laporan jadi

25
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya (Anwar, 2001). Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer (Maryadi, 2005). Tanaman karet ( Hevea brasilliensis Muell Arg ) adalah tanaman getah-getahan. Dinamakan demikian karena golongan ini mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung getah ( lateks ) dan getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanaman terlukai (Santosa, 2007). Tanaman karet berupa pohon dengan ketinggian bisa mencapai 15 m sampai 25 m. Batang tumbuh lurus dan 1

Upload: ariefrahmanmusafirdunia

Post on 24-Jul-2015

153 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Jadi

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki

posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga

memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas

usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya

(Anwar, 2001).

Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi

Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari

setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta

ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan

penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer (Maryadi, 2005).

Tanaman karet ( Hevea brasilliensis Muell Arg ) adalah tanaman getah-

getahan. Dinamakan demikian karena golongan ini mempunyai jaringan tanaman

yang banyak mengandung getah ( lateks ) dan getah tersebut mengalir keluar

apabila jaringan tanaman terlukai (Santosa, 2007).

Tanaman karet berupa pohon dengan ketinggian bisa mencapai 15 m sampai

25 m. Batang tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi keatas. Batang

tersebut berbentuk silindris atau bulat, kulit kayunya halus, rata-rata berwarna

pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus (Siregar,1995).

I.2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik Penyadapan

karet dan cara-cara melakukan penyadapan karet.

1

Page 2: Laporan Jadi

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Tanaman Karet

Menurut Nazaruddin dan Paimin (1998) klasifikasi botani tanaman karet

adalah sebagai berikut:

Kingdom         : Plantae

Divisi               : Spermatophyta

Subdivisi         : Angiospermae

Kelas               : Dicotyledonae

Ordo                : Euphorbiales

Famili              : Euphorbiaceae

Genus              : Hevea

Spesies            : Hevea braziliensis Muell. Arg.

Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang

tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada

ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada

sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung

meruncing, tepinya rata dan gundul (Anwar, 2001).

Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang.

Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Sistem

perakaran yang bercabang pada setiap akar utamanya (Santosa, 2007).

Bunga pada tajuk dengan membentuk mahkota bunga pada setiap bagian

bunga yang tumbuh. Bunga berwarna putih, rontok bila sudah membuahi, beserta

tangkainya. Bunga terdiri dari serbuk sari dan putik (Maryadi. 2005).

II.2. Syarat Tumbuh

Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan

ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut

tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet (Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1998.).

Suhu yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25° C sampai 35 ° C dengan suhu

2

Page 3: Laporan Jadi

optimal rata-rata 28° C. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan intensitas

matahari yang cukup antara 5 sampai 7 jam (Santosa. 2007.).

Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai

4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun

demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang (Radjam,

Syam. 2009.).

Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih

mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini

disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman

karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan

sifat fisiknya (Aidi dan Daslin, 1995).

II.3. Kriteria Bidang Sadap

Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap

pohon tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan

gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tanaman

untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur dan lilit batang”. Diameter

untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari pertautan

sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus sehat.

Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun. Semakin

bertambah umur tanaman semakin meningkatkan produksi lateksnya (Santosa,

2007).

Mulai umur 16 tahun produksi lateksnya dapat dikatakan stabil sedangkan

sesudah berumur 26 tahun produksinya akan menurun.

Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas

kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat

membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan

luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi

paling dalam 1,5 mm sebelum kambium (Radjam, 2009).

3

Page 4: Laporan Jadi

Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari kiri atas ke kanan

bawah dengan sudut kemiringan 30˚ dari horizontal dengan menggunakan pisau

sadap yang berbentuk V. Semakin dalam sadapan akan menghasilkan banyak

lateks. Pada proses penyadapan perlu dilakukan pengirisan. Bentuk irisan berupa

saluran kecil, melingkar batang arah miring ke bawah.. Melalui saluran irisan ini

akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu lateks akan mengental. Lateks

yang yang mengalir tersebut ditampung ke dalam mangkok aluminium yang

digantungkan pada bagian bawah bidang sadap. Sesudah dilakukan sadapan,

lateks mengalir lewat aluran V tadi dan menetes tegak lurus ke bawah yang

ditampung dengan wadah (Anwar, 2001).

