laporan kasus spinal syok terbaru

52
LAPORAN KASUS SPINAL SYOK BANGSAL BEDAH PEMBIMBING DR.RAHMAT, Sp.B

Upload: catherine

Post on 16-Feb-2016

99 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

spinal syok

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

LAPORAN KASUS SPINAL SYOKBANGSAL BEDAH

PEMBIMBING

DR.RAHMAT, Sp.B

Page 2: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. Dermawan Umur : 30 tahunJenis kelamin : Laki-lakiAgama : IslamPekerjaan : Kuli bangunanNo.CM : 04.98.14Tanggal masuk : 04 April 2015

Page 3: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

II. ANAMNESA

ALLOANAMNESA Keluhan utama : trauma listrik dan jatuh dari ketinggian.

Riwayat penyakit sekarang : Os dibawa keluarga ke RSUD KOTABARU dengan penurunan kesadaran. Os mengeluhkan sesak dan mulai dari batas dada dan axila sampai ke tungkai tidak bisa di gerakkan setelah terkena aliran listrik dan terjatuh dari atas bangunan setinggi lebih kurang 4 meter pada saat bekerja. Jatuh dengan posisi terlentang, setelah dilakukan pemeriksaan di UGD os di putuskan supaya dirawat inap dan mendapat penanganan dari bagian bedah. Saat terjatuh dari ketinggian os pingsan , mual (+), muntah (-).

Riwayat penyakit terdahulu : Hipertensi, asma, sakit jantung, DM disangkal.

Riwayat pemakaian obat : (-)

Page 4: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

III. PEMERIKSAAN FISIKTanda vital• Keadaan umum : tampak sakit berat• Kesadaran umum : compos mentis• TD : 90/70 mmHg• HR : 80 x/i• RR : 30 x/i• T : 39ºC

Page 5: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

1. KEPALA• Mata : ikterik (-/-), anemis (-/-)• Telinga : tidak ada perdarahan• Mulut : tidak ada perdarahan• Hidung : tidak ada perdarahan• Leher : tidak ada kelainan

2. THORAK• Dada : simetris• Jantung : murmur (-), gallop (-)• Paru : rhonki (-), whezing (-)

Page 6: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

3. ABDOMEN• Hepar : tidak teraba• Limpa : tidak teraba• Ginjal : tidak teraba

4.EXTREMITASExtremitas atas dextra : luka baka grade III Sinistra : luka bakar grade III

Extremitas bawah Dextra : palantar pedis luka bakar grade I dan dorsal

pedis luka bakar grade III Sinistra : plantar pedis luka bakar grade 1

Page 7: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru
Page 8: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru
Page 9: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru
Page 10: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru
Page 11: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

PEMERIKSAAN PENUNJANG

• EKG• DL• GDS,CHOLESTROL,SGPT/OT,CREATININ• PHOTO : THORACO LUMBAL AP/LATERAL• PHOTO : LUMBO SACRAL AP/LATERAL

Page 12: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

EKG : DALAM BATAS NORMAL GDS : 96 mg/dl CHOLESTROL : 147 mg/dl SGPT : 10 U/L SGOT : 27 U/L CREATININ : 0,88 mg/dl

Darah lengkapWBC : 6,46.10³ (5.00-10.00) NORMALRBC :5,82 ( N= 4.00-5.50) HIGHPLT : 154.10³ (N=150-400) NORMALHBG : 15,0 gr/dl

Page 13: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

IV. DIAGNOSA KERJA TRAUMA ELEKTRIK

V. PENAGANAN IGD O2 : 4-5 Lpm RL : 20-25 Tpm Norages : 1amp/8jam Neurotam : 1gr/8jam Acran : 1amp/12jam Ceftriaxone : 1amp/12 jam Mecobalamin : 1mpl/8jam Paracetamol : 1gr/8jam

Keterangan : rujuk ke banjarmasin tapi keluarga pasien menolak NB : KONSUL KE BAGIAN BEDAH

