laporan kasus hernia
DESCRIPTION
bedah herniaTRANSCRIPT
BAB I
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Achmad
Umur : 69 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Danau Laut, Bendungan Hilir Jakarta
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan Dinas Perhubungan
Pendidikan : SLTA
Tanggal Masuk : 13 Desember 2011
No. RM : 058905
Pembayaran : ASKES Non AL
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis pada 15 Desember 2011
KELUHAN UTAMA
Mual muntah sejak 1 hari SMRS
KELUHAN TAMBAHAN
perut melilit
benjolan pada kantong kemaluan kanan dan kiri
konstipasi
tidak nafsu makan
rasa kurang nyaman pada benjolan.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke IGD RS TNI AL dr. Mintohardjo dengan keluhan mual muntah sejak 1
hari SMRS. Muntah sudah terjadi 4 kali berisi air dan makanan dan terjadi setiap kali
1
pasien makan, tidak terdapat darah dalam muntahnya. Pasien juga mengeluhkan perutnya
terasa melilit sejak 1 hari terakhir. Pasien mengaku memiliki benjolan yang membesar
pada kedua buah zakarnya. Benjolan tersebut mulai ada sejak 5 tahun yang lalu. Menurut
pengakuan pasien, 5 tahun lalu benjolan tersebut mulanya pada lipat paha kanan kemudian
muncul pula pada lipat paha kiri sebesar buah anggur, benjolan tersebut hilang timbul,
muncul terutama pada saat pasien berdiri atau mengedan, dan hilang pada saat pasien
berbaring atau dimasukan dengan cara didorong. Lama kelamaan (± 4 tahun SMRS)
benjolan tersebut turun sampai buah zakarnya dan benjolan membesar hingga sebesar bola
tenis. Sejak 3 bulan terakhir, benjolan tersebut tidak dapat dimasukkan. Menurut pasien,
benjolan tidak terasa nyeri atau mengganggu, hanya ada rasa sedikit tidak nyaman pada
benjolan tersebut, sehingga benjolan tersebut dibiarkan saja oleh pasien dan tidak dibawa
berobat. Pasien pun mengaku belum BAB sejak 2 hari terakhir dan merasa tidak nafsu
makan.
Pasien menyangkal adanya demam, rasa nyeri, panas dan kemerahan pada benjolan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
o Pasien pernah mengalami hal yang sama ± 12 tahun yang lalu pada lipat paha
kanannya dan pernah dilakukan operasi herniotomi ± 10 tahun yang lalu.
o Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu dan meminum obat anti
hipertensi secara teratur.
o Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit kencing manis, penyakit jantung, paru,
ginja, hati dan alergi.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
o Tidak ada keluarga pasien yang mengalami hal serupa dengan pasien
o Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit kencing manis, penyakit jantung,
paru, ginjal, hati dan alergi.
2
RIWAYAT KEBIASAAN
Pasien menyangkal sering mengangkat beban berat, memiliki riwayat batuk lama atau sulit
BAB yang menyebabkan pasien sering mengedan. Pekerjaan sehari-hari pasien sejak
pensiun hanya beristirahat di rumah saja.
III. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis (GCS 15)
Status gizi : kesan gizi cukup
Tanda vital
o Tekanan darah: 153/ 81 mmHg
o Nadi : 74 x/menit
o Suhu : 36,4 oC
o Pernapasan : 16 x/menit
Kulit
o Warna : sawo matang, tidak ikterik dan tidak terdapat hipopigmentasi maupun
hiperpigmentasi
o Lesi : tidak terdapat lesi primer seperti makula, papul vesikular, pustul maupun
lesi sekunder seperti jaringan parut atau keloid pada bagian tubuh yang lain.
Rambut : tumbuh rambut pada permukaan kulit.
