laporan kasus hernia
DESCRIPTION
hernia inguinalisTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding yang bersangkutan. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan
yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan
intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan. 1
Hernia dapat terjadi akibat kelainan kongenital maupun didapat. Berdasarkan
letaknya, hernia diberi nama sesuai anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal,
umbilikalis, femoralis, dll.1 sekitar 75% hernia terjadi di lipat paha, berupa hernia inguinal
direk, indirek serta hernia femoralis, hernia insisional 10%, hernia ventralis 10 %, hernia
umbilikalis 3%, dan hernia lainnya sekitar 3 %.1
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis dan keluar ke rongga
perut melalui anulus inguinalis eksternus. 2 Hernia inguinalis bisa mengenai segala usia,
dan lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan.1 Hernia dapat keluar masuk kedalam
rongga abdomen yang disebut hernia reponibel, hernia yang tidak dapat masuk kembali
ke rongga abdomen atau hernia ireponibel. Secara klinis, hernia ireponible yang disertai
gangguan pasase usus disebut hernia inkarserata, sedangkan hernia ireponibel yang
disertai gangguan vaskularisasi disebut hernia strangulata. Operasi darurat hernia
inkarserata merupakan operasi terbanyak nomor dua setelah operasi darurat appendisitis
akut. Selain itu, hernia inkarserata merupakan penyebab obstruksi usus nomor satu di
Indonesia.1
Tingginya kejadian hernia maka perlu ketepatan dalam diagnosis dan
penatalaksanaannya. Diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat tergantung dari
kemampuan dalam melakukan analisis pada data anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang sehingga keputusan untuk melakukan tindakan bedah dapat
segera diambil sebagai tatalaksana.
BAB II
2
LAPORAN KASUS
2.1 Identifikasi
Nama : Tn. T
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 75 tahun
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
NO RM : 50.74.09
MRS : 17/10/2015
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Keluar benjolan di kantong kemaluan kanan yang tidak dapat masuk ke rongga perut
± 2 jam SMRS.
Riwayat Perjalanan Penyakit
± 5 tahun SMRS pasien mengaku muncul benjolan pada kantong kemaluan kanan.
Pasien mengaku awalnya benjolan tersebut kecil di kantong kemaluan kanan yang
dapat masuk kembali, benjolan dapat hilang timbul. Benjolan keluar saat pasien
berjalan lama, batuk, mengedan dan bekerja mengangkat beban yang berat. Benjolan
tersebut dapat masuk saat berbaring. Nyeri (-), mual (-), muntah (-)
Pasien tidak pernah memeriksakan ke dokter sebelumnya.
± 2 jam SMRS pasien mengaku keluar benjolan di kantong kemaluan kanan dan
tidak dapat masuk kembali walaupun dengan bantuan jari. Nyeri (+), mual (+),
muntah (+), BAB (+), flatus (+).
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat benjolan di kantong kemaluan kanan yang dapat keluar masuk rongga
perut sejak ± 5 tahun yang lalu.
3
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.
2.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 160/90 mmHg
Pernafasan : 26 x/menit
Nadi : 84 x/menit regular, isi dan tegangan cukup
Suhu : 36,5ºC
Status Generalis
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+),
pupil isokor kanan kiri
Leher : Pembesaran KGB (-/-), massa (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-), sela iga dalam batas normal
- Jantung : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
- Paru : Suara nafas vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, Lemas, Nyeri Tekan (-), Tympani, Bising Usus (+) Normal
Ekstremitas : Akral Hangat (+/+), Edema (-/-), CRT < 2 detik
Status Lokalis:
Regio Scrotum Dextra:
Inspeksi : Terdapat benjolan di kantung kemaluan sebelah kanan, warna sesuai
warna kulit, tidak kemerahan.
Palpasi : Benjolan berukuran ± 8x4 cm, tidak teraba hangat, kenyal, batas atas
tidak jelas, suhu sama dengan daerah sekitar, nyeri ada dan tidak
dapat dimasukkan kedalam rongga abdomen.
Tes Khusus : Transluminasi (-).
