radio jadi

77
RADIOGRAFI STRUKTUR NORMAL DAN KELAINAN RONGGA MULUT TUGAS RADIOLOGI GIGI DAN MULUT B1 Aggota kelompok: 1. Paramita Rachmawati Z. (141610101023) 2. Faiza Lailiyah (141610101024) 3. Azza Muslicha (141610101025) 4. M. Sandy Irianto (141610101026) FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 201 5

Upload: faiza-lailiyah

Post on 09-Dec-2015

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Radio Jadi

RADIOGRAFI STRUKTUR NORMAL

DAN

KELAINAN RONGGA MULUT

TUGAS RADIOLOGI GIGI DAN MULUT

B1

Aggota kelompok:

1. Paramita Rachmawati Z. (141610101023)

2. Faiza Lailiyah (141610101024)

3. Azza Muslicha (141610101025)

4. M. Sandy Irianto (141610101026)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Radio Jadi

2

I. STRUKTUR ANATOMI NORMAL DAN MANIFESTASINYA DALAM

FOTO RONSEN

1. Enamel

enamel

a. Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun

gigi permanen. Berada hanya pada mahkota gigi paling koronal

dengan batas bawah adalah dentin.

b. Ukuran : mengikuti luas permukaan mahkota gigi dan

memiliki ketebalan kurang lebih 1-2,5 mm, dan tertipis di

perbatasan dengan sementum di CEJ.

c. Jumlah : melingkupi setiap mahkota gigi.

d. Bentuk : menyesuaikan bentuk oklusal tiap gigi.

e. Radiodensitas : enamel menunjukkan suatu gambaran radiopak

yang sangat jelas, paling radiopak di antara semua struktur gigi.

Paling radiopak karena strukturnya yang berbeda dari struktur

jaringan keras lain yang terdapat pada tubuh manusia.

Page 3: Radio Jadi

3

2. Dentin

a. Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun

gigi permanen. Berada pada mahkota dan akar gigi, pada mahkota

berada tepat dibawah enamel. Pada akar gigi, dentin mengelilingi

pulpa hingga ke ujung akar.

b. Ukuran : mengikuti luas permukaan mahkota gigi dan

memiliki ketebalan kurang lebih 10 mm, dan tertipis di apikal gigi.

c. Jumlah : melingkupi setiap mahkota gigi.

d. Bentuk : menyesuaikan bentuk oklusal tiap gigi.

e. Radiodensitas : dentin menunjukkan gambaran radiopak, tetapi

tidak lebih radiopak dari pada enamel dan sementum.

3. Sementum

a. Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun

gigi permanen. Berada pada seluruh permukaan akar gigi

mengelilingi dentin, ke arah koronal berbatasan dengan enamel

yang disebut pertautan enamel sementum (Cemento Enamel

Junction). Bagian terluar dikelilingi oleh ligamen periodontal yang

nampak radiolusen pada gambar.

Page 4: Radio Jadi

4

b. Ukuran : mengikuti luas permukaan akar gigi dan memiliki

ketebalan 10-60 mikron pada separuh koronal akar gigi, dan paling

tebal sekitar 150-200 mikron pada sepertiga apikal akar gigi.

c. Jumlah : melingkupi setiap akar gigi.

d. Bentuk : menyesuaikan bentuk akar gigi, karena menyusuri

seluruh permukaan akar gigi.

e. Radiodensitas : sementum menunjukkan suatu gambaran radiopak,

hampir sama dengan enamel. Tetapi karena ukurannya yang sangat

tipis, sulit untuk menemukannya dalam foto ronsen.

4. Ruang pulpa (pulp chamber) dan saluran akar pulpa (pulp canal)

a. Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun

gigi permanen. Berada pada mahkota gigi dan akar gigi. Pulpa

dikelilingi oleh dentin.

b. Ukuran : mengikuti bentuk anatomi dari gigi, ukuran bisa

beragam.

c. Jumlah : ruang pulpa terdapat 1 pada tiap gigi, dan saluran

akar pulpa pada tiap gigi beragam dari 1 sampai 3 bahkan lebih

jika terdapat anomali. Pada gigi-gigi anterior normalnya terdapat 1

saluran akar pulpa dan premolar pertama dan kedua RB juga

memiliki 1 saluran akar pulpa, pada gigi premolar pertama RA

umumnya terdapat 2 saluran akar pulpa, pada semua gigi molar RA

terdapat 3 saluran akar, sedangkan molar RB terdapat 2 saluran

akar.

d. Bentuk : menyesuaikan bentuk oklusal tiap gigi.

Page 5: Radio Jadi

5

e. Radiodensitas : ruang pulpa dan saluran akar pulpa merupakan

gambaran radiolusen.

5. Lamina dura

a. Lokasi : berada mengelilingi akar gigi.

b. Ukuran

garis putih

: ketebalan beragam, jika terjadi ke

tersebut akan nampak radiolusen atau

radiopaknya berkurang.

c. Jumlah : terdapat melingkupi permukaan akar setiap gigi-

geligi.

d. Bentuk : seperti garis putih yang melingkupi seluruh

permukaan akar gigi.

e. Radiodensitas : lamina dura menunjukkan gambar garis radiopak

sepanjang akar gigi yang mengelilingi ligamen periodontal.