Page 14: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

V. RESUME Seorang pasien laki-laki, Tn.Dermawan umur 30 tahun datang ke RSUD KOTABARU diantar keluarganya dengan keluhan luka bakar dan badan tidak bisa digerakkan mulai dari batas aksila sampai ke ujung kaki setelah kesetrum listrik dan nterjatuh dari ketinggian 4 meter saat bekerja . Dari hasil pemerikasaan yang telah dilakukan yaitu ekg , darah lengkap, photo thoraco lumbal AP/Lateral, dan fhoto lumbo sacral AP/Lateral pasien didiagnosa Trauma elektrik + Paraparase + Susp.spinal syok

Page 15: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

• FOLLOW UP TANGGAL 5 APRIL 2015 S : sesak (+), mual (-), muntah(-) O : BU(+), NT(-), SENSORIS (-), MOTORIK(-) A : TRAUMA ELEKTRIK + SUSP.SPINAL SYOK

THERAPY O2 : 3-4 Lpm INFUS RL : 20Tpm Inj.Metil prednisolon : 3vial/ jam selama 24 jam Inj. Paracetamol : amp/8jam Inj. Ceftriaxone : amp/ 12jam Inj.Mecobalamin : amp/8jam Inj.Piracetam : 3gr/8jam BED REST TOTAL POSISI LURUS ALAS KERAS

Page 16: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

• FOLLOW UP TANGGAL 06 APRIL 2015

S : Sesak (+), mual dan muntah(-), pusing(-), BAK(+), BAB(-)

O : Ekstremitas atas : motorik(+), sensorik(+), kekuatan otot(+) Gravitasi(+),

A : Trauma elektrik + Paraparese + Susp. Spinal syok Therapy : O2 : 3-4 Lpm UFD RL : 20 Tpm Inj.Metil prednisolon 2vial : 20 tpm/ganti cairan Inj.ceftriaxone :1gr/8jam Inj.piracetam : 3gr/8jam

Page 17: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

TINJAUAN PUSTAKA SPINAL CORD INJURY

Page 18: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

Anatomi vertebra

1. Kolumna vertebralis adalah sebuah struktur lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Diantara tiap dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan rawan.

• Fungsi ruas tulang belakang :a. Menahan kepala dan alat-alat tubuh yang lainb. Melindungi alat halus yang ada didalamnya (sumsum tulang

belakang)c. Tempat lekatnya tulang iga dan tulang pangguld. Menentukan sikap tubuh.

Page 19: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

Menurut Syaifudin (1997), bagian-bagian dari ruas tulang belakang terdiri dari :

a. Vertebra servikalis 7 ruas, mempunyai badan ruas kecil dan lubang ruasnya besar. Pada taju sayapnya terdapat lubang tempat lalunya saraf yang disebut foramen transversalis. Ruas pertama servikalis disebut prosesus odontoid (aksis) yang memungkinkan kepala berputar ke kiri dan ke kanan.

b. Vertebra torakalis (tulang punggung) terdiri dari 5 ruas. Badan ruasnya besar dan kuat, taju durinya panjang dan melengkung.

c. Vertebra lumbalis (tulang pnggang) terdiri dari 5 ruas. Badan ruasnya besar, tebal dan kuat, taju durinya agak picak. Bagian ruas dari ke 5 agak menonjol disebut promontorium.

d. Vertebra sakralis (tulang kelangkang) terdiri dari 5 ruas. Ruas-ruasnya menjadi 1, sehingga menyerupai sebuah tulang, disamping kiri/kananya terdapat lubang-lubang kecil 5 buah yang disebut foramen sakralis.

e. Vertebra koksigialis (tulang ekor) terdiri dari 4 ruas, ruas-ruasnya kecil dan menjadi sebuah tulang yang disebut juga os.koksigialis. Dapat bergerak sedikit dan membentuk sakrum.

