laporan msp akan jadi

24
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya perikanan memiliki keanekaragaman hayati perairan yang sangat potensial. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki lautan yang luas dengan sumber daya ikan yang ekonomis yang berada di dalamnya. Pengelolaan yang dapat dimanfaatkan dari perairan Indonesia adalah melalui penangkapan ikan, sistem tambak, dan budidaya yang dilakukan di dalam perairan tersebut. Pemanfaatan pelestarian sumberdaya ikan haruslah ramah lingkungan dan tidak boleh merubah kondisi kualitas air di perairan tersebut, sehingga perairan dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya (Nuitja, 2010). Pelestarian sumberdaya ikan di perairan umum dapat dilakukan dengan cara pembuatan keramba yang dilakukan pada perairan terbuka. Sistem pembuatan keramba yang ramah lingkungan salah satunya adalah keramba jaring apung. Keramba jaring apung, merupakan sistem pembudidayaan ikan yang dilakukan dengan cara 1

Upload: ari-melya-saraswati

Post on 27-Jun-2015

462 views

Category:

Documents


52 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan MSP Akan Jadi

BAB I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya perikanan memiliki keanekaragaman hayati

perairan yang sangat potensial. Indonesia merupakan salah satu

negara yang memiliki lautan yang luas dengan sumber daya ikan

yang ekonomis yang berada di dalamnya. Pengelolaan yang

dapat dimanfaatkan dari perairan Indonesia adalah melalui

penangkapan ikan, sistem tambak, dan budidaya yang dilakukan

di dalam perairan tersebut. Pemanfaatan pelestarian

sumberdaya ikan haruslah ramah lingkungan dan tidak boleh

merubah kondisi kualitas air di perairan tersebut, sehingga

perairan dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya (Nuitja,

2010).

Pelestarian sumberdaya ikan di perairan umum dapat

dilakukan dengan cara pembuatan keramba yang dilakukan pada

perairan terbuka. Sistem pembuatan keramba yang ramah

lingkungan salah satunya adalah keramba jaring apung.

Keramba jaring apung, merupakan sistem pembudidayaan ikan

yang dilakukan dengan cara meletakkan keramba pada aliran

sungai yang dibendung (Kartamihardja, 1997). Peletakan

keramba harus tepat lokasi agar pemanfaatan dari keramba

tersebut berfungsi seoptimal mungkin dan tidak menimbulkan

kerusakan bagi lingkungannya.

1

Page 2: Laporan MSP Akan Jadi

Penggunaan keramba jaring apung dan pembuatan yang

efisien memberikan kontribusi besar bagi sistem budidaya

perikanan di Indonesia. Banyak jenis keramba jaring apung yang

digunakan, namun nilai efisiensi dari alat tersebut kurang dan

dapat mematikan biota budidayanya. Pembuatan keramba jaring

apung yang efisien perlu dilakukan sebagai salah satu cara

dalam sistem pembudidayaan ikan yang efektif.

1.2 Perumusan Masalah

Keramba jaring apung merupakan salah satu sistem

budidaya ikan pada perairan yang dibendung. Penggunaan yang

tidak efektif dalam pengoperasian mempengaruhi kualitas

ekosistem yang berada di dalamnya. Berdasarkan uraian

tersebut maka permasalahan yang dapat dibentuk adalah

bagaimana cara pembuatan jaring apung dalam sistem

menejemen pembudidayaan ikan.

1.3 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui proses

pembuatan keramba jaring apung.

1.4 Manfaat

Manfaat yang didapat dari percobaan ini adalah dapat

mengetahui cara pembuatan keramba jaring apung yang efisien

dalam sistem menejemen pembudidayaan ikan.

2

Page 3: Laporan MSP Akan Jadi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Budidaya ikan dapat dijalankan di dalam berbagai bentuk

wadah, yaitu dengan menggunakan keramba. Salah satu bentuk

yang umumnya digunakan dijumpai di perairan umum adalah

karamba jaring apung (KJA). Tujuan utama budidaya ikan adalah

optimasi produksi ikan pada tingkat biaya yang minimum, oleh

kerenanya setiap budidayawan harus tahu dan menguasai

seluruh konsep sistem budidaya dan secara efektif dapat

mengendalikan setiap tahapan operasional budidaya yang

dimulai dari tahap pembuatan unit budidaya dan pemilihan lokasi

untuk budidaya ikan meliputi faktor fisik, kimia, dan biologi

perairan, kemudahan jangkauan dan ketersediaan sarana dan

prasarana, serta faktor keamanan.