6. Tulang alveolar

Tulang alveolar

a. Lokasi : terdapat pada RA dan RB.

b. Ukuran : menyesuaikan ukuran rahang.

Page 6: Radio Jadi

6

c. Jumlah : seluas RA dan RB.

d.

e.

Bentuk : menyesuaikan rahang.

Radiodensitas : Serangkaian kompartemen

mewakili sumsum tulang, dipisahkan oleh tulang trabekular yang

radiopak seperti sarang lebah.

7. Fossa nasalis

(yang ditunjuk oleh angka 10)

a. Lokasi : terletak pada rahang atas, di dekat apikal dari gigi

insisivus sentral.

b. Ukuran : seukuran jempol orang dewasa.

c. Jumlah : terdapat 1 fossa nasalis pada setiap tengkorak

kepala manusia.

d. Bentuk : membulat tapi tidak jelas.

Page 7: Radio Jadi

7

e. Radiodensitas : gambaran radiolusen dengan tepi radiopak, dan

ditengah bulatan radiolusen tersebut terdapat garis radiopak difuse

yang memotong bulatan radiolusen menjadi 2 bagian kanan dan

kiri.

8. Aveolar crest

Alveolar crest pada gigianterior

Alveolar crest pada gigiposterior

a. Lokasi : terletak pada bagian dari rahang yang menopang

gigi geligi. Merupakan puncak dari lamina dura. Terletak kurang

lebih 2 mm dari apikal ke CEJ.

b. Ukuran : tidak menentu, tergantung dari jarak antar gigi

yang bersebelahan itu sendiri, jika jauh maka alveolar crest datar

dan luas, jika dekat maka alveolar crest sempit dan tajam.

c. Jumlah : menyesuaikan dengan jumlah gigi, terdapat satu

alveolar crest diantara 2 buah gigi.

d. Bentuk : pada daerah posterior mendatar, dan pada daerah

anterior meninggi atau meruncing ke koronal.

Page 8: Radio Jadi

8

e. Radiodensitas : gambaran radiopak yang merupakan puncak dan

akhir dari lamina dura ke arah koronal.

9. Nasal spinalis anterior

a. Lokasi : terletak di rahang atas, di daerah apikal dari gigi

insisivus sentral.

b. Ukuran : kecil, dengan panjang sekitar 1-5 mm.

c. Jumlah : terdapat 1 spina nasalis anterior pada setiap

tengkorak manusia.

d. Bentuk : berupa tonjolan tulang di bawah fossa nasalis,

yang merupakan perpanjangan dari dasar atau lantai dari fossa

nasalis.

e. Radiodensitas : perpanjangan radiopak dari septum nasalis.

10. Linea oblique eksterna

Page 9: Radio Jadi

9

a. Lokasi : terletak di rahang bawah kanan dan kiri, di daerah

posterior dari gigi molar dari arah anterior ramus asenden

mandibula ke arah molar.

b. Ukuran : sesuai dengan bentuk dari mandibula.

c. Jumlah : ada 2 pada mandibula, kanan dan kiri.

d. Bentuk : sesuai dengan bentuk dari mandibula.

e. Radiodensiti : garis radiopak dari arah anterior ramus asenden

mandibula ke arah molar.

11. Foramen insisivus

a. Lokasi : terletak di antara akar atau apikal insisif sentral

rahang atas.

b. Ukuran : berbeda-beda, bulatan dengan diameter kurang

lebih 3-5 mm.

c. Jumlah : terdapat 1.

d. Bentuk : bulat dan bisa juga oval.

e. Radiodensiti : bulatan radiolusen dengan batas difuse yang

kurang jelas.

Page 10: Radio Jadi

b. Ukuran : kurang dari 1 mm.

c.

d.

Jumlah

Bentuk

: 1.

: bulat kecil.

1

12. Linea oblique interna

a. Lokasi : terletak pada rahang bawah posterior, kanan dan

kiri, di daerah lingual.

b. Ukuran : sesuai dengan bentuk dari mandibula.

c. Jumlah : ada 2 pada mandibula, kanan dan kiri.

d. Bentuk : bentukan tulang menonjol yang memanjang di

daerah lingual, kanan dan kiri mandibula.

e. Radiodensitas : garis radiopak yang melintang sepanjang akar

molar rahang bawah.

13. Foramen lingual

a. Lokasi : terletak di rahang bawah bagian anterior rahang di

daerah lingual. Berada di daerah apikal insisif sentral rahang

bawah.

Page 11: Radio Jadi

1

e. Radiodensitas : bulatan radiolusen yang kecil.

14. Kanalis mandibularis

a. Lokasi : terletak pada rahang bawah kanan dan kiri,

melintang secara horizontal di bawah gigi molar.

b. Ukuran : lebarnya (dari garis radiopak hingga garis radiopak

di bawahnya) berkisar antara 3-4 mm.

c. Jumlah : 2 kanan dan kiri mandibula.

d.

e.

Bentuk : seperti tabung yang panjang.