II.4. Waktu Penyadapan

Waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00 – 7.30 pagi dengan dasar

pemikirannya:

1. Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh

tekanan turgor sel

2. Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, kemudian

menurun bila hari semakin siang

3. Pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan dengan baik bila hari sudah

cukup terang

(Nazaruddin dan  Paimin, 1998).

Tanda-tanda kebun mulai disadap adalah umur rata-rata 6 tahun atau 55% dari

areal 1 hektar sudah mencapai lingkar batang 45 Cm sampai dengan 50 Cm.

Disadap berselang 1 hari atau 2 hari setengah lingkar batang, denga sistem

sadapan/rumus S2-D2 atau S2-D3  hari (Maryadi, 2005).

Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan musim

hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh

karena itu, tidak secara otomatis tanaman yang sudah matang sadap lalu langsung

disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut di atas tiba (Anwar,  2001).

4

Page 5: Laporan Jadi

II.5. Peralatan Sadap

Peralatan sadap menentukan keberhasilan penyadapan. Semakin baik alat

yang digunakan, semakin bagus hasilnya. Menurut Siregar (1995), berbagai

peralatan sadap yang digunakan adalah sebagai berikut :

Mal Sadap

Mal sadap berfungsi membuat gambar sadapan yang menyangkut kemiringan

sadapannya, biasanya digunakan sebagai pola rencana penyadapan untuk jangka

waktu tertentu (biasanya 6 bulan). Mal sadap dibuat dari sepotong kayu dengan

panjang 130cm yang dilengkapi plat seng selebar + 4cm dan panjangnya antara

50-60cm. Plat seng dengan kayu membentuk sudut 120º (Siregar, 1995).

Pisau Sadap Atas

Pisau sadap ada 2 macam, yaitu pisau untuk sadap atas dan pisau untuk sadap

bawah. Pisau sadap harus mempunya ketajaman yang tinggi, karena berpengaruh

pada kecepatan menyadap dan kerapihan sadapan. Pisau sadap atas bertangkai

panjang untuk menyadap kulit karet pada bidang sadap atas dengan ketinggian di

atas 130 cm (Nazaruddin, 1998).

Pisau Sadap Bawah

Ketajaman pisau berpengaruh pada kecepatan menyadap dan kerapihan

menyadap. Pisau sadap mempunyai tangkai yang panjang untuk mempermudah

penyadapan. Pisau sadap bawah digunakan untuk menyadap kulit karet pada

bidang sadap bawah, ketinggian mulai 130 cm ke arah bawah (Siregar, 1995).

Talang Lateks (Spout)

Talang lateks berfungsi untuk mengalirkan cairan lateks atau getah karet dari

irisan sadap ke dalam mangkok. Talang lateks terbuat dari seng dengan lebar 2,5

cm dan panjangnya antara 8-10 cm. Pemasangan talang lateks pada pohon karet

dilakukan dengan cara ditancapkan 5 cm dari titik atau ujung terendah irisan

sadapan. Penancapannya hendaknya tidak terlalu dalam agar tidak merusak

lapisan kambium atau pembuluh empulur karet (Siregar, 1995).

5

Page 6: Laporan Jadi

Mangkok Atau Cawan Mangkok

Mangkok ini berfungsi sebagai penampung lateks yang mengalir dari bidang

irisan melalui talang. Mangkok ini biasanya dibuat dari tanah liat atau plastik atau

aluminium. Paling baik adalah dibuat dari aluminium karena tahan lama dan bisa

menjamin kualitas lateks. Namun sulit dicari dan harganya yang cukup mahal.

Mangkok dipasang 10 cm di bawah talang (Siregar, 1995).

Cincin Mangkok

Cincin mangkok berfungsi sebagai tempat meletakkan mangkok sadap atau

cawan. Bahan yang digunakan untuk pembuatan cincin mangkok ini adalah

kawat. Biasanya cincin ini digantungkan atau dicantolkan pada tali cincin.

