laporan jadi kta

57
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam utama yaitu tanah dan air mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Tanah mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan, dan sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan. Kedua fungsi tersebut dapat menurun atau hilang, hilang atau menurunnya fungsi tanah ini yang biasa disebut kerusakan tanah atau degradasi tanah. Hilangnya fungsi tanah sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dapat terus menerus diperbaharui dengan pemupukan. Tetapi hilangnya fungsi tanah sebagai tempat berjangkarnya perakaran dan menyimpan air tanah tidak mudah diperbaharui karena diperlukan waktu yang lama untuk pembentukan tanah. Kerusakan air berupa hilangnya atau mengeringnya sumber air dan menurunnya kualitas air. Hilang atau mengeringnya sumber air berkaitan erat dengan erosi, sedangkan menurunnya kualitas air dapat dikarenakan kandungan sedimen yang bersumber dari erosi atau kandungan bahan-bahan dari limbah industri/pertanian. Dengan demikian kedua sumber daya tersebut (tanah dan air) harus dijaga

Upload: fajar-n

Post on 15-Jan-2016

44 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Jadi KTA

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Jadi KTA

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya alam utama yaitu tanah dan air mudah mengalami

kerusakan atau degradasi. Tanah mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai

sumber unsur hara bagi tumbuhan, dan sebagai matriks tempat akar

tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan. Kedua fungsi tersebut dapat

menurun atau hilang, hilang atau menurunnya fungsi tanah ini yang biasa

disebut kerusakan tanah atau degradasi tanah.

Hilangnya fungsi tanah sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan

dapat terus menerus diperbaharui dengan pemupukan. Tetapi hilangnya

fungsi tanah sebagai tempat berjangkarnya perakaran dan menyimpan air

tanah tidak mudah diperbaharui karena diperlukan waktu yang lama untuk

pembentukan tanah. Kerusakan air berupa hilangnya atau mengeringnya

sumber air dan menurunnya kualitas air. Hilang atau mengeringnya sumber

air berkaitan erat dengan erosi, sedangkan menurunnya kualitas air dapat

dikarenakan kandungan sedimen yang bersumber dari erosi atau kandungan

bahan-bahan dari limbah industri/pertanian. Dengan demikian kedua sumber

daya tersebut (tanah dan air) harus dijaga kelestarian fungsinya dengan

upaya-upaya konservasi tanah dan air.

Salah satu bagian penting dari budi daya pertanian yang sering

terabaikan oleh para praktisi pertanian di Indonesia adalah konservasi tanah.

Hal ini terjadi antara lain karena dampak degradasi tanah tidak selalu segera

terlihat di lapangan, atau tidak secara drastis menurunkan hasil panen.

Dampak erosi tanah dan pencemaran agrokimia, misalnya, tidak segera

dapat dilihat seperti halnya dampak tanah longsor atau banjir badang.

Padahal tanpa tindakan konservasi tanah yang efektif, produktivitas lahan

yang tinggi dan usaha pertanian sulit terjamin keberlanjutannya.

Konservasi tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

konservasi air. Setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan

mempengaruhi tata air pada tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya. Oleh

1

Page 2: Laporan Jadi KTA

2

karena itu konservasi tanah dan konservasi air merupakan dua hal yang

berhuibungan erat sekali, berbagai tindakan konservasi tanah adalah juga

tindakan konservasi air. Konservasi tanah adalah penempatan tiap bidang

tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah dan

memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak

terjadi kerusakan tanah. Konservasi tanah dilihat hanya sebagai control

terhadap kerusakan akibat erosi dan memelihara kesuburan tanah.

B. Tujuan Praktikum

Praktikum Konservasi Tanah dan Air ini memiliki tujuan agar

mahasiswa mampu dalam :

1. Memahami cara mengukur (prediksi) erosi dan nilai toleransi erosi pada

suatu lahan.

2. Mengetahui status erosi pada suatu lahan dan memberikan rekomendasi

praktik konservasi/pengelolaan yang diperlukan.

Page 3: Laporan Jadi KTA

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Erosivitas Hujan

Erosivitas merupakan kemampuan hujan menimbulkan erosi. Tingkat

erosi ini digambarkan dalam bentuk indeks erosivitas hujan. Indeks

erosivitas hujan merupakan besaran tanpa satuan yang menggambarkan

kemampuan hujan menimbulkan erosi. Jika semakin besar nilai indeks

erosivitas, maka semakin besar pula hujan menimbulkan erosi. Pengukuran

indeks erosivitas dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode,

diantaranya adalah metode Weischmeier Smith dan metode Hudson

(Sarief 2006).

Erosi terjadi dengan 3 proses yaitu penghancuran, pengangkutan dan

pengendapan. Air hujan yang mengenai permukaan tanah dengan energi

tertentu akan menghancurkan agregat tanah. Agregat tanah yang hancur

akan menutup pori – pori tanah yang akan mengurangi kemampuan tanah

dalam menyerap air hujan (infiltrasi). Dengan adanya peningkatan intensitas

hujan maka akan meningkatkan aliran permukaan sehingga daya angkut

akan partikel-partikel tanah yang telah terlepas tersebut semakin banyak dan

akan menyebabkan hasil sedimentasi tinggi. (Tarigan 2012).

Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah dan mengakibatkan tanah

menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya longsor, sedangkan pada

kejadian erosi, air limpasan permukaan adalah unsur utama penyebab

terjadinya erosi. Hujan dengan curahan dan intensitas yang tinggi, misalnya

50 mm dalam waktu singkat (< 1 jam), lebih berpotensi menyebabkan erosi

dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam waktu yang lebih

lama (> 1 jam). Namun curah hujan yang sama tetapi berlangsung lama

(> 6 jam) berpotensi menyebabkan longsor, karena pada kondisi tersebut

dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah.

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi, sedangkan longsor

ditentukan oleh kondisi jenuh 2 tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan

bidang luncur. Curah hujan tahunan >2000 mm terjadi pada sebagian besar

3

Page 4: Laporan Jadi KTA

4

wilayah Indonesia. Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi, apalagi

di wilayah pegunungan yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah

(DEPTAN 2006).

B. Erodibilitas Tanah

Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah

merupakan jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya

erosi curah hujan pada sebidang tanah tanpa tanaman, tanpa usaha

pencegahan erosi pada lereng 9 % dan panjang 22 m. Kepekaan tanah

terhadap erosi dipengaruhi oleh tekstur tanah (terutama kadar debu + pasir

halus), bahan organik, struktur dan permeabilitas tanah. Erodibilitas tanah

(ketahanan tanah) dapat ditentukan dengan aturan rumus menurut,

perhitungan nilai K dapat dihitung dengan persamaan K = 1,292{ 2,1 M1,14

(10-4) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3)}100 (Hardjowigeno 2003).

Erodibilitas tanah sangat penting untuk diketahui agar tindakan

konservasi dan pengelolaan tanah dapat dilaksanakan secara lebih tepat dan

terarah. Namun demikian, konsep dari erodibilitas tanah dan bagaimana cara

menilainya merupakan suatu hal yang bersifat kompleks atau tidak

sederhana, karena erodibilitas dipengaruhi oleh banyak sekali sifat-sifat

tanah. Berbagai usaha telah banyak dilakukan untuk mendapatkan suatu

indeks erodibilitas tanah yang relatif lebih sederhana, baik didasarkan ada

sifat-sifat tanah yang ditetapkan di laboratorium maupun di lapangan, atau

didasarkan keragaan (responden) terhadap hujan (Arsyad 2010).

Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh banyak sifat-sifat tanah, yakni

sifat fisik, mekanik, hidrologi, kimia, reologi/litologi, mineralogi dan

biologi, termasuk karakteristik profil tanah seperti kedalaman tanah dan

sifat-sifat dari lapisan tanah. Erodibilitas bukan hanya ditentukan oleh sifat-

sifat tanah, namun ditentukan pula oleh faktor-faktor erosi lainnya yakni

erosivitas, topografi, vegetasi, fauna dan aktivitas manusia. Suatu tanah

yang memiliki erodibilitas rendah mungkin akan mengalami erosi yang

berat jika tanah tersebut terdapat pada lereng yang curam dan panjang, serta

Page 5: Laporan Jadi KTA

5

curah hujan dengan intensitas yang tinggi. Sebaliknya tanah yang memiliki

erodibilitas tinggi, kemungkinan akan memperlihatkan gejala erosi ringan

atau bahkan tidak sama sekali bila terdapat pada pada lereng yang landai,

dengan penutupan vegetasi baik, dan curah hujan dengan intensitas rendah.