Radiodensitas : berupa radiolusen yang dibatasi

radiopak, dan memanjang di bawah gigi geligi molar.

15. Sinus maksilaris

(ditandai dengan angka 5)

Page 12: Radio Jadi

1

a. Lokasi : terletak pada rahang atas, kanan dan kiri, di daerah

apikal dari gigi molar pertama rahang atas, meluas sampai

premolar dan kadang kaninus.

b. Ukuran : sepanjang gigi molar pertama rahang atas sampai

gigi premolar atau kaninus.

c. Jumlah : 2 pada rahang atas, kanan dan kiri.

d. Bentuk : bulatan yang tidak beraturan.

e. Radiodensitas : ruang radiolusen dengan batas radiopak yang jelas.

16. Tuberositas maksilaris

a. Lokasi : terletak di rahang atas, kanan dan kiri di bagian

posterior dari geligi molar yang paling akhir di rahang tersebut,

dan merupakan batas akhir dari rahang atas.

b. Ukuran : seukuran mahkota gigi molar.

c. Jumlah : terdapat 2 di rahang atas, kanan dan kiri.

d. Bentuk : seperti benjolan membulat di posterior gigi molar.

e. Radiodensitas : berupa gambaran radiopak di posterior gigi molar

paling akhir di rahang atas.

Page 13: Radio Jadi

1

17. Sutura palatina mediana

a. Lokasi : terletak membujur di tengah palatum, dan

membagi palatum menjadi 2 bagian kanan dan kiri.

b. Ukuran : memanjang sepanjang palatum.

c. Jumlah : 1 pada rahang atas.

d. Bentuk : garis panjang di tengah palatum, mulai dari bagian

tengah insisif sentral rahang atas sampai ke posterior.

e. Radiodensitas : garis radiolusen tipis dengan batas radiopak.

18. Foramen mentalis

a. Lokasi : terletak di rahang bawah kanan dan kiri, di daerah

apikal dari premolar kedua.

b. Ukuran : diameter kurang lebih 2 mm.

c. Jumlah : terdapat 2 di mandibula kanan dan kiri.

d. Bentuk : bulat dan kadang sedikit oval.

e. Radiodensitas : bulatan radiolusen.

Page 14: Radio Jadi

1

19. Mental ridge

a. Lokasi

lingual.

: terletak pada rahang bawah bagian anterior daerah

b.

c.

Ukuran

Jumlah

: ketebalan sekitar 3-4 mm.

: 1 pada rahang bawah.

d. Bentuk : garis tebal

e. Radiodensitas : garis radiopak yang tebal yang melintang di daerah

apikal dari geligi anterior rahang bawah.

20. Prosessus zygomaticus

Page 15: Radio Jadi

1

(ditunjuk oleh angka 3)

a. Lokasi : terletak pada rahang atas kanan dan kiri, di daerah

apikal dari gigi molar.

b. Ukuran : garis panjang seperti panjang gigi molar dan tebal.

c. Jumlah : melingkupi setiap mahkota gigi.

d. Bentuk : garis tebal seperti huruf J atau U.

e. Radiodensitas : garis tebal radiopak yang berbentuk seperti huruf J

atau U di daerah apikal gigi molar.

21. Nutrient canals

a. Lokasi : terletak pada akar gigi rahang atas dan rahang

bawah, tetapi biasanya lebih terlihat jelas pada gigi anterior rahang

bawah. Merupakan jalan masuk pembuluh darah dan nervus.

b. Ukuran : lebar kurang dari 1 mm, dan panjang vertikal di

bawah apikal gigi.

c. Jumlah : sesuai jumlah akar gigi yang ada.

d. Bentuk : garis panjang.

e. Radiodensitas : terlihat seperti garis vertikal yang radiolusen di

bawah akar gigi. Mudah dilihat di regio anterior.

Page 16: Radio Jadi

1

TMJ

Temporomandibular joint adalah articulatio antara tuberculum

articulare dan bagian anterior fossa mandibulare ossis temporalis di atas dan

caput (Processus condylaris) mandibulare di bawah. Ada pun jenis teknik

radiografi yang digunakan untuk indikasi mengetahui keadaan TMJ.

Pemeriksaan ini menggunakan radiografi ekstraoral dengan teknik temporo

mandibular joint radiography, yang meliputi teknik panoramic, lateral oblique

ramus mandibula, CT – scan, MRI.

1. Struktur Normal TMJ

a. Fossa glenoidalis atau fossa mandibularis ossis temporalis

Fossa mandibularis terletak pada dasar kepala yaitu pada os.

Temporalis. Batas-batasnya adalah sebagai berikut :

1. Lateral: superior prosessus zygomatius os. Temporalis.

2. Medial: ala ossis sphenoidalis.

3. Anterior: ke atas ke bidang lengkung eminentia articularis.

4. Posterior: fissura petrotympanica & squamotympanica memisahkan

bagian fungsional anterior fossa mandibularis dengan lamina

tympanica non fungsional.

5. Superior: dipisahkan dari bagian tengah fossa cranii dan lobus

temporalis encephalon oleh bidang tulang kecil pada apex fossa.