Turgor : baik
Suhu raba : hangat
Kepala
Ekspresi : ekspresif
Simetri wajah : simetris
Nyeri tekan sinus : tidak terdapat nyeri tekan sinus
3
Pertumbuhan Rambut : distribusi merata, warna hitam
Pembuluh darah : tidak terdapat pelebaran pembuluh darah
Deformitas : tidak terdapat deformitas
Mata
Bentuk : normal, kedudukan bola mata simetris
Palpebra : normal, tidak terdapat ptosis, lagoftalmos, oedema, perdarahan, blefaritis
Gerakan : normal, tidak terdapat strabismus, nistagmus
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Pupil : bulat, isokor +/+, diameter 3 mm, RCL +/+, RCTL +/+
Eksoftalmus : -/-
Endoftalmus : -/-
Telinga
Bentuk : normal(eutrofilia)
Liang telinga : lapang
Serumen :-/-
Nyeri tarik auricular : -/-
Nyeri tekan tragus : -/-
Hidung
Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas
Septum : terletak di tengah dan simetris
Mukosa hidung : tidak terdapat hiperemis, konka nasalis eutrofi
Cavum nasi : perdarahan(-)
Mulut dan tenggorok
Bibir : normal, tidak pucat, tidak sianosis
Gigi-Geligi : hygiene baik
Mukosa mulut : normal, tidak hiperemis
4
Lidah : normoglosia, tidak kotor, tidak tremor
Tonsil : T1/T1 tenang, tidak hiperemis
Faring : Tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah
Leher
Bendungan vena : tidak terdapat bendungan vena
Kelenjar tiroid : tidak membesar, mengikuti gerakan, simetris
Trakea : di tengah
Kelenjar getah bening
Leher : tidak terdapat pembesaran KGB di leher
Aksila: tidak terdapat pembesaran KGB di aksila
Inguinal : tidak terdapat pembesaran KGB di inguinal
Thorax
Paru-paru
o Inspeksi : simetris tidak ada hemithorax yang tertinggal, saat statis maupun
dinamis
o Palpasi : gerak simetris pada kedua hemithorax vocal fremitus +/+ suara kuat
o Perkusi : sonor pada kedua hemithorax, batas paru-hepar pada sela iga VI pada
linea midclavicularis dextra, dengan peranjakan 2 jari pemeriksa, batas
paru-lambung pada sela iga ke VIII pada linea axilaris anterior.
o Auskultasi : suara nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
o Inspeksi : tidak tampak pulsasi ictis cordis
o Palpasi : teraba pulsasi ictus cordis pada ICS V, 1 cm medial linea
midclavicularis sinistra
o Perkusi : batas jantung dalam batas normal
o Auskultasi : Bunyi jantung 1&2 reguler, murmur(-), gallop(-)
Abdomen
5
Inspeksi : abdomen simetris, datar, tidak terdapat jaringan parut, striae dan
kelainan kulit, tidak terdapat pelebaran vena
Palpasi : supel, massa (-), hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
ballotement (-)
Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen, nyeri ketok CVA (-), shifting
dullness (-)
Auskultasi : bising usus 4-5x/ menit, normal
Genitalia
Tidak tampak kelainan dari luar
Rectal toucher tidak dilakukan
Ekstremitas
Tidak tampak deformitas
Akral hangat pada keempat ekstremitas
Tidak terdapat oedem pada keempat ekstremitas
STATUS LOKALIS
Status Lokalis Regio Skrotalis Dekstra
Inspeksi : Tanpa mengedan tampak benjolan dengan ukuran kira-kira
sebesar ± bola tenis memanjang dari inguinal dextra sampai
scrotum, warnanya seperti kulit sekitarnya, dan tidak terdapat tanda-
tanda radang.
Palpasi : Teraba benjolan mulai dari inguinal dextra sampai scrotum ukuran
± 9x7 cm, permukaan rata, nyeri tekan (-), teraba lunak dan tidak
bisa masuk kembali ke dalam cavum abdominalis atau menetap
dalam scrotum, testis teraba normal, batas atas tidak teraba jari
bertemu jari.