(Hardjowigeno 2007).

Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah untuk meneruskan air

atau udara. Permeabilitas tanah biasanya diukur dengan istilah kecepatan air

yang mengalir dalam waktu tertentu yang ditetapkan dalam satuan cm/jam.

Permeabilitas sangat dipengaruhi oleh tekstur, struktur, dan porositas.

Struktur tanah dan bahan organik menunjukkan hubungan utama terhadap

permeabilitas adalah distribusi ruang pori, sedangkan faktor lainnya

merupakan faktor yang menentukan porositas dan distribusi ukuran pori

(Sutanto 2005).

Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi oleh tekstur dan struktur

tanah. Tanah bertekstur halus menahan air lebih banyak dibandingkan

dengan tanah bertekstur kasar. Oleh karena itu tanah pasir umumnya lebih

mudah kekeringan daripada tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi

kekurangan air ataupun kelebihan air dapat mengganggu pertumbuhan

tanaman. Selain itu, ketersediaan air dalam tanah tergantung dari banyaknya

curah hujan atau irigasi, kemampuan tanah menahan air, evapotransiprasi

(penguapan langsung dari tanah maupun vegetasi), dan tingginya muka air

tanah. Air terdapat dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh masa tanah,

tertahan oleh lapisan kedap air atau karena keadaan drainase yang kurang

baik. Kelebihan ataupun kekurangan kandungan air dalam tanah dapat

mengganggu pertumbuhan tanaman (Purwowidodo 2002).

C. Kemiringan dan Panjang Lereng

Erosi adalah terangkatnya lapisan tanah atau sedimen karena stres

yang yang ditimbulkan oleh gerakan angin atau air pada permukaan tanah

atau dasar perairan. Pada lingkungan DAS, laju erosi dikendalikan oleh

kecepatan aliran air dan sifat sedimen (terutama ukuran butirnya). Stres

yang bekerja pada permukaan tanah atau dasar perairan sebanding dengan

Page 6: Laporan Jadi KTA

6

kecepatan aliran. Resistensi tanah atau sedimen untuk bergerak sebanding

dengan ukuran butirnya. Gaya pembangkit eksternal yang menimbulkan

erosi adalah curah hujan dan aliran air pada lereng DAS. Curah hujan yang

tinggi dan lereng DAS yang miring merupakan faktor utama yang

membangkitkan erosi (Poerbandono et al 2006).

Besarnya erosi tidak dapat lepas dari laju aliran permukaan yang

sangat dipengaruhi oleh panjang dan kemiringan lereng. Faktor panjang

lereng merupakan perbandingan tanah yang tererosi pada suatu panjang

lereng terhadap tanah tererosi pada panjang lereng 22,1 m. Sedangkan

faktor kemiringan lereng adalah perbandingan tanah yang tererosi pada

suatu kemiringan lahan terhadap tanah yang tererosi pada kemiringan lahan

9% untuk kondisi permukaan lahan yang sama (Mario 2009).

Intensitas hujan dan kemiringan lereng dapat meningkatkan aliran

permukaan. Intensitas hujan yang tinggi akan memiliki energi yang besar

dalam menghancurkann agregat tanah. Kecepatan aliran akan meningkat

sejalan dengan semakin besarnya nilai dari kemiringan lereng dan daya

angkut partikel – partikel tanah yang telah hancur akan semakin tinggi

sehingga proses erosi semakin besar (Martono 2004).

Aplikasi sistem informasi geografis memerlukan data Digital

Elevation Model (DEM)  untuk menghasilkan gambaran faktor panjang dan

kemiringan lereng (LS) yang lebih spesifik dalam setiap pixelnya. Formula

untuk menentukan nilai faktor LS berbasis DEM dalam SIG

mempertimbangkan heterogenitas lereng serta mengutamakan arah dan

akumulasi aliran dalam perhitungannya. Asumsi yang dipergunakan adalah

nilai faktor LS akan berbeda antara lereng bagian atas dan bagian bawah.

Nilai LS akan lebih besar ditempat terjadinya akumulasi aliran dari pada

dilereng bagian atas walaupun mempunyai panjang lereng dan kemiringan

lereng yang sama. Semakin panjang lereng dan kemiringan lereng maka

kerusakan dan penghancuran atau berlangsungnya erosi akan lebih besar.

Dimana semakin panjang lereng pada tanah akan semakin besar pula

Page 7: Laporan Jadi KTA

7

kecepatan aliran air di permukaannya sehingga pengikisan terhadap bagian-

bagian tanah akan semakin besar (Kartasapoetra 2005).

D. Pengelolaan Tanaman dan Tindakan Konservasi

Pengaruh vegetasi terhadap erosi adalah: (1) melindungi permukaan

tanah dari tumbukan air hujan (menurunkan kecepatan terminal dan

memperkecil diameter air hujan), (2) menurunkan kecepatan dan volume air

larian, (3) menahan partikel – partikel tanah padatempatnya melalui sistem

perakaran dan seresah yang dihasilkan serta (4) mempertahankan

kemantapan kapasaitas tanah dalam menyerap air. Semakin padat

pertanaman maka semakin besar hujan yang terintersepsi sehingga erosiakan

menurun. Selain itu, sistem perakaran dapat mengurangi erosi yaitu sistem

perakaran yang luas dan padat dapat mengurangi erosi (Utomo 2004).

Tindakan manusia dalam usaha pengawetan tanah dibagi dalam tiga

golongan utama, yaitu (1) metode vegetatif, (2) metode mekanik, dan (3)

metode kimia. Metode vegetatif diantaranya adalah penghutahan atau

penghijauan, penanaman dengan rumput makanan ternak (permanent

uasture), penanaman dengan penutup tanah (permanent cover), penanaman

tanaman dalam strip (strip crop), pergiliran tanaman, penggunaan sisa-sisa

tanaman, penanaman pada saluran pembuangan dengan rumput (veaetated

atau grass waterways). Termasuk dalam cara mekanik adalah pengolahan

tanah, pengolahan tanah menurut kontur (contour ridqes and furrows), teras,

perbaikan drainase dan pembangunan irigasi, waduk, dam penghambat

(check dam), balong (farm ponds), rorak dan tanggul. Sedangkan metode

kimia adalah pemberian soil conditioner (Arsyad 2010).

Manusia mempunyai keterbatasan dalam mengendalikan erosi

sehingga perlu ditetapkan kriteria tertentu yang diperlukan dalam tindakan

konservasi tanah. Salah satu pertimbangan yang harus disertakan dalam

merancang teknik konservasi tanah adalah nilai batas erosi yang masih dapat

diabaikan (tolerable soil loss). Jika besarnya erosi pada tanah dengan sifat-

sifat tersebut lebih besar daripada angka erosi yang masih dapat diabaikan,

maka tindakan konservasi sangat diperlukan. Ketiga teknik konservasi tanah

Page 8: Laporan Jadi KTA

8

secara vegetatif, mekanis dan kimia pada prinsipnya memiliki tujuan yang

sama yaitu mengendalikan laju erosi, namun efektifitas, persyaratan dan

kelayakan untuk diterapkan sangat berbeda. Oleh karena itu pemilihan

teknik konservasi yang tepat sangat diperlukan (Antum 2009).

E. Prediksi Erosi

Proses erosi oleh air dibagi kedalam dua sub proses, yaitu: (1)

Penghancuran struktur tanah menjadi butiran-butiran primer oleh energi

tumbuk butir-butir hujan yang menimpa tanah dan pemindahan butir-butir

primer tersebut oleh percikan air hujan dan (2) Perendaman oleh air yang

tergenang di permukaan tanah yang mengakibatkan tanah terdispersi yang

diikuti pengangkutan butir-butir tanah oleh air yang mengalir di permukaan

tanah (Arsyad 2010).

Salah satu persamaan yang pertama kali dikembangkan untuk

mempelajari erosi adalah yang disebut persamaan Musgrave, yang

selanjutnya berkembang menjadi persamaan yang banyak dipakai sampai

sekarang yaitu Universal Soil Loss Equation (USLE). USLE memungkinkan

memprediksi laju erosi rata-rata suatu lahan pada suatu kemiringan dengan

pola hujan tertentu untuk setiap macam jenis tanah dan penerapan

pengelolaan lahan. Persamaan tersebut dapat juga memprediksi erosi pada

lahan-lahan non pertanian, tapi tidak dapat untuk memprediksi pengendapan

dan tidak memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan

dasar sungai (Suripin 2004).