Gambar 1, Fossa glenoidalis (fossa mandibularis ossis temporalis)

b. Processus condylaris os mandibula

Page 17: Radio Jadi

1

Processus condylaris os mandibula merupakan ujung tulang yang

berbentuk gulungan (rol) yang mempunyai kepala dan leher. Dilihat dari

superior, sumbu panjang menyudut sedikit ke posterior dari lateral ke

medial. Ujung rol meluas ke medial dan lateral, perluasan medial sedikit

lebih besar daripada lateral.

Pada permukaan superior, tidak benar-benar bulat ke arah antero

posterior. Crista kecil tampak meluas dari medial ke lateral, menghasilkan

permukaan superior-anterior yang datar dan permukaan postero-superior

yang cembung. Permukaan superior sedikit cembung ke arah medial-

lateral.

Gambar 2, Processus condylaris os mandibula.

c. Capsula articularis

Pada capsula articularis, dibagian superior melekat pada tepi fossa

mandibularis. Pada bagian posterior berada tepat di posterior fissura

squamotympanica. Di anterior berada di lereng anterior eminentia

articularis dan di inferior melekat pada bagian tepi collum mandibula.

Page 18: Radio Jadi

1

Gambar 3, Capsula articularis

d. Ligamentum

Ligamentum adalah pita jaringan ikat yang menghubungkan tulang

atau menyokong organ dalam (kamus kedokteran Dorland Ed.29). Fungsi

dari ligamentum yang membentuk Temporomandibular joint ini yaitu

sebagai alat untuk menghubungkan tulang temporal dengan processus

condylaris dari tulang mandibula serta membatasi gerak mandibula

membuka, menutup mulut, pergerakan ke samping, dan gerakan lain.

Ligamentum yang menyusun temporomandibular joint terdiri dari :

1. Ligamentum temporomandibulare

Serabut ligamentum temporomandibulare berjalan oblik ke bawah

dan posterior dari lateral eminentia articularis (tuberculum

glenoidalis) ke posterior collum mandibula. Karena TMJ bilateral

maka ligamentum yang berlawanan berfungsi sebagai ligamentum

colateral medial.

Fungsi dari ligamentum temporomandibulare yaitu menghalangi

pergeseran ke posterior dan inferior dari prosessus condylaris.

Page 19: Radio Jadi

1

Gambar 4, Ligamentum temporomandibulare.

2. Ligamentum accesorius

Ligamen ini terdiri dari:

a) Ligamentum stylomandibulare

Ligamentum stylomandibulare berjalan dari processus

styloideus os. Temporalis ke angulus mandibularis. Memisahkan

regio parotidea dari regio infratemporalis.Ligament ini berfungsi

sebagai bagian anterior capsula parotidea yang menebal.

b) Ligamentum sphenomandibulare

Berjalandari ala os. Sphenoidalis berupa jaringan fibrosa

yang menebal ke lingua mandibula.

Gambar 5, Ligament sphenomandibulare dan ligament

stylomandibulare.

Page 20: Radio Jadi

2

e. Discus articularis

Merupakan jaringan fibro kartilago yang terletak dalam capsula sendi

antara prosessus condylaris dan fossa mandibularis dan melekat pada tepi

dalam capsul sendi.

Gambar 6, Posisi Discus articularis.

f. Rongga synovial

Pada rongga synovial, terdapat membrana synovialis yang

mengelilingi permukaan dalam capsul sendi. Synovium mengeluarkan

synovia untuk melumasi permukaan antagonis sehingga sendi

Temporomandibular Joint dapat mudah bergerak. Rongga ini memiliki dua

bagian yaitu kompartemen superior dan inferior.

Page 21: Radio Jadi

2

Gambar 7. Lokasi rongga synovial

g. Eminentia articularis

Eminentia yaitu istilah umum untuk suatu tonjolan atau prominentia

khususnya pada permukaan tulang (kamus kedokteran Dorland, Ed. 29).

Perbedaannya dengan tuberkulum, tuberkulum yaitu istilah umum dari tata

nama anatomi untuk tuberkel, nodul, atau tonjolan kecil terutama

digunakan untuk menunjukan tonjolan kecil pada tulang (kamus

kedokteran Dorland, Ed. 29). Perbedaanya terletak pada tingginya, seperti

pada pengertian di atas, eminentia dan tuberkulum berarti tonjolan, yang

membedakan yaitu pada eminentia lebih tinggi daripada tuberkulum

karena tuberkulum hanya tonjolan kecil.

Page 22: Radio Jadi

2

Gambar 8, Eminentia articularis.

2. Gambaran Radiografi TMJ

Gambar diatas menggambarkan gambaran radiografi TMJ ketika

membuka dan menutup mulut baik dari sisi kiri maupun sisi kanan dari TMJ itu

sendiri.

Page 23: Radio Jadi

2

Kelainan Kongenital Gigi dan Rahang

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi

yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat

merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera

setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering

diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan

merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.

Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital besar, umumnya akan dilahirkan

sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa

kehamilannya.

Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan

saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara bersamaan

sebagai kelainan kongenital multipel. Kadang-kadang suatu kelainan kongenital

belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan

beberapa waktu setelah kelahiran bayi. (post natal) kelainan kongenital dapat

disebabkan karena herediter atau juga disebabkan kelainan didapat karena

malnutrisi pada ibu, ataupun lingkungan seperti radiasi, trauma, dll. Kelainan

herediter merupakan kelainan yang terjadi karena keterunan dari orang tua, dan itu

tidak hanya dapat dilihat saat bayi lahir bisa saja ketika tumbuh kembang

postnatal kelainan herediter itu mulai tampak.

Macam-Macam Kelainan Kongenital pada Jaringan Keras Rongga Mulut

Kelainan kongenital pada jaringan keras rongga mulut dapat digolongkan

menjadi lima bagian, yakni kelainan pada rahang, kelainan jumlah gigi, kelainan

ukuran gigi, kelainan struktur jaringan gigi, serta kelainan bentuk gigi.

1. Kelainan pada Rahang

Cleft Palate dan Cleft Lips

Etiologi

Page 24: Radio Jadi

2

Etiologi cleft palate (palatoschisis) bersifat multifaktorial dimana

pembentukan celah pada palatum berhubungan dengan faktor herediter dan faktor

lingkungan yang terlibat dalam pertumbuhan dan perkembangan processus.

1. Faktor herediter

Sekitar 25% pasien yang menderita palatoschisis memiliki riwayat

keluarga yang menderita penyakit yang sama. Orang tua dengan palatoschisis

mempunyai resiko lebih tinggi untuk memiliki anak dengan palatoschisis. Jika

hanya salah satu orang tua yang menderita palatoschisis, maka kemungkinan

anaknya menderita palatoschisis adalah sekitar 4%. Jika kedua orangtuanya tidak

menderita palatoschisis, tetapi memiliki anak tunggal dengan palatoschisis maka

resiko generasi berikutnya menderita penyakit yang sama juga sekitar 4%.

Kenyataan lain yang menunjang, bahwa demikian banyak kelainan/sindrom

disertai celah bibir dan langitan (khususnya jenis bilateral), melibatkan anomali

skeletal, maupun defek lahir lainnya.

2. Faktor lingkungan

Obat-obatan yang dikonsumsi selama kehamilan, seperti fenitoin, retinoid

(golongan vitamin A), dan steroid beresiko menimbulkan palatoschisis pada bayi.

Infeksi selama kehamilan tri semester pertama seperti infeksi rubella dan

cytomegalovirus, dihubungkan dengan terbentuknya celah. Alkohol, keadaan

yang menyebabkan hipoksia, merokok, dan defisiensi makanan (seperti defisiensi

asam folat) dapat menyebabkan palatoschisis.

3. Trauma

Strean dan Peer melaporkan bahwa trauma mental dan trauma fisik dapat

menyebabkan terjadinya celah. Stress yang timbul menyebabkan fungsi korteks

adrenal terangsang untuk mensekresi hidrokortison sehingga nantinya dapat

mempengaruhi keadaan ibu yang sedang mengandung dan dapat menimbulkan

celah, dengan terjadinya stress yang mengakibatkan celah yaitu terangsangnya

hipothalamus adrenocorticotropic hormone (ACTH). Sehingga merangsang

Page 25: Radio Jadi

2

kelenjar adrenal bagian glukokortikoid mengeluarkan hidrokortison, sehingga

akan meningkat di dalam darah yang dapat menganggu pertumbuhan.

4. Nutrisi

a. Vitamin A

Asupan vitamn A yang kurang atau berlebih dikaitkan dengan peningkatan

resiko terjadinya celah orofasial dan kelainan kraniofasial lainnya. Hale adalah

peneliti pertama yang menemukan bahwa defisiensi vitamin A pada ibu

menyebabkan defek pada mata, celah orofasial, dan defek kelahiran lainya pada

babi. Penelitian klinis manusia menyatakan bahwa paparan fetus terhadap retinoid

dan diet tinggi vitamin A juga dapat menghasilkan kelainan kraniofasial yang

gawat. Pada penelitian prospektif lebih dari 22.000 kelahiran pada wanita di

Amerika Serikat, kelainan kraniofasial dan malformasi lainnya umum terjadi pada

wanita yang mengkonsumsi lebih dari 10.000 IU vitamin A pada masa

perikonsepsional.

B. Asam Folat

Folat merupakan bentuk poliglutamat alami dan asam folat ialah bentuk

monoglutamat sintetis. Pemberian asam folat pada ibu hamil sangat penting pada

setiap tahap kehamilan sejak konsepsi sampai persalinan. Asam folat memiliki

dua peran dalam menentukan hasil kehamilan. Pertama ialah dalam proses

maturasi janin jangka panjang untuk mencegah anemia pada kehamilan lanjut.

Kedua ialah dalam mencegah defek kongenital selama tumbuh kembang

embrionik. Telah disarankan bahwa suplemen asam folat pada ibu hamil memiliki

peran dalam mencegah celah orofasial yang non sindromik seperti bibir dan atau

langit-langit sumbing.

