laporan jadi
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki
posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga
memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas
usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya
(Anwar, 2001).
Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi
Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari
setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta
ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan
penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer (Maryadi, 2005).
Tanaman karet ( Hevea brasilliensis Muell Arg ) adalah tanaman getah-
getahan. Dinamakan demikian karena golongan ini mempunyai jaringan tanaman
yang banyak mengandung getah ( lateks ) dan getah tersebut mengalir keluar
apabila jaringan tanaman terlukai (Santosa, 2007).
Tanaman karet berupa pohon dengan ketinggian bisa mencapai 15 m sampai
25 m. Batang tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi keatas. Batang
tersebut berbentuk silindris atau bulat, kulit kayunya halus, rata-rata berwarna
pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus (Siregar,1995).
I.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik Penyadapan
karet dan cara-cara melakukan penyadapan karet.
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Tanaman Karet
Menurut Nazaruddin dan Paimin (1998) klasifikasi botani tanaman karet
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea braziliensis Muell. Arg.
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang
tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada
ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada
sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung
meruncing, tepinya rata dan gundul (Anwar, 2001).
Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang.
Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Sistem
perakaran yang bercabang pada setiap akar utamanya (Santosa, 2007).
Bunga pada tajuk dengan membentuk mahkota bunga pada setiap bagian
bunga yang tumbuh. Bunga berwarna putih, rontok bila sudah membuahi, beserta
tangkainya. Bunga terdiri dari serbuk sari dan putik (Maryadi. 2005).
II.2. Syarat Tumbuh
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan
ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut
tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet (Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1998.).
Suhu yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25° C sampai 35 ° C dengan suhu
2
optimal rata-rata 28° C. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan intensitas
matahari yang cukup antara 5 sampai 7 jam (Santosa. 2007.).
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai
4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun
demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang (Radjam,
Syam. 2009.).
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih
mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini
disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan
sifat fisiknya (Aidi dan Daslin, 1995).
II.3. Kriteria Bidang Sadap
Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap
pohon tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan
gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tanaman
untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur dan lilit batang”. Diameter
untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari pertautan
sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus sehat.
Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun. Semakin
bertambah umur tanaman semakin meningkatkan produksi lateksnya (Santosa,
2007).
Mulai umur 16 tahun produksi lateksnya dapat dikatakan stabil sedangkan
sesudah berumur 26 tahun produksinya akan menurun.
Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas
kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat
membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan
luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi
paling dalam 1,5 mm sebelum kambium (Radjam, 2009).
3
Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari kiri atas ke kanan
bawah dengan sudut kemiringan 30˚ dari horizontal dengan menggunakan pisau
sadap yang berbentuk V. Semakin dalam sadapan akan menghasilkan banyak
lateks. Pada proses penyadapan perlu dilakukan pengirisan. Bentuk irisan berupa
saluran kecil, melingkar batang arah miring ke bawah.. Melalui saluran irisan ini
akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu lateks akan mengental. Lateks
yang yang mengalir tersebut ditampung ke dalam mangkok aluminium yang
digantungkan pada bagian bawah bidang sadap. Sesudah dilakukan sadapan,
lateks mengalir lewat aluran V tadi dan menetes tegak lurus ke bawah yang
ditampung dengan wadah (Anwar, 2001).
II.4. Waktu Penyadapan
Waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00 – 7.30 pagi dengan dasar
pemikirannya:
1. Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh
tekanan turgor sel
2. Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, kemudian
menurun bila hari semakin siang
3. Pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan dengan baik bila hari sudah
cukup terang
(Nazaruddin dan Paimin, 1998).
Tanda-tanda kebun mulai disadap adalah umur rata-rata 6 tahun atau 55% dari
areal 1 hektar sudah mencapai lingkar batang 45 Cm sampai dengan 50 Cm.
Disadap berselang 1 hari atau 2 hari setengah lingkar batang, denga sistem
sadapan/rumus S2-D2 atau S2-D3 hari (Maryadi, 2005).
Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan musim
hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh
karena itu, tidak secara otomatis tanaman yang sudah matang sadap lalu langsung
disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut di atas tiba (Anwar, 2001).
4
II.5. Peralatan Sadap
Peralatan sadap menentukan keberhasilan penyadapan. Semakin baik alat
yang digunakan, semakin bagus hasilnya. Menurut Siregar (1995), berbagai
peralatan sadap yang digunakan adalah sebagai berikut :
Mal Sadap
Mal sadap berfungsi membuat gambar sadapan yang menyangkut kemiringan
sadapannya, biasanya digunakan sebagai pola rencana penyadapan untuk jangka
waktu tertentu (biasanya 6 bulan). Mal sadap dibuat dari sepotong kayu dengan
panjang 130cm yang dilengkapi plat seng selebar + 4cm dan panjangnya antara
50-60cm. Plat seng dengan kayu membentuk sudut 120º (Siregar, 1995).