Bahaya erosi yang telah menurunkan produktivitas tanah merupakan

masalah utama dari tahun ke tahun tetap harus dihadapi oleh pemerintah.

Untuk mengidentifikasi tingkat bahaya erosi, model yang dapat digunakan

adalah dengan menggunakan model USLE (Universal Soil Loss Equation).

Model USLE mempertimbangkan beberapa faktor dalam kajian erosi seperti

faktor erosivitas hujan, faktor erodibilitas tanah, faktor panjang dan

kemiringan lereng, faktor penutupan dan manajemen tanaman, dan faktor

tindakan konservasi tanah (Asdak 2002).

Page 9: Laporan Jadi KTA

9

F. Erosi yang Diperbolehkan (Edp) atau Ditoleransikan

Erosi yang masih diperbolehkan adalah laju erosi yang dinyatakan

dalam mm/tahun atau ton/ha/tahun yang terbesar. Erosi tersebut masih dapat

dibiarkan atau ditoleransikan agar terpelihara suatu kedalaman tanah yang

cukup bagi perumbuhan tanaman/tumbuhan yang memungkinkan

tercapainya produktivitas yang tinggi secara lestari. Menurut

Kartasapoetra (2001), yang dimaksudkan dengan erosi yang masih

diperbolehkan (Soil Loss Tolerance) yaitu untuk mengetahui besarnya erosi

yang mungkin dapat diimbangi atau lebih diimbangi dengan tindakan atau

perlakuan manusia yang dapat membantu lajunya pembentukan tanah,

sehingga besarnya erosi selalu dibawah laju pembentukan tanah.

Pada prinsipnya, rekomendasi teknik konservasi tanah dihasilkan dari

nilai Indeks Bahaya Erosi (IBE) yang merupakan perbandingan dari nilai

prediksi erosi (A) dengan nilai erosi yang masih diperbolehkan (T).

TA IBE = T/A. Prediksi erosi ditentukan menggunakan rumus yang

dikembangkan oleh Smith dan Wischmeier (1978) yang dikenal dengan

Universal Soil Loss Equation (USLE). Sedangkan erosi yang dapat

dibiarkan dihitung menggunakan rumus Hammer (1981): IBE >1

dikategorikan sebagai lahan yang memerlukan teknik konservasi khusus

karena tingkat erosi yang terjadi (A) sudah melebihi dari batas yang

diperbolehkan (TSL). IBE <1 berarti lahan tersebut masih aman dan belum

memerlukan tindakan konservasi khusus (Marwanto 2008).

Erosi yang masih diperbolehkan adalah jumlah tanah hilang yang

diperbolehkan pertahun agar produktivitas lahan tidak berkurang sehingga

tanah tetap produktif secara lestari. Arsyad (2010) mengusulkan perhitungan

laju erosi yang diperbolehkan berdasar atas kedalaman ekivalen tanah dan

jangka waktu kelestarian sumber daya tanah yang diharapkan dengan

persamaan :

T : Erosi yang diperbolehkan (ton/ha/tahun)

Page 10: Laporan Jadi KTA

10

KE : Kedalaman Efektif Tanah (mm)

FK : Faktor Kedalaman Sub-Ordo Tanah

UGT : Umur Guna Tanah

Page 11: Laporan Jadi KTA

11

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Lapang Konservasi Tanah dan Air dilaksanakan pada

tanggal 8 November 2014 pukul 09.00-11.00 WIB bertempat di Jumantono,

Karanganyar. Sedangkan analisis laboratorium Konservasi Tanah dan Air

dilaksanakan pada tanggal 8, 9 dan 10 Desember 2014 pukul 08.00 WIB -

selesai bertempat di Laboratorium Kimia dan Fisika Tanah, Fakultas

Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

B. Alat

1. Praktikum lapang

a. Peta dasar

b. Rol meter

c. Clinometer

d. Bor tanah

e. Kompas

f. Ring sample

g. Pisau

h. Plastik kapasitas 1 kg

i. Tali rafia

j. Kamera

k. Alat tulis

2. Analisis tekstur tanah

a. Gelas piala

b. Penyaring berkefeld

c. Ayakan 50 mikron

d. Gelas ukur

e. Pipet

f. Pinggan alumunium

g. Dispenser

h. Stop watch

11

Page 12: Laporan Jadi KTA

12

i. Oven

j. Pemanas listrik

k. Neraca analitik

3. Analisis bahan organik

a. Labu takar

b. Gelas piala

c. Gelas ukur

d. Pipet drop

e. Pipet ukur

4. Analisis permeabilitas tanah

a. Ring sampel

b. Bak perendam

c. Permeameter

d. Gelas piala

e. Stop watch

f. Penggaris

g. Gelas ukur

C. Bahan

1. Praktikum lapang

a. Contoh tanah terusik

b. Contoh tanah tidak terusik

c. Contoh tanah dalam ring sampel

d. Aquadest

2. Analisis tekstur tanah

a. Ctka Ø 2mm 10 g

b. H2O2 30 % dan 10 %

c. HCl 2 N

d. Larutan Na4P2O7 4 %

3. Analisis bahan organik

a. Ctka Ø 5mm

b. K2Cr2O7 1 N

Page 13: Laporan Jadi KTA

13

c. H2SO4 pekat

d. H3PO4 85 %

e. FeSO4 1 N

f. Indikator DPA

g. Aquadest

4. Analisis permeabilitas tanah

a. Contoh tanah tidak terusik dalam ring sampel

D. Cara Kerja

1. Praktikum lapang

a. Melakukan survei jenis-jenis lahan pada lokasi yang dituju

b. Mengukur panjang lereng dan kemiringan lereng dari setiap lahan

c. Melakukan pencanderaan vegetasi lahan dan tindakan konservasi

lahan

d. Mengambil sampel tanah terusik di empat titik dan sampel tanah tak

terusik dengan metode ring sampel

e. Melakukan dokumentasi

2. Analisis tekstur tanah

a. Menimbang 10 g ctka Ø 2 mm, memasukkannya dalam gelas piala

500/1000 ml

b. Menambahkan 50 ml aquadest dan 15 ml H2O2 10 %

c. Menambahkan 50 ml H2O2 30 % dan panaskan

d. Menambahkan 20 ml HCl 2 N dan panaskan

e. Mengencerkan dengan aquadest sampai 500/1000 ml dan

menambahkan Na4P2O7 4 % sebanyak 10 ml

f. Mengaduk dan diamkan 1 menit kemudian di pipet sebanyak 20/25 ml

kedalam 20 cm, masukan dalam cawan penguap dan oven sampai

kering kemudian timbang

g. Setelah 3,5 jam kembali di pipet sebanyak 20/25 ml kedalam 5 cm,

masukan dalam cawan penguap dan oven sampai kering kemudian

timbang

Page 14: Laporan Jadi KTA

14

h. Menyaring sisa filtrate yang ada kemudian disaring dengan ayakan

300 nm yang tertinggal di arakan di keringkan dan timbang sebagai

pasir kasar.

3. Analisis bahan organik

a. Menimbang ctka Ø 0,5 mm sebanyak 0,5 gram dan memasukkan

kedalam labu takar 50 ml

b. Menambahkan 10 ml K2Cr2O7 1 N

c. Menambahkan dengan hati-hati lewat dinding 10 cc H2SO4 pekat

setetes demi setetes hingga menjadi berwarna jingga, apabila warna

menjadi kehijauan menambah K2Cr2O7 dan H2SO4 kembali dengan

volume diketahui

d. Menggojog dengan memutar dan mendatar selama 1 menit lalu

mendiamkannya selama 30 menit

e. Menambah 5 ml H3PO4 85 % dan mengencerkan dengan aquades

hingga volume 50 ml, menggojog hingga homogen

f. Mengambil 5 ml larutan bening dan menambah 15 ml aquadest serta

indikator DPA sebanyak 2 tetes, kemudian menggojognya bolak-balik

sampai homogen

g. Menitrasi dengan FeSO4 1N hingga warna hijau cerah

4. Analisis permeabilitas tanah

a. Mengambil contoh tanah tidak terusik

b. Merendam contoh tanah dengan ring sampelnya dalam bak perndam

sampai setinggi 3 cm selama 24 jam

c. Memindah contoh tanah ke permeameter, mengalirkan air ke selang

masuk permeameter dan di atur aliran airnya hingga keluar

permeameter tidak merusak struktur sampel tanah dalam ring sampel

yang terpasang tadi

d. Menampung air yang keluar dari permeameter pada gelas piala

e. Kemudian melakukan pengukuran yaitu menampung air yang keluar

dari permeameter memakai gelas piala dalam jeda waktu tertentu

misalnya 1 menit, air ini lalu ditakar dengan menggunakan gelas ukur

Page 15: Laporan Jadi KTA

15

f. Melakukan pengukuran seperti ini sebanyak 5 kali, menghitung rata-

ratanya.