Auskultasi : Terdengar bunyi peristaltik usus di scrotum dextra
Finger tip test : Tidak bisa dilakukan
Pemeriksaan transiluminasi : negatif (-)
Status Lokalis Regio Skrotalis Sinistra
6
Inspeksi : Tanpa mengedan tampak benjolan dengan ukuran kira-kira
sebesar ± bola tenis memanjang dari inguinal dextra sampai
scrotum, warnanya seperti kulit sekitarnya, dan tidak terdapat tanda-
tanda radang.
Palpasi : Teraba benjolan mulai dari inguinal dextra sampai scrotum ukuran
± 8x6 cm, permukaan rata, nyeri tekan (-), teraba lunak dan tidak
bisa masuk kembali ke dalam cavum abdominalis atau menetap
dalam scrotum, testis teraba normal, batas atas tidak teraba jari
bertemu jari.
Auskultasi : Terdengar bunyi peristaltik usus di scrotum sinistra
Finger tip test : Tidak bisa dilakukan
Pemeriksaan transiluminasi : negatif (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Darah
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Masa Perdarahan
Bleeding time 2’30” 1-6’
Clotting time 12’00” 10-16’
Paket Darah Lengkap
Leukosit 7.300 /ul 5.000 – 10.000 / ul
Eritrosit 6,08 juta/ mm3 4.5-5.5 juta/mm3
Hemoglobin 12.0 g/dl 14 - 18 g/dl
Hematokrit 34 % 43-51 %
Trombosit 314.000 / mm3 150 – 400 ribu/mm3
Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
7
Interpretasi : EKG dalam batas normal
Pemeriksaan Radiologi
Interpretasi : jantung dan paru dalam batas normal
DIAGNOSA KERJA
Hernia skrotalis inkarserata bilateral residif
DIAGNOSA BANDING
8
Hidrocelle
Varicocelle
Limfadenopati
Limfadenitis
Lipoma
PENATALAKSANAAN
A. Operasi : Herniotomi dan hernioplasti dengan mesh graft
Laporan Operasi :
1. OS dalam spinal anesthesia
2. Desinfeksi lapangan operasi
3. Insisi inguinal kanan
4. Jepitan dibebaskan
5. Buka isi kantung : ileum dengan perlekatan bebaskan perlekatan
6. Funiculus dibebaskan dari kantung
7. Herniotomi
8. Herniorapi dengan mesh graft
9. Insisi inguinal kiri
10. Jepitan dibebaskan
11. Buka isi kantung : ileum dengan perlekatan bebaskan perlekatan
12. Funiculus dibebaskan dari kantung
13. Herniotomi
14. Herniorapi dengan mesh graft
15. Tutup lapang operasi
16. Operasi selesai
B. Instruksi Post Operasi
1. Bed rest total
2. Puasa sampai flatus (+)
3. Infus Dekstrose 5% : RL = 3 : 1
4. Medikamentosa
9
Ceftriaxon 2 x 1 gram i.v
Ketesse 3 x 1 ampul
Asam mefenamat 3x500mg
Jika sadar dan tidak muntah boleh makan lunak
PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad sanationam : bonam
BAB II
10
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hernia Secara Umum
Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan muskuloaponeurotik) yang menberi jalan
keluar pada alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.
Klasifikasi hernia
Hernia diberi nama menurut tempat dimana terdapat kelemahannya. Hernia dibagi menjadi
beberapa macam, antara lain :
1. Berdasarkan kausanya:
a. hernia congenital
b. hernia akuisita/dapatan, dimana hernia dapat terjadi karena peningkatan tekanan intra
abdominal.
2. Berdasarkan sifatnya:
a. hernia reponibilis
Jika isi kantong hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan, dan
masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri dan gejala
obstruksi usus.
