laporan jadi fix

41
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peningkatan pelayanan di bidang kesehatan menyebabkan usia harapan hidup semakin meningkat dan sebagai konsekuensinya masalah kesehatan berupa penyakit stroke, kardiovaskuler dan penyakit degeneratif lainnya (Fauziah dkk, 2012). Stroke merupakan penyebab utama terjadinya gangguan fungsi atau dissability. Stroke adalah penyakit yang merupakan penyebab kematian tersering ke tiga di negara Amerika. Stroke infark merupakan penyebab stroke yang tersering, dari seluruh kaus stroke, sekitar 80% disebabkan oleh infark. Prevalensi stroke di Indonesia mencapai angka 8,3/1000 penduduk pada kelompok umur 55-64 tahun, stroke menjadi penyebab lematian tertinggi baik di perkotaan maupun di pedesaan. Berbagai fakta diatas menujukan, stroke masih merupakan masalah utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah krusial ini diperlukan strategi penangulangan stroke yang mencakup aspek preventif, terapi rehabilitasi, dan promotif. Keberadaan unit stroke di rumah sakit tak lagi sekadar pelengkap, tetapi sudah menjadi keharusan, terlebih bila melihatangka penderita stroke yang terus

Upload: isaac-mochamad-ichoek

Post on 06-Feb-2016

74 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

doc

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Jadi Fix

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Peningkatan pelayanan di bidang kesehatan menyebabkan usia harapan hidup

semakin meningkat dan sebagai konsekuensinya masalah kesehatan berupa penyakit

stroke, kardiovaskuler dan penyakit degeneratif lainnya (Fauziah dkk, 2012). Stroke

merupakan penyebab utama terjadinya gangguan fungsi atau dissability. Stroke adalah

penyakit yang merupakan penyebab kematian tersering ke tiga di negara Amerika.

Stroke infark merupakan penyebab stroke yang tersering, dari seluruh kaus stroke,

sekitar 80% disebabkan oleh infark.

Prevalensi stroke di Indonesia mencapai angka 8,3/1000 penduduk pada

kelompok umur 55-64 tahun, stroke menjadi penyebab lematian tertinggi baik di

perkotaan maupun di pedesaan.

Berbagai fakta diatas menujukan, stroke masih merupakan masalah utama di

bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah

krusial ini diperlukan strategi penangulangan stroke yang mencakup aspek preventif,

terapi rehabilitasi, dan promotif.

Keberadaan unit stroke di rumah sakit tak lagi sekadar pelengkap, tetapi sudah

menjadi keharusan, terlebih bila melihatangka penderita stroke yang terus meningkat

dari tahun ke tahun di indonesia. Karena penanganan stroke yang cepat, tepat dan

akurat akan meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Untuk itulah penulis

menyusun makalah mengenai stroke yang menunjukan masih menjadi salah satu

pemicu kematian tertinggi di Indonesia.

B. TUJUAN

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada stroke diharapkan mahasiswa

mampu:

a. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai stroke infark.

b. Mengetahui rencana asuhan keperawatan dan implementasi yang diberikan.

c. Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif kepada pasien stroke.

Page 2: Laporan Jadi Fix

C. MANFAAT

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien stroke

infark.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat di gunakan sebagai literatur dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan

dapat memberi informasi kepada para pembaca untuk menambah wawasan dan

pengetahuan.

Page 3: Laporan Jadi Fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

CVA (Cerebro Vascular Accident) merupakan kelainan fungsi otak yang

timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah

otak yang dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja dengan gejala-gejala

berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabakan cacat berupa

kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya ingat dan

bentuk-bentuk kecacatan lain hingga menyebabkan kematian (Muttaqin, 2008).

CVA Infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak,

progresif cepat, berupa defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24

jam terjadi karena trombositosis dan emboli yang menyebabkan penyumbatan

yang bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak.

Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis.

Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung (arcus aorta)

(Suzanne, 2002)

B. ETIOLOGI

Ada beberapa penyebab CVA infark (Muttaqin, 2008: 235)

1 Trombosis serebri

Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan

iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti

disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau

bangun tidur. Terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan

tekanan darah. Trombosis serebri ini disebabkan karena adanya:

a. Aterosklerostis: mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan elastisitas

dinding pembuluh darah.

b. Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang akan menyebabkan

viskositas/ hematokrit meningkat sehingga dapat melambatkan aliran

darah cerebral.

Page 4: Laporan Jadi Fix

c. Arteritis: radang pada arteri

2 Emboli

Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluhan darah otak oleh

bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari thrombus di

jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Keadaan-keadaan

yang dapat menimbulkan emboli:

a. Penyakit jantung reumatik

b. Infark miokardium

c. Fibrilasi dan keadaan aritmia : dapat membentuk gumpalan-gumpalan

kecil yang dapat menyebabkan emboli cerebri

d. Endokarditis : menyebabkan gangguan pada endokardium

C. FAKTOR RESIKO TERJADINYA STROKE

Ada beberapa faktor resiko CVA infark (Muttaqin, 2008):

1. Hipertensi

2. Penyakit kardiovaskuler-embolisme serebri berasal dari jantung: Penyakit

arteri koronaria, gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, abnormalitas

irama (khususnya fibrilasi atrium), penyakit jantung kongestif.

3. Kolesterol tinggi

4. Obesitas

5. Peningkatan hematokrit

6. Diabetes Melitus

7. Merokok

D. KLASIFIKASI STROKE

Berdasarkan patologi serangannya (Brasherz, 2008)

1. Oklusi aterotrombotik pada arteri ekstra kranial (terutama pada bitur kasio

karotis atau intrakranial)

2. Kardioemboli akibat fibrilasi atrial, infark miokard terbaru

aneurismaventrikel, gagal jantung kongestif/ penhyakit vaskular

3. Lakunar akibat infark cerebral dalam pada arteri lentikulostrista

4. Hemodinamik akibat penurunan perfusi cerebral global.

Page 5: Laporan Jadi Fix

E. TANDA DAN GEJALA

Menurut Hudak dan Gallo dalam buku keperawatn Kritis (1996), yaitu:

1. Lobus Frontal

a. Deficit Kognitif : kehilangan memori, rentang perhatian singkat,

peningkatan distraktibilitas (mudah buyar), penilaian buruk, tidak mampu

menghitung, memberi alasan atau berpikir abstrak.

b. Deficit Motorik : hemiparese, hemiplegia, distria (kerusakan otot-otot

bicara), disfagia (kerusakan otot-otot menelan).

c. Deficit aktivitas mental dan psikologi antara lain : labilitas emosional,

kehilangan kontrol diri dan hambatan soaial, penurunan toleransi terhadap

stres, ketakutan, permusuhan frustasi, marah, kekacuan mental dan

keputusasaan, menarik diri, isolasi, depresi.

2. Lobus Parietal

a. Dominan :

1) Defisit sensori antara lain defisit visual (jaras visual terpotong

sebagian besar pada hemisfer serebri), hilangnya respon terhadap

sensasi superfisial (sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin),

hilangnya respon terhadap proprioresepsi (pengetahuan tentang posisi

bagian tubuh).

2) Defisit bahasa/komunikasi

Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-pola

bicara yang dapat dipahami), Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan

kata yang diucapkan), Afasia global (tidak mampu berkomunikasi

pada setiap tingkat), Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata

yang dituliskan), Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan

ide-ide dalam tulisan).

b. Non Dominan

Defisit perseptual (gangguan dalam merasakan dengan tepat dan

menginterpretasi diri/lingkungan) antara lain:

1) Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap

ekstremitas yang mengalami paralise)

2) Disorientasi (waktu, tempat dan orang)

Page 6: Laporan Jadi Fix

3) Apraksia (kehilangan kemampuan untuk mengguanakan obyak-obyak

dengan tepat)

4) Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan

melalui indra)

5) Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruangan

6) Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau tempat

7) Disorientasi kanan kiri

8) Lobus Occipital: deficit lapang penglihatan penurunan ketajaman

penglihatan, diplobia(penglihatan ganda), buta.

