligi tidak ada karies V IV III II I I II III IV V

V IV III II I I II III IV V

Leher : tidak ada kelainan, kelenjar getah bening tidak teraba

membesar, trakea di tengah, kaku kuduk (-)

Thorax

Paru-paru

- Inspeksi : bentuk normal, simetris keadaan stasis dan dinamis.

- Palpasi : nyeri tekan (-), hantaran vocal fremitus kanan sama

dengan kiri

- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.

- Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-.

Jantung

- Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis

- Palpasi : Teraba pulsasi ictus cordis di sela iga 5 linea

midclavikularis sinistra

- Perkusi : Tidak di lakukan

- Auskultasi : Bunyi jantung I - II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

- Inspeksi : bentuk abdomen datar, lesi (-), benjolan (-)

- Palpasi : Supel, defens muskular (-), nyeri tekan epigastrium (+),

turgor kulit normal, hati dan limpa tidak teraba

membesar, ginjal ballotement (-),

- Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

- Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas : akral hangat, tidak ada deformitas, tidak ada edema

Kulit : warna sawo matang, turgor kulit baik, petechiae(-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium tanggal 25 April 2015 :

Hematologi

6

Page 7: Laporan Kasus Tifoid Dr. Sri2

- Hemoglobin : 12,0 g / dl (11,8-15 g / dl)

- Hematokrit : 36 % (33-45 Vol %)

- Eritrosit : 4,62 juta / μl (4,6-6,2 juta / μl)

- Leukosit : 6800 / μl (5-10 x 10 3 / μl)

- Trombosit : 197.000 / μl (150-350 x 103 / μl)

Widal

Titer thypi O: (+)1/80

Titer thypi H: (+) >1/640

Titer Paratyphi BO: (+) 1/160

RESUME

An. A. R, laki-laki berusia 11 tahun datang dengan keluhan demam sejak

4 hari SMRS. Demam sering meningkat pada sore menjelang malam hari. Pasien

juga merasakan sakit pada kepala bagian belakang, adanya mual dan muntah

yang berisi air dan bewarna kuning. Nafsu makan semakin hari juga menurun.

Pada hari ke2 pasien merasakan demam, pasien mulai merasakan kesulitan BAB,

BAk normal warna kuning, tidak nyeri dan tidak ada darah.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan :

KU : Tampak sakit sedang ; Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital: TD: 110/70 mmHg ; N: 78 x/menit ; S: 38,9 0C ; RR: 20 x/menit

Mulut : lidah kotor dengan tepi hiperemis

Abdomen : nyeri tekan epigastrium (+)

Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan :

Widal: Titer typhi O: (+)1/80; Titer typhi H: (+)>1/640; Titer Paratyphi BO:

(+)1/160

DIAGNOSIS KERJA

Demam tifoid

DIAGNOSA BANDING

Demam berdarah, Leptospirosis

7

Page 8: Laporan Kasus Tifoid Dr. Sri2

PENATALAKSANAAN

Medikamentosa :

- Antibiotik : Ceftriaxon 1x 1g IV

- Antipiretik : Paracetamol 500mg, ½ tab 3x1tab

- Ondancentron : 2 x 4mg

Non-MedikaMentosa

Tirah baring

Menjaga kebersihan di lingkungan sekitar

Sering ganti posisi saat berbering, untuk mecegah dekubitus

Makan makanan yang lunak

PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad fungsionam: bonam

Ad sanationam : bonam

Follow up

28 April 2015

S; Demam +, mual +, sakit kepala +, nyeri perut epigastrium +

O: KU: tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis; TTV: 100/70; N:

70x/menit; suhu 37,9oC; RR 20x/menit

A: Demam Tifoid

P: - ondancentron 2 x 4mg

- paracetamol tab 500mg ½ tab 3 x1/2 tab

- IVFD RL 1000ml/24 jam

- Inj. Ceftriaxon 1x 1g IV

29 April 2015

S: Demam -, mual -, sakit kepala +, nyeri perut bagian epigastrium sedikit

baikan

8

Page 9: Laporan Kasus Tifoid Dr. Sri2

O: KU: tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis; TTV: 110/80; N:

74x/menit; suhu 37,3oC; RR 20x/menit

A: Demam tifoid dengan perbaikan

P: - paracetamol tab 500mg ½ tab 3 x1/2 tab

- IVFD RL 1000ml/24 jam

- Inj. Ceftriaxon 1x 1g IV

30 April 2015

S: Demam -, mual -, nyeri perut bagian epigastrium sudah membaik

O: KU: tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis; TTV: 120/80; N:

74x/menit; suhu 36,6oC; RR 20x/menit

A: Demam tifoid dengan perbaikan

P: - terapi dilanjutkan

- Edukasi keluarga kontrol 3 hari kemudian

- Pasien bisa pulang

Tinjauan Pustaka

DEMAM TIFOID ( TYPHOID FEVER )

PENDAHULUAN

Penyakit demam tifoid atau lebih dikenal  dengan nama  penyakit tifus

merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri  Salmonella enterica,

khususnya turunannya yaitu bakteri Salmonella typhi.  Penyakit tifus ini

menyerang saluran pencernaan yang penularannya atau penyebarannya

melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh bakteri

Salmonella tersebut. Anak-anak dan Orang dewasa bisa terkena penyakit

demam tifoid. Bila tak terawat, demam tifoid dapat berlangsung selama

tiga minggu sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30% dari

kasus yang tidak terawat

Penyakit demam tifoid biasanya akan menunjukan gejala-gejala antara

lain seperti nyeri pada perut, mual, muntah, demam tinggi (39° sampai

9

Page 10: Laporan Kasus Tifoid Dr. Sri2

40°C), sakit kepala dan diare yang kadang-kadang bercampur darah,

nyeri otot myalgia, badan lemah, kehilangan nafsu makan, denyut

jantung lemah, dan pada kasus tertentu muncul penyebaran vlek merah

muda (“rose spots”).

PATOGENESIS

Kuman Salmonella typhi (S. typhi) dan Salmonella paratyphi (S.

paratyphi) ke dalam tubuh manusia setelah memakan makanan yang

terkontaminasi kuman tersebut. Sebagian kuman akan dimusnahkan di

lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan seterusnya

berkembang biak. Apabila respons imunitas humoral mukosa (IgA) usus

kurang baik maka kuman akan menembus sel epitel, terutamanya sel-M,

dan selanjutnya ke lamina propia.

Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel – sel

fagosit terutamanya oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang

biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak Peyeri ileum

distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya

melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini

masuk ke sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia pertama yang

asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh

terutama hati dan limpa. Di organ – organ ini kuman meninggalkan

makrofag dan membiak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya

masuk ke dalam sirkulasi darah lagi, mengakibatkan bakterimia kedua

yang disertai dengan tanda – tanda dan gejala – gejala penyakit infeksi

sistemik.

Di dalam hati, kuman masuk ke kandung empedu, berkembang

biak, dan dieksresikan secara intermiten ke dalam lumen usus bersama

cairan empedu. Sebagian kuman dikeluarkan bersama feses dan sebagian

lagi masuk ke dalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama

berulang kembali, berhubung makrofag yang telah teraktivasi dan

hiperaktif maka saat fagositosis kuman Salmonella terjadi pelepasan

beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala

10

Page 11: Laporan Kasus Tifoid Dr. Sri2

reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, myalgia, sakit kepala,

sakit perut, instabilasi vascular, gangguan mental dan koagulasi.

Di dalam plak Peyeri, makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi

hyperplasia jaringan (S. typhi intra makrofag menginduksi reaksi

hipersentivitas tipe lambat, hyperplasia jaringan dan nekrosis organ).

Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah

sekitar Peyeri plague yang sedang mengalami nekrosis dan hyperplasia

akibat akumulasi sel-sel mononuclear di dinding usus. Proses patologis

jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa

usus, dan dapat mengakibatkan perforasi.

Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler

dengan akibat timbulnya komplikasi gangguan neuropsikiatrik,

kardiovaskular, pernapasan, dan gangguan organ lainnya.

GEJALA KLINIS

Periode inkubasi demam tifoid bervariasi tergantung dari beratnya

infeksi, rata-rata 10 – 14 hari.

Pasien sering asimptomatis selama periode inkubasi,

Pada masa bakteremia, Periode inkubasi berakhir dan

pasien mulai mengalami demam, dimana umumnya meningkat secara

bertahap dalam 2 – 3 hari. Hampir semua pasien mengalami demam,

dan sebagian besar disertai sakit kepala.