Page 16: Laporan Jadi KTA

16

IV. HASIL PENGAMATAN

A. Nilai Erosivitas Hujan (R)

Tabel 4.1 Perhitungan Faktor Erosivitas Hujan (Nilai R) Tahun 2003-2012No. Bulan CH (mm) HH CHm (mm) R1 Januari 337,9 16,3 70,3 265,182 Februari 350 16,6 71,2 278,183 Maret 294,6 15,8 86,4 220,064 April 265,3 12,2 63,9 190,845 Mei 109,0 7,3 33,9 56,926 Juni 48,2 2,8 23,1 18,767 Juli 52,4 2,8 26,7 21,028 Agustus 10,7 0,4 7,2 2,429 September 41,5 2,2 11 15,3110 Oktober 133,6 6,9 37,3 75,0711 November 265 13,5 65,7 190,5512 Desember 356 17,7 67,4 284,68

R Tahunan 1619,02Sumber: Diolah dari data curah hujan tahun 2003-2012

Keterangan:

CH = curah hujan (mm)

HH = hari hujan (hari)

CHm= curah hujan maksimum 24 jam (mm)

B. Nilai Erodibilitas Tanah (K)

Tabel 4.2 Perhitungan nilai erodibilitas tanah (nilai K)

No Sampel Tanah

C-Organik

(%)

Tekstur

Nilai M

a b cNilai

K

Pasir Sangat Halus (%)

Debu (%)

Klei (%)

Pasir Kasar (%)

1 Tegal 3,919 16,0375 12,04 67,6175 4,305 909,22 6,757 3 6 0,172Sumber: Dianalisis dari data primer

Analisis Data:

1. Bahan Organaik Tanah

Tabel 4.3 Hasil Analisis Bahan Organik Tanah

NoBerat tanah

(mg)A (g) B (g) nFeSO4

KL∅ 0,5 mm

Kacar C (%)

Kadar BO (%)

1 500 3,24 4,15 0,5 10,525 2,596 6,757Sumber : Laporan sementara

16

Page 17: Laporan Jadi KTA

17

Analisis data :

2. Kadar Lengas Tanah

Tabel 4.4 Hasil Analisis Kadar Lengas Tanah

No ∅ (mm)

a (g) b (g) c (g) KL (%)fk

1 0,5 55,673 71,677 70,153 10,525 1,1052 2 52,504 65,684 64,763 7,513 1,075

Sumber: Laporan sementara

Analisis data:

Kadar Lengas Tanah ∅ 0,5 mm:

Page 18: Laporan Jadi KTA

18

Kadar Lengas Tanah ∅ 2 mm:

3. Tekstur Tanah

Tabel 4.5 Hasil Analisis Tekstur Tanah

No a (g) b (g) c (g) d (g) e (g) f (g) g (g) PEP Fk ∅ 2mm

1 10 37,757 38,137 36,659 36,983 35,380 35,790 0,0095 1,075Sumber: Laporan sementara

Analisis data:

Page 19: Laporan Jadi KTA

19

4. Nilai K

Keterangan:

M = (%pasir sangat halus + % debu) x (100-% klei)

a = % Bahan Organik

b = Kode struktur tanah

c = Kelas permeabilitas

a) Perhitungan Nilai M

M = (%pasir sangat halus + % debu) x (100-% klei)

= (16,0375+12,04) x (100-67,6175)

= 909,22

b) Perhitungan Permeabilitas

Tabel 4.6 Hasil Analisis Permeabilitas Tanah

NoQ

(ml)L

(cm)T

(jam)H

(cm)A

(cm2)K

(cm/JamKeterangan

1 0,48 5 0,083 2,6 50,24 0,22Permeabilitas sangat lambat

Sumber: Laporan sementaraAnalisis data:

Page 20: Laporan Jadi KTA

20

c) Perhitungan K

C. Nilai Kemiringan dan Panjang Lereng (LS)

Tabel 4.7 Perhitungan Nilai LS No Sistem Lahan X (m) s (%) L S LS1 Tegal 43,98 4 1,32 0,35 0,46

Sumber: Dianalisis dari data primer

Analisis Data:

Perhitungan L = ( )m

Perhitungan S = 0,065 + 0,045(s )+ 0,0065(s2)

Keterangan :

X = Panjang Lereng di Lapangan (m)

s = Kemiringan Lereng di Lapangan (%)

m = Eksponensial Panjang Lereng

m = 0,5 jika kemiringan lebih/sama dengan 5%

m = 0,4 jika kemiringan kurang dari 5% dan lebih dari 3%

m = 0,3 jika kemiringan kurang/sama dengan 3% dan lebih/samadengan 1%

m = 0,1 jika kemiringan kurang dari 1%

1. Perhitungan L

Page 21: Laporan Jadi KTA

21

2. Perhitungan S

3. Perhitungan LS

D. Nilai Pengelolaan Tanaman (C) dan Tindakan Konservasi

Tabel 4.8 Perhitungan Nilai CPNo Sistem Lahan Pola

Tanam/Teknik Konservasi

Penutupan Lahan (%)

Nilai C Nilai P

Nilai CP

1 Tegal JatiSengonPepaya Mahoni

Contour cropping

70%20%5%5%

0,21 0,5 0,105

Sumber: Dianalisis dari data primer

E. Hasil Perhitungan Prediksi Erosi dengan Metode USLE

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Prediksi Erosi dengan Metode USLE

Satuan Lahan

Luas (ha)

R K LS CPPrediksi

Erosi (ton/ha/th)

Erosi Satuan Lahan

(ton/ha)Tegal 0,05 1619,02 0,172 0,46 0,105 13,45 0,67

Sumber: Dianalisis dari data primer

Analisis Data:

1. Perhitungan A

Prediksi Erosi (A) = R x K x LS x CP

= R x K x LS x CP

Page 22: Laporan Jadi KTA

22

= 1619,02 x 0,172 x 0,46 x 0,105

= 13,43 ton/ha/tahun

2. Perhitungan erosi per satuan lahan

Erosi Satuan Lahan = Prediksi Erosi (ton/ha/th) × Luas Lahan (ha)

= 13,43 × 0,05

= 0,67 ton/ha

F. Hasil Perhitungan Nilai Erosi yang Diperbolehkan atau Ditoleransi

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Nilai Erosi yang DiperbolehkanSatuan Lahan

KE (mm) FKUGT

(Tahun)T

(ton/ha/tahun)Tegalan 2000 1 400 5

Sumber: Dianalisis dari data primer

Keterangan:

Sub ordo tanah : Troppet

T : Erosi yang diperbolehkan (ton/ha/tahun)

KE : Kedalaman efektif tanah (mm)

FK : Faktor kedalaman sub-ordo

UGT : Umur guna tanah untuk kepentingan pelestarian digunakan 400 tahun

Analisis Data:

Page 23: Laporan Jadi KTA

23

V. PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Lahan

Lahan kelompok kami yaitu lahan 15A, dengan koordinat lahan 7o 38'

0,37" LS 110o 58' 11,6" BT. Ketinggian tempat 226 mdpl, lahan ini sebagian

besar ditanami oleh pohon Jati hampir 70%. Kemudian untuk batas-batas dari

lahan ini sendiri yaitu utuk batas sebelah barat terdapat bangunan serta

lapangan sepak bola, batas timur tegalan yang ditanami pohon Jati untuk

batas utara terdapat jalan raya, kemudian di batas selatan terdapat tegalan.

B. Nilai Erosivitas Hujan (R)

Erosi yang terjadi di suatu lahan meruapakan hasil interaksi antara dua

komponen yakni komponen hujan dan tanah. Jumlah tanah yang hilang karena

erosi ditetntukan oleh dua komponen tersebut. Menurut Hudson (1978)

memberikan batasan bahwa erosivitas hujan merupakan kemampuan potensial

hujan untuk bias menyebabkan erosi. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh

sifat-sifat fisik hujan. Sifat-sifat fisik hujan ini dinyatakan dalam diameter

butiran, kecepatan jatuh butiran dan intensitas (jumkah hujan yang jatuh per

satuan waktu).