11
Gambar 1. Hernia reponibilis
b. Hernia irreponibilis
Jika isi kantong hernia tidak dapat keluar masuk. Ini biasanya terjadi disebabkan oleh
perlengketan isi kantong hernia pada peritoneum kantong hernia. Hernia jenis ini
biasanya dikenal dengan nama hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri atau tanda
sumbatan usus.
Gambar 2. Hernia irreponibilis
c. Hernia inkarserata
Merupakan hernia irreponibilis yang disertai tanda-tanda obstruksi usus. Pada hernia
tipe ini, isi kantung hernia terjepit sehingga terjadi gangguan aliran pasase usus,
dimana makanan tidak bisa lewat. Operasi hernia inkarserata merupakan operasi
darurat nomer 2 setelah operasi appendicitis. Selain itu hernia inkarserata merupakan
penyebab nomer satu kasus obstruksi usus di Indonesia.
12
Gambar 3. Hernia inkarserata
d. Hernia Strangulata
Hernia irreponibilis dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi viscera yang
terperangkap dalam kantung hernia. Pada keadaan sebenarnya, gangguan vaskularisasi
sudah mulai terjadi sejak jepitan dimulai. Gangguan terdiri dari beberapa tingkatan, dari
mulai bendungan sampai dengan nekrosis.
Gambar 4. Hernia strangulata
3. Berdasarkan arah hernia
a. Hernia eksterna
Merupakan hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar, karena menonjolnya ke arah
luar. Misalnya:
Hernia inguinalis medialis dan lateralis
hernia femoralis
hernia umbilikalis
hernia epigastrika
hernia lumbalis,dll
13
b. Hernia interna
Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum thorax, bursa omentum, atau
masuk ke dalam recessus di dalam cavum abdomen. Misalnya :
hernia diafragmatika
hernia omentalis
hernia messenterika
B. Hernia Inguinalis
Anatomi dinding abdomen
Lapisan dinding perut dari lapisan paling luar ke dalam:
Lapisan kulit : Kutis, subkutis
Otot dinding perut : fascia camperi, fasia scarpa, m.obliquus abdominalis
eksternus (aponeurosis), m.obliquus abdominalis internus
dan M.transversus abdominalis
Peritoneum
Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak 2-4 cm
kearah caudal ligamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin internal dan eksternal.
Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau ligamentum rotundum. Funikulus
14
spermatikus terdiri dari serat-serat otot cremaster, pleksus pampiniformis, arteri testicularis, n
ramus genital, nervus genitofemoralis, ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus
vaginalis.
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi. Kanalis inginalis
berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cephal ke caudal. Kanalis inguinalis dibangun
oleh aponeurosis musculus obliquus abdominis ekternus dibagian superficial, dinding inferior
dibangun oleh ligamentum inguinal dan ligamentum lacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis
inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis dan aponeurosis transverses abdominis. Dasar
kanalis inguinalis adalah bagian paling penting dari sudut pandang anatomi maupun bedah.
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari trigonum Hesselbach.
Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus, dan ligamentum inguinal menjadi
batas inferior. Hernia yang melewati trigonum Hesselbach disebut sebagai direct hernia,
sedangkan hernia yang muncul lateral dari trigonum adalah hernia indirek.
Aponeurosis Musculus Obliquus Abdominis Externus
Aponeurosis otot obliquu abdominis eksternus dibentuk oleh dua lapisan: superficial dan
profunda. Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus dan transversus abdominis, mereka
membentuk sarung rectus. Aponeurosis musculus obliquus abdominis externus menjadi batas
superficial dari kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal membentang dari spina iliaca anterior
superior (SIAS) ke tuberculum pubicum.
15
Musculus Obliquus Abdominis Internus
Otot obliquus abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis . Bagian
medial dari aponeurosis m. obliquus internus menyatu dengan serat dari aponeurosis transversus
abdominis dekat tuberculum pubicum untuk membentuk conjoined tendon. Adanya conjoint
tendon banyak diperdebatkan, tetapi diduga oleh banyak ahli bedah muncul pada 10% pasien.