Page 26: Radio Jadi

2

Gambaran Klinis Cleft Palate

Gambaran Klinis Cleft Lips

Patogenesis Cleft Palate:

Penggabungan ketiga komponen embrionik dari palatum mencakup

sinkronisasi yang rumit dari gerak lereng dengan pertumbuhan dan penarikan

lidah serta dengan pertumbuhan mandibula dan kepala. Terganggunya salah satu

tahap penting ini, baik karena faktor lingkungan atau genetik dapat menimbulkan

kegagalan penggabungan yang mengakibatkan terbentuknya celah palatum.

Akibat pertumbuhan prominensia maksilaris ke medial, kedua prominensia

nasalis median menyatu tidak saja dipermukaan tetapi juga di bagian yang lebih

dalam. Struktur yang dibentuk dari kedua tonjolan yang menyatu tersebut adalah

segmen intermaksila. Struktur ini terdiri dari a) komponen bibir yang membentuk

Page 27: Radio Jadi

2

filtrum bibir atas. b) komponen rahang atas yang membawa 4 gigi seri, c)

komponen langit langit yang membentuk palatum primer.

Palatum sekunder. Meskipun palatum primer berasal dari segmen

intermaksila, bagian utama palatum dibentuk oleh dua pertumbuhan berbentuk

bilah dari prominensia mksilaris. Pertumbuhan keluar ini, bilah bilah palatum

muncul pada minggu ke 6 perkembangan dan mengarah oblik kebawah dikedua

sisi lidah. Namun, pada minggu ke 7 bilah bilah palatum bergerak keatas untuk

memperoleh posisi horisontal diatas lidah dan menyatu membentuk palatum

sekunder. Disebelah anterior, bilah bilah palatum menyatu dengan palatum primer

yang berbentuk segitiga dan foramen insisivum. Pada saat yang bersamaan dengan

menyatunya bilah bilah palatum, septum nasal tumbuh kebawah dan bergabung

dengan bagian patum yang baru terbentuk.

Jika terjadi gangguan pada saat berfusinya bilah bilah palatum maka akan

terjadi gangguan yang disebut celah palatum (cleft palate). Celah palatum terjadi

karena gagalnya penyatuan bilah bilah palatum yang mungkin disebabkan oleh

ukurannya yang terlalu kecil, kegagalan bilah bilah palatum untuk meninggi

menghambat terhadap proses penyatuan itu sendiri atau kegagalan lidah untuk

turun dari antara kedua bilah palatum.

Patogenesis Cleft Lips:

Cleft Lips adalah hasil dari terganggunya perkembangan bibir semasa di

dalam rahim. Celah bibir terjadi jika prosesus nasalis medial gagal untuk

bergabung dengan bagian lateral dari prosesus maksilaris dari lengkung brankialis

pertama (faringeal). Penggabungan ini normalnya terjadi selama minggu keenam

dan ketujuh dari perkembangan embrionik.

Celah bibir garis tengah berasal dari kegagalan penggabungan prosesus

nasalis medialis kanan dan kiri dan cukup jarang ditemukan. Keparahan celah

bibir bervariasi, celah yang kecil dan tidak melibatkan hidung disebut celah tidak

sempurna yang terkadang muncul berupa takikan kecil pada bibir. Celah bibir

Page 28: Radio Jadi

2

sempurna yang melibatkan mengenai struktur hidung terjadi pada 45% kasus dan

sering kali terkait celah palatum.

Gambaran Radiografi Cleft Palate dan Cleft Lips

Tingkat kelainan bibr sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga

yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :

Page 29: Radio Jadi

2

a. Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi

bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.

b. Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu

sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.

c. Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan

memanjang hingga ke hidung.

Mikrognasia

Mikrognatia Adalah Suatu kelainan genetik yang berupa hipoplasia

mandibula. Insiden terjadinya 1:1600 kelahiran hidup. Biasanya terjadi pada

penderita Sindroma pierre robin yakni sekelompok kelainan yang terutama

ditandai dengan adanya rahang bawah yang sangat kecil dengan lidah yang jatuh

ke belakang dan mengarah ke bawah. bisa juga disertai dengan tingginya

lengkung palatum.

Gejalanya berupa:

- rahang yang sangat kecil dengan dagu yang tertarik ke belakang

- lidah tampak besar (sebenarnya ukurannya normal tetapi relatif besar

jika dibandingkan dengan rahang yang kecil) dan terletak jauh di

belakang orofaring

- lengkung palatum yang tinggi

Page 30: Radio Jadi

3

- celah palatum lunak

- tercekik/tersedak oleh lidah.

Dapat juga disebabkan karena ketika proses persalinan dimana kepala bayi

susah untuk dikeluarkan sehingga dokter mengambil tindakan untuk melakukan

forceps yakni penggunaan tang untuk memantu pengeluaran kepala bayi. Apabila

tang terlalu menekan kepala bayi sehingga kepala kondil mandibula tertekan dan

dapat mengganggu tumbuh kembang mandibular postnatal, hal itu dapat kembali

ke keadaan normal tetapi apabila bayi juga kurang nutrisi maka tumbuh

kembangnya terganggu sehingga rahang bayi akan permanen tidak bias

berkembang.

