laporan kasus anastesi

15
LAPORAN KASUS A. IDENTITAS PASIEN : Nama : Ny. S RM : 277498 Tgl Lahir/Umur : 1-1-1968 Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl. Kancil Lr.3 no.7 Pekerjaan : IRT Agama : Islam Status perkawinan : Kawin Tgl Masuk RS : 29-06-2013 Ruangan : Ruang Obgin RS.LB B. ANAMNESIS Anamnesis Terpimpin : Pasien masuk dengan G 9 P 7 A 1 gravid aterm belum inpartu. Pasien mengeluhkan sakit kepala yang dialami secara tiba- tiba, dan disertai pandangan kabur. Pasien juga merasa mual namun tidak sampai muntah, nyeri ulu hati tidak ada, kejang tidak ada, riwayat kejang sebelumnya tidak ada. Terakhir makan dan minum tgl 17 juni 2013 jam 22.30. Riwayat Penyakit Dahulu:

Upload: utami-murti-pratiwi

Post on 17-Feb-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LAPORAN KASUS DIBIDANG ANASTESI

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KASUS ANASTESI

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN :

Nama : Ny. S

RM : 277498

Tgl Lahir/Umur : 1-1-1968

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Kancil Lr.3 no.7

Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Status perkawinan : Kawin

Tgl Masuk RS : 29-06-2013

Ruangan : Ruang Obgin RS.LB

B. ANAMNESIS

Anamnesis Terpimpin :

Pasien masuk dengan G9P7A1 gravid aterm belum inpartu. Pasien mengeluhkan sakit

kepala yang dialami secara tiba-tiba, dan disertai pandangan kabur. Pasien juga

merasa mual namun tidak sampai muntah, nyeri ulu hati tidak ada, kejang tidak ada,

riwayat kejang sebelumnya tidak ada. Terakhir makan dan minum tgl 17 juni 2013

jam 22.30.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat sakit seperti ini sebelumnya disangkal, riwayat hipertensi dalam kehamilan

sebelumnya disangkal, riwayat pelepasan air ketuban, darah, dan lendir tidak ada,

riwayat ANC lebih dari 3 x di Puskesmas, riwayat perdarahan spontan tidak ada,

riwayat DM dan penyakit jantung tidak ada, riwayat asma tidak ada, riwayat alergi

tidak ada. 

Page 2: LAPORAN KASUS ANASTESI

C. PEMERIKSAAN FISIS:

Status Generalis : Sakit sedang/gizi cukup/composmentis

Vital sign: TD : 200/110 mmHg

N : 88 kali/menit

P : 18 kali/menit

S : 36,5 °C

1. Kepala

Bentuk kepala : mesosefal, simetris, deformitas (-), tanda trauma (-)

Rambut : hitam, distribusi rata, tidak mudah dicabut

Nyeri tekan : (-)

Mata : konjungtiva anemi (-/-), sklera ikterik (-/-), radang (-/-)

Hidung : simetris, deformitas (-), sekret (-), darah (-)

Mulut : tidak ada gangguan dalam membuka rahang, tampak arkus

faring,uvula dan palatum molle,darah (-),susunan gigi baik

Telinga : nyeri tekan tragus (-), darah (-)

2. Leher

Leher pendek (-), kaku (-)

Trakea : deviasi (-)

Kelenjar tiroid : tidak membesar

Kelenjar limfe : tidak membesar

3. Dada

a. Jantung

Inspeksi : iktus kordis tidak tampak kuat angkat

Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC IV linea midclavicula sinistra,

tidak kuat angkat

Page 3: LAPORAN KASUS ANASTESI

Perkusi : batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-)

b. Pulmo

Inspeksi : dinding dada intak, tanda trauma (-), deformitas (-),

gerakan pernapasan simetris tipe torakoabdominal

Palpasi : vocal fremitus kanan = kiri

Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi : vesikuler (+) normal, suara tambahan (-)

c. Abdomen

Inspeksi : kulit abdomen intak, jejas (-), sikatrik (-)

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Palpasi : nyeri tekan (-)Mc Burney, nyeri tekan lepas (-), tidak

teraba massa (-), Ballotement (+)

Perkusi : timpani, pekak beralih (-)

5. Anogenital

Tidak dilakukan pemeriksaan anogenital

6. Ekstremitas

a. Superior :

tanda trauma (-/-), deformitas (-/-), keterbatasan gerak (-/-), hangat (+/+) pucat

(-/-)

b. Inferior :

Dextra : tanda trauma (-), deformitas (-), keterbatasan gerak (-), hangat

(+), pucat (-), Edema (+)