4
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pre-operasi tanggal 17 Oktober 2015
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 13,4 g/dl 14 – 16 g/dl
Leukosit 9000/µL 5000 – 10000 /µL
Trombosit 130.000/µL 150.000 – 400.000 /µL
Hematokrit 38% L 40-48%
Basofil 0 0-1%
Eosinofil 2 1-3%
Batang 2 2-5%
Segmen 79 50-70%
Limfosit 13 20-40%
Monosit 4 2-8%
Bleeding
time
5 menit 1 – 6 menit
Clotting
time
12 menit 10 – 15 menit
2.5 Diagnosis Banding
- Hernia Inguinalis Dextra Inkarserata
- Hidrokel
2.6 Diagnosis Kerja
Hernia Inguinalis Dextra inkarserata
2.7 Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
- IVFD RL gtt XX/menit
- Injeksi Ceftriaxone 2x1gr/IV
5
- Drip Keterolac 2ampul/Kolf
b. Tindakan Operasi
Hernioraphy
c. Edukasi
Hindari mengangkat barang yang berat ataupun aktifitas yang berat yang dapat
meningkatkan tekanan intra abdomen.
2.8 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad Bonam
2.9 Follow up
Tanggal Follow Up
17 Oktober 2015
Jam 11.00 WIB
S/ benjolan di skrotum
O/ - TD : 160/90 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- RR : 26 x/menit
- T : 36,5°C
A/ Hernia inguinalis dextra inkarserata
P/ - IVFD RL gtt XX/menit
- Injeksi Cefotaxime 2x1gr (skin test)
- infus Metronodazol 3x500 mg
- injeksi keterolac 3x1 ampul
- Ranitidin 2x1 ampul
- Amlodipin 1x10mg
17 Oktober 2015
Jam 14.00 WIB
S/ tidak ada keluhan
O/ - TD : 130/80 mmHg
- Nadi : 92 x/menit
- RR : 24 x/menit
- T : 36,5°C
6
A/ Post Hernioraphy
P/ - IVFD RL gtt XX/menit
- Injeksi Ceftriaxone 2x1gr/IV
- Drip Keterolac 2ampul/Kolf
18 Oktober 2015 S/ nyeri luka bekas operasi
O/ - TD : 140/80 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- RR : 22 x/menit
- T : 36,3°C
A/ Post Hernioraphy
P/ - IVFD RL gtt XX/menit
- Injeksi Ceftriaxone 2x1gr/IV
- Drip Keterolac 2ampul/Kolf
19 Oktober 2015 S/ Nyeri luka bekas operasi
O/ - TD : 130/70 mmHg
- Nadi : 72 x/menit
- RR : 22 x/menit
- T : 36,5°C
A/ Post Hernioraphy
P/ - IVFD RL gtt XX/menit
- Injeksi Ceftriaxone 2x1gr/IV
- Drip Keterolac 2ampul/Kolf
- Pulang
BAB III
LANDASAN TEORI
2.1 Anatomi
7
Region inguinal harus dipahami, pengetahuan tentanag region ini penting untuk
terapi operatif hernia. Sebagai tambahan, pengetahuan tentangposisi relative dari saraf,
pembuluh darah dan struktur vas deferen, aponeurosis dan fascia. 3
A. Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak 2-4 cm
kearah caudal lagamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin internal dan eksternal.
Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau ligamentum uterus.
Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat otot cremaster, pleksus pampiniformis,
arteri testicularis n ramus genital nervus genitofemoralis, ductus deferens, arteri
cremaster, limfatik, dan prosesus vaginalis. 1,3
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi. Kanalis
inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke caudal. Kanalis
inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian superficial, dinding
inferior dibangun oleh ligamentum inguinal dan ligamentum lacunar. Dinding posterior
(dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia transfersalis dan aponeurosis transverses
abdominis. Dasar kanalis inguinalils adalah bagian paling penting dari sudut pandang
anatomi maupun bedah. 3
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari trigonum
Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus, dan ligamentum
inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum Hesselbach disebut
sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral dari trigonum adalah hernia
indirect. 1,4
B. Aponeurosis Obliqus External
Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan: superficial dan
profunda. Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus dan transversus abdominis,
mereka membentuk sarung rectus dan akhirnya linea alba. external oblique aponeurosis
menjadi batas superficial dari kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina
iliaca anterior superior ke tuberculum pubicum. 3
C. Otot Oblique internus
8
Otot obliq abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis . bagian
medial dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat dari aponeurosis
transversus abdominis dekat tuberculum pubicum untuk membentuk conjoined tendon.