Pisau Sadap Atas
Pisau sadap ada 2 macam, yaitu pisau untuk sadap atas dan pisau untuk sadap
bawah. Pisau sadap harus mempunya ketajaman yang tinggi, karena berpengaruh
pada kecepatan menyadap dan kerapihan sadapan. Pisau sadap atas bertangkai
panjang untuk menyadap kulit karet pada bidang sadap atas dengan ketinggian di
atas 130 cm (Nazaruddin, 1998).
Pisau Sadap Bawah
Ketajaman pisau berpengaruh pada kecepatan menyadap dan kerapihan
menyadap. Pisau sadap mempunyai tangkai yang panjang untuk mempermudah
penyadapan. Pisau sadap bawah digunakan untuk menyadap kulit karet pada
bidang sadap bawah, ketinggian mulai 130 cm ke arah bawah (Siregar, 1995).
Talang Lateks (Spout)
Talang lateks berfungsi untuk mengalirkan cairan lateks atau getah karet dari
irisan sadap ke dalam mangkok. Talang lateks terbuat dari seng dengan lebar 2,5
cm dan panjangnya antara 8-10 cm. Pemasangan talang lateks pada pohon karet
dilakukan dengan cara ditancapkan 5 cm dari titik atau ujung terendah irisan
sadapan. Penancapannya hendaknya tidak terlalu dalam agar tidak merusak
lapisan kambium atau pembuluh empulur karet (Siregar, 1995).
5
Mangkok Atau Cawan Mangkok
Mangkok ini berfungsi sebagai penampung lateks yang mengalir dari bidang
irisan melalui talang. Mangkok ini biasanya dibuat dari tanah liat atau plastik atau
aluminium. Paling baik adalah dibuat dari aluminium karena tahan lama dan bisa
menjamin kualitas lateks. Namun sulit dicari dan harganya yang cukup mahal.
Mangkok dipasang 10 cm di bawah talang (Siregar, 1995).
Cincin Mangkok
Cincin mangkok berfungsi sebagai tempat meletakkan mangkok sadap atau
cawan. Bahan yang digunakan untuk pembuatan cincin mangkok ini adalah
kawat. Biasanya cincin ini digantungkan atau dicantolkan pada tali cincin.
Diameter cincin dibuat sedikit lebih besar dari ukuran mangkok sadap agar
mangkok bisa masuk ke dalam cincin (Siregar, 1995).
Tali Cincin
Tali cincin berfungsi sebagai tempat untuk mencantolkan cincin mangkok
sehingga mutlak harus disediakan. Biasanya tali cincin dibuat dari kawat atau ijuk.
Letaknya pada pohon karet disesuaikan dengan keadaan cincin mangkok, jangan
sampai terlalu jauh dari cincin mangkok. Sebagaimana talang lateks, kedudukan
tali cincin juga berubah tiap periode tertentu (Siregar, 1995).
Meteran Gulung
Meteran gulungan berfungsi untuk menentukan tinggi bidang sadap
(meteran kayu) dan mengukur lilit batang pohon karet (meteran gulung). Meteran
yang digunakan terbuat dari bahan lunak atau kulit. Meteran kulit disebut juga
meteran gulung dengan panjang 150-200 cm (Siregar, 1995).
Pisau Mal
Pisau mal berfungsi sebagai alat untuk menoreh kulit batang karet saat akan
membuat gambar bidang sadap. Alat ini dibuat dari besi panjang dengan ujung
runcing dan pegangannya terbuat dari kayu atau plastik. Bagian runcing inilah
yang digunakan untuk menoreh kulit batang pohon karet (Siregar, 1995).
6
Meteran Kayu
Fungsi meteran kayu ini yaitu untuk mengukur tinggi sadapan.Biasanya terbuat
dari kayu (panjang 130 cm) dan berbentuk panjang pipih . Penggaris diletakkan
dari permukaan tanah ke arah vertikal pada pohon karet sampai jarak 130 cm
(Nazaruddin, 1998).
Quadri
Alat ini berfungsi untuk mengukur tebalnya kulit batang yang disisakan saat
penyadapan. Tujuannya agar penyadapan tidak sampai melukai kambium atau
pembuluh empulurnya. Alat ini terbuat dari besi, bagian ujung seperti jarum
dengan panjang 1-1,5 mm (Siregar, 1995).