9) Lobus Temporal : defisit pendengaran, gangguan keseimbangan tubuh

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Periksaan penunjang pada pasien CVA infark:

1. Laboratorium :

a. Pada pemeriksaan paket stroke: Viskositas darah pada apsien CVA ada

peningkatan VD > 5,1 cp, Test Agresi Trombosit (TAT), Asam

Arachidonic (AA), Platelet Activating Factor (PAF), fibrinogen (Muttaqin,

2008)

b. Analisis laboratorium standar mencakup urinalisis, HDL pasien CVA

infark mengalami penurunan HDL dibawah nilai normal 60 mg/dl, Laju

endap darah (LED) pada pasien CVA bertujuan mengukur kecepatan sel

darah merah mengendap dalam tabung darah LED yang tinggi

menunjukkan adanya radang. Namun LED tidak menunjukkan apakah itu

radang jangka lama, misalnya artritis, panel metabolic dasar (Natrium

(135-145 nMol/L), kalium (3,6- 5,0 mMol/l), klorida,) (Prince, dkk ,2005)

c. Pemeriksaan sinar X toraks: dapat mendeteksi pembesaran jantung

(kardiomegali)    dan infiltrate paru yang berkaitan dengan gagal jantung

kongestif (Prince,dkk,2005)

d. Ultrasonografi (USG) karaois: evaluasi standard untuk mendeteksi

gangguan aliran  darah karotis dan kemungkinan memmperbaiki kausa

stroke (Prince,dkk ,2005).

e. Angiografi serebrum : membantu menentukan penyebab dari stroke secara 

Spesifik seperti lesi ulseratrif, stenosis, displosia  fibraomuskular, fistula

Page 7: Laporan Jadi Fix

arteriovena, vaskulitis dan   pembentukan thrombus di pembuluh besar

(Prince, dkk ,2005).

f. Pemindaian dengan Positron Emission Tomography (PET):

mengidentifikasi   seberapa besar suatu daerah di otak menerima dan

memetabolisme glukosa serta luas cedera  (Prince, dkk ,2005)

g. Ekokardiogram transesofagus (TEE): mendeteksi sumber kardioembolus

potensial (Prince, dkk ,2005).

h. CT scan : pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema,

posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan

posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens

fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel atau menyebar ke permukaan

otak (Muttaqin, 2008).

i. MRI : menggunakan gelombang magnetik  untuk memeriksa posisi dan

besar / luasnya daerah infark (Muttaqin, 2008).

G. PENATALAKSANAAN

Ada bebrapa penatalaksanaan pada pasien dengan CVA infark (Muttaqin, 2008):

1. Untuk mengobati keadaan akut, berusaha menstabilkan TTV dengan :

a. Mempertahankan saluran nafas yang paten

b. Kontrol tekanan darah

c. Merawat kandung kemih, tidak memakai keteter

d. Posisi yang tepat, posisi diubah tiap 2 jam, latihan gerak pasif.

2. Terapi Konservatif

a. Vasodilator untuk meningkatkan aliran serebral

b. Anti agregasi trombolis: aspirin untuk menghambat reaksi pelepasan

agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.

c. Anti koagulan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya trombosisiatau

embolisasi dari tempat lain ke sistem kardiovaskuler.

d. Bila terjadi peningkatan TIK, hal yang dilakukan:

1) Hiperventilasi dengan ventilator sehingga PaCO2 30-35 mmHg

2) Osmoterapi antara lain :

a. Infus manitol 20% 100 ml atau 0,25-0,5 g/kg BB/ kali dalam waktu 15-

30 menit, 4-6 kali/hari.