Pada minggu pertama, gejala tidak spesifik, dengan sakit

kepala, malaise dan peningkatan demam hingga suhu 39 – 40 C.

Demam lebih sering tinggi pada malam hari dibanding dengan pagi

hari.

Sering disertai konstipasi, batuk nonproduktif sedang,

mual, muntah, lemas.

Pemeriksaan Fisik

Bintik-bintik kemerahan diameter 2 – 4 meter (Rose

spots) yang menghilang saat penekanan, timbul pada abdomen atas

dan dada bagian bawah antara hari ke tujuh dan dua belas. Rose spots

disebabkan oleh embolisasi bakteri dalam kapiler kulit. Pada saat

yang bersamaan umumnya ditemukan relative bradikardi.

11

Page 12: Laporan Kasus Tifoid Dr. Sri2

Selama minggu ke dua, pasien tampak penampilan toksik

dan tampak apatis dengan disertai pireksia. Perut kembung ringan,

dan umumnya ditemukan hepatosplenomegali.

Pada minggu ke tiga, Peningkatan toksisitas dan

pertimbangkan adanya penurunan berat badan. Persisten pireksia dan

keadaan delirium (Typhoid state). Perut kembung menjadi lebih berat

, dan diare dengan tinja cair, berbau busuk dan berwarna hijau-

kekuningan. Pasien tampak lemah dan takipneu. Pada keadaan ini

dapat terjadi kematian karena toksemia yang berlebihan, perdarahan

intestinal atau perforasi.

Pada pasien yang dapat bertahan hingga minggu ke

empat , demam, tingkat kesadaran dan perut kembung secara

perlahan membaik dalam bebrapa hari, tetapi komplikasi intestinal

masih terjadi. Memasuki periode konvalesen dan kebanyakan relaps

(kambuh) terjadi pada masa ini.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Darah tepi

Anemia,

Leukosit normal/meningkat/menurun

Trombositopenia

Pemeriksaan serologi

Tes widal merupakan pemeriksaan serologi tradisional

yang digunakan untuk mendiagnosis demam tifoid. Dengan

mengukur antibody aglutinasi terhadap antigen flagel (H) dan

somatic (O) salmonella thypi dan parathypi.

Pada infeksi akut, antibody O muncul pertama kali,

meningkat secara bertahap dan kemudian menurun dan baru

hilang setelah beberapa minggu. Antibodi H timbul kemudian

secara perlahan tetapi bertahan lama.

Peningkatan titer antibodi O umumnya merupakan

indikasi infeksi akut, dimana peningkatan antibody H membantu

untuk mengidentifikasi tipe demam enteric.

12

Page 13: Laporan Kasus Tifoid Dr. Sri2

Serologi Widal : Kenaikan titer S. thypi O 1 : 200 atau

kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase konvalesens.

Kadar IgM dan IgG (thypi-dot)

Pemeriksaan Salmonella

Pemeriksaan darah terutama pada minggu 1 – 2 dari

perjalanan penyakit

Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu ke 4

KOMPLIKASI

1. Perforasi usus atau perdarahan saluran cerna : Biasanya timbul pada

minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu pertama. Selainn

gejala umum dari demam tifoid, penderita yang disertai dengan perforasi

akan mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di kuadran kanan bawah

yang kemudian menyebar ke seluruh bagian perut.

2. Ekstraintestinal : Hepatitis tifosa

Pembengkakan hati ringan sampai sedang dijumpai pada 50% kasus

dengan demam tifoid dan lebih banyak dijumpai karena S. Typhi dan S.

Paratyphi.

3. DIAGNOSIS BANDING

Malaria

Suatu infeksi pada bagian dari sel darah yaitu infeksi pada sel darah

merah. Ditularkan oleh nyamuk yang membawa parasit yang

menyebabkan malaria. Apabila nyamuk pembawa parasit ini menggigit

anda, parasit dapat masuk ke dalam aliran darah.

Leptospirosis

Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan air, atau tanah, lumpur

yang telah terkontaminasi dengan urine binatang yang telah terinfeksi

leptospira, melalui luka/erosi pada kulit ataupun selaput lendir.