Data curah hujan yang menjadi perhitungan erosivitas hujan kelompok

kami adalah data curah hujan tahun 2003-2012. Rata-rata curah hujan tiap

bulan berbeda-beda tentunya. Bulan januari, rata-rata curah hujan sebesar

2,65,18 dengan nilai P 0,477 dan hasil perhitungan erosivitas hujan sebesar

1619,02. Bulan februari sebesar 278,18 dan sebagainya. R tahunan pada data

curah hujan 2003-2012 ini sebesar 1619,02.

Menurut Arsyad (2010), butiran hujan yang jatuh akan mendapat

tahanan udara sehingga butiran akan pecah menjadi lebih kecil, inilah

sebabnya mengapa butiran hujan kan berpengaruh terhadap kecepatan

jatuhnya. Semakin besar diameter butiran hujan berarti kecepatan jatuh butiran

meningkat. Hal ini dapat meningkatkan nilai curah hujan, sehingga apabila

curah hujan tinggi maka kemampuan butiran air hujan untuk mengerosi tanah

juga semakin tinggi.Besarnya curah hujan adalah volume air yang jatuh pada

23

Page 24: Laporan Jadi KTA

24

suatu areal tertentu. Tanah yang tererosi pada umumnya tanah dihancurkan

lebih dahulu samapi butir-butir tanah terpisah satu sama lain. Penghancuran

tanah ini disamping menjadi mudah untuk diangkut ke tempat lain juga

partikel tanah akan menyumbat pori-pori tanah. Akibatnya aliran permukaan

menjadi lebih besar dan kemungkinan terjadi erosi akan meningkat. Pada

umumnya erosi terbesar akan terjadi apabila volume jumlah hujan yang jatuh

besar dan dengan intensitas yang besar pula.

C. Nilai ErodibilitasPada sampel tanah tegalan kandungan C-organik sesuai dengan hasil

perhitungan menunjukkan nilai yang rendah sebesar 3,919%. Hasil C-organik

yang rendah, mempengaruhi nilai K sehingga nilai K hanya 0,172. Rendahnya

kandungan bahan organik serta C-organik berdasarkan hasil analisis

laboratorium ini dapat dipengaruhi karena masukan bahan organik yang

diberikan untuk tegalan ini rendah, akibat luasan lahan yang sangat luas

sehingga penambahan bahan organik dibutuhkan dalam jumlah yang sangat

besar.

Bahan organik yang masih berbentuk seresah seperti daun, ranting dan

sebagainya yang belum hancur yang menutupi permukaan tanah, merupakan

pelindung tanah terhadap kekuatan perusak butir-butir hujan yang jatuh.

Bahan organic tersebut juga menghambat aliran permukaan, sehingga

kecepatan alirannya lambat dan relatif tidak merusak. Bahan organi yang

sudah mengalami pelapukan mempunyai kemampuan menyerap dan menahan

air yang tinggi, sampai dua-tiga kali berat keringnya. Akan tetapi kemampuan

menyerap air ini hanya merupakan faktor kecil dalam mempengaruhi

kecepatan aliran permukaan. Pengaruh utama bahan organik adalah adalah

memperlambat aliran permukaan, meningkatkan infiltrasi dan memantapkan

agregat tanah (Arsyad 2010). Menurut Wischmeier dan Mannering (1969)

menyatakan bahwa energy yang dibutuhkan untuk memulai aliran permukaan

dan mengakhiri proses infiltrasi semakin meningkat dengan bertambahnya

kandungan bahan organic.

Page 25: Laporan Jadi KTA

25

Hasil analisis tekstur tegalan, didapatkan persentase pasir sangat halus

16,0375% yang menunjukkan kandungan pasir halus dalam tanah kebun karet

ini kategori sedang. Persentase debu diperoleh nilai sebesar 12,04% dan

kandungan liat sebesar 67,6175% serta pasir kasar 4,305%. Hasil persentase

dari keempat nilai tekstur yang terdiri dari pasir halus, debu dan liat serta pasir

kasar dimsukkan ke dalam rumus perhitungan M sehingga didapatkan nilai

sebesar 909,22

Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah, ditentukan

berdasarkan perbandingan butir-butir (fraksi) pasir, debu dan clay. Fraksi pasir

berukuran 2mm-50µ lebih kasar dibanding debu (50µ -2µ) dan clay (lebih

kecil dari 2 µ). Karena ukurannya yang kasar, maka tanah-tanah yang

didominasi olah fraksi pasir akan meloloskan air lebih cepat (kapasitas

infiltrasi dan permeabilitas tinggi) dibandingkan dengan tanah-tanah yang

didominasi oleh fraksi debu dan liat. Kapasitas infiltrasi dan permeabilitas

yang tinggi, serta ukuran butir yang relatif lebih besar menyebabkan tanah-

tanah yang didominasi oleh pasir umumnya mempunyai erodibilitas yang

rendah. Tanah dengan kandungan pasir halus (0,01mm-50µ) tinggi juga

mempunyai kapasitas infiltrasi cukup tinggi, akan tetapi jika terjasi aliran

permukaan, maka butir-butir halus akan mudah terangkut.

Debu merupakan fraksi tanah yang paling mudah tererosi karena selain

mempunyai ukuran yang relative halus, fraksi ini juga tidak mempunyai

kemampuan untuk membentuk ikatan. Karena tidak mempunyai muatan.

Berbeda dengan debu, liat meskipun berukuran halus namun karena

mempunyai muatan, maka fraksi ini dapat membentuk ikatan. Mayer dan

Harmon (1984) menyatakan bahwa tanah-tanah bertekstur halus (didominasi

liat) umumnya bersifat kohesif dan sulit untuk dihancurkan. Walaupun

demikian, bila kekuatan curah hujan atau aliran permukaan mampu

menghancurkan ikatan antar partikelnya, maka akan timbul bahan sedimen

tersuspensi yang mudah untuk terangkut atau terbawa aliran permukaan.

Fraksi halus (dalam bentuk sedimen tersuspensi) juga dapat menyumbat

pori-pori tanah di lapisan permukaan. Akibatnya infiltrasi akan menurun

Page 26: Laporan Jadi KTA

26

sehingga aliran permukaan akan meningkat. Akan tetapi, jika tanah demikian

mempunyai agregat yang mantap, yakni tidak mudah terdispersi maka

penyerapan air kedalam tanah masih cukup besar, sehingga aliran permukaan

dan erosi menjasi relatif tidak berbahaya (Arsyad 2010).

Struktur tanah pada kebun karet menunjukkan kode 3 yang berarti tanah

di kebun karet mempunyai struktur granuler sedang sampai kasar (2-10 mm).

Struktur tanah sawah memiliki kode 3 yang memiliki arti tanah sawah

berstruktur granuler sedang sampai kasar (2-10 mm). Bentuk dan stabilitas

agregat, serta persentase tanah yang teragregasi sangat berperan dalam

menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Hasil penelitian Mayer

dan Harmon (1984) pada 18 jenis tanah , menunjukkan bahwa tanah yang

paling peka terhadap erosi adalah tanah yang paling rendah presentasi

agregasinya. Tanah –tanah dengan agregasi tinggi, berstruktur granular,

saranf, tingkat penyerapan airnya lebih tinggi daripada tanah yang tidak

berstruktur atau susunan butir-butir premiernya lebih rapat.

Selain dipengaruhi oleh tekstur dan kandungan bahan organik,

pembentukan agregat tanah dipengaruhi juga oleh jumlah dan jenis kation

yang diadsorbsi liat. Hasil penelitian Meyer dan Harmon (1984) menunjukkan

bahwa kandungan kalsium dapat ditukar, jumlah basa-basa dapt ditukar,

kapasitas tukat kation dan kandungan bahan organic tanah berkorelasi negatif

dengan tingkat kepekaan tanag terhadap erosi lembar. Stabilitas agregat tanah

sangat berpengaruh terhadap kemantapan pori tanah. Tanah-tanah yang mudah

terdispersi atau agregatnya tidak stabil menyebabkan pori-porinya tanah juga

mudah hancur atau tertutup oleh liat atau debu (erosi internal), sehingga laju

dan kapasitas infiltrasi tanah mengalami penurunan.

Permebilitas tanah kebun karet termasuk dalam kode 1 yang

mengartikan tanah ini memiliki permeabilitas yang cepat. Sedangkan nilai

permeabilitas dari tanah sawah sama dengan sampel tanah kebun karet yaitu

berkode 1 yang berarti tanah sawah memiliki permeabilitas cepat.

Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah untuk menyerap air melalui

pori-pori tanah baik ke arah horizontal maupun ke arah vertikal. Besar

Page 27: Laporan Jadi KTA

27

kecilnya permeabilitas sangat dipengaruhi olh tekstur tanah. Makin kasar

tekstur tanah, maka makin besar permeabilitasnya. Hubungan antara

permeabilitas dengan erosi adalah apabila permeabiltas dalam tanah terlalu

tinggi sehingga menutupi seluruh pori tanah dapat terjadi berkurangnya

kekuatan dalam tanah sehingga bila mendapatkan tekanan terhadap tanah

tersebut dapat mengakibatkan mudahnya tanah itu terjadi longsoran atau erosi.

Hasil perhitungan setelah diketahui nilai bahan organic, C-organik,

fraksi tekstur, struktur, permeabilitas dan nilai M maka dapat diketahui bahwa

nilai erodibilitas (K) tanah tegalan sebesar 0,172. Erodibilitas tanah

merupakan sifat tanah yang dinamis, yang bervariasi terhadap waktu,

kelengasan tanah, suhu tanah, pengolahan tanah, gangguan manusia atau

binatang, serta faktor biologi dan kimia. Faktor yang mempunyai pengaruh

besar terhadap variasi erodibilitas tanah tersebut adalah suhu tanah, tekstur

tanah dan kelengasan tanah.

Suatu tanah yang mempunyai erodibilitas rendah mungkin mengalami

erosi yang berat jika tanah tersebut pada lereng curam dan panjang, serta curah

hujan dengan intensitas hujan yang selalu tinggi. Sebaliknya suatu tanah yang

mempunyai erodibilitas tinggi, mungkin memperlihatkan gejala erosi ringan

atau tidak sama sekali bila terdapat pada lereng yang landai, dengan

penutupan vegetasi baik, dan curah hujan berintensitas rendah. Hudson (1978)

juga menyatakan bahwa selain sifat fisik tanah, faktor pengelolaan terhadap

tanah sangat berpengaruh terhadap erodibilitas suatu tanah. Hal ini

berhubungan dengan adanya pengaruh dari faktor pengelolaan tanah terhadap

sifat-sifat tanah. Seperti yang ditunjukkan olah hasil penelitian Rachman

(2003), bahwa pengelolaan tanah dan tanaman yang mengakumulasi sisa-sisa

tanaman berpengaruh baik terhdap kualitas tanag, yaitu terjadinya perbaikan

stabilitas agregat tanah, ketahanan tanah dan daya tahan tanah daya hancur

curah hujan atau erodibilitas.

Erodibilitas tanah sangat penting untuk diketahui agar tindakan

konservasi dan pengelolaan tanah dapat dilaksanakan secara lebih tepat dan

terarah. Namun demikian, Veice (2002) menyatakan bahwa konsep dari

Page 28: Laporan Jadi KTA

28

erodibilitas tanah dan bagaimana cara menilainya merupakan suatu hal yang

bersifat kompleks atau tidak sederhana, karena erodibilitas dipengaruhi oleh

banyak sekali sifat-sifat tanah.

D. Nilai Kemiringan dan Panjang Lereng (LS)

Jenis penggunaan lahan tegalan, panjang lereng rata-rata sepanjang

43,98 m dengan kemiringan rata-rata 4% sehingga didapatkan nilai LS yang

dihasilkan sebesar 0,46. Faktor LS merupakan kombinasi antara faktor

panjang lereng (L) dan kemiringan lereng (S) yang mana merupakan nisbah

besarnya erosi dari suatu dari suatu lahan. Lereng yang semakin curam dan

semakin panjang akan meningkatkan besarnya erosi, jika lereng semakin

curam make kecepatan aliran permukaan meningkat sehingga daya angkutnya

juga meningkat. Lereng yang semakin panjang, berarti volume air yang

mengalir semakin besar. Sehingga kecepatan aliran juga semaki besar dan

benda yang bisa diangkut akan lebih banyak.

Secara umum erosi akan meningkat dengan meningkatnya kemiringan

dan panjang lereng. Pada lahan datar, percikan butir air hujan melemparkan

partikel tanah ke udara ke segala aarah secara acak pada lahan miring, partikel

tanah lebih banyak terlempar kea rah bawah daripada ke atas, dengan proporsi

yang makin besar dengan meningkatnya kemiringan lereng. Selanjutnya,

makin panjang lereng cenderung makin banyak air permukaan yang

terakumulasi, sehingga aliran permukaan menjadi lebih tinggi maupun

kecepatannya. Kombinasi kedua variable lereng ini menyebabkan laju erosi

tanah tidak sekedar proporsional dengan kemiringan lereng tetapi meningkat

secara drastic dengan meningkatnya panjang lereng.

E. Nilai Pengelolaan Tanaman ( C ) dan Tindakan Konservasi ( P )

Pada lahan tegalan terdapat dua faktor pengelolaan tanaman (C) yang

ada yaitu jati dengan presentase 70%, sengon 20%, pepaya 5%, dan mahoni

5%. Nilai pengolahan lahan untuk lahan tegalan sebesar 0,21, dengan nilai

konservasi 0,5. Pengaruh vegetasi sebagai penutup tanah terhadap erosi,

vegetasi mampu menangkap atau intersepsi butir air hujan sehingga energy

Page 29: Laporan Jadi KTA

29

kinetiknya terserap tanaman dan tidak menghantam langsung pada tanah.

Pengaruh intersepsi air hujan sehingga tidak jatuh ke bumi dan memberikan

kesempatan terjadinya penguapan langsung dari dedaunan dan dahan, selain

itu menangkap butir air hujan dan meminimalkan pengaruh negative terhadap

struktur tanah. Tanaman penutup mengurangi energy aliran, meningkatkan

kekasaran sehingga mengurangi kecepatan aliran permukaan dan selanjutnya

memotong kemampuan aliran permukaan untuk melepas dan mengangkut

partikel sedimen. Perakaran tanaman meningkatkan stabilitas tanah dengan

meningkatkan kekuatan tanah, granularitas dan porositas. Aktivitas biologi

yang berkaitan dengan pertumbuhan tanaman memberikan dampak positif

pada porositas tanah. Tanaman mendorong transpirasi air, sehingga lapisan

tanah atas menjadi kering dan memadatkan lapisan di bawwahnya.

Dalam meninjau pengaruh vegetasi terhadap mudah tidaknya tanah

tererosi, harus dilihat apakah vegetasi penutup tanah tersebut mempunyai

struktur tajuk yang berlapis sehingga dapat menurunkan kecepatan terminal air

hujan dan memperkecil diameter tetsan air hujan. Tumbuhan bawah lebih

berperan dalam menurunkan besarnya erosi karena merupakan stratum

vegetasi terakhir yang akan menentukan besar-kecilnya erosi percikan. Oleh

karena itu, dalam melakukan program konservasi tanah dan air melalui cara

vegetative, system pertanaman (tanaman pertanian) diusahakan agar tercipta

struktur pelapisan tajuk serapat mungkin. Peran utama dari vegetasi adalah

pada intersepsi dari tetesan hujan sehingga energy kinetic dihilangkan oleh

tanaman dibandingkan bila langsung ke tanah (Asdak 1995).

Efektifitas pelindung tanaman dalam mengurangi erosi bergantung pada

ketinggian dan kontinuitas dari kanopi, kerapatan dari pelindung dipermukaan

tanah dan kerapatan akar. Ketinggian kanopi sangat penting karena air jatuh

dari ketinggian 7 m dapat melebihi 90% dari kecepatan terminal. Lebih lanjut,

tetesan hujan yang terintersepsi oleh kanopi dapat bergabung pada daun

membentuk tetesan yang lebij besar yang mana lebih erosive. Efek ini diteliti

terutama dalam hubungan dengan kanopi hutan, Chapman 1948 dibawah

hutan pinus Amerika Serikat, Budiriyanto dan Romdhoni 1979 dibawah

Page 30: Laporan Jadi KTA

30

tegakan hutan Acacia di Indonesia dan Mosley 1982 dibawah hutan New

Zealand, semua menunjukkan bahwa kadang intersepsi oleh kanopi

mengurangi volume air hujan yang mencapai permukaan tanah, tetapi tidak

secara nyata mengurangi energi kinetik yang mana kadang meningkat bila

dibandingkan dengan energi kinetik yang jatuh ditanah terbuka. Hal ini dapat

disebabkan karena jumlah yang besar pada hujan sebagai hasil dari

bergabungnya tetesan hujan pada daun-daun (Morgan 1979).