b. Infus gliserol 10% 250 ml dalam waktu 1 jam, 4 kali/hari

3) Posisi kepala head up (15-30⁰)

Page 8: Laporan Jadi Fix

4) Menghindari mengejan pada BAB

5) Hindari batuk

6) Meminimalkan lingkungan yang panas

H. KOMPLIKASI

Ada beberapa komplikasi CVA infark (Muttaqin, 2008)

1. Dalam hal imobilisasi:

a. Infeksi pernafasan (Pneumoni)

b. Nyeri tekan pada dekubitus

c. Konstipasi

2. Dalam hal paralisis:

a. Nyeri pada punggung

b. Dislokasi sendi, deformitas

3. Dalam hal kerusakan otak:

a. Epilepsy

b. sakit kepala

c. Hipoksia serebral

d. Herniasi otak

e. Kontraktur

Page 9: Laporan Jadi Fix

I. ANALISA DATA

No. Data (Subjektif-Objektif) Etiologi Masalah

keperawatan

1. DS :

DO:

1. Terdapat sekret di mulut

2. RR: 26x/m

3. Ronchi pada paru kanan

Stroke infark

Penurunan

kesadaran

Hiperproduksi

sekret

Obstruksi jalan

nafas

Bersihan jalan

nafas tidak efektif

Bersihan jalan

nafas tidak efektif

2. DS:

DO:

1. Sianosis

2. CRT>2 detik

3. P: 107x/m

4. GCS : sopor

Stroke infark

Kerusakan sel

otak

Gangguan

autoregulasi

Aliran darah ke

otak menurun

Oksigen menurun

Perfusi jaringan

tidak efektif

Perfusi jaringan

tidak efektif

Page 10: Laporan Jadi Fix

3. DS:

DO:

1. Gerakan ekstremitas tidak

teratur

Stroke infark

Kerusakan sel

otak

Penurunan

kesadaran

Gelisah

Resiko injury

Resiko injury

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas : peningkatan

produksi sputum

2. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d gangguan aliran arteri dan vena

3. Resiko injury b.d psikologik

K. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No. DX. Keperawatan Tujuan Intervensi

1. Bersihan jalan

nafas tidak efektif

b.d obstruksi

jalan nafas :

peningkatan

produksi sputum

NOC:

Respiratory Status :

Airway Patency

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam, jalan

nafas kembali efektif.

Dengan kriteria hasil :

1. Mendemonstra

sikan suara

nafas yang

bersih

NIC :

1. Memastikan kebutuhan

oral/tracheal suctioning

2. Posisikan untuk memaksimalkan

ventilasi

3. Auskultasi suara nafas

4. Keluarkan sekret dengan batuk

atau suction

5. Monitor respirasi dan status O2

6. Berikan terapi O2

Page 11: Laporan Jadi Fix

2. Menunjukkan

jalan nafas

yang paten

3. Saturasi O2

dalam batas

normal

2. Perfusi jaringan

cerebral tidak

efektif b.d

gangguan aliran

arteri dan vena

NOC :

Neurologis status

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam,

ketidakefektifan

perfusi jaringan

cerebral teratasi.

Dengan kriteria hasil :

1. Komunikasi

jelas

2. Menunjukkan

orientasi dan

konsentrasi

3. Pupil seimbang

dan reaktif

NIC :

1. Monitor TTV

2. Monitor ukuran pupil

3. Monitor tonus otot

4. Monitor tekanan intracranial

5. Tinggikan kepala 0-45º

3. Resiko injury b.d

psikologik

NOC :

Risk control

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam,

klien tidak mengalami

injury. Dengan kriteria

hasil :

1. Klien terbebas

dari cedera

NIC :