Page 20: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru
Page 21: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru
Page 22: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

2. Medula spinalis berfungsi sebagai pusat refleks spinal dan juga sebagai jaras-jaras konduksi impuls dari atau ke otak. Terdiri dari :

a. Substantia alba (serabut saraf bermielin) yang berfungsi sebagai jaras konduksi impuls aferen dan eferen antara berbagai tingkat medula spinalis dan otak

b. Subtantia grisea (jaringan saraf tak bermielin) merupakan tempat integrasi refleks-refleks spinalDalam medula spinalis ada 31 pasang saraf, terdiri dari : servikal 8 pasang, torakal 12 pasang, lumbal 5 pasang, sakral 5 pasang, koksigeal 1 pasang.

Sebuah irisan melintang, substantia grisea tampak menyerupai huruf H kapital. Kanalis spinalis berikut isinya yaitu cairan serebrospinal, melintas persis di tengah-tegah huruf H tersebut. Kedua kaki huruf H menjulur ke bagian tubuh disebut kornu anterior atau kornu ventralis. Sedangkan kaki belakang dinamakan kornu posteriot, atau kornu dorsalis. Sum-sum tulang belakang dibungkus oleh 3 selaput yaitu durameter, arakhnoid, dan piameter. Diantara durameter dan arakhnoid terdapat lubang disebut kandung durameter.

Page 23: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru
Page 24: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

Dermatom dan myotom• Dermatom adalah daerah pada kulit yang dipersarafi oleh akson sensoris didalam

radiks saraf segmental. Level sensoris adalah dermatom terndah dengan fungsi sensoris yang normal dan dapat dibedakan pada kedua sisi tubuh.kunci untuk menentukan titik sensasi adalah :

1. C5 : area diatas deltoid2. C6 : jempol tangan3. C7 : jari tengah tangan4. C8 : kelingking5. T4 : papilla mamae6. T8 : xiphisternum7. T10 : umbilicus8. T12 : simphisis pubis9. L4 : bagian medial betis10. L5 : ruang antara jari kaki pertama-kedua11. S1 : batas lateral pedis12. S3 : daerah tuberositas ischii13. S4-5 : daerah perianal

Page 25: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

• Myotom setiap saraf segmental (radiks) mempersarafi lebih dari 1 otot dan kebanyakan otot dipersarafi oleh lebih dari satu saraf. Untuk memudahkan, beberap otot atau kelompok otot diidentifikasi sebagai satu segmen sarah spinal.

Otot –otot yang terpenting adalah :1. C-5 : deltoid2. C-6 : ekstensor pergelangan tangan3. C-7 : ekstensor siku4. C-8 : fleksor jari-jari tangan 1-35. T-1 : abduktor jari kelingking6. L-2 : Fleksor panggul7. L-3 : ekstensor lutut8. L-4 : dorsofleksi pergelangan kaki9. L-5 : ekstensor jari kaki II10.S-1 : fleksi pergelangan kaki

Page 26: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

Setiap otot dilakukan gradiasi menjadi 6 tingkat/derajat kekuatan otot. Dokumentasi kekuatan kelompok otot kunci untuk membantu mengetahui perbaikan atau memburuknya keadaan neurologist.

Derajat kekuatan otot :0 : kelumpuhan total1 : teraba atau terasanya kontraksi2 : gerakan tanpa menahan3 : gerakan melawan gaya berat4 : gerakan ke segala arah, tapi kekuatan kurang5 : kekuatan normal

Page 27: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

Syok spinal

• Cedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervikalis, vertebralis, dan lumbalis akibat trauma; jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan lalu lintas (Sjamsuhidayat, 1997).

• Spinal cord injury (SCI) adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang sering kali disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Efek dari spinal cord injury tergantung pada jenis luka dan tingkat dari cedera. Akibat yang ditimbulkan karena cedera SCI bervariasi, dan yang terparah bisa sampai mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dan sensorik serta kehilangan fungsi defekasi dan berkemih (Fransisca, 2008).