Diameter cincin dibuat sedikit lebih besar dari ukuran mangkok sadap agar

mangkok bisa masuk ke dalam cincin (Siregar, 1995).

Tali Cincin

Tali cincin berfungsi sebagai tempat untuk mencantolkan cincin mangkok

sehingga mutlak harus disediakan. Biasanya tali cincin dibuat dari kawat atau ijuk.

Letaknya pada pohon karet disesuaikan dengan keadaan cincin mangkok, jangan

sampai terlalu jauh dari cincin mangkok. Sebagaimana talang lateks, kedudukan

tali cincin juga berubah tiap periode tertentu (Siregar, 1995).

Meteran Gulung

Meteran gulungan berfungsi untuk menentukan tinggi bidang sadap

(meteran kayu) dan mengukur lilit batang pohon karet (meteran gulung). Meteran

yang digunakan terbuat dari bahan lunak atau kulit. Meteran kulit disebut juga

meteran gulung dengan panjang 150-200 cm (Siregar, 1995).

Pisau Mal

Pisau mal berfungsi sebagai alat untuk menoreh kulit batang karet saat akan

membuat gambar bidang sadap. Alat ini dibuat dari besi panjang dengan ujung

runcing dan pegangannya terbuat dari kayu atau plastik. Bagian runcing inilah

yang digunakan untuk menoreh kulit batang pohon karet (Siregar, 1995).

6

Page 7: Laporan Jadi

Meteran Kayu

Fungsi meteran kayu ini yaitu untuk mengukur tinggi sadapan.Biasanya terbuat

dari kayu (panjang 130 cm) dan berbentuk panjang pipih . Penggaris diletakkan

dari permukaan tanah ke arah vertikal pada pohon karet sampai jarak 130 cm

(Nazaruddin, 1998).

Quadri

Alat ini berfungsi untuk mengukur tebalnya kulit batang yang disisakan saat

penyadapan. Tujuannya agar penyadapan tidak sampai melukai kambium atau

pembuluh empulurnya. Alat ini terbuat dari besi, bagian ujung seperti jarum

dengan panjang 1-1,5 mm (Siregar, 1995).

Sigmat

Alat ini berfungsi untuk mengukur tinggi sadapan. Ketebalan ± 10 cm. Sigmat

ditempatkan pada bagian pohon yang akan diukur tebal kulitnya, ditekan sampai

terasa keras atau tidak dapat menembus kulit lebih dalam lagi. Ketebalan kulit

pohon diketahui degnan membaca skala (Nazaruddin, 1998).

II.6. Bagian-Bagian Tanaman Karet Yang Disadap

Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap

pohon tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan

gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tanaman

untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur dan lilit batang”. Diameter

untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari pertautan

sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus sehat.

Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun. Semakin

bertambah umur tanaman semakin meningkatkan produksi lateksnya. Mulai umur

16 tahun produksi lateksnya dapat dikatakan stabil sedangkan sesudah berumur 26

tahun produksinya akan menurun (Santosa, 2007).

Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas

kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat

membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan

7

Page 8: Laporan Jadi

luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi

paling dalam 1,5 mm sebelum cambium (Aidi dan Daslin, 1995).

Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari kiri atas ke kanan

bawah dengan sudut kemiringan 30˚ dari horizontal dengan menggunakan pisau

sadap yang berbentuk V. Semakin dalam sadapan akan menghasilkan banyak

lateks. Pada proses penyadapan perlu dilakukan pengirisan. Bentuk irisan berupa

saluran kecil, melingkar batang arah miring ke bawah.. Melalui saluran irisan ini

akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu lateks akan mengental. Lateks

yang yang mengalir tersebut ditampung ke dalam mangkok aluminium yang

digantungkan pada bagian bawah bidang sadap. Sesudah dilakukan sadapan,

lateks mengalir lewat aluran V tadi dan menetes tegak lurus ke bawah yang

ditampung dengan wadah (Maryadi, 2005).