Gambaran klinis mikrognasia

2. Kelainan Jumlah Gigi

Kelainan jumlah gigi diantaranya terdapat supernumerary teeth (gigi

berlebih) , anodonsia, dan agenesis (tidak adanya benih gigi).

Supernumerary teeth (gigi berlebih)

Supernumerary teeth adalah gigi tambahan/berlebih, sehingga jumlah gigi

yang terbentuk dalam rahang lebih banyak dari jumlah normal. Rasio gigi

Page 31: Radio Jadi

3

tambahan ini dapat erupsi dan tidak erupsi adalah 1:5. Supernumerary teeth sering

terjadi pada gigi insisivus serta premolar. Gambaran klinisnya nampak giginya

berlebih dan berjejal (crowded). Bentuk dari supernumerary teeth ada yang seperti

gigi normal dan ada juga yang berbeda dari gigi normalnya. Bentuk gigi yang

tidak normal bisa berbentuk lebih kecil, konus, tuberculate serta odontome/tidak

beraturan. Pada pengambilan radiografi apabila tidak erupsi, maka gigi tambahan

ini ditemukan tidak sengaja apabila asimptomatik. Jenis- jenis supernumerary

teeth diantaranya yakni:

1. Mesiodens: terdapat pada gigi insisivus sentral; pada rahang atas

bentuknya kecil, kerucut; pada rahang atas bentuknya seperti gigi asli

dan sulit dibedakan.

2. Lateroden: terdapat diantara gigi insisivus sentral dan insisivus lateral

3. Parapremolar: terdapat diantara P-1 dan P-2

4. Paramolar: terdapat diantara gigi molar

5. Distomolar: terdapat pada bagian distal M-3 (molar keempat)

mesiodens molar keempat premolar tambahan

Page 32: Radio Jadi

3

Gambaran klinis dan gambaran radiografis supernumerary teeth

Anodontia

Anodontia adalah suatu keadaan dimana semua benih gigi tidak terbentuk

sama sekali. terdapat dua macam, yakni:

1. Anodonsia sebagian

- Hipodonsia

- Oligodonsia

2. Anodonsia total

Jenisnya : 1. fals anodonsia (misal karena impaksi)

2. true anodonsia : benar-benar tidak ada benih (agenesis)

Etiologi :

- Fals anodontia bisa dikarenakan gangguan erupsi, infeksi dan

pencabutan

Page 33: Radio Jadi

3

- True anodontia dikarenakan heriditer, yakni keabnormalan dalam

pewarisan gen resesif yang terpaut pada kromosom x)

Gambaran Klinis

- Tidak terbentuknya semua gigi pada laki-laki lebih sering daripada

perempuan;

- Lebih sering mengenai gigi-gigi tetap atau gigi-gigi sulung;

- Dapat terjadi pada satu sisi rahang atau keduanya;

- Rambut tipis, dan rahang tidak berkembang

- Gambaran Radiograf: tampak tidak ada benih gigi

Page 34: Radio Jadi
Page 35: Radio Jadi

34

Page 36: Radio Jadi

3

3. Kelainan Bentuk Gigi

Kelainan bentuk gigi diantaranya adalah geminasi, fusi, concrescense,

twining, dilaserasi, akar gigi tambahan, dent in dent (dent invaginatus), Dens

evagenatus (extra cusp), serta taurodonsia.

Geminasi

Yaitu sebuah gigi (benih gigi) terbagi menjadi 2 pada mahkotanya, pada

geminasi gambaran klinisnya mahkota terlihat memiliki mamelon tetapi celah

mamelon itu lebih dalam dari mamelon normal. Etiologinya sebagian besar

dikarenakan heriditer. Gambaran radiografnya nampak 1 akar dan 1 saluran akar.

Page 37: Radio Jadi

3

Fusi

Fusi yaitu penyatuan 2 (benih) gigi atau lebih. Etiologi sebagian besar

karena heriditer. Dapat terjadi pada gigi sulung atau permanen. Umumnya gigi

anterior, tetapi gigi molar juga bisa terjadi. Macam-macamnya antara lain:

1. Fusi sempurna yaitu 2 gigi menyatu baik mahkota maupun akarnya (terjadi

pada stadium awal pembentukan gigi)

2. Fusi sebagian terjadi pada stadium akhir pembentukan gigi dimana

mahkota sudah terbentuk, fusi hanya pada akar (2 mahkota, 1 akar dan 1

saluran akar)

Page 38: Radio Jadi

3

4. Kelainan Ukuran Gigi

1. Mikrodonsia

Yaitu ukuran gigi lebih kecil dari normal

Klinis : jelas (mahkota gigi >kecil dari normal), dapat berbentuk kerucut atau peg shaped

Radiografi : akar gigi umumnya lebih kecil dan relatif lebih pendek dari gigi yang normal

Page 39: Radio Jadi

3

2. Makrodonsia

yaitu ukuran gigi lebih besar dari normal, ada tiga tipe :

Klinis : jelas (mahkota gigi >besar dari normal)

Radiografi : akar gigi umumnya lebih besar

5. Kelainan Struktur Gigi

1. Agenesis email

Yaitu email tidak terbentuk (sebagian atau seluruhnya)

Klinis : gigi kekuningan

Radiograf : email tidak tampak (sebagian/seluruhnya)

2. Amelogenesis Imperfecta

• menyerang lapisan email gigi warna gigi berubah menjadi biru kehitaman karena kekurangan enzim.