• Cedera medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh benturan pada medula spinalis (Brunner & Suddart, 2001)

Page 28: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

Etiologi

• Sejak tahun 2005 etiologi utama CMS antara lain kecelakaan lalu lintas (39,2%), jatuh (28,3%), kekerasan (luka tembak 14,6%), olahraga (terutama diving, 8,2%), akibat lainnya dari mencakup 9,7%.

• Etiologi nontraumatik, antara lain gangguan vaskular, autoimun, degeneratif, infeksi, iatrogenik, dan lesi onkogenik.

Page 29: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

Tanda dan GejalaMenurut Jones & Fix (2009) ada beberapa tanda dan gejala dari SCI, antara lain:

• Pada awalnya syok spinal: paralisis flaksid dengan penurunan atau tidak adanya aktivitas refleks.

• Hilangnya fungsi motorik sebagian/parsial di bawah level SCI (termasuk pergerakan volunter & pergerakan melawan gravitasi atau tahanan).

• Kehilangan fungsi sensori sebagian atau total di bawah level SCI (termasuk sentuhan, suhu, nyeri.

• Pada awalnya peningkatan HR → bradikardia; pada awalnya peningkatan TD → penurunan TD.

• Nyeri akut di panggul atau leher, dapat menjalar di sepanjang saraf.• Refleks tendon dalam dan aktivitas refleks perianal abnormal.• Hilangnya keringat• Hilangnya refleks-refleks sensorik, motorik dan tendon dalam di bawah level

cedera.• Retensi sekresi paru, menurun kapasitas vital, peningkatan PaCO2, penurunan

O2 → gagal nafas dan edema pulmonal.

Page 30: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

Manifestasi klinis

Trauma konkusi sum-sum tulang belakang (neuropraksia, spinal syok) biasanya akibat adanya kerenggangan sum-sum tulang belakang disertai fleksi.gambaran klinisnya adalah hilangnya sensibilitas yang bersifat sementara, paralisis yang bersifat layu, ileus paralitik, kencing yang tertahan (retensio urin), hilangnya refleks-refleks bersifat sementara, hilangnya refleks anus sementara.

Page 31: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

Klasifikasi Cedera medulla spinalis dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi cedera,

yaitu 1. Cedera servikal

Lesi C1-C4Pada lesi C1 – C4, otot trapezius, sternomastoideus dan otot plasma masih berfungsi. Otot diafragma dan interkostal mengalami paralisis dan tidak ada gerakan involunter (baik secara fisik maupun fungsional). Dibawah transeksi spinal tersebut, kehilangan sensori pada tingkat C1 – C3 meliputi oksipital, telinga dan beberapa daerah wajah.Pasien pada qudriplegia C1, C2, dan C3 membutuhkan perhatian penuh karena ketergantungan  pada/terhadap ventilator mekanis. Pasien ini juga ketergantungan semua kebutuhan sehari-harinya. Quadriplegia pada C4 mungkin juga membutuhkan ventilator mekanis tetapi dapat dilepas. Jadi penggunaannya secara intermitten saja.

Page 32: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

Lesi C5Bila segmen C5 medulla spinalis mengalami kerusakan, fungsi diafragma rusak sekunder terhadap pasca trauma akut. Paralisis intertinal dan dilatasi lambung dapat disertai dengan depresi pernafsan. Quadriplegia pada C5 biasanya mengalami ketergantungan dalam melakukan aktivitas seperti mandi, menyisir rambut, mencukur teapi pasien mempunyai koodinasi tangan dan mulut yang baik.

Lesi C6Pada lesi segmen C6, distress pernafasan dapat terjadi karena paralisis intestinal dan edema asenden dari medulla spinalis. Biasanyaakan terjadi gangguan pada otot bisep, triep, deltoid dan pemulihannya tergantung pada perbaikan posisi lengan. Umumnya pasien masih dapat melakukan aktivitas higiene secara mandiri, bahkan masih dapat memakai dan melepaskan baju.