1. Sediakan lingkungan yang

aman untuk klien

2. Menghindarkan lingkungan

berbahaya

3. Memasang side rail tempat

tidur

4. Memindahkan barang-

barang yang dapat

membahayakan

Page 12: Laporan Jadi Fix

2. Tidak gelisah

3. Mampu

mengenali

perubahan

status

kesehatan

Page 13: Laporan Jadi Fix

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. W

DENGAN STROKE INFARK DI RUANG ICU

RUMAH SAKIT PERTAMINA CIREBON

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

Nama : Tn. W

Usia : 65 Tahun

Agama : Islam

No Medrek : 5009

Tgl Masuk RS : 21 Maret 2015

Tgl Pengkajian : 28 Maret 2015

Alamat : Desa Jambak Indramayu

Diagnosa : Stroke Infark

2. Primary Survey

Airway : Tidak ada secret di hidung, tidak ada secret di mulut, tidak ada polip,

tidak ada pernafasan cuping hidung, terpasang NGT, tidak ada deviasi

trachea.

Breathing : Ekspansi dada simetris kanan dan kiri, RR : 26x/menit, pola napas

kusmaul, tidak ada krepitasi, suara paru kiri vesikuler, suara paru kanan

ronchi, perkusi di lapang paru kiri vesikuler, perkusio di paru kanan

pekak.

Circulation : Sianosis, akral dingin, CRT : 3 detik, TD : 140/70 mmHg,

HR : 107x/menit, turgor kulit elastis.

3. Keluhan Utama

Sesak Nafas

Page 14: Laporan Jadi Fix

4. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 28-03-2015 pukul 07.00 WIB pasien

terlihat sesak nafas.

5. Pemeriksaan Penunjang

No

.

Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Intepretasi

1. 21-03-

2015

1. HB

2. HCT

3. Leukosit

4. Trombosit

5. GDS

Mikroskopis tinja

1. Darah

2. Warna

3. Lendir

4. Konsistensi

Mikroskopis

tinja

1. Eristrosis

2. Lekosit

7,9

27

20,1

225

102

+

Coklat

13-16

40-48

3,5-10

150-400

60-140

2. 22-03-

2015

1. HB

2. HCT

3. Leukosit

4. Trombosit

5. GDS

Mikroskopis tinja

1. Darah

2. Warna

3. Lendir

4. Konsistensi

Mikroskopis tinja

10,5

35

20,1

173

+

Coklat

+

Lembek

13-16

40-48

3,5-10

150-400

60-140

Page 15: Laporan Jadi Fix

1. Eristrosis

2. Lekosit

5-8

4-6

0-1

0-5

Therapy Obat

No. Tanggal Nama obat Dosis Rute Indikasi

1. 28-03-2015 1. Faramadol 3x500 mg

2. Kalnex 3x500 mg IV

3. Citicolin 3x500 mg IV

4. Manitol 4x100 cc IV

5. Episan 3x1

6. Diazepam ½ ampul IV

7. Cefotaxim 2x1 IV

8. Sanmol ½ sendok Oral

9. Mucosra 2x1

10. Ranitidine 2x1 IV

6. Pemeriksaan Fisik

a. Kondisi Umum :

Tampak gelisah, gerakan ektremitas tidak teratur.

b. Kesadaran : E:2 V:2 M:3 (Sopor)

c. TTV :

TD :140/70 mmHg S : 36,70 C

HR : 107x/menit RR : 26x/menit

SPO2 : 99%

d. Head To Toe

Kepala : bentuk mesochepal, tidak ada hematom, tidak ada lesi, kebersihan

rambut baik.

Wajah : bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema.

Page 16: Laporan Jadi Fix

Mata : bentuk mata simetris kanan dan kiri, tidak ada edema palpebra,

konjungtiva anemis, sclera anikterik, reflek pupil terhadaop cahaya

baik, pergerakan bola mata baik, ukuran pupil 3 mm/3 mm.

Hidung : bentuk simetris, terpasang O2 via nasal kanul 4liter/menit, dengan

SPO2 100%.