Sinistra: tanda trauma (-), deformitas (-), keterbatasan gerak (-),

hangat (+), pucat (-), Edema (+)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Hematologi

Page 4: LAPORAN KASUS ANASTESI

WBC : 11,2 103/ul

RBC : 4,54 106/ul

HGB : 12,0 g/dl

HCT : 38,3 %

PLT : 359 103/ul

MCV : 84 um3

MCH : 25,9 Pg

MCHC : 30,9 g/dl

2. Fungsi ginjal

Ureum : 13 mg/dl

Kreatinin : 0,8 mg/dl

3. Kimia hati

SGOT : 12 u/L

SGPT : 9 u/L

4. Perdarahan

CT : 8’00 menit

BT : 2’00 menit

PT : 9,5 kontrol 11,9

APTT : 28,6 kontrol 22,8

5. Urin rutin

Protein : 500/++++

E. DIAGNOSIS KERJA

- G9P7A1 gravid aterm belum inpartu + PEB

- Status ASA PS 3 E

Page 5: LAPORAN KASUS ANASTESI

F. INSTRUKSI PRE OP ANESTESI

- Stop intake oral

- Premedikasi di OK

- Siap darah WB 500 cc di Bank Darah

- Informed Consent

- Posisi miring kiri, O2 2 lpm via Nasal Kanul

G. ANESTESI DI OK

Seksio Sesarea Transperitoneal Profunda (SSTP)

1. Preoperatif

Antibiotik profilaksis 2 gr preoperatif, O2 2-3 liter/menit, IVFD RL 28 tpm, takar

urine per jam.

2. Premedikasi

Ondansetron 4 mg IV

3. Spinal

Pasien berbaring posisi supine. Terpasang IV line 18 G di tangan kiri pasien. Loading

cairan 500cc. pasang monitor TD, SPO2, EKG. Pasien posisi LLD. Identifikasi

vertebra L3-4. Asepsis, skin wheal dengan lidokain. Ijeksi spinocain paramedian

approach. LCS (+) jernih mengalir. Darah (-). Injeksi Bupivacain 0,5 15 m.

Barbotage (+). Cold test setinggi thoracal X.

4. Operasi selesai, pasien di pindahkan ke ruang recovery room.

Program post operasi :

- Awasi KU, tanda vital, perdarahan, dan balance cairan

- O2 via nasal kanul 2 liter/menit

- Line I : IVFD RL + oksitosin 20 iv 28 tpm sampai kolf kedua dilanjutkan IVFD

RL 28 tpm

Line II : IVFD RL + MgSO4 40% 6 gr (15 cc) 28 tpm sampai tgl 19/6/2013 jam 09.15

Page 6: LAPORAN KASUS ANASTESI

- Cefotaxime 1 gr/12 jam/iv

- Asam traneksamat 500 mg/8 jam/iv

- Tramadol 1 amp/8 jam/iv

- Ranitidin 1 amp/8 jam/iv

- Nifedipin 3x10 mg tab.

Page 7: LAPORAN KASUS ANASTESI

PEMBAHASAN

Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15 % penyulit kehamilan dan

merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu

bersalin. Di Indonesia mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga

masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas, juga oleh

perawatan dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non medis dan system

rujukan yang belum sempurna.1

Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan Report of the National

High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in

Pregnancy, tahun 2001 ialah: Hipertensi kronik, Preeklamsia-eklamsia, Hipertensi

kronik dengan superimposed preeklamsia, Hipertensi gestasional.1

Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas.

Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi

tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Salah satu teori tersebut

adalah Teori kelainan vaskularisasi plasenta.1

Teori kelainan vaskularisasi plasenta 1

Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-

cabang arteri uterine dan arteria ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut menembus

miometrium berupa arteri arkuarta dan arteri kuarta memberi cabang arteria radialis.

Arteria radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan arteri basalis

memberi cabang arteria spiralis.

Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke

dalam lapisan otot arteria spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut

sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Infasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar

arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen

arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri

Page 8: LAPORAN KASUS ANASTESI

spiralis ini memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskuler,

dan peningkatan aliran darah pada daerah utero plasenta. Akibatnya, aliran darah ke

janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin

pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini dinamakan “remodeling arteri spiralis”.

Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada

lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis

menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan

mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relative mengalami

vasokonstriksi, dan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran

darah uteroplasenta menurn, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Dampak

iskemia plasenta akan menimbulkan prubahan-perubahan yang dapat menjelaskan

pathogenesis hipertensi dalam kehamilan selanjutnya. Diameter rata-rata arteri

spiralis pada hamil normal adalah 500 mikron, sedangkan pada preeklamsia rata-rata

200 mikron.