Sigmat
Alat ini berfungsi untuk mengukur tinggi sadapan. Ketebalan ± 10 cm. Sigmat
ditempatkan pada bagian pohon yang akan diukur tebal kulitnya, ditekan sampai
terasa keras atau tidak dapat menembus kulit lebih dalam lagi. Ketebalan kulit
pohon diketahui degnan membaca skala (Nazaruddin, 1998).
II.6. Bagian-Bagian Tanaman Karet Yang Disadap
Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap
pohon tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan
gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tanaman
untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur dan lilit batang”. Diameter
untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari pertautan
sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus sehat.
Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun. Semakin
bertambah umur tanaman semakin meningkatkan produksi lateksnya. Mulai umur
16 tahun produksi lateksnya dapat dikatakan stabil sedangkan sesudah berumur 26
tahun produksinya akan menurun (Santosa, 2007).
Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas
kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat
membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan
7
luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi
paling dalam 1,5 mm sebelum cambium (Aidi dan Daslin, 1995).
Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari kiri atas ke kanan
bawah dengan sudut kemiringan 30˚ dari horizontal dengan menggunakan pisau
sadap yang berbentuk V. Semakin dalam sadapan akan menghasilkan banyak
lateks. Pada proses penyadapan perlu dilakukan pengirisan. Bentuk irisan berupa
saluran kecil, melingkar batang arah miring ke bawah.. Melalui saluran irisan ini
akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu lateks akan mengental. Lateks
yang yang mengalir tersebut ditampung ke dalam mangkok aluminium yang
digantungkan pada bagian bawah bidang sadap. Sesudah dilakukan sadapan,
lateks mengalir lewat aluran V tadi dan menetes tegak lurus ke bawah yang
ditampung dengan wadah (Maryadi, 2005).
II.7. Pemulihan Bidang Sadap
Lateks adalah getah seperti susu dari banyak tumbuhan yang membeku ketika
terkena udara. Ini merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein,
alkaloid, pati, gula, minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan lateks
biasanya berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau
merah Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti
aturan tertentu agar diperoleh hasil yang tinggi, menguntungkan, serta
berkesinambungan dengan tetap memperhatiakan faktor kesehatan tanaman agar
tanaman dapat berproduksi secara optimal dan dalam waktu yang lama (Siregar,
1995).
Dalam praktiknya untuk kelangsungan produksi, hal yang sangat mendasar
adalah di dalam pemulihan bidang sadap. Agar bidang sadap dapat kembali pulih
tentu ada yang dipelukan di dalam penyadapanya. Menghindari penggunaan
Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur sadap adalahsalah satu cara agar
bidang sadp dapat kembali pulih dan pohon yang mengalami kekeringan alur
sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit (Santosa,
2007 ).
8
Memperistirahatkan tanaman dalam waktu tertentu juga merupakan konsep
pemulihan bidang sadap, karena tanaman akan mengoptimalakan kembali bagian-
bagian tanaman yang telah mengalami pelukaan. Begitu juga dengan pemberian
unsur hara untuk kelnjutan tanaman itu sendiri sehingga pertumbuhanya akan
lebih optimal tentunya pemulihan bagian-bagian yang disadap (Nazaruddin dan
Paimin, 1998).
9
III. METODOLOGI
III.1. Waktu danTempat
Adapun waktu pelaksanaan praktikum lapang adalah pada hari Sabtu, 9 Juni
2012 bertempat di daerah Sigi.
III.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah kertas. Sedangkan alat yang digunakan adalah
kamera, alat tulis dan lain-lain.
III.3. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah dengan melakukan wawancara
dan praktek langsung menyadap karet dilapangan.
10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Lateks adalah getah seperti susu dari banyak tumbuhan yang membeku ketika
terkena udara. Ini merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein,
alkaloid, pati, gula, minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan lateks
biasanya berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau
merah Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti
aturan tertentu agar diperoleh hasil yang tinggi, menguntungkan, serta
berkesinambungan dengan tetap memperhatiakan faktor kesehatan tanaman
Tipe penyadapan
1. Sadapan ke bawah (down ward tapping)
a. Faktor yang perlu diperhatikan : dalam rangka pemungutan hasil, faktor utama
yang harus diperhatikan adalah kebersihan alat-alat (pisau sadap, mangkok, ember
lateks, dll). Umur ekonomis tanaman ditentukan oleh cara dan system sadap
disamping faktor lain.
b. Kriteria sadap : setelah tanaman berumur 5 tahun diadakan pengurangan
lingkaran batang yang pertama. Kriteria untuk matang sadap adalah lingkaran
batang harus mencapai 45 cm pada tinggi 1 meter diatas tanah untuk tanaman asal
semalam dan 1 meter diatas pertautan untuk tanaman asal okulasi.jumlah tanaman
yang memenuhi kriteria tersebut harus mencapai 60-70 % dari jumlah pohon
persatuan luas.