Page 33: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

Lesi C7Lesi medulla pada tingkat C7 memungkinkan otot diafragma dan aksesoris untuk mengkompensasi otot abdomen dan interkostal. Fleksi jari tangan biasanya berlebihan ketika kerja refleks kembali. Quadriplegia C7 mempunyai potensi hidup mandiri tanpa perawatandan perhatian khusus. Pemindahan mandiri, seperti berpakaian dan melepas pakaian melalui ekstrimitas atas dan bawah, makan, mandi, pekerjaan rumah yang ringan dan memasak.

Lesi C8posisi abnormal dari ekstremitas atas tidak terjadi pada lesi C8 karena adduktor dan rotator internal mampu meniadakan antagonis. Otot latisimus dorsi dan trapezius cukup kuat untuk menyokokng posisi duduk. Hipotebsi postural dapat terjadi bila pasien ditinggikan pada posisi duduk karena kehilangan kontrol vasomotor. Hipotensi ini dapat diminimalkan dengan pasien berubah secara bertahap dari berbaring ke posisi duduk. Jari tangan pasien biasanya pada posisi mencengkram.

Page 34: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

2. Cedera Thorakal Lesi T1 – T5

Lesi pada region T1-T5 dapat menyebabkan pernafasan dengan diafragmatik. Fungsi inspirasi paru meningkat sesuai tingkat penurunan lesi pada toraks. Hipotensi postural biasanya muncul.Timbul paralisis parsial seperti kehilangan sensori sentuhan, nyeri, dan suhu.

Lesi T6 – T12Lesi pada tingkat T6 menghilangkan semua refleks adomen.Dari tingkat T6 ke bawah, segmen-segmen individual berfungsi, dan pada tingkat 12, semua refleks abdominal ada. Ada paralisis spastik  pada tubuh bagian bawah. Pasien dengan lesi pada tingkat torakal harus befungsi secara mandiri.

Page 35: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

Batas atas kehilangan sensori pada lesi thorakal adalah:

• T2           : Seluruh tubuh sampai sisi dalam dari lengan atas.• T3           : Aksilla.• T5           : Putting susu.• T6           : Prosesus xifoid.• T7, T8    : Margin kostal bawah.• T10         : Umbilikus.• T12         : Lipat paha

Page 36: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

3. Cedera Lumbal• Lesi L1

Semua area ekstrimitas bawah, menyebar ke lipat paha& bagian belakang dari bokong.

• Lesi L2Ekstrimitas bagian bawah kecuali sepertiga atas aspek anterior paha

• Lesi L3Ekstrimitas bagian bawah dan daerah sadel.

• Lesi L4Sama dengan L3, kecuali aspek anterior paha.

• Lesi L5Aspek luar kaki dan pergelangan kaki serta ekstrimitas bawah.

Page 37: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

4. Cedera SakralPada lesi yang mengenai S1-S5, mungkin terdapat beberapa perubahan posisi dari telapak kaki. Dari S3-S5, tidak terdapat paralisisdari otot kaki. Kehilangan sensasi meliputi area sadel, skrotum, dan glans penis, perineum, area anal, dan sepertiga aspek posterior paha.

Page 38: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

Klasifikasi berdasarkan keparahan:

Klasifikasi ASIA (American Spinal Injury Association)• Grade A : motoris (-), sensoris (-) termasuk pada segmen

sacral• Grade B : hanya sensoris (+)• Grade C : motoris (+) dengan kekuatan otot < 3• Grade D : Motoris (+) dengan kekuatan otot > 3• Grade E : motoris dan sensoris normal

Page 39: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

Patofisiologi Cedera spinal cord terjadi akibat patah tulang belakang, dan kasus terbanyak cedera spinal cord mengenai daerah servikal dan lumbal. Cedera dapat terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi, kompresi atau rotasi pada tulang belakang.Fraktur pada cedera spinal cord dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutif, dan dislokasi. Sedangkan kerusakan pada cedera spinal cord dapat berupa memar, kontusio, kerusakan melintang laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran darah, dan perdarahan. Kerusakan ini akan memblok syaraf parasimpatis untuk melepaskan mediator kimia, kelumpuhan otot pernapasan, sehingga mengakibatkan respon nyeri hebat dan akut anestesi. Iskemia dan hipoksemia syok spinal, gangguan fungsi rektum serta kandung kemih. Gangguan kebutuhan gangguan rasa nyaman nyeri, oksigen dan potensial komplikasi, hipotensi, bradikardia dan gangguan eliminasi. 