Fascia Transversalis
Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutann dari otot transversalis dan
aponeurosisnya. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2 lapisan, yang keluar
dari tendon otot transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord dan berikatan ke linea
semilunaris.
Gambar Fascia Tranversalis
Ligamentum Cooper
Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan dibentuk oleh ramus
pubis dan fascia. Ligamentum cooper adalah titik fixasi yang penting dalam metode perbaikan
laparoscopic sebagaimana pada teknik McVay.
16
Preperitoneal Space
Preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, limfatik, pembuluh darah dan saraf. Saraf
preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah adalah nervus cutaneous femoral lateral
dan nervus genitofemoral. Nervus cutaneous femoral lateral berasal dari serabut L2 dan L3 dan
kadang cabang dari nervus femoralis. Nervus ini berjalan sepanjang permukaan anterior otot
iliaca dan dibawah fascia iliaca dan dibawah atau melelui perlekatan sebelah lateral ligamentum
inguinal pada spina iliaca anterior superior.
Nervus genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2 dan kadang dari L3.
Ia turun didepan otot psoas dan terbagi menjadi cabang genital dan femoral. Cabang genital
masuk ke kanalis inguinalis melalui cincin dalam sedangkan cabang femoral masuk ke hiatus
femoralis sebelah lateral dari arteri. Ductus deferens berjalan melalui preperitoneal space dari
caudal ke cepal dan medial ke lateral ke cincin interna inguinal. Jaringan lemak, lymphatics,
ditemukan di preperitoneal space, dan jumlah jaringan lemak sangat bervariasi.
Batas – batas kanalis inguinalis :
Kraniolateral : annulus inguinalis internus ( bagian terbuka dari fasia
transversalis dan aponeurosis m transverses abdominis)
Medial-bawah : annulus inguinalis eksternus ( bagian terbuka dari aponeurosis
m. obliqus eksternus)
Atap : apponeorosis m.obliqus eksternus
Dasar : ligamentum Inguinalis pouparti
17
Batas - batas trigonum hasselbach:
Dasar : fasia transversa
Atap : m.obliqus internus
Medial : tepi m.rectus abdominis
Lateral : vasa epigastrica inferior
Bawah : ligamentum inguinale
ETIOLOGI
Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab lain yang didapat
(missal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada lelaki
dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena annulus inguinalis eksternus pada pria lebih besar
dibanding wanita. Selain itu juga karena perjalanan embriologisnya dimana testis pada pria turun
dari rongga abdomen melalui kanalis inguinalis. Seringkali kanalis tidak menutup sempurna
setelahnya. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada
annulus internus yang cukup lebar sehingga bisa dimasuki oleh kantong dan isi hernia. Selain itu
diperlukan juga faktor yang bisa mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup
lebar itu.
Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya hernia inguinalis. Yaitu
kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m. ablikus internus yang menutup
annulus internus ketika berkontraksi, dan fascia transversa yang menutup trigonum hasselbach
18
yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini bisa menyebabkan
terjadinya hernia.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka,
peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
Akibatnya isi intraabdomen keluar melalui celah tersebut.
Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik, mengedan saat
miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau konstipasi), ascites, obesitas atau
mengangkat beban berat sering mendahului hernia inguinalis.
PATOFISIOLOGI
Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus
turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan
lebih vertikal. Sebaliknya jika otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih
transversal dan angulus inguinalis tertutup sehingga mencegah masuknya usus kedalam kanalis
inguinalis.
Tetapi dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam
rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia dapat membentuk pintu masuk hernia
pada anulus internus yang cukup lebar. Sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia.
Disamping itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang
sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau lebih kaku maka akan terjadi jepitan
yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena
sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia.
Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi
transudat berupa cairan serosanguinus.