Perairan waduk dan danau sudah ditentukan kawasan

bididayanya, maka pemanfaatan zona budidaya perairan hasil

penentuan tata ruang harus memperhatikan syarat-syarat atau

catatan-catatan khusus tentang lingkungan sumberdaya perairan

tersebut, yang meliputi (Krismono, 1995):

1. luas zona budidaya, kedalaman, arus air, kecerahan dan

tingkat tropik (daya dukung sumberdaya perairan)

2. Ketinggian, musim dan sifat khusus, misalnya umbalan.

3

Page 4: Laporan MSP Akan Jadi

Keramba jaring apung sebagai metode sistem budidaya ikan

memiliki susunan dari berbagai bahan bangunan yang

memungkinkan wadah ini terapung di permukaan air. Susunan

utama bangunan KJA adalah jaring, pelampung rakit, kerangka

atau titian serta jangkar dan pemberat jaring. Komponen-

komponen dari KJA menurut Mantau (2004) adalah sebagai

berikut:

1. Jaring atau wadah.

Didasarkan atas fungsinya jaring ada 2 macam, yaitu jaring

utama dan jaring pengaman. Jaring utama digunakan sebagai

tempat pemeliharaan ikan, sedangkan jaring pengaman, yang

ditempatkan di luar jaring utama, berfungsi untuk mengamankan

ikan agar tidak terlepas ke perairan bebas, ketika jaring utama

mengalami kerusakan (bocor atau jebol). Bahan jaring yang

umum digunakan adalah poliethylene. Bahan lain adalah kawat

yang berbungkus plastik. Satu jaring pengaman dapat

melindungi beberapa jaring utama, bergantung ukuran jaring

utama. Umumnya untuk jaring utama yang berukuran panjang

dan lebar masing-masing 7 m, satu jaring pengaman memuat 4

jaring utama.

2. Jaring utama

Jaring utama akan mengalami penurunan fungsi jika

penggunaan dilakukan secara berkesinambungan. Permasalahan

yang paling cepat terjadi adalah jaring menjadi kurang lancar

4

Page 5: Laporan MSP Akan Jadi

dilalui air. Penurunan fungsi yang lain adalah jaring mengalami

pelapukan, yang ditandai dengan terlihatnya beberapa helai

benang yang terputus.

Keadaan ini jika dibiarkan suatu saat akan diikuti dengan

kebocoran, terutama ketika jaring mengalami tekanan berat

ikan, ketika berlangsung pemanenan. Untuk memperbaiki hal di

atas, maka sebelum jaring digunakan kembali dilakukan

pembersihan jaring dengan sikat yang diikuti dengan

penjemuran. Bila memungkinkan, jaring direndam di dalam

larutan algicide (seperti CuSO4).

Gambar 1. Jaring Utama Pada Keramba Jaring Apung

3. Pelampung rakit

Pelampung rakit berfungsi sebagai pengapung kerangka

rakit atau sebagai tumpuan rakit dan jaring. Pelampung rakit

harus memiliki daya apung yang tinggi dan tidak mudah rusak.

Pelampung rakit yang biasa digunakan antara lain berupa batang

bambu, batang kayu, styrofoam dan drum.

Kerusakan pada pelampung akan mengakibatkan daya

apung lebih rendah dibandingkan pada kondisi normal, sehingga

5

Page 6: Laporan MSP Akan Jadi

bangunan KJA terlihat menjadi miring. Jika diamati lebih lanjut

maka dapat dilihat penyebabnya yaitu adaya kebocoran pada

drum atau keretakan pada bambu atau kayu. Jika tingkat

kerusakan itu masih rendah maka perbaikan bisa dilakukan

dengan memutar kedudukan bagian yang bocor/retak menjadi

tidak lagi terendam air.

Gambar 2. Drum Sebagai Salah Satu Jenis Pelampung

4. Kerangka rakit atau titian

Kerangka rakit berfungsi sebagai tempat menggantungkan

jaring dan tumpuan jalan/titian pada saat penebaran benih,

pemberian pakan dan kegiatan lainnya. Kerangka ini juga yang

merentangkan kantung jaring menjadi bentuk persegi atau

lingkaran. Sehingga kerangka rakit harus memiliki bahan dasar

yang kuat, yang mampu menahan beban berat orang dan yang

lainnya. Bahan yang biasa digunakan sebagai kerangka rakit

antara lain adalah batang bambu, kayu, besi siku dan pipa.