Page 40: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

Temuan fisik pada spinal cord injury sangat bergantung pada lokasi yang terkena:

jika cedera mengenai C-1 sampai C-3 pasien akan mengalami tetraplegia dengan kehilangan fungsi pernapasan atau sistem muskular total;

jika cedera mengenai saraf C-4 dan C-5 akan terjadi tetraplegia dengan kerusakan, menurunnya kapasitas paru, ketergantungan total terhadap aktivitas sehari-hari;

jika terjadi cedera pada C-6 dan C-7 pasien akan mengalami tetraplegia dengan beberapa gerakan lengan atau tangan yang memungkinkan untuk melakukan sebagian aktivitas sehari-hari;

jika terjadi kerusakan pada spinal C-7 sampai T-1 seseorang akan mengalami tetraplegia dengan keterbatasan menggunakan jari tangan, meningkat kemandiriannya;

pada T-2 sampai L-1 akan terjadi paraplegia dengan fungsi tangan dan berbagai fungsi dari otot interkostal dan abdomen masih baik;

jika terjadi cedera pada L-1 dan L-2 atau dibawahnya, maka orang tersebut akan kehilangan fungsi motorik dan sensorik, kehilangan fungsi defekasi dan berkemih.

Page 41: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

Komplikasi

• Kematian karena gangguan organ vital• Pneumonia hipostatik• Infeksi saluran kemih• Dekubitus• Kaku sendi• Spasme dan atrofi otot• Kecatatan permanen yang menyebabkan ketergantungan pada keluarga dan

masyarakat

Page 42: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

Pemerikasaan Penunjang• Sinar X spinal

Menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur, dislokasi), unutk kesejajaran, reduksi setelah dilakukan traksi atau operasi

• CT-ScanMenentukan tempat luka / jejas, mengevaluasi ganggaun struktural

• MRIMengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi

• MielografiUntuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika faktor putologisnya tidak jelas atau dicurigai adannya dilusi pada ruang sub anakhnoid medulla spinalis (biasanya tidak akan dilakukan setelah mengalami luka penetrasi).

• Foto rontgen torakmemperlihatkan keadan paru (contoh : perubahan pada diafragma, atelektasis)

Page 43: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

Penatalaksanaan • Penanganan pra –rumah sakit

prinsip awal penanganan awal di rumah sakit yaitu prinsip Advance Trauma Life Support yang mengutamakan survei primer ABCD (Airway, Breathing, Circulation, dan Disability) untuk merestorasi tanda-tanda vital dan survei sekunder.Survei sekunder pada fase ini umumnya hanya fokus terhadap gejala dan tanda klinis CMS (nyeri di leher atau punggung, nyeri tekan pada tulang belakang, paraplegia/tetraplegia, paraesthesia, inkontinensia, priapism, peningkatan temperatur dari kulit atau eritema).titik utama yang membedakan penanganan pra-ruag akit dengan di rumah sakit adalah tindakan imobilisasi dari tulang belakang serta memindahkan pasien ke unit gawat darurat (UGD) rumah sakit.

Page 44: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

• Penanganan di rumah sakitpenanganan di RS mencakup seluruh sistem yang mungkin mengalami komplikasi dari CMS, yaitu mulai dari sistem respiratorik, kardiovaskular, urologi, gastrointestinal, kulit, sampai tindakan reduksi non-operatif maupun operatif.