KLASIFIKASI HERNIA INGUINALIS
19
1. Hernia inguinalis indirek,
Disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui
annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis, dan jika cukup panjang,
menonjol keluar dari annulus inguinalis ekternus. Apabila hernia berlanjut, tonjolan
akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada dalam
m.kremaster terlatak anteromedial terhadap vas deferen dan struktur lain dalam tali
sperma
2. Hernia inguinalis direk
Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung kedepan melalui segitiga
Hesselbach, daerah yang dibatasi ligamentum inguinal dibagian inferior, pembuluh
epigastrika inferior dibagian lateral dan tepi otot rektus dibagian medial. Dasar
segitiga hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat
aponeurisis m.tranversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga
daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar
melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi
karena cincin hernia longgar.
MANIFESTASI KLINIS HERNIA INGUINALIS
Hernia inguinal sering terlihat sebagai tonjolan intermitten yang secara berangsur,-
angsur meningkat dalam ukuran dan menjadi ketidaknyamanan yang progresif dan persisten
yang progresif. Kadang hanya sedikit nyeri , sakit atau rasa terbakar didaerah lipat paha yang
mungkin didapatkan sebelum perkembangan dari penonjolan yang nyata. Ketidaknyamanan ini
memperjelas onset dari symtomp hernia yang sering dideskripsikan sebagai rasa sakit dan sensasi
terbakar. Gejala itu mungkin tidak hanya didapatkan didaerah inguinal tapi juga menyebar
kedaerah pinggul, belakang, kaki, atau kedaerah genital. Disebut "Reffered pain" gejala
ketidaknyamanan ini dapat mempercepat keadaan yang berat dan menyusahkan.
Gejala ketidaknyamanan pada hernia biasanya meningkat dengan durasi atau intensitas
dari kerja, tapi kemudian dapat mereda atau menghilang dengan istirahat, meskipun tidak selalu.
Rasa tidak enak yang ditimbulkan oleh hernia selalu memburuk disenja hari dan membaik pada
malam hari, saat pasien berbaring bersandar dan hernia berkurang.
20
Nyeri lipat paha tanpa hernia yang dapat terlihat, biasanya tidak mengindikasikan atau
menunjukkan mula timbulnya hernia. Kebanyakan hernia berkembang secara diam-diam, tetapi
beberapa yang lain dicetuskan oleh peristiwa muscular tunggal yang sepenuh tenaga. Secara
khas, kantong hernia dan isinya membesar dan mengirimkan impuls yang dapat teraba jika
pasien mengedan atau batuk. Biasanya pasien harus berdiri saat pemeriksaan , kerena tidak
mungkin meraba suatu hernia lipat paha yang bereduksi pada saat pasien berbaring. Hidrokel
bertransiluminasi, tetapi hernia tidak.
Hernia yang tidak dapat dideteksi oleh pemeriksaan fisik, dapat dilihat dengan ultra
sonografi atau to mografi komputer. Strangulasi menimbulkan nyeri hebat dalam hernia yang
diikuti dengan cepat oleh nyeri tekan, obstruksi interna, dan tanda atau gejala sepsis. Reduksi
dari hernia strangulasi adalah kontraindikasi jika ada sepsisatau isi dari sakus yang diperkirakan
mengalami gangrenosa.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi
Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk,
bersin atau mengedan dan menghilang setelah berbaring.
Hernia inguinalis lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
Hernia inguinalis medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tonjolan
lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
2. Palpasi
Konsistensi kenyal
Dapat/tidak dapat didorong masuk kembali( reponibel/ireponibel).
Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk, kadang cincin hernia dapat diraba
berupa annulus inguinalis eksternus yang melebar.