Mulut : bentuk bibir simetris dan utuh, warna bibir sianosis, mukosa bibir

kering, lidak bersih, gigi sedikit kotor.

Leher : bentuk simetris, tidakk ada pembesaran tiroid.

Dada : bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada fraktur, tidak ada krepitasi,

retraksi dada kanan kiri simetris.

Jantung : bunyi jantung S1S2, perkusi pekak di ICS 3-5 sinistra

Paru : suara nafas sinistra vesikuler, suara nafas kanan ronchi, perkusi di

lapang paru sinistra resonan, di lapang paru kanan hiporesonan.

Abdomen : bentuk simetris, tidak ada distensi abdomen, bising usus 8x/m, blas

kosong, dullness di kuadran 1,3,4, timpani di kuadran 2.

Ekstremitas : kekuatan otot

Genital : terpasang kateter, urine 300cc berwarna kuning jernih.

B. ANALISA DATA

No. Data (Subjektif-Objektif) Etiologi Masalah

keperawatan

1. DS :

DO:

4. Terdapat sekret di mulut

Stroke infark

Penurunan

Bersihan jalan

nafas tidak efektif

4 2

4 2

Page 17: Laporan Jadi Fix

5. RR: 26x/m

6. Ronchi pada paru kanan

kesadaran

Hiperproduksi

sekret

Obstruksi jalan

nafas

Bersihan jalan

nafas tidak efektif

2. DS:

DO:

5. Sianosis

6. CRT>2 detik

7. P: 107x/m

8. GCS : sopor

Stroke infark

Kerusakan sel

otak

Gangguan

autoregulasi

Aliran darah ke

otak menurun

Oksigen menurun

Perfusi jaringan

tidak efektif

Perfusi jaringan

tidak efektif

Page 18: Laporan Jadi Fix

3. DS:

DO:

2. Gerakan ekstremitas tidak

teratur

Stroke infark

Kerusakan sel

otak

Penurunan

kesadaran

Gelisah

Resiko injury

Resiko injury

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas : peningkatan produksi

sputum

2. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d gangguan aliran arteri dan vena

3. Resiko injury b.d psikologik

D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No. DX. Keperawatan Tujuan Intervensi

1. Bersihan jalan

nafas tidak efektif

b.d obstruksi

NOC:

Respiratory Status :

Airway Patency

NIC :

7. Memastikan kebutuhan

oral/tracheal suctioning

Page 19: Laporan Jadi Fix

jalan nafas :

peningkatan

produksi sputum

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam, jalan

nafas kembali efektif.

Dengan kriteria hasil :

4. Mendemonstra

sikan suara

nafas yang

bersih

5. Menunjukkan

jalan nafas

yang paten

6. Saturasi O2

dalam batas

normal

8. Posisikan untuk

memaksimalkan ventilasi

9. Auskultasi suara nafas

10. Keluarkan sekret dengan

batuk atau suction

11. Monitor respirasi dan

status O2

12. Berikan terapi O2

2. Perfusi jaringan

cerebral tidak

efektif b.d

gangguan aliran

arteri dan vena

NOC :

Neurologis status

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam,

ketidakefektifan

perfusi jaringan

cerebral teratasi.

Dengan kriteria hasil :

4. Komunikasi

jelas

5. Menunjukkan

orientasi dan

konsentrasi

6. Pupil seimbang

dan reaktif

NIC :

6. Monitor TTV

7. Monitor ukuran pupil

8. Monitor tonus otot

9. Monitor tekanan

intracranial

10. Tinggikan kepala 0-

45º

3. Resiko injury b.d

psikologik

NOC : NIC :

5. Sediakan lingkungan

Page 20: Laporan Jadi Fix

Risk control

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam,

klien tidak mengalami

injury. Dengan kriteria

hasil :