Kerusakan yang terjadi umumnya karena bahannya mengalami

pelapukan. Masa pakai dapat diperpanjang dengan perawatan,

misalnya mencat ulang. Jika kerusakan terlalu parah, maka

bahan tersebut harus diganti.

6

Page 7: Laporan MSP Akan Jadi

5. Jangkar dan pemberat jaring

Jangkar berfungsi untuk menahan rakit agar tidak

mengalami perpindahan dari lokasi budidaya yang diinginkan.

Pemberat rakit yang digunakan adalah jangkar besi, beton, batu

atau dapat berupa pasak besi ataupun pasak kayu. Pemberat

jaring berfungsi untuk memberikan bentuk yang sempurna pada

jaring sehingga daya tampung jaring menjadi maksimal.

Pemberat jaring yang biasa digunakan adalah berupa beton, batu

dan batang besi.

Budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) merupakan

salah satu teknologi budidaya yang handal dalam rangka

optimasi pemanfaatan perairan danau dan waduk. Dampak yang

diberikan terhadap lingkungan adalah banyak menyita areal

perairan. Keadaan ini berdampak negatif terhadap lingkungan

perairan yang pada gilirannya dapat menimbulkan konflik

diantara pengguna perairan, serta kematian massal ikan akibat

gas beracun (NH3 dan H2S) yang dihasilkan dari pembusukan

akumulasi sisa-sisa pakan yang tidak termanfaatkan oleh ikan

(Ilyas, 1995).

Dimasa mendatang teknologi yang diperlukan adalah

teknologi Keramba Jaring Apung yang ramah lingkungan,

teknologi efisien dan produktivitasnya tinggi serta dampak

7

Page 8: Laporan MSP Akan Jadi

negatifnya diupayakan seminimal mungkin terhadap lingkungan

perairan. Salah satu teknologi budidaya Keramba Jaring Apung

yang dianggap efisien dan produktivitasnya tinggi adalah

teknologi budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung Ganda

(Kartamihardja, 1997). Pengelolaan usaha budidaya yang kurang

baik juga memberikan umpan balik yang merugikan terhadap

operasional budidaya, seperti membatasi jumlah unit Karamba

Jaring Apung (KJA) dan menurunnya produksi ikan.

Dalam penyiapan bangunan KJA dilakukan pemeriksaan

terhadap beberapa bagian KJA yang dilanjutkan dengan

perbaikan-perbaikan bila dijumpai penurunan fungsi, seperti

berikut ini. Setelah pemeriksaan bangunan selesai dilanjutkan

dengan penilaian kembali terhadap lokasi KJA, yang mencakup

aspek teknis, yaitu arus air. Arus air berguna untuk mensuplai

oksigen ke dalam KJA dan membuang kotoran keluar KJA. Di

perairan yang bebas (tidak terlindung) arus air mungkin lebih

baik, tetapi tempat ini harus dihindari karena sewaktu terjadi

angin ribut, arus akan terlalu tinggi yang dapat berakibat

rusaknya bangunan KJA (Manurung, 1997).

8

Page 9: Laporan MSP Akan Jadi

Gambar 3. Sistem Budidaya Keramba Jaring Apung

BAB III. MATERI DAN METODA

3.1 Materi

3.1.1Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bambu

sebanyak 6 buah dengan panjang 3 meter, bambu sebanyak 3

buah dengan panjang 5 meter, 4 buah jaring, tali rafia, gergaji,

dan 6 buah jrigen sebagai pelampung.

3.1.2Bahan

Tidak terdapat bahan yang digunakan dalam praktikum ini.

3.2 Prosedur Kerja

Prosedur kerja dari pembuatan keramba jaring apung adalah

dengan cara alat dan bahan dipersiapkan terlebih dahulu. Bambu

pertama dipotong sepanjang 3 meter sebanyak 6 buah. Bambu

ke dua dipotong sepanjang 5 meter sebanyak 2 buah yang

digunakan sebagai penyangga. Bambu dengan panjang 3 meter

9

Page 10: Laporan MSP Akan Jadi

sebanyak 2 buah diikatkan dengan tali rafia ke jrigen yang

diletakkan di ujung masing-masing bambu, begitupun dengan

bambu sisa dengan panjang 3 meter. Bambu pertama yang

sudah dirancang lalu disusun hingga terbentuk persegi panjang,

lalu diikatkan kembali dengan bambu ke dua yang memiliki

panjang 5 meter. Setelah terbentuk suatu kotakan keramba,

jaring dipasang pada setiap kotakan keramba, dan diikat dengan

tali rafia.