adanya conjoined tendon yang sebenarnya te;ah banyak diperdebatkan, tetapi diduga oleh
banyak ahli bedah muncul pada 10% pasien. 2,3
D. Fascia Transversalis
Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutan dari otot transversalis dan
aponeurosisnya. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2 lapisan: "The
fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak sedikit sebelum yang
lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar; ia keluar dari tendon otot transversalis
pada bagian dalam dari spermatic cord dan berikatan ke linea semulunaris. 3
Gambar Fascia Transversalis
E. Preperitoneal Space
Preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh darah dan
saraf. Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah adalah nervus
cutaneous femoral lateral dan nervus genitofemoral. nervus cutaneous femoral lateral
berasal dari serabut L2 dan L3 dan kadang cabang dari nervus femoralis. Nervus ini
berjalan sepanjang permukaan anterior otot iliaca dan dibawah fascia iliaca dan dibawah
9
atau melelui perlekatan sebelah lateral ligamentum inguinal pada spina iliaca anterior
superior.1
Nervus genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2 dan kadang dari
L3. Ia turun didepan otot psoas dan terbagi menjadi cabang genital dan femoral. Cabang
genital masuk ke kanalis inguinalis melalui cincin dalam sedangkan cabang femoral
masuk ke hiatus femoralis sebelah lateral dari arteri. ductus deferens berjalan melalui
preperitoneal space dari caudal ke cepal dan medial ke lateral ke cincin interna inguinal.
Jaringan lemak, lymphatics, ditemukan di preperitoneal space, dan jumlah jaringan
lemak sangat bervariasi. 3
Gambar Inguinal Anatomi anterior
10
Gambar Anatomi Inguinal Posterior
2.2 Hernia
2.2.1 Definisi 4
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut.
2.2.2 Anatomi 4
11
Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia atau orifisium hernia dan
kantung hernia. Orifisium adalah defek dari lapisan aponeurosis paling dalam dari
abdomen, dan sakus adalah kantung keluar dari peritoneum. Kolum dari kantung hernia
berhubungan dengan orifisium. Hernia disebut eksterna jika kantung menonjol secara
lengkap melalui dinding abdomen, dan interna jika sakus terletak di dalam kavitas
viseral.
Isi hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam. Pada abdomen
isi terbanyak adalah usus halus dan omentum majus. Kemungkinan lainnya termasuk :
1. Usus besar dan apendiks
2. Divertikulum Meckel
3. Vesica Urinaria
4. Ovarium – dengan atau tanpa tuba falopi
5. Cairan asites
2.2.3 Klasifikasi 4,5
1. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas :
a. Hernia bawaan atau congenital
Pada hernia congenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi sebagai
akibat dari gangguan proses perkembangan intrauterine.
b. Hernia didapat atau akuisita
Terdapat dua tipe hernia akuisita:
a) Hernia primer : terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah, seperti pada :
1. Struktur yang menembus dinding abdomen : seperti pembuluh darah
femoralis yang melalui kanalis femoralis.
2. Otot dan aponeurosis yang gagal untuk saling menutup secara normal,
seperti pada regio lumbal
3. Jaringan fibrosa yang secara normal berkembang untuk menutup defek,
seperti pada umbilikus
b) Hernia Sekunder : terjadi pada tempat pembedahan atau trauma pada dinding,
seperti pada laparatomi dan trauma tembus.
2. Berdasarkan letaknya, hernia dibagi atas :
12
Hernia diafragma, hernia umbilikalis, hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia
epigastika, hernia lumbalis, dll.
3. Hernia menurut riwayat alamiah dan komplikasi yang terjadi : 4,5
Riwayat alamiah perkembangan hernia yaitu pembesaran progresif, regresi yang
tidak spontan. Pengecualian untuk hernia umbilikalis kongenital pada neonates, dimana
orifisium dapat menutup beberapa tahun setelah lahir. Seiring berjalannya waktu, hernia
membesar dan kecenderungan untuk terjadi komplikasi yang mengancam jiwa semakin
bertambah. Hernia dapat reponibel, ireponibel, obstruksi, strangulasi, atau terjadi
inflamasi.
a. Hernia reponibel
Jika isi hernia dapat keluar masuk, tetapi kantungnya menetap. Isinya tidak serta
merta muncul secara spontan, namun terjadi bila disokong gaya gravitasi atau tekanan
intraabdominal yang meningkat. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi
jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi
usus.