PREEKLAMSIA BERAT

Preeklamsia berat ialah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg

dan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria preeklamsia berat sebagaimana tercantum

dibawah ini.1

Preeklamsia digolongkan preeklamsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala

berikut :

- Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110

mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah

dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.

- Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif

- Oligouria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam

- Kenaikan kadar kreatinin plasma.

Page 9: LAPORAN KASUS ANASTESI

- Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma

dan pandangan kabur.

- Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat

teregangnya kapsula Glisoni)

- Edema paru-paru dan sianosis.

- Hemolisis mikroangiopatik.

- Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm3

- Gangguan fungsi hepar

- Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat.

- Sindrom HELLP.

Preeklamsia berat dibagi menjadi (a) preeklamsia berat tanpa impending eklamsia,

dan (b) preeklamsia berat dengan impending eklamsia. Dikatakan impending

eklamsia bila preeklamsia berat disertai gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala

hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif

tekanan darah.1

Sikap terhadap kehamilan 1

Penelitian Duley, berdasar Cochrane Review, terhadap dua uji klinik, terdiri atas 133

ibu dengan preeklamsia berat hamil preterm, menyimpulkan bahwa belum ada cukup

data untuk member rekomendasi tentang sikap terhadap kehamilannya pada

kehamilan preterm. Berdasar Williams Obstetrics, ditinjau dari umur kehamilan dan

perkembangan gejala-gejala preeklamsia berat selama perawatan, maka sikap

terhadap kehamilannya dibagi menjadi:

1. Aktif (aggressive management); berarti kehamilan segera diakhiri/ diterminasi

bersamaan dengan pemberian pengobatan medikamentosa. Indikasi perawatan

aktif ialah bila didapatkan satu/ lebih keadaan di bawah ini:

Page 10: LAPORAN KASUS ANASTESI

Ibu:

- Umur kehamilan ≥ 37 minggu.

- Adanya tanda-tanda/ gejala Impending eklamsia.

- Kegagalan terapi pada perawatan konservatif, yakni keadaan klinik dan

laboratorium memburuk.

- Diduga terjadi solusio plasenta.

- Timbul onset persalinan, ketuban pecah, atau perdarahan.

Janin:

- Adanya tanda-tanda fetal distress.

- Adanya tanda-tanda intra uterine growth restriction (IUGR)

- NST nonreaktif dengan profil biofisik abnormal.

- Terjadinya oligohidramnion.

2. Konservatif (ekspektatif); berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan

dengan pemberian pengobatan medikamentosa. Indikasi perawatan konservatif

ialah bila kehamilan preterm ≤ 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending

eklamsia dengan keadaan janin baik.

Pada kasus diatas, pasien didiagnosis preklampsia berat karena memenuhi satu

atau lebih dari gejala preklampsia, yaitu tekanan darah pasien 200/110 mmHg dan

tidak menurun dengan tirah baring pasien selama di rumah sakit, dan terdapat

gangguan visus berupa pandangan kabur dan gangguan serebral berupa nyeri kepala .

utnuk jenis preklampsianya sendiri, pasien ini dikategorikan preklampsia berat dengn

impending eklampsia karena disertai gejala subjektif, yaitu nyeri kepala hebat,

gangguan visus, mual, dan kenaikan progressif dari tekanan darah.

Untuk tindakan penatalaksanaannya, pada pasien ini akan dilakukan tindakan

Seksio Sesaria Transperitoneal Profunda (SSTP) dengan spinal anastesi. Dipilihnya

tindakan ini mengacu pada pembahasan mengenai “sikap terhadap kehamilan”. Pada

pasien ini sesuai dengan aktif (aggressive management) karena terdapat lebih dari

Page 11: LAPORAN KASUS ANASTESI

satu indikasi yaitu adanya tanda-tanda/ gejala Impending eklamsia, berupa nyeri

kepala, gangguan visus, mual, dan kenaikan tekanan darah yang progresif.

Adapun jenis anastesi yang dipilih adalah teknik anastesi spinal.

ANASTESI SPINAL

Anestesi spinal (subaraknoid) adalah anestesi regional dengan tindakan

penyuntikan obat anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid. Anestesi

spinal/subaraknoid disebut juga sebagai blok spinal intradural atau blok

intratekal. Anestesi spinal dihasilkan bila kita menyuntikkan obat analgesik lokal ke

dalam ruang subarachnoid di daerah antara vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau L4-L5.