1. Penanganan awalPenanganan awal saat menerima pasien di IGD RS umumnya sama, yaitu ditindaklanjuti seuai penanganan trauma (ATLS) yaitu survei primer dan sekunder. Apabila pada saaat diterima di RS belum dilakukan tindakan imobilisasi tulang belakang, maka tindakan awal yng harus dilakukan adalah tindakan imobilisasi.Pemeriksaan neurologis lengkap dilakukan sesuai International Standards for Neurological Classificatio of Spinal Cord Injury revisi 2011 yang dipublikasikan oleh ASIA. Pada saat pemeriksaan neurologis awal dapat ditentukan level ketinggian lesi, lesi komplit atau inkomplit, dan ada tidaknya fase syok spinal. Pemeriksaan radiologi kemudian dilakukan untuk melihat atau menyingkirkan kemungkinan terjadinya CMS.

Page 45: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

2. Penanganan spesifik untuk komplikasi CMSa. Sistem respiratorik

komplikasi pada traktus respirasi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada pasien CMS. Lesi yang berkaitan langsung dengan fungsi pernapasan adalah lesi setingkat C5 ke atas, sedangkan lesi pada tingkat torakal hanya mengganggu fungsi batuk dan lesi dilumbal tidak mempengaruhi sama sekali. Pasien dengan lesi diatas C5 sebaiknya diintubasi dan menggunakan ventilasi mekanik karena penurunan fungsi respirasi secara gradual dapat terjadi. Fungsi respirasi harus di monitor secara ketat dengan memeriksa saturasi oksigen, kapasitas vital (vital capacity/VC) paru, dan analisa gas darah berkala. Retensi sputum umumnya terjadi dalam beberapa hari setelah cedera diakibatkan gangguan pada fungsi batuk yang efektif, hal ini akan menyebabkan atelektasis dan pneumonia. Chest physiotherapy, assisted cough dan latihan nafas secara reguler dapat mencegah atelektasis dan infeksi paru.

Page 46: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

b. Sistem kardiovaskulerKomplikasi utama yang krusial pada sistem kardiovaskuler akibat CMS adalah syok neurogenik akibat dari syok spinal. Pada umumnya syok neurogenik terjadi pada lesi diatas T6 akibat hilangnya dari tonus simpatis. Hilangnya tonus tersebut menyebabkan vasodilasi dan bradikardia yang menyebabkan hipotensi dan syok. Syok pada CMS harus dibedakan antara hipovolemik dan neurogenik karena apabila pada syok neurogenik deberikan terlalu banyak cairan maka akan terjadi edema paru.Tatalaksana syok neurogenik, antara lain pemberian cairan IV, vasopressor dengan karakteristik alpha dan beta adrenergik (seperti norepinefrin, epinefrin, dan dopamine), atropine untuk meningkatkan nadi, dan hindari hipotermia akibat vasodilasi.

Page 47: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

c. Sistem urologiSetelah terjadinya CMS berat, buli-buli tidak dapat mengeluarkan urin secara spontan, dan pasien yang tidak ditangani lebih lanjut akan menyebabkan retensio urin yang berlanjut pada refluks urin dan gagal ginjal. Segera tiba di RS harus dilakukan pemasangan kateter foley. Waktu pulihnya refleks berkemih bervariasi, umumnya 6-8 minggu, teteapi bisa sampai 1 tahun (ada literatur yang mengatakan bisa tidak kembali).Program kateterisasi intermiten dimulai saat fase subakut, keika intake dan output cairan mulai stabil. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya infeks saluran kemih. Namun bila kateter Foley dilepas terlalu dini, dapat terjadi keruakan otot detrusor dan refluks karena tekanan pengisian buli-buli yang tinggi.Komplikai CMS pada saluran kemih adalah terjadinya infeksi saluran kemih (ISK). ISK simptomatik yang disertai demam, leukositosis, dan pyuria harus dierai dengan antibiotik yang adekuat selama 7-14 hari, sedangkan infeksi asimtomatik tidakperlu diterapi secara rutin. Penerapan metode steril penting dilakukan untuk pencegahan ISK.