Gambar Hernia reponibel
b. Hernia Ireponibel
Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini
disebut hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit dengan tepi yang kaku
(misalnya pada : femoral, umbilical). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun sumbatan
usus. Hernia ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi obstruksi dan
strangulasi daripada hernia reponibel.
13
Gambar Hernia Ireponibel
c. Hernia Inkarserata
Hernia inkarserata atau hernia obstruksi berisi usus, dimana lumennya tertutup.
Biasanya obstruksi terjadi pada leher kantong hernia. Jika obstruksi terjadi pada kedua
tepi usus, cairan berakumulasi di dalamnya dan terjadi distensi (closed loop obstruction).
Biasanya suplai darah masih baik, tetapi lama kelamaan dapat terjadi strangulasi. Istilah
’inkarserata’ terkadang dipakai untuk menggambarkan hernia yang ireponibel tetapi tidak
terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia ireponibel yang mengalami obstruksi dapat juga
disebut dengan inkarserata.
Operasi darurat untuk hernia inkarserata merupakan operasi terbanyak nomor dua
setelah operasi darurat untuk apendisitis. Selain itu, hernia inkarserata merupakan
penyebab obstruksi usus nomor satu di Indonesia.
Gambar Hernia inkarserata dengan ileus obstruksi usus
d. Hernia Strangulata
Suplai darah untuk isi hernia terputus. Kejadian patologis selanjutnya adalah oklusi
vena dan limfe; akumulasi cairan jaringan (edema) menyebabkan pembengkakan lebih
lanjut; dan sebagai konsekuensinya peningkatan tekanan vena. Terjadi perdarahan vena,
dan berkembang menjadi lingkaran setan, dengan pembengkakan akhirnya mengganggu
aliran arteri. Jaringannya mengalami iskemi dan nekrosis. Jika isi hernia
abdominal bukan usus, misalnya omentum, nekrosis yang terjadi bersifat steril, tetapi
strangulasi usus yang paling sering terjadi dan menyebabkan nekrosis yang terinfeksi
14
(gangren). Mukosa usus terlibat dan dinding usus menjadi permeabel terhadap bakteri,
yang bertranslokasi dan masuk ke dalam kantong dan dari sana menuju pembuluh darah.
Usus yang infark dan rentan, mengalami perforasi (biasanya pada leher pada kantong
hernia) dan cairan lumen yang mengandung bakteri keluar menuju rongga peritonial
menyebabkan peritonitis. Terjadi syok sepsis dengan gagal sirkulasi dan kematian. Bila
strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernianya disebut hernia Richter. Ileus
obstruksi mungkin parsial atau total, sedangkan benjolan hernia tidak ditemukan dan baru
terdiagnosis pada waktu laparatomi.
Gambar Hernia Strangulata
2.3 Hernia Inguinalis
2.3.1 Definisi
Hernia inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah
lubang pada dinding perut kedalam kanalis inguinalis.6 Hernia inguinalis dibagi menjadi
dua yaitu hernia inguinalis indirek/lateralis dan hernia inguinalis direk/medial.1
Hernia inguinalis indirek terjadi karena keluar dari rongga peritoneum melalui
anulus inguinalis internus yang terletak dari pembuluh epigastrika inferior. Hernia
kemudian masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar
daro anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut,tonjolan akan
sampaiskrotum sehingga disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam otot
15
kremaster,terletak anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam funikulus
spermatikus.1
Hernia inguinalis direk menonjol langsung ke depan melalui segitiga hasselbach,
daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika
inferior dibagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga hasselbach
dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis otot transversus
abdominis yang kadang tidak sempurnasehingga daerahini berpotensi melemah. Hernia
medialis,karena idak keluar melalui kanalis inguinallis dan tidak ke skrotum, umumnya
tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.1
2.3.2 Etiologi
Secara fisiologis, kanalis inguinalis merupakan kanal atau saluran yang normal. Pada
fetus, bulan kedelapan dari kehamilan terjadi descensus testiculorum. Penurunan testis
yang sebelumnya terdapat di rongga retroperitoneal, dekat ginjal, akan masuk kedalam
skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang dikenal sebagai processus vaginalis
peritonei. Pada umumnya, ketika bayi lahir telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanal tersebut. Biasanya obliterasi terjadi di annulus
inguinalis internus, kemudian hilang atau hanya berupa tali. Tetapi dalam beberapa hal
sering belum menutup yang hasilnya ialah terdapatnya hernia didaerah tersebut.