4. Klien terbebas

dari cedera

5. Tidak gelisah

6. Mampu

mengenali

perubahan

status

kesehatan

yang aman untuk

klien

6. Menghindarkan

lingkungan berbahaya

7. Memasang side rail

tempat tidur

8. Memindahkan

barang-barang yang

dapat membahayakan

E. IMPLEMENTASI

No. Tanggal/

Jam

DX. Kep. Implementasi Evaluasi Paraf

1. 28-03-2015

07.00

09.00

I 1.Mengauskultasi

suara nafas

R: ronchi pada paru

kanan

2.suction

R: sekret berkurang

3.Mengobervasi vital

S:

O: masih

terdapat

sedikit sekret

dimulut

Suara paru

kanan ronchi

Page 21: Laporan Jadi Fix

10.00

11.00

12.00

sign

TD: 140/70 mmHg

HR: 108x/menit

RR: 5x/menit

R: vital sign belom

stabil

4.Mengobservasi

saturasi oksigen

R: 98%

5.Mengobservasi

vital sign

TD: 140/80 mmHg

HR: 107x/menit

RR: 50x/menit

R: vital sign belum

stabil

TD: 47/73

mmhg

HR: 107x/m

RR: 22x/m

S: 36,7oc

kusmaul

A: jalan nafas

tidak efektif

P: intervensi

dilanjutkan

.observasi

vital sign

2.observasi

sat O2

3.Suction

4.monitor

terapi O2

2. 07.00

08.00

10.00

12.00

II 1.Mengobservasi

tingkat kesadaran E2

V2 M3 (somnolen).

R: kesadaran

somnolen

2.Memposisikan

pasien semifowler

R:

3.Mengobservasi

vital sign

TD: 140/70 mmHg

HR: 108x/menit

RR: 51x/menit

R: vital sign masih

belum stabil

4.Mengobservasi

vital sign

S:

O: kesadaran

somnolen

E2V2M3

Vital sign

Td:

140/80mmhg

Hr: 107 x/m

RR: 50x/m

-posisikan

pasien semi

fowler

-sat O2 100%

O2 nasal 4

lpm

A: gangguan

perfusi

Page 22: Laporan Jadi Fix

14.00

TD: 140/70 mmHg

HR: 107x/menit

RR: 50x/menit

R: vital sign masih

belum stabil

5.Mengobservasi

saturasi oksigen

R: sat O2 98%

cerebral

P: intervensi

dilanjutkan

1.observasi

vital sign

2.observasi

status

hemodinamik

3.observasi

tingkat

kesadaran

4.posisikan

semifowler

3. 07.00

07.00

08.10

11.00

14.00

1.Mengobervasi

tingkat kesadaran E2

V2 M3(somnolen).

R: somnolen

2.Mengobservasi

vital sign

TD:140/70 mmHg

HR:107x/menit

RR:51x/menit

R: vital sign masih

belum stabil

3.Memasang side rail

tempat tidur

R:

4.Membatasi

pengunjung

R: mengurangi

aktifitas

5.Mengobservasi

vital sign

S:

O: -kesadaran

somnolen

E2V2M3

Td: 140/80

mmhg

HR: 108x/m

RR: 50x/m

-terpasang

side rail

tempat tidur

-batasi

pengunjung

A: resiko

injury

P: intervensi

dilanjutkan

1.observasi

tingkat

kesadaran

2.observasi

Page 23: Laporan Jadi Fix

TD:140/80 mmHg

HR:108x/menit

RR:50x/menit

R: vital sign masih

belum stabil

vital sign

3.memasang

side rail bed

4.batasi

pengunjung

F. CATATAN PERKEMBANGAN

No. Dx Tanggal/Waktu IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF

1 I 29-03-205

07.00

08.00

08.30

11.00

12.00

13.00

1.Mengobservasi

vital sign

TD:140/70 mmHg

HR:102x/menit

RR:47x/menit

R:

2.Mengobservasi

saturasi oksigen:

R:

3.Memonitor terapi

oksigen O2 via nasal

4 liter/menit.