Faktor konservasi adalah nisbah antara tanah tererosi rata-rata dari

lahan yang mendapat perlakuan konservasi tertentu terhadap tanah tererosi

rata-rata dari lahan yang diolah tanpa tindakan konservasi, dengan catatan

faktor-faktor penyebab erosi yang lain diasumsikan tidak berubah. Nilai faktor

tindakan konservasi adalah jumlah erosi yang terjadi pada lahan yang telah

dilakukan tindakan konservasi dibandingka dengan erosi yang terjasi pada

lahan tanpa tanaman konservasi tanah. Strategi konservasi yang dapat

dilakukan yaitu

1. Konservasi secara Agronomis

Metode agronomis atau biologi adalah memanfaatkan vegetasi

untuk membantu menurunkan erosi lahan. Konservasi tanah dan air secara

vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa tanaman

dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi laju erosi dengan

cara mengurangi daya rusak hujan yang jatuh dan daya rusak aliran

permukaan. Konservasi tanah dan air secara vegetatif ini dapat dilakukan

dengan berbagai macam cara:

a. Tanaman Penutup Tanah

Tanman penutup tanah adalah tanaman yang sengaja ditanam

untuk melindungi tanah dari erosi, menambah bahan organik tanah, dan

sekaligus meningkatkan produktifitas tanah.

b. Pertanaman dalam Strip

Pertanamn dalam strip (strip cropping) adalah cara cocok tanam

dengan beberapa jenis tanaman ditanam berselang-seling dalam strip-

strip dalam sebidang tanah dan disusun memotong lereng atau garis

Page 31: Laporan Jadi KTA

31

kontur. Tanamn yang ditanam biasanya tanamn pangan atau tanaman

semusim diselingi dengan tanaman penutup tanah yang tumbuh dengan

cepat

c. Pertanaman berganda

Pertanaman berganda (multiple croping) berguna untuk

meningkatkan produktifitas lahan sambil menyediakan proteksi tanah

dari erosi. Sistem ini dapat dilakukan dengan baik dengan cara

pertanaman beruntun (squential cropping); tumpang sari (inter croping);

atau tumpang gilir (relay croping).

d. Penggunaan Mulsa

Mulsa adalah sisa-sisa tanamn (crop residues) yang ditebarkan

diatas permukaan tanah. Keuntungan penggunaan mulsa dari segi

konservasi anara lain; Mengurangi laju erosi dari hantaman air hujan,

mengurangi volume dan kecepatan aliran permukaan, memelihara

temperatur dan kelembaban tanah, meningkatkan kemantapan struktur

tanah, meningkatkan kandungan bahan organik tanah, mengendalikan

tanaman pengganggu.

e. Penghutanan Kembali

Reboisasi adalah cara yang cocok untuk menurunkan erosi dan

aliran permukaan, terutama jika dilakukan pada daerah hulu daerah

tangkapan air untuk mengatur banjir.

2. Konservasi secara Mekanis

a. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah adalah manipulasi mekanik terhadap tanah yang

ditujukan untuk menciptakan kondisi tanah yang baik bagi pertumbuhan

tanaman.

b. Pengolahan Tanah Menurut Kontur

Penanaman dan pengolahan tanah menurut garis kontur dapat

mengurangi erosi sampai 50% dibandingkan dengan pengolahan tanah

dan penanaman menurut lereng (up-and-down).

Page 32: Laporan Jadi KTA

32

c. Guludan

Guludan merupakan tumpukan tanah (galengan) yang dibuat

memanjang memotong kemiringan lahan. Fungsi guludan ini adalah

untuk menghambat aliran permukaan, menyimpan air dibagian atasnya ,

dan untuk memotong panjang lereng. Tinggi tumpukan berkisar antara

25-30 cm dengan lebar dasar 25-30 cm. Jarak antara guludan bervariasi

bergantung pada kecuraman lereng, kepekaan tanah terhadap erosi, dan

erosivitas hujan.

d. Terras

Terras adalah timbunan tanah tang dibuat melintang atau

memotong kemiringan lahan, yang berfungsi untuk menangkap aliran

permukaan, serta mengarahkannya ke outlet yang mantap atau engan

kecepatan yang tidak erosive. Dengan demikian memungkinkan

terjadinya penyerapan air dan berkurangnya erosi.

e. Saluran Pembuangan Air

Untuk menghindari terkonsentrasinya aliran permukaan

disembarang tempat, yang akan merusak dan membahayakan tanah yang

akan dilewatinya, maka perlu dibuatkan jalan khusus berupa saluran

pembuangan air (waterways). Sehingga tujuan utama pembangunan

waterways adalah untuk mengarahkan dan menyalurkan air permukaan

dengan kecepatan yang tidak erosif ke lokasi pembuangan air yang

sesuai. Saluran pengelak dibuat dibagian atas lereng dari lahan pertanian,

berfungsi untuk menangkap air yang mengalir dari lereng diatasnya dan

menyalurkan kesaluran berumput.

3. Konservasi Secara Kimiawi

Metode kimia adalah tindakan atau perlakuan kepada tanah agar

terjadi peningkatan kemantapan agregat tanah atau struktur tanah, dengan

jalan memberikan preparat-preparat kimia tertentu yang dapat memperkecil

kepekaan tanah terhadap ancaman kerusakan tanah. Salah satu cara yang

digunakan dalam metode kimia adalah dengan pemakaian bahan pemantap

tanah (Soil Conditioner). Tujuanya untuk meperbaiki keadaan atau sifat

Page 33: Laporan Jadi KTA

33

fisik tanah dengan menggunakan bahan-bahan kimia baik secara buatan

atau alami.

Nilai CP kebun karet dihasilkan nilai sebesar 0,105. Menurut Asdak

(1995), penilaian faktor P di lapangan lebih mudah bila dibandingkan dengan

faktor C karena dalam kenyataanya, kedua faktor tersebut berkaitan erat. Nilai

C akan dipengaruhi dengan nilai P, atau sebaliknya.

F. Hasil Perhitungan Prediksi Erosi dengan Metode USLE dan Erosi

Diperbolehkan

Faktor penyebab erosi secara keseluruhan terdapat lima faktor yang

menyebabkan dan mempengaruhi besarnya laju erosi, yaitu iklim, tanah, dan

topografi atau bentuk wilayah, vegetasi penutup tanah dan kegiatan manusia.

Faktor iklim yang paling menentukan dalam hal ini adalah hujan yang

dinyatakan dalam nilai indeks erosivitas hujan. Besar kecilnya laju erosi

banyak tergantung juga kepada sifat-sifat tanah yang dinyatakan sebagai

erodibilitas tanah, yaiut kepekaan tanah terhadap erosi atau mudah tidaknya

tanah tersebut tererosi. Tanah yang memiliki nilai erodibilitas tinggi, berarti

tanah tersebut peka atau mudah tererosi, sebaliknya bagi tanah dengan

erodibilitas rendah, berarti tanah tersebut resisten atau tahan terhadap erosi.

Erosi potensial dihitung dengan memperhitungkan besarnya erosi dengan

melihat dua faktor erosivitas dan erodibilitas tanah, sedangkan faktor yang

lain dianggap satu.

Berdasarkan hasil perhitungan faktor-faktor yang mempengaruhi

prediksi erosi, didapatkan data sehingga dapat menghasilkan nilai prediksi

erosi. Nilai prediksi erosi untuk tegalan dengan luas 0,05 ha curah hujan tahun

2012 didapatkan nilai sebesar 1616,02. Nilai faktor erosivitas (K) didapatkan

nilai sebesar 0,172. Hasil perhitungan panjang dan kemiringan lereng sebesar

0,46 dengan nilai pengelolaan tanaman (C) dan tindakan konservasi (P)

sebesar 0,105, sehingga didapatkan nilai prediksi erosi sebesar 13,45

ton/ha/th.

Erosi adalah proses hilangnya atau terangkutnya tanah di permukaan.

Erosi merupakan kejadian alami yang berlangsung sejak bumi ini terbentuk

Page 34: Laporan Jadi KTA

34

adapun penyebab utama erosi adalah air dan angin. Erosi dapat terjadi pada

kondisi alami, yaitu pada lahan yang tertutup oleh vegetasi asli tanpa campur

tangan manusia melakukan kegiatannya dan terjadi erosi, dinamakan erosi

yang dipercepat. Erosi yang melampaui kecepatan normal, akibat ulah

manusia sehingga merusak karena menghilangkan lapisan tanah, prosesnya

disebut erosi tanah. Erosi oleh air dapat dibagi ke dalam empat tipe, yaitu

erosi percikan, erosi lembar, erosi alur, dan erosi lembah.