II.7. Pemulihan Bidang Sadap

Lateks adalah getah seperti susu dari banyak tumbuhan yang membeku ketika

terkena udara. Ini merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein,

alkaloid, pati, gula, minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan lateks

biasanya berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau

merah Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti

aturan tertentu agar diperoleh hasil yang tinggi, menguntungkan, serta

berkesinambungan dengan tetap memperhatiakan faktor kesehatan tanaman agar

tanaman dapat berproduksi secara optimal dan dalam waktu yang lama (Siregar,

1995).

Dalam praktiknya untuk kelangsungan produksi, hal yang sangat mendasar

adalah di dalam pemulihan bidang sadap. Agar bidang sadap dapat kembali pulih

tentu ada yang dipelukan di dalam penyadapanya. Menghindari penggunaan

Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur sadap adalahsalah satu cara agar

bidang sadp dapat kembali pulih dan pohon yang mengalami kekeringan alur

sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit (Santosa,

2007 ).

8

Page 9: Laporan Jadi

Memperistirahatkan tanaman dalam waktu tertentu  juga merupakan konsep

pemulihan bidang sadap, karena tanaman akan mengoptimalakan kembali bagian-

bagian tanaman yang telah mengalami pelukaan. Begitu juga dengan pemberian

unsur hara untuk kelnjutan tanaman itu sendiri sehingga pertumbuhanya akan

lebih optimal tentunya pemulihan bagian-bagian yang disadap (Nazaruddin dan 

Paimin, 1998).

9

Page 10: Laporan Jadi

III. METODOLOGI

III.1. Waktu danTempat

Adapun waktu pelaksanaan praktikum lapang adalah pada hari Sabtu, 9 Juni

2012 bertempat di daerah Sigi.

III.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah kertas. Sedangkan alat yang digunakan adalah

kamera, alat tulis dan lain-lain.

III.3. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah dengan melakukan wawancara

dan praktek langsung menyadap karet dilapangan.

10

Page 11: Laporan Jadi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lateks adalah getah seperti susu dari banyak tumbuhan yang membeku ketika

terkena udara. Ini merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein,

alkaloid, pati, gula, minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan lateks

biasanya berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau

merah Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti

aturan tertentu agar diperoleh hasil yang tinggi, menguntungkan, serta

berkesinambungan dengan tetap memperhatiakan faktor kesehatan tanaman

Tipe penyadapan

1. Sadapan ke bawah (down ward tapping)

a. Faktor yang perlu diperhatikan : dalam rangka pemungutan hasil, faktor utama

yang harus diperhatikan adalah kebersihan alat-alat (pisau sadap, mangkok, ember

lateks, dll). Umur ekonomis tanaman ditentukan oleh cara dan system sadap

disamping faktor lain.

b. Kriteria sadap : setelah tanaman berumur 5 tahun diadakan pengurangan

lingkaran batang yang pertama. Kriteria untuk matang sadap adalah lingkaran

batang harus mencapai 45 cm pada tinggi 1 meter diatas tanah untuk tanaman asal

semalam dan 1 meter diatas pertautan untuk tanaman asal okulasi.jumlah tanaman

yang memenuhi kriteria tersebut harus mencapai 60-70 % dari jumlah pohon

persatuan luas.

2. Sadapan ke atas (up ward tapping) : sadapan keatas bukanlah suatu teknik

sadapan yang hanya digunakan untuk sadapan yang hanya digunakan untuk

sadapan mati pada tahun-tahun terakhir dari umur yang memberikan keuntungan

ekonomis dari pohon karet. Teknik tersebut dapat juga sebagai sistem yang

diintegrasikan dalam suatu program eksploitasi jangka panjang dari tanaman

karet.

11

Page 12: Laporan Jadi

Intensitas sadap : menurut perjanjian sadap S/2, d/2 adalah 100%.

1. Tinggi pembukaan sadap

a. Sadap bawah

1) Pada tanaman okulasi : bukaan sadapan pertama kali dimulai pada tinggi

130 cm diatas pertautan. Disadap terus hingga 10 cm diatas pertautan.