3.3 Metoda

Metoda yang dilakukan dalam pembuatan keramba jaring

apung adalah metode eksperimental.

3.4 Waktu dan Tempat

Pembuatan keramba jaring apung dilakukan pada hari Ra

bu, 1 Desember 2010 pukul 13.00 di Kampus Jurusan

Perikanan dan Kelautan, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas

Jenderal Soedirman, Purwokerto.

10

Page 11: Laporan MSP Akan Jadi

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Rekap Alat Pembuatan Keramba Jaring ApungNo Alat Ukuran Jumlah1. Bambu 3 meter 6 buah2. Bambu 5 meter 3 buah3. Jrigen - 6 buah4. Jaring ikan 2 meter x 1,5

meter4 buah

Gambar 4. Struktur keramba jaring apung

11

Page 12: Laporan MSP Akan Jadi

Gambar 5. Keramba jaring apung

4.2 Pembahasan

Pembuatan keramba jaring apung dilakukan dengan tujuan

sebagai sarana pembudidayaan ikan pada perairan yang

terbendung atau pada kawasan waduk. Dalam proses

pembuatan keramba dibutuhkan alat-alat seperti bambu, jrigen,

dan jaring ikan. penggunaan bambu bertujuan sebagai kerangka

yang berfungsi untuk membentuk jaring, sehingga membentuk

persegi panjang. Penggunaan jrigen berfungsi sebagai

pelampung agar keramba dapat mengapung tetapi ikan tidak

dapat loncat ke luar jaring. Jaring yang digunakan memiliki mata

jaring yang berukuran 0,1 cm, berfungsi untuk menampung ikan

yang dibudidayakan pada areal perairan terbuka. Penggabungan

dari alat tersebut menggunakan tali raffia, karena jika

menggunakan pengait yang tajam seperti paku akan merusak

bambu dan menyebabkan bambu tersebut mudah pecah.

Pengelolaan budidaya ikan dalam keramba harus ditujukan

untuk mendapatkan produksi ikan yang optimal dengan

memperhatikan daya dukung dan kelestarian sumberdaya ikan.

12

Page 13: Laporan MSP Akan Jadi

keramba jaring apung merupakan salah satu jenis usaha

perikanan yang dominan yang diusahakan oleh petani ikan.

ketersediaan sumberdaya perikanan mengidentifikasikan bahwa

usaha keramba jaring apung bersifat terintegrasi yang dimulai

dari penyediaan benih, usaha pembesaran ikan, dan pemasaran

yang memiliki nilai profitabilitas yang tinggi (Manurung, 1997).

Pemanfaatan waduk sebagai lokasi usaha jaring apung dilakukan

untuk mengoptimasi produksi ikan pada tingkat biaya minimum,

maka dalam konsep pemeliharaan budidaya tersebut harus

dapat mengendalikan lokasi yang terdapat keramba jaring apung

dan memiliki pengetahuan seperti pemilihan lokasi untuk

budidaya ikan yang meliputi factor fisik, kimia, dan biologi

perairan.

System KJA memiliki perencanaan terpadu yang bersifat

sangat primer yang memiliki interaksi alami yang berlangsung

dengan potensi yang tersedia. Perairan yang sebagai areal untuk

meletakkan KJA merupakan perairan umum, sehingga terjadi

kompetisi antara petani ikan (Kartamihardja, 1993). Syarat

perairan waduk yang dapat digunakan dalam pembudidayaan

keramba jaring apung (Krimnono, 1995), adalah :

1. Luas zona budidaya

2. Sifat fisik air yang meliputi, kedalaman, arus air, kecerahan,

dan tingkat tropik.

13

Page 14: Laporan MSP Akan Jadi

3. Ketinggian tempat, musim dan sifat khusus dari perairan

tersebut.

Menurut Bengen (2001), budidaya perikanan dengan sistem

keramba jaring apung memiliki keunggulan komperatif

diantaranya:

1. Efisien dalam penggunaan lahan dengan tingkat produktivitas

tinggi dibandingkan tambak, tidak memerlukan pematang,

saluran air dan pengolahan lahan sehingga dapat mengurangi

biaya produksi.

2. Unit usaha dapat ditentukan sesuai kemampuan modal

dengan menggunakan bahan rakit sederhana sesuai bahan

yang tersedia disekitar lokasi budidaya.