Ada/tidak nyeri tekan
Testis teraba/tidak(dd/ hidrokel)
21
Periksa keadaan cincin hernia : melalui skrotum, jari telinjuk di masukkan ke atas
kateral dari tuberkulum pubikum. Ikuti fasikulus spermaticus sampai ke annulus
inguinalis internus( pada keadaan normal, jari tidak dapat masuk). Pasien mengejan
dan rasakan apakah ada massa yang menyentuh jari tangan. Bila masa teraba
menyentuh ujung jari maka hernia inguinalis lateralis. Jika menyentuh sisi jari maka
hernia inguinalis medialis.
3. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia
strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
4. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami obstruksi
usus (hernia inkarserata). Bila isi hernia berupa usus, dapat terdengar adanya bising usus
pada benjolan tersebut.
Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu Finger test, Ziemen test dan Thumb test.
Cara pemeriksaannya sebagai berikut:
Pemeriksaan Finger Test :
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:
- Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
- Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis
22
Gambar Finger Test
Pemeriksaan Ziemen Test :
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis
jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis
jari ke 4 : Hernia Femoralis
23
Pemeriksaan Thumb Test :
Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
DIAGNOSIS BANDING
a. Hidrocele pada funikulus spermatikus maupun testis.
Yang membedakan:
pasien diminta mengejan bila benjolan adalah hernia maka akan membesar,
sedang bila hidrocele benjolan tetap tidak berubah. Bila benjolan terdapat pada
skrotum , maka dilakukan pada satu sisi , sedangkan disisi yang berlawanan
diperiksa melalui diapanascopy. Bila tampak bening berarti hidrocele
(diapanascopy +).
Pada hernia: canalis inguinalis teraba usus
Perkusi pada hernia akan terdengar timpani karena berisi usus
Fluktuasi positif pada hernia.
b. Kriptochismus.
Testis tidak turun sampai ke skrotum tetapi kemungkinannya hanya sampai kanalis
inguinalis
c. Limfadenopati/ limfadenitis inguinal
24
d. Varises vena saphena magna didaerah lipat paha
e. Lipoma yang menyelubungi funikulus spermatikus (sering disangka hernia inguinalis
medialis).
PENATALAKSANAAN
1.Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
a.Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak-
anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi
menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur
dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia
jarang terjadi jika dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia
yang lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es
diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya.
Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.
b. Bantalan penyangga
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi
dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harusdipakai seumur hidup. Namun cara yang
berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang.
Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain merusak
kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap
mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofitestis karena tekanan pada taki
sperma yang mengandung pembuluh darah testis.
25
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari
herniotomi dan hernioplasti
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia
dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong
26
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode
hernioplastik seperti memperkecil anulus inguinalis internus dangan jahitan terputus, menutup
dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis
dan m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum
inguinale poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus
abdominis, m.oblikus internus abdominis keligamentum cooper pada metode Mc Vay.
Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis
seperti mersilene,prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.
Teknik operasi hernioraphy sebenarnya di bagi menjadi 4 group berdasarkan pendekatan nya:
1. Open anterior repair
Grup ini termasuk bassini, Mc vay yaitu dengan membuka aponeurosis m. obliqus eksternal
dan membebaskan spermatic cord. Setelah fasia transversalis di buka dapat ditemukan
kanalis inguinalis kemudian kantung hernia diligasi dan dasar dari kanal direkonstruksi
kembali.pada teknik prsesentasi recurrence rate sangat tinggi 10-14%
27
2. Open posterior repair
Yang termasuk ke dalam grup ini adalah iliopubictractrepair dan nyhus technique.
Perbedaan yang mendasar dengan open anterior repair adalah konstruksi dilakukan dari
dalam. Cara ini biasanya dilakukan pada kasus dengan multiple recurrences.
3. Tension free repair with mesh
Lichtenstein and rutkow techniques. Pada mulanya sama dengan anterior repair. Namun di
tambah dengan menggunakan prosthetic nonabsorbable mesh. Keberhasilan dengan teknik
ini dengan recurrence rate kurang dari 1%.
4. Laparoscopic procedures
Teknik terbaru ini mulai terkenal mulai beberapa tahun yang lalu. Teknik yang terbaru
adalah denagn total extraperitoneal approach.