Page 40: Radio Jadi

3

• Etiologi :Heriditer (autosomal dominan, autosomal resesive, dan x-linked).

• Prevelensi kejadian 1:10000.

• Ada 3 tipe: hipomineralisasi, hipoplastik dan Hipomaturation

• hipomineralisasi : kekurangan mineral pada proses pembentukan jaringan, email lunak, pada foto rontgen email seperti dimakan rayap dengan email yang kelihatan terang menunjukkan bercak-bercak gelap yang tidak teratur, erupsi terlambat, banyak karang gigi

• hipoplastik : kekurangan jaringan yang melapisi email gigi, email pada waktu erupsi seluruhnya sebagian besar tidak ada, kerusakan matriks email yang disebabkan hancurnya ameloblas dan tidak ad diferensiasi epitelemail cébela dalam.

• Hipomaturation: tebal email normal, mineralisasi tidak sempurna, gigi berbentuk coklat-kuning

Gambar 2.1 hypoplastic Gambar 2.2 hipomaturation

Gambar 2.3 Hypocalcified Gambar 2.4 Amelogenesis imperfecta

Page 41: Radio Jadi

4

Gambar 2.5 Amelogenesis Imperfecta

3. Dentinogenesis Imperfekta

• Gangguan pembentukan dentin dimana terjadi anomali pada struktur dentin

• Etiologi :herediter yang diturunkan secara autosomal dominan.

• KLINIS :

- Warna kuning kecoklatan pada gigi penderita

- Mahkota berbentuk bulbous akibat kontriksi servikal yang kuat,

- Akar gigi tipis, pendek, tumpul dan transparan setelah pencabutan.

- Sementum normal

- Membrane periodontal normal

- Tulang alveolar normal

- Ruang pulpa dan saluran akar menyempit/hilang

• Frekuensi kejadian 1: 8000; seimbang antar pria dan wanita

• RADIOGRAFI: penutupan awal dari pulpa dan saluran akar, email relatif

Page 42: Radio Jadi

4

kurang karena pengelupasan akibat kerusakan pertemuan

dentino-email.

Klasifikasi DI (Shield, 1973):

Tipe 1 ( Dentigerous Imperfecta)

Manifestasi penyakit tulang yang secara umum disebut Osteogenisasi Imperfecta . Ciri klinis yang menyolok adalah warna biru muda sampai biru tua atau coklat. Mahkota gigi sering berbentuk bulbous sebagai akibat penyempitan servikal, akar gigi tipis/tumpul dan pendek dan ternyata transparan setelah pencabutan. Tetapi membran periodontal dan tulang alveolar normal. Ruang pulpa dan saluran akar pada tipe ini menyempit sesudah erupsi atau segera setelah erupsi sehingga terjadi obliterasi pada ruang pulpa dan saluran akar sebagian atau seluruhnya

Tipe 2 ( Dentin Opalescent Herediter)

Dentin transparant herediter tidak disertai kerusakan tulang (OI). Menunjukkan gambaran klinis dan radiografi pada gigi yang dikenai hampir sama dengan DI tipe 1.

Tipe 3 (Tipe Brandywine)

Mahkota berbentuk bulbous dan sudah aus waktu erupsi. Karena fraktur spontan terjadi pembukaan pulpa pada gigi sulung. Tidak ditemukan oblitersai pulpa namun menunjukkan kamar pulpa yang lebih besar dari normal.

Page 43: Radio Jadi
Page 44: Radio Jadi

42

Page 45: Radio Jadi

4

4. Mutiara email (enamel pearl)

Yaitu suatu tonjolan kecil dari bahan email pada batas CEJ (akar tunggal)atau pada furkasi (akar ganda)

Klinis : ada tonjolan seperti email pada lokasi tersebut

Radiograf : radiopak (lebih) bentuk bulat kecil pada lokasi tersebut,kadang kurang jelas

Page 46: Radio Jadi

4

DAFTAR PUSTAKA

Ghom. 2008. Textbook of oral radiology. India:Elsavier India

Ghom dan Mhaske. 2010. Textbook of oral pathology. India: Jaypee Brothers

Publishers

Jeni S., Amalia. 2009. Abnormalitas pada gigi. Jakarta: Departemen Gigi dan

Mulut FKUI

Langlais, Robert P. 1996. Latihan membaca foto rongga mulut. Jakarta:

Hipokrates

Pasler dan Visser. 2007. Pocket atlas of dental radiology. Germany: Thieme

Harshanur, Itjininigsih W. 1991. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC

Schuurs, A.H.B.. 2007. Patologi Gigi-Geligi Kelainan-Kelainan Jeringan Keras

Gigi. Yogtakarta: UGM.

Dudas M, Li WY, Kim J, Yang A, Kaartinen V (2007). “Palatal fusion — where

do the midline cells go? A review on cleft palate, a major human birth

defect”. Acta Histochem. 109 (1): 1–14.