3. Mudah dipantau karena wadah budidaya yang relatif terbatas,

terhindar dari pemangsa dan mudah melakukan pemanenan.

4. Tidak memerlukan pengelolaan kualitas air, karena adanya

gerakan pasut sehingga efisien dalam biaya produksi.

5. Produksi mudah dicapai oleh armada penangkapan tuna dan

cakalang sebagai sarana pemasaran.

Pemanfaatan keramba jaring apung juga mempunyai beberapa

kerugian (Koran Jakarta, 2009), diantaranya:

1. Terdapatnya gas-gas beracun di dalam keramba yang berasalh

dari sisa pakan ikan dan hasil metabolism.

14

Page 15: Laporan MSP Akan Jadi

2. Sifat perairan umum pada lokasi keramba akan menyebabkan

kompetisi, karena keramba jaring apung tidak terkontrol dalam

pertumbuhannya.

3. Mengganggu pemandangan alami dari waduk dan danau yang

digunakan sebagai KJA.

4. Faktor kualitas tidak terkontrol dan dapat menyebabkan

kematian masal.

Pembuatan keramba jaring apung pada praktikum

merupakan jenis keramba jaring apung tunggal, dalam

pemanfaatannya KJA tunggal kurang efisisen maka diperlukan

suatu menejemen dalam pembuatan keramba, misalkan

pembuatan KLA berlapis. Keramba berlapis yaitu pembuatan

keramba tunggal yang memiliki dua tigkatan dengan ukuran

jaring net yang berbeda. Pembuaatan KJA berlapis lebih efisien

karena, pakan ikan yang terbuang akan jauh lebih sedikit.

Keramba jaring apung berlapis sisa pakan dan kotoran ikan

tertampung dan tidak masuk ke dalam perairan, sehingga

kotoran tersebut tidak dapat merusak ekosistem dan tidak

menimbulkan gas-gas beracun karena kotoran yang tertampung

dapat diambil dan dibuang, sedangkan pada keramba jaring

apung kotoran dan sisa pakan akan terakumulasi di dalam

perairan tersebut sehingga akan menimbulkan toksisitas pada

perairan tersebut.

15

Page 16: Laporan MSP Akan Jadi

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pembuatan keramba jaring apung merupakan salah satu

bentuk pemanfaatan dalam memenejemen usaha budidaya

perikanan pada perairan umum.

5.2 Saran

Saran yang dapat kami berikan adalah, sebaiknya dalam

praktikum selanjtnya tidak hanya cara pembuatan KJA saja,

tetapi juga dengan cara pengelolaannya agar kita mengetahui

nilai ekonomis dari KJA.

16

Page 17: Laporan MSP Akan Jadi

DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D.G. 2001. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Sinopsis. PKSPL-IPB, Bogor.

Ilyas, S., Budihardjo. 1997. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Posisi Kunci dalam Pembangunan Perikanan. Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I Tanggal 25 – 27 Agustus 1993, Jakarta.

Kartamihardja, E.S. 1993. Perencanaan Pengelolaan Perikanan Terpadu di Waduk Kedungumbo, Jawa Tengah. Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I Tanggal 25 – 27 Agustus 1993, Jakarta.

Koran Jakarta, 2009. Pemanfaatan Keramba Jaring Apung Ramah Lingkungan. Jakarta, 12 desember 2009

Krismono, 1995. Penataan Ruang Perairan Umum untuk Mendukung Agribisnis dan Agroindustri. Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I Tanggal 25-27 Agustus 1995, Jakarta.

17

Page 18: Laporan MSP Akan Jadi

Mantau, Z., 2004. Budidaya Ikan Mas dan Nila dalam Keramba Jaring Apung Ganda di Desa Telap pada Pesisir Danau Tondano. Prosiding. Seminar Nasional Badan Litbang Pertanian. Manado 9 – 10 Juni 2004. Badan Litbang

Pertanian, Jakarta.

Manurung, V.T. 1997. Status dan Prospek Budidaya Ikan dengan Keramba Jaring Apung di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Vol. XVI. No. I.

Nuitja, I. N. S. 2010. Manajemen Sumberdaya Perikanan. IPB Press, Bogor.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Kegiatan Praktikum MSP 2010.

Proses penyatuan kerangka keramba jaring apung

18

Page 19: Laporan MSP Akan Jadi

Pemasangan jaring pada keramba jaring apung

Keramba jaring apung yang sudah jadi

19