Setelah dewasa kanal tersebut telah menutup. Namun karena daerah tersebut ialah
titik lemah, maka pada keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen
kanal itu dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis akuisita. Sementara di usia
ini seseorang lebih produktif dan melakukan banyak aktivitas. Sehingga penyebab hernia
pada orang dewasa ialah sering mengangkat barang berat, juga bisa oleh karena
kegemukan, atau karena pola makan yang tinggi lemak dan rendah serat sehingga sering
mengedan pada saat BAB.
Hernia pada orang tua terjadi karena faktor usia yang mengakibatkan semakin
lemahnya tempat defek. Biasanya pada orang tua terjadi hernia medialis karena
kelemahan trigonum Hesselbach. Namun dapat juga disebabkan karena penyakit-penyakit
seperti batuk kronis atau hipertrofi prostat.
.
`2.3.3 Diagnosis
16
1. Anamnesis
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang timbul, muncul terutama
pada waktu melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan intra-abdomen seperti
mengangkat barang atau batuk, benjolan ini hilang pada waktu berbaring atau
dimasukkan dengan tangan (manual). Terdapat faktor-faktor yang berperan untuk
terjadinya hernia. Dapat terjadi gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada hernia
inkarserata. Nyeri pada keadaan strangulasi, sering penderita datang ke dokter atau ke
rumah sakit dengan keadaan ini.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada saat inspeksi ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum
inguinale di medial vena femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Perkusi didapatkan
benjolan tersebut berbatas atas tidak jelas. Perkusi terdengar tympani dan auskultasi
bising usus (+).
Gejala/tanda Obstruksi usus pada
hernia inkarserata
Nekrosis/gangren pada
hernia strangulata
Nyeri Kolik Menetap
Suhu badan Normal Normal/meninggi
Denyut nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali
Leukosit Normal Leukositosis
Rangsang peritoneum Tidak ada Jelas
Sakit Sedang/berat Berat sekali/toksik
Tabel 1. Hernia inkarserata dengan obstruksi usus dan hernia strangulata yang
menyebabkan nekrosis atau ganggren
Teknik pemeriksaan
Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus) dan
mengikuti jalannya spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat melalui annulus
inguinalis subcutan (externus) sampai scrotum.
Mempunyai LMR ( Locus Minoris Resistentie Secara klinis
17
HIL dan HIM dapat dibedakan dengan tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger
test, Ziemen test dan Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut :
Pemeriksaan Finger Test :
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2. Dimasukkan lewat skrortum melalui
anulus eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:
Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.
Pemeriksaan Ziemen Test :
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
jari ke 4 : Hernia Femoralis.
Pemeriksaan Thumb Test :
Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
18
2.3.4 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi.
Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien
anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia
dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak
inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan
lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang
lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan
kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk
operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu
enam jam harus dilakukan operasi segera. Pada tindakan reposisi ini posisi
penderita dapat dilakukan denagn posisi seperti pada gambar :
Gambar : Reposisi dengan posisi trendelenburg
19
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia
adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong
hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.1
Indikasi :
1. Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)
2. Hernia Irreponabilis ( urgen, 2 x 24 jam)
3. Hernia Reponabilis dilakukan atas indikasi sosial : pekerjaan (elektif)
4. Hernia Reponabilis yang mengalami incarserasi (HIL,Femoralis)
Prinsip semua hernia harus dioperasi, karena dapat menyebabkan inkarserasi /
strangulasi.
b. Hernioplasty
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya
dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai
metode hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan
terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m.
tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan
nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau
menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus internus abdominis ke
ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif
berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau
marleks untuk menutup defek.1
20
2.3.5 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan di dalam kantong hernia pada hernia irreponibilis, hal ini terjadi jika hernia
terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal, atau hernia akreta. Di sini
tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan.1
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia
strangulata yang menimbulkan obstruksi usus yang sederhana. Jepitan cincin hernia akan
menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan
vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam
kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin
bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi
nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi
hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses
lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.1
Hernia inguinalis dapat menjadi inkarserata dan strangulata. Mual, muntah, dan nyeri
abdomen yang berat dapat terjadi pada hernia strangulata. Hernia strangulata merupakan
suatu kondisi yang mengancam jiwa (gawat darurat) yang membutuhkan pembedahan
segera.1
21
BAB IV
ANALISIS KASUS
Laki-laki usia 75 tahun beralamatkan di Jalan tegal binangun lorong langgar RT
29 RW 09 Plaju ke IGD RSUD Palembang BARI pada tanggal 17/10/2015 dengan
keluhan ada keluar benjolan di kantong kemaluan kanan yang tidak dapat masuk ke
rongga perut. Dari anamnesis lebih lanjut diketahui bahwa ± 5 tahun SMRS timbul
benjolan pada kantong kemaluan kanan. Pasien mengaku benjolan di kantong kemaluan
kanan masih dapat keluar masuk kembali dan terjadi hilang timbul. Benjolan keluar saat
pasien berjalan lama, batuk, mengedan dan bekerja mengangkat beban yang berat.
Benjolan tersebut dapat masuk saat berbaring. Nyeri (-), mual (-), muntah (-). ± 2 jam
SMRS pasien mengaku keluar benjolan di kantong kemaluan kanan dan tidak dapat
masuk kembali walaupun dengan bantuan jari. Nyeri (+), mual (+), muntah (+), BAB (+),
flatus (+).
Pada pemeriksaan fisik status generalis, didapatkan pernapasan, nadi, tekanan
darah, dan suhu dalam batas normal. Dari hasil pemeriksaan fisik status lokalis pada regio
Scrotum Dextra : Inspeksi : Terdapat benjolan di kantung kemaluan sebelah kanan, warna
sesuai warna kulit, tidak kemerahan. Palpasi: Benjolan berukuran ± 8x4 cm, tidak teraba
hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, suhu sama dengan daerah sekitar, nyeri ada dan
benjolan tidak dapat dimasukkan kedalam rongga abdomen. Tes Khusus transluminasi
(-).
Dari data-data diatas, dapat dipikirkan suatu hernia inguinalis dextra inkarserata.
Berdasarkan usia saat kejadian hernia merupakan hernia yang didapat dan hernia
dipikirkan karena benjolan bersifat kenyal, dan batas atas tidak jelas, yang dapat dicurigai
22
sebagai massa usus. Lokasi benjolan yang mencapai scrotum, dapat dipikirkan suatu
hernia inguinalis lateralis. Hernia bersifat irreponibel karena tidak dapat keluar masuk
cavum abdomen. Terdapat tanda-tanda terjadi pasase usus berupa mual, muntah pada
pasien ini, yang berarti hernia bersifat inkarserata.
Pada pemeriksaan fisik Benjolan yang bersifat kenyal dan berwarna sama dengan
sekitar dapat menyingkirkan pembesaran testis karena orchitis yang akan terlihat tanda-
tanda radang dan batasnya jelas. Batas atas benjolan yang tidak jelas juga dapat
menyingkirkan benjolan-benjolan lain seperti tumor atau radang.
Pemeriksaan khusus yang dilakukan adalah test transluminasi yang hasilnya
negatif yang berarti bahwa benjolan tidak berisi cairan sehingga bisa menyingkirkan
kemungkinan adanya hidrokel communican. Pemeriksaan penunjang lain adalah
pemeriksaan laboratorium; nilai leukosit yang normal dapat digunakan untuk
menyingkirkan kemungkinan terjadinya peradangan pada regio inguinalis dan skrotalis.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien ini
didiagnosa dengan hernia inguinalis dextra inkarserata. Penatalaksanaan pada penderita
yaitu dengan tatalaksana operatif. Prognosis pasien qou ad vitam dan quo ad functionam
adalah dubia ad bonam. Karena pada pasien ini telah didiagnosis dan penatalaksanaan
yang tepat.