KOMPLIKASI
Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel; ini dapat terjadi kalau isi terlalu
besar, atau terjadi perlekatan. Dalam kasus ini tidak ada gejala klinis.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi strangulasi yang
menimbulkan gejala obstruksi sederhana. Sumbatan dapat terjadi parsial atau total seperti pada
hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau kaku, sering terjadi jepitan parsial.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia.
Timbulnya udem mengakibatkan jepitan semakin bertmbah sehingga suplai darah terhambat.
Akibatnya jaringan isi akan nekrosis dan hernia akan berisi cairan transudat serosanguinis. Bila
isi jaringan adalah usus, bisa terjadi perforasi yang menimbulkan abses lokal, fistel, hingga
peritonitis.
Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran
obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Bila telah
strangulasi, bisa terjadi toksik akibat gangrene dan gambaran menjadi sangat serius. Penderita
akan mengeluh nyeri hebat di tempat hernia dan akan menetap karena rangsang peroitoneal.
28
Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali
disertai nyeri tekan dan dapat ditemukan tanda peritonitis atau abses local. Dalam hal ini hernia
strangulate merupakan kegawatdaruratan dan butuh penanganan segera.
PROGNOSIS
Penyembuhan dipercepat kalau pasien menghindari gerakan mengangkat barang-barang
berat ataupun ketegangan otot lainnya. Selainitu juga tergantung dari tehnik operasi dan alat
operasi yang digunakan. Pos operasi penderita istirahat selama 1 minggu kemudian dapat
melakukan aktivitas secara bertahap, dimana jahitan pada penggantungan kantong hernia di
conjoint tendon menggunakan benang side yang tidak diserap oleh tubuh sehingga penggantung
hernia akan tetap ada selamanya sedangkan pada kulit akan mengalami penyembuhan selama 1
minggu.
Hernia inguinalis indirek timbul kembali pada 2-3 persen penderita. Hernia direk timbul
kembali sampai 10 persen penderita. Perbaikan hernia yang timbul kembali diikuti oleh frekuensi
pada 10 sampai 20 persen penderita.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. R, Syamsuhidajat, Wim de Jong; Buku Ajar Ilmu Bedah : Jakarta EGC, 1997 hal
700 - 711.
2. She Warts, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Alih Bahasa Laniyati
Celal, editor Linda Chandranata - Jakarta, EGC, 2000, hal 509 - 515.
3. Sabiston, Devid C; Buku Ajar Bedah : Sabiston’s Essential Surgey, Alih Bahasa
Petrus Andrianto, Timah I. S; editor, Jonatan Oswan - Jakarta : EGC, 1995, hal 228 -
231.
4. Botsford-Dunphy, W.B Saunders Company Publisher, Pemeriksaan Fisik Bedah;
“Physycal Examination”, Alih Bahasa I Janvar Ahmad dkk, Yayasan Essentia Medica,
Jakarta, 1977, hal 73 - 77.
5. Panitia Pelantikan Dokter periode Desember 1988, Penuntun Tindakan Medik Bagi
Dokter Umum, F.K UGM, Andi Offsed, Yogyakarta, 1988, hal 119 - 120.
6. Schrock, Theodore R, Ilmu Bedah; Handbook of Surgey, Penerjemah Med.
Ajidharma dkk, Ed. 7 Jakarta, EGC, 1991, hal 300 - 302.
7. Dudley, Hugh AF; Hamilton Bailey, Ilmu Bedah Gawat Darurat, Penerjemah Prof.
Dr. A. Samik Wahab, dr. Soedjono Aswin, Ph. D, edisi ke XI, FK. UGM, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta, hal 493 - 495.
8. FK UI, Kapita Selekta Kedokteran, edisi ke III, Jilid ke 2 editor Arif Mawyur,
Media Aesculapius, Jakarta 2000.
30