2. Sadapan ke atas (up ward tapping) : sadapan keatas bukanlah suatu teknik
sadapan yang hanya digunakan untuk sadapan yang hanya digunakan untuk
sadapan mati pada tahun-tahun terakhir dari umur yang memberikan keuntungan
ekonomis dari pohon karet. Teknik tersebut dapat juga sebagai sistem yang
diintegrasikan dalam suatu program eksploitasi jangka panjang dari tanaman
karet.
11
Intensitas sadap : menurut perjanjian sadap S/2, d/2 adalah 100%.
1. Tinggi pembukaan sadap
a. Sadap bawah
1) Pada tanaman okulasi : bukaan sadapan pertama kali dimulai pada tinggi
130 cm diatas pertautan. Disadap terus hingga 10 cm diatas pertautan.
Sebelum dipindahkan alur sadap diperpendek hingga menjadi 2/3nya.
2) Pada tanaman asal biji : bukaan sadapan pertama kali dimulai pada
tinggi 90 cm dari permukaan tanah. Disadap terus hingga 10 cm diatas
permukaan tanah.sebelum pindah alur sadap diperpendek hingga menjadi
2/3 nya. Bukaan kedua kali dan seterusnya pada tinggi 130 cm dari
permukaan tanah.
b. Sadap tinggi : baik tanaman asal biji maupun okulasi dapat disadap atas
mulai pada tinggi 3 meter dari atas tanah, pada sisi yang bersebelahan dengan
sadapan bawah. Disadap terus hingga titik rendah dari sadap bawah.
Selanjutnya dibuka pada sisi yang bersebelahan
2. Arah dan lereng irisan sadap
a. arah irisan sadap : arah irisan sadap harus searah dengan arah jarum jam,
dalam praktekcara menyadap ialah mengiris mulai dari kiri atas bergerak ke
kanan bawah.
b. sudut irisan sadap : irisan sadap yang baik membentuk sudut 30-350
dengan bidang horizontal. Di Indonesia lazimnya sudut irisan sadap adalah
300. jika kelak dilakukan penyadapa ke atas (up ward tapping), langsung
dipergunakan pembukaan irisan sadap dengan sudut 400.
c. bentuk irisan sadap: bentuk irisan sadapmerupakan spiral yang arahdari kiri
atas ke kanan bawah. Bentuk V (tulang ikan) tidak dapat dianjurkan oleh
karena bagian kanan dari sayatan lebih rendah produksinya.
d. panjang irisan sadap : pada dasarnya irisan sadap harus sependek mungkin.
Panjang irisan sadapjangan melebihi setengah spiral. Penyadapan setengah
spiral lebih sampai spiral penuh akan menekan pertumbuhan jika penyadapan
sepanjang tahun tertuama pada pohon karet muda.
12
e. dalam irisan sadap : dalam irisan sadap seharusnya antara 1-1,5 mm dari
cambium. Sadap yang lebih dalam (yaitu kurang dari 1mm mendekati
kambium) dapat menghasilkan produksi tinggi akan tetapi hal ini akan
menambah besarnya risiko terjadinya luka, kekeringan pohon dan penyakit
bidang sadapan, sehingga membahayakan eksploitasi selanjutnya pada bidang
sadapan tersebut.
Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap
pohon tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan
gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tanaman
untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur dan lilit batang”. Diameter
untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari pertautan
sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus sehat.
Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun. Semakin
bertambah umur tanaman semakin meningkatkan produksi lateksnya. Mulai umur
16 tahun produksi lateksnya dapat dikatakan stabil sedangkan sesudah berumur 26
tahun produksinya akan menurun.
Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas
kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat
membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan
luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi
paling dalam 1,5 mm sebelum kambium.. Sadapan dilakukan dengan memotong
kulit kayu dari kiri atas ke kanan bawah dengan sudut kemiringan 30˚ dari
horizontal dengan menggunakan pisau sadap yang berbentuk V. Semakin dalam
sadapan akan menghasilkan banyak lateks. Pada proses penyadapan perlu
dilakukan pengirisan. Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah
miring ke bawah.. Melalui saluran irisan ini akan mengalir lateks selama 1-2 jam.