Page 48: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

d. Sistem gastrointestinalpasien dengan CMS setidaknya harus menerima cairan secara intravena selama 48 jam karena umumnya terjadi ileus paralitik pada CMS berat. Pada kondisi tersebut, nasogastric tube dipasang (NGT) dan nil per oral (NPO) dilakukan sampau bising usus kembali normal. Total parenteral nutrition sebaiknya diberikan. Apabila ileus paralitik terjadi lama, distensi abdomen terjadi dan dapat menyebabkan gangguan pergerakan diafragma. Ulkus peptikum akut dapat terjadi dengan perdarahan atau perforasi, walaupun tidak umum terjadi, namun komplikasi ini berbahaya. Oleh karena itu, pemberian antagonis H2 atau proton pump inhibitor (PPI) harus dimulai secepatnya dan diberikan minimal 3 minggu setelah trauma.Evaluasi fungsi defekasi harus dilakukan sejak dini dan penatalaksanaan dimulai secara agresif segera setelah timbul bising usus dan motilitas usus normal. Ketinggian lesi menentukan fungsi defekasi, antara lain lesi diatas T12 menyebabkan hiperrefleksia dan spatic darii sfingter ani, sedangkan lesi dibawahnya menyebabkan arrefleksia dan flaccid dari sfingter tersebut. Metode pengosongan usus dengan kombinasi supositoria dan stimulasi anorektal, merangsang pola evakuasi pada kolon distal.

Page 49: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

e. Kulitulkus dikubitus akan selalu menjadi komplikasi CMS, oleh karena itu pencegahan perlu dilakukan sejak dini. Pada fase akut, pasien diposisikan miring kiri-miring kanan setiap 2 jam untuk mencegah ulkus. Penggunaan matras busa dan air bisa membantu mengurangi tekanan pada tonjolan tulang, namun posisi pasien harus tetap diubah tiap 2 jam.

f. Penggunaan Kortikosteroidpenggunaan kortikosteroid (terutama metilprednisolon dosis tinggi) sekarang ini mengalami kontroversi. Studi yang dilaksanakan oleh NASCIS 2 (National Acute Spinal Cord Injury Study) menunjukkan pemberian metilprednisolon dosis tinggi (bolus 30 mg/kgBB dalam 15 menit kemudian dianjurkan 5,4 mg/kgBB dalam 23 jam) yang dimulai dalam 8 jam setelah CMS tertutup meningkatkan prognosis neurologis pasien. Studi NASCIS 3 kemudian menambahkan bahwa terapi metilpridnisolon yang dimulai dalam 3 jam setelah trauma harus dilanjutkan selama 24 jam, sedangkan yang dimulai antar 3-8 jam pasca trauma harus dilanjutkan selama 48 jam.

Page 50: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

consortium for spinal cord medicine tidak merekomendasikan penggunaan neuroprotektan jenis aapapun (steroid, ganglioside GM-I, gacylidine, tirilazad dan naloxone) karena bukti klinis peningkatan prognosis akhir belum didapatkan secara definit.

3. Terapi reduksi non-operatif dan operatifsetelah parameter sistemik sudah stabil, maka perhatian diarahkan pada stabilisasi dan alignment dari tulang belakag dan medulla spinalis. Setiap CMS yang tidak stabil harus distabilkan untuk mencegah adanya kerusakan lebih lanjut akibat pergerakan dan juga melepaskan kompresi medulla spinalis. Pasien dengan CMS daerah servikal dapat ditangani dengan menggunakan skeletal traction untuk mereduksi dislokasi, melepaskan kompresi pada medulla spinalis pada burst fracture, dan splint tulang belakang.

Page 51: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

Penatalaksanaan 1. Cedera pada cervikal• Immobilisasi sederhana• Traksi skeletal• Pembedahan utuk spinal dekompresi

2. Cedera pada thoracal dan lumbal• Immobilisasi pada lokasi fraktur• Hiperektensi dan branching• Bed-rest

FARMAKOLOGIKorticosteroid

Page 52: Laporan Kasus Spinal Syok Terbaru

SEKIAN