Sebelum dipindahkan alur sadap diperpendek hingga menjadi 2/3nya.

2) Pada tanaman asal biji : bukaan sadapan pertama kali dimulai pada

tinggi 90 cm dari permukaan tanah. Disadap terus hingga 10 cm diatas

permukaan tanah.sebelum pindah alur sadap diperpendek hingga menjadi

2/3 nya. Bukaan kedua kali dan seterusnya pada tinggi 130 cm dari

permukaan tanah.

b. Sadap tinggi : baik tanaman asal biji maupun okulasi dapat disadap atas

mulai pada tinggi 3 meter dari atas tanah, pada sisi yang bersebelahan dengan

sadapan bawah. Disadap terus hingga titik rendah dari sadap bawah.

Selanjutnya dibuka pada sisi yang bersebelahan

2. Arah dan lereng irisan sadap

a. arah irisan sadap : arah irisan sadap harus searah dengan arah jarum jam,

dalam praktekcara menyadap ialah mengiris mulai dari kiri atas bergerak ke

kanan bawah.

b. sudut irisan sadap : irisan sadap yang baik membentuk sudut 30-350

dengan bidang horizontal. Di Indonesia lazimnya sudut irisan sadap adalah

300. jika kelak dilakukan penyadapa ke atas (up ward tapping), langsung

dipergunakan pembukaan irisan sadap dengan sudut 400.

c. bentuk irisan sadap: bentuk irisan sadapmerupakan spiral yang arahdari kiri

atas ke kanan bawah. Bentuk V (tulang ikan) tidak dapat dianjurkan oleh

karena bagian kanan dari sayatan lebih rendah produksinya.

d. panjang irisan sadap : pada dasarnya irisan sadap harus sependek mungkin.

Panjang irisan sadapjangan melebihi setengah spiral. Penyadapan setengah

spiral lebih sampai spiral penuh akan menekan pertumbuhan jika penyadapan

sepanjang tahun tertuama pada pohon karet muda.

12

Page 13: Laporan Jadi

e. dalam irisan sadap : dalam irisan sadap seharusnya antara 1-1,5 mm dari

cambium. Sadap yang lebih dalam (yaitu kurang dari 1mm mendekati

kambium) dapat menghasilkan produksi tinggi akan tetapi hal ini akan

menambah besarnya risiko terjadinya luka, kekeringan pohon dan penyakit

bidang sadapan, sehingga membahayakan eksploitasi selanjutnya pada bidang

sadapan tersebut.

Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap

pohon tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan

gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tanaman

untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur dan lilit batang”. Diameter

untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari pertautan

sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus sehat.

Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun. Semakin

bertambah umur tanaman semakin meningkatkan produksi lateksnya. Mulai umur

16 tahun produksi lateksnya dapat dikatakan stabil sedangkan sesudah berumur 26

tahun produksinya akan menurun.

Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas

kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat

membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan

luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi

paling dalam 1,5 mm sebelum kambium.. Sadapan dilakukan dengan memotong

kulit kayu dari kiri atas ke kanan bawah dengan sudut kemiringan 30˚ dari

horizontal dengan menggunakan pisau sadap yang berbentuk V. Semakin dalam

sadapan akan menghasilkan banyak lateks. Pada proses penyadapan perlu

dilakukan pengirisan. Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah

miring ke bawah.. Melalui saluran irisan ini akan mengalir lateks selama 1-2 jam.

Sesudah itu lateks akan mengental. Lateks yang yang mengalir tersebut

ditampung ke dalam mangkok aluminium yang digantungkan pada bagian bawah

bidang sadap. Sesudah dilakukan sadapan, lateks mengalir lewat aluran V tadi dan

menetes tegak lurus ke bawah yang ditampung dengan wadah.

Frekuensi sadapan adalah selang waktu penyadapan menurut satuan waktu

13

Page 14: Laporan Jadi

dalamhari (d), minggu (w), bulan (m), dan tahun (y) tergantung dari sistem

penyadapan.pada sadapan terus-menerus, penyadapan yang dilakukan setiap hari

ditandai dengan notasi d/1, dua hari sekali d/2, tiga hari sekali d/3, dan seterusnya.