Sesudah itu lateks akan mengental. Lateks yang yang mengalir tersebut
ditampung ke dalam mangkok aluminium yang digantungkan pada bagian bawah
bidang sadap. Sesudah dilakukan sadapan, lateks mengalir lewat aluran V tadi dan
menetes tegak lurus ke bawah yang ditampung dengan wadah.
Frekuensi sadapan adalah selang waktu penyadapan menurut satuan waktu
13
dalamhari (d), minggu (w), bulan (m), dan tahun (y) tergantung dari sistem
penyadapan.pada sadapan terus-menerus, penyadapan yang dilakukan setiap hari
ditandai dengan notasi d/1, dua hari sekali d/2, tiga hari sekali d/3, dan seterusnya.
Contoh rumus penyadapan :
1.D/2 (2 x 2 d/4), penyadapan pada dua bidangsadap; masing-masing disadap
bergantian; pohon disadap dua hari sekali.
2.D/3 (2 x y/2), penyadapan pada dua bidang sadap; masing-masing disadap
bergantian tiap tahun; pohon disadap dua hari sekali.
Frekuensi penyadapan
1) Frekuensi penyadapan: jumlah penyadapan yang dilakukan dalam jangka
waktu tertentu.
2) Penentuan frekuensi penyadapan berkaitan dengan panjang irisan dan
intensitas penyadapan.
3) Panjang irisan: ½ S (spiral).
4) Frekuensi penyadapan, 2 tahun pertama: d/3 (3 hari sekali) tahun
selanjutnya: d/2 (2 hari sekali) panjang irisan dan frekuensi penyadapan
bebas.
Sistem eksploitasi tanaman karet adalah sistem pengambilan lateks yang
mengikuti aturan-aturan tertentu dengan tujuan memperoleh produksi tinggi,
secara ekonomis menguntungkan dan berkesinambungan, sistem eksploitasi yang
dikenal adalah:
1) Sistem eksploitasi konvensional : merupakan sistem sadap biasa tanpa
menggunakan stimulan. Kelebihannya tergantung pada perangsang
dansesuai dengan keadaan tanaman walaupun kurang baik
pertumbuhannya. Kelemahannya kulit batang akan cepat habis.
2) Sistem sadap stimulasi : sistem sadap kombinasi dengan menggunakan
perangsang. Pemberian perangsang dimakduskan untuk meningkatkan
produksi yang dapat dilakukan pada pohon karet yanng telah berumur
lebih dari 15 tahun.
14
3) Sistem eksploitasi tusuk atau mikro : sistem tusukan pada jalur kulit yang
diberi perangsang yang dilakukan dengan cara menusuk kulit batang
tanaman denagn jarum. Kelebihan sistem ini adalah produksi lateks tinggi,
pelaksanaannya mudah, kandungan zat gula lateks tetap tinggi gerakan zat
gula dalam kulit tidak terhalangi, kekeringan alur sadap dapat dihindari
dan dapat dilakukan pada tanaman yang beruamur 3 tahun.
Gambar . Menyadap Karet
V. KESIMPULAN
15
Sadap mantap untuk tanaman karet adalah bila lingkar batang mencapai 45
cm pada tinggi 1 m diatas permukaan tanah untuk tanaman asal semai
pertautan untuk tanaman asal okulasi.
Jumlah tanaman yang memenuhi kriteria tersebut 60-70% darijumlah pohon
per satuan luas.
Kedalaman penyadapan harus diperhatikan jangan sampai mengenai
kambium karena akan mengakibatkan luka pada tanaman, dan juga tanaman
akan susah sembuh.
Sistem sadap yang dapat dilakukan adalah sistem eksploitasi konvensional,
sistem eksploitasi stimulan dan sistem eksploitasi tusuk.
Sistem eksploitasi yang baik adalah sistem eksploitasi tusukkarena dapat
dilakukan pada tanaman yang berumur 3 tahun sehingga memperpanjang
umur ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA
16
Anwar, C., 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet. Medan.
Aidi dan Daslin., 1995. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa. Palembang.
Maryadi., 2005. Manajemen Agrobisnis Karet. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Nazaruddin dan F.B. Paimin., 1998. Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.
Radjam, S., 2009. Musuh-musuh penyadap karet. (http://www.prabumulihdusunlaman.blogspot.com). Diakses tanggal 11 Juni 2012.
Santosa. 2007., Karet. (http://id.wikipedia.org/wiki/karet). Diakses tanggal 11 Juni 2012.
Siregar, T.H.S., 1995. Teknik Penyadapan Karet. Kanisius, Yogyakarta.
17