Erosi tanah terjadi melalui tiga tahap, yaitu pelepasan partikel tunggal

dari massa tanah dan tahap pengangkutan oleh media yang erosif seperti

aliran air dan angin. Kondisi dimana energy yang tersedia tidak lagi cukup

untuk mengangkut partikel, maka akan terjadi tahap yang ketiga yaitu

pengendapan. Percikan air hujan merupakan media utama pelepasan partikel

tanah. Butiran air hujan mengenai permukaan tanah yang gundul, partikel

tanah dapat terlepas dan terlempar sampai beberapa centimeter ke udara.

Lahan datar partikel-partikel tanah tersebar lebih kurang merata ke segala

arah, tapi untuk lahan miring terjadi dominasi kearah bawah searah lereng.

Partikel-partikel tanah ini akan menyumbat pori-pori tanah sehingga akan

menurunkan kapasitas dan laju infiltrasi.

Kondisi dimana intensitas hujan melebihi laju infiltrasi, maka akan

terjadi genangan air di permukaan tanah, yang kemudian akan menjadi aliran

permukaan. Aliran permukaan ini menyediakan energy untuk mengangkut

partikel-partikel yang terlepas baik oleh percikan air hujan maupun oleh

adalnya aliran permukaan itu sendiri. Energi atau aliran permukaan menurun

dan tidak mampu lagi mengangkut partikel tanah yang terlepas, maka partikel

tanah tersebut akan diendapkan. Nilai prediksi erosi pada lahan tegalan

sebesar 14,426 ton/ha/tahun. Nilai ini termasuk sedang untuk dapat

menyebabkan bahaya erosi. Dari hasil prediksi erosi sebesar 14,426

ton/ha/tahun didapatkan nilai erosi persatuan lahan sebesar 0,721 ton/ha.

Hasil untuk analisis erosi yang diperbolehkan yaitu 5 ton/Ha/th, nilai ini

tergolong kedalam tingkatan erosi yang sangat ringan karena masih dibawah

15 ton/Ha/th.

Page 35: Laporan Jadi KTA

35

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Praktikum konservasi tanah dan air telah kami lakukan dengan

serangkaian kegiatan di lapangan, hasil pengamatan, analisis laboratorium,

analisis data, dan pembahasan dalam penyusunan laporan ini dapat kami

simpulkan:

1. Selama tahun 2003-2012 data rata-rata curah hujan bulanan menunjukkan

rata-rata curah hujan tertinggi pada bulan Desember dengan rata-rata curah

hujan sebesar 284,68 mm, rata-rata curah hujan terendah pada bulan

Agustus 2,42 mm.

2. Data R tahunan pada 2003-2012 sebesar 1619,02.

3. Semakin besar rata-rata curah hujan yang turun, maka semakin besar pula

nilai erosivitasnya (R).

4. Nilai erodibilitas tanah (K) dipengaruhi oleh komposisi penyusun tanah

seperti bahan organik, pasir sangat halus, debu, pasir, dan liat.

5. Tektur tanah lahan tegalan terdiri pasir sangat halus 16,0375%, debu

12,04%, dan liat 67,6175% serta pasir kasar 4,305%. Sedangkan tanah

sawah irigasi

6. Lahan tegalan memiliki erodibilitas tanah (K) 0,172, sedagkan sawah

irigasi memiliki nilai K

7. Kandungan bahan organik berbanding lurus dengan kadar C-Organik. .

8. Lahan tegalan memiliki rata-rata panjang lereng yang terukur 43,98 m dan

rata-rata kemiringan 4%. Nilai L 1,32 dan S nilainya 0,35 sehingga LS

untuk tegalan sebesar 0,46.

9. Semakin panjang lereng dan semakin curam lereng, maka semakin besar

pula erosi yang ditimbulkan .

10. Nilai C untuk tegalan sebesar 0,21

11. Pola konservasi yang digunakan pada lahan tegalan adalah pola konservasi

pada tanaman perkebunan dengan penutup tanaman rapat sehingga

didapatkan nilai P sebesar 0,5.

35

Page 36: Laporan Jadi KTA

36

12. Pola konservasi yang digunakan pada lahan sawah menggunakan pola

padi, jagug didapatkan nilai P 0,4.

13. Perhitungan prediksi erosi mengunakan metode USLE mendapatkan nilai

prediksi erosi pada laha tegalan sebesar 13,45 ton/ha/tahun dan nilai erosi

persatuan lahan sebesar 0,67 ton/ha. Nilai prediksi erosi pada sawah irigasi

sebesar ton/ha/tahun dan nilai erosi persatuan lahan sebesar ton/ha.

B. Saran

Praktikum Konservasi Tanah dan Air ini kedepannya agar lebih baik lagi,

kami menyarankan agar praktikum ini didampingi oleh coass, persiapan dan

waktu untuk praktikum dipersiapkan lebih baik lagi dalam memberikan

pengarahan penjelasan kegiatan-kegiatan yang dilakukan saat praktikun, dan

persiapan alat-alat yang digunakan agar dilengkapi dan di tambah lagi.

Page 37: Laporan Jadi KTA

37

DAFTAR PUSTAKA

Antum 2009. Konservasi Tanah dan Air. http://4antum.wordpress.com. Diakses 1 Desember 2014.

Arsyad S 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Arsyad S 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor. IPB Press, Institut Pertanian Bogor.

Asdak C 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada Press.

Asdak Chay 1995. Hidrologi dan Pengelolan Daerah Aliran Sungai.  Yogyakarta: UGM Press

DEPTAN 2006. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 47/Permentan/OT.140/10/2006 Tentang Pedoman Umum Budidaya Pertanian pada Lahan Pegunungan. BB Litbang Sumberdaya Lahan. Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Hardjowigeno S 2003. Ilmu Tanah. Jakarta. Akademika Presindo.

Hardjowigeno S 2007. Klasifikasi Tanah dan Lahan. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Hudson N 1978. Soil Conservation. London. Bastlford.

Kartasapoetra 2001. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta. Rineka Cipta.

Kartasapoetra G 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta. Rineka Cipta.

Mario 2009. Jenis-Jenis Erosi. http://mariokoto.wordpress.com. Diakses 1 Desember 2014.

Martono 2004. Pengaruh Intensitas Hujan dan Kemiringan Lereng terhadap Laju Kehilangan Tanah pada Tanah Regosol Kelabu. Semarang. Universitas Diponegoro Press.

Marwanto S 2008. Identifikasi Lahan Rawan Longsor dan Indeks Bahaya Erosi di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. http://balittanah.litbang.deptan.go.id. Diakses 2 Desember 2014.

Mayer LD dan Harmon WC 1984. Susceptibility of agricultural soils to interill erosion. Soil Sci. Soc. Am. J. 8:1.152-1.157

Morgan RCP 1979. Soil Erosion. Longman, London and New York.

Poerbandono, Ahmad B, Agung B, Harto, Puteri R 2006. Evaluasi Perubahan Perilaku Erosi Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu dengan Pemodelan Spasial. J. Infrastruktur dan Lingkungan Binaan. 2 (2) : 54-57.

Purwowidodo 2002. Mengenal Tanah. Bogor. Laboratorium Pengaruh Hutan.

Page 38: Laporan Jadi KTA

38

Rachman A, H Anderson, C Gantzer dan AL Thompson 2003. Influence of longtem cropping system on soil physical properties related to soil erodibility. Soil Sci. Soc. Am. J. 67 : 637-644

Sarief E S 2006. Konservasi tanah dan air. Bandung. Pustaka Buana.

Suripin 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Aair. Yogyakarta. Kanisius. Sutanto R 2005. Dasar-dasar ilmu tanah (konsep dan kenyataan). Kanisius. Yogyakarta.

Tarigan D R, Djati M 2012. Pengaruh Erosivitas dan Topografi Terhadap Kehilangan Tanah pada Erosi Alur di Daerah Aliran Sungai Secang Desa Hargotirto Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo. Jurnal Bumi Indonesia. 1 (3) : 17-22.

Utomo W H 2004. Erosi dan Konservasi Tanah. IKIP Malang. Malang.

Veiche A 2002. The Spatial Variabilitu Of Erodibility And Its Relation To Soil Types : A Study From Northem Ghana. Geoderma 106:110-120

Wischmeier WH dan Mannering 1969. Relation of soil properties to its erodibility. Soil Sci. Am J. Proce 33 : 131-137