Manifestasi yang sering timbul berupa demam, menggigil, sakit kepala,

anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, ikterus, hepatomegali, ruam

13

Page 14: Laporan Kasus Tifoid Dr. Sri2

kulit, dan fotopobi. Sedangkan splenomegali mungkin muncul, walaupun

kejadian ini terhitung jarang.

4. PENALAKSANAAN

Non-medika mentosa

1. Istirahat dan perawatan, dengan tujuan mencegah komplikasi dan

mempercepat pertumbuhan

Tirah baring dan perawatan professional bertujuan untuk mencegah

komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti

makan, minum, mandi, buang air kecil, dan buang air besar akan

membantu dan mempercepat masa penyembuhan. Dalam perawatan

kebersihan tempat tidur, pakaian dan perlengkapan yang dipakai harus

dijaga.

2. Diet dan terapi penunjang

Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses

penyembuhan penyakit demam tifoid karena makanan yang kurang akan

menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan

proses penyembuhan akan menjadi lama

Dimasa lampau pasien akan diberikan diet bubur saring,

kemudian ditingkatkan kepada bubur kasar, dan akhirnya nasi. Perubahan

diet tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian

bubur saring tersebut ditujukan untuk menghindari komplikasi

perdarahan saluran cerna atau perforasi usus. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa pemberian padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk

rendah selulosa (menghindari sayuran dan makanan berserat buat

sementara waktu) dapat diberikan secara aman pada pasien demam tifoid.

Medika mentosa

Pemberian antimikroba, untuk menghentikan dan mencegah penyebaran

kuman

14

Page 15: Laporan Kasus Tifoid Dr. Sri2

Obat – obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengubati demam tifoid

adalah seperti berikut:

Kloramfenikol. 100mg/KgBB/hari per oral atau intravena, dibagi

menjadi 4 dosis, selama 10-14 hari atau sampai 5-7 hari setelah

demam turun. Tetapi tidak dapat diberikan pada pasien dengan

leukosit <2000/L.

Amoksisilin. 100mg/Kg/BB per oral atau intravena selama 10 hari.

Sefalosporin generasi ketiga. Hingga saat ini, golongan sefalosporin

generasi ketiga yang terbukti efektif untuk demam tifoid adalah

seftriakson, 80 mg/KgBB/hari intravena atau intramuskular, sekali

sehari, selama 5 hari.

Sefiksim 10mg/KgBB per oral, dibagi menjadi 2 dosis, selama 10

hari.

PENCEGAHAN

Higiene perorangan dan lingkungan

Demam tifoid ditularkan melalui rute oro-fekal, maka pencegahan utama

memutuskan rantai tersebut dengan meningkatkan hygiene perorangan

dan lingkungan, seperti mencuci tangan sebelum makan, penyediaan air

bersih, pengamanan pembuangan limbah feses.

PROGNOSIS

Umumnya prognosis baik dengan penanganan yang cepat. Mortalitas

pada penderita yang dirawat ialah 6 %. Prognosis menjadi kurang baik /

buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti :

1. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris

kontinua

2. Kesadaran menurun sekali yaitu spoor, koma

dan delirium.

3. Terdapat komplikasi yang berat misalnya

dehidrasi dan asidosis, peritonitis, bronkopneumoni dan lain-lain.

15

Page 16: Laporan Kasus Tifoid Dr. Sri2

4. Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi

energi protein)

Referensi :

1. Darmowandowo W. Demam Tifoid. Dalam : Soedarmo SS, Garna H,

Hadinegoro SR, Eds. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak : Infeksi &

Penyakit Tropis, edisi 1. Jakarta : BP FKUI, 2002:367-75.

2. Hassan R, Alatas H. Demam tifoid. Dalam : Buku Kuliah 2 Ilmu

Kesehatan Anak. Jakarta :FKUI, 2002 .hal 593-598.

3. Rampengan T, Laurentz I. Demam tifoid. Dalam : penyakit infeksi

Tropik pada Anak. Jakarta : EGC,1997. hal 53-71.

4. Sudoyo AW, et al.. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Ed 5.

Jakarta: Internal Publishing; 2009. H 2797-805

5. Soedarmo SPS, Garna K, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku ajar infeksi

dan pediatri tropis. Ed 2. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008.

h.338-45.

16