Contoh rumus penyadapan :

1.D/2 (2 x 2 d/4), penyadapan pada dua bidangsadap; masing-masing disadap

bergantian; pohon disadap dua hari sekali.

2.D/3 (2 x y/2), penyadapan pada dua bidang sadap; masing-masing disadap

bergantian tiap tahun; pohon disadap dua hari sekali.

Frekuensi penyadapan

1) Frekuensi penyadapan: jumlah penyadapan yang dilakukan dalam jangka

waktu tertentu.

2) Penentuan frekuensi penyadapan berkaitan dengan panjang irisan dan

intensitas penyadapan.

3) Panjang irisan: ½ S (spiral).

4) Frekuensi penyadapan, 2 tahun pertama: d/3 (3 hari sekali) tahun

selanjutnya: d/2 (2 hari sekali) panjang irisan dan frekuensi penyadapan

bebas.

Sistem eksploitasi tanaman karet adalah sistem pengambilan lateks yang

mengikuti aturan-aturan tertentu dengan tujuan memperoleh produksi tinggi,

secara ekonomis menguntungkan dan berkesinambungan, sistem eksploitasi yang

dikenal adalah:

1) Sistem eksploitasi konvensional : merupakan sistem sadap biasa tanpa

menggunakan stimulan. Kelebihannya tergantung pada perangsang

dansesuai dengan keadaan tanaman walaupun kurang baik

pertumbuhannya. Kelemahannya kulit batang akan cepat habis.

2) Sistem sadap stimulasi : sistem sadap kombinasi dengan menggunakan

perangsang. Pemberian perangsang dimakduskan untuk meningkatkan

produksi yang dapat dilakukan pada pohon karet yanng telah berumur

lebih dari 15 tahun.

14

Page 15: Laporan Jadi

3) Sistem eksploitasi tusuk atau mikro : sistem tusukan pada jalur kulit yang

diberi perangsang yang dilakukan dengan cara menusuk kulit batang

tanaman denagn jarum. Kelebihan sistem ini adalah produksi lateks tinggi,

pelaksanaannya mudah, kandungan zat gula lateks tetap tinggi gerakan zat

gula dalam kulit tidak terhalangi, kekeringan alur sadap dapat dihindari

dan dapat dilakukan pada tanaman yang beruamur 3 tahun.

Gambar . Menyadap Karet

V. KESIMPULAN

15

Page 16: Laporan Jadi

Sadap mantap untuk tanaman karet adalah bila lingkar batang mencapai 45

cm pada tinggi 1 m diatas permukaan tanah untuk tanaman asal semai

pertautan untuk tanaman asal okulasi.

Jumlah tanaman yang memenuhi kriteria tersebut 60-70% darijumlah pohon

per satuan luas.

Kedalaman penyadapan harus diperhatikan jangan sampai mengenai

kambium karena akan mengakibatkan luka pada tanaman, dan juga tanaman

akan susah sembuh.

Sistem sadap yang dapat dilakukan adalah sistem eksploitasi konvensional,

sistem eksploitasi stimulan dan sistem eksploitasi tusuk.

Sistem eksploitasi yang baik adalah sistem eksploitasi tusukkarena dapat

dilakukan pada tanaman yang berumur 3 tahun sehingga memperpanjang

umur ekonomis.

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 17: Laporan Jadi

Anwar, C., 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet. Medan.

Aidi dan Daslin., 1995. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa. Palembang.

Maryadi., 2005. Manajemen Agrobisnis Karet. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Nazaruddin dan F.B. Paimin., 1998. Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.

Radjam, S., 2009. Musuh-musuh penyadap karet. (http://www.prabumulihdusunlaman.blogspot.com). Diakses tanggal 11 Juni 2012.

Santosa. 2007., Karet. (http://id.wikipedia.org/wiki/karet). Diakses tanggal 11 Juni 2012.

Siregar, T.H.S., 1995. Teknik Penyadapan Karet. Kanisius, Yogyakarta.

17