R:

4.Melakukan saction

R:

5.Mengobservasi

vital sign

TD:130/80 mmHg

HR:108x/menit

RR:48x/menit

R:

6.Mengobservasi

suara napas (Rhonci

paru kanan)

R:

S:

O: ronchi paru

kanan

O2 via kanul 4

lpm

TD: 130/80

mmHg

HR: 108x/menit

RR: 48x/menit

A: jalan nafas

tidak efektif

P: intervensi

dilanjutkan

1.observasi vital

sign

2.Observasi

suara nafas

3.Suction/ nebu

4.observasi sat

O2

5.posisikan semi

fowler

Page 24: Laporan Jadi Fix

7.Nebu = farbivent

R:

2. II 29-03-2015

07.00

07.10

08.00

12.00

12.10

14.00

14.30

1.Mengobservasi

vital sign

TD:140/70 mmHg

HR:102x/menit

RR:47x/menit

R:

2.Mengobservasi

tingkat kesadaran.

E3 V2 M3.

R:

3.Mengobservasi

saturasi oksigen

100%

R:

4.Mengobservasi

vital sign

TD:130/80 mmHg

HR:108x/menit

RR:48x/menit

R:

5.Memposisikan

pasien semi fowler

R:

6.Mengobservasi

vital sign

TD:140/70 mmHg

HR:108x/menit

RR:47x/menit

R:

7.Mengobservasi

CRT: 2 detik

S: -

O: kesadaran E3

V2 M3

TD: 140/70

mmhg

HR: 108x/m

RR: 47x/m

Posisi pasien

sudah semi

fowler

CRT < 2 detik

A: gangguan

perfusi jaringan

P: intervensi

dilanjutkan

1.observasi

tingkat

kesadaran

2.Observasi vital

sign

3.observasi

statushemodina

mik

4.posisikan semi

fowler

Page 25: Laporan Jadi Fix

R:

3. III 29-03-2015

07.00

07.10

07.30

11.00

12.00

1.Mengobservasi

tingkat kesadaran E3

V2 M3

R:

2.Mengobservasi

vital sign

TD:140/70 mmHg

HR:102x/menit

RR:47x/menit

R:

3.Memasang side

trail tempat tidur

R:

4.Membatasi

pengunjung

R:

5.Mengobservasi

vital sign

TD:130/80 mmHg

HR:108x/menit

RR:48x/menit

R:

S: -

O: tingkat

kesadaran

E3V2M3

TD:130/80

mmhg

HR:108x/m

RR:48x/m

Terpasang side

rail bed

Batasi

pengunjung

A: resiko cidera

P: intervensi

dilanjutkan

1.observasi vital

sign

2.observasi

tingkat

kesadaran

3.pasang bed

side rail

4.batasi

pengunjung

4. I 30-03-205

07.00

07.30

1.Mengobservasi

vital sign

TD:140/80mmHg

HR:104x/menit

RR:47x/menit

R:

2.Mengobservasi

saturasi oksigen.

S: -

O: -suara nafas

ronchi paru

kanan

-TD: 130/90

mmHg

-HR: 103x/m

RR:35x/m

Page 26: Laporan Jadi Fix

08.00

09.00

11.00

12.00

14.00

R: sat O2 100%

3.Mengobservasi

vital sign

TD:140/70mmHg

HR:105x/menit

RR:47x/menit

R:

4.Mengobservasi

suara nafas, suara

nafas ronchi, paru

kanan.

R:

5.Melakukan saction

R:

6.Melakukan

nebulizer (farbivent)

R:

7.Melakukan

observasi vital sign

TD:130/90mmHg

HR:103x/menit

RR:35x/menit

R:

Sat O2 100%

A: jalan nafas

tidak efektif

P: intervensi

dilanjutkan

1.observasi vital

sign

2.uction

3. nebulizer

4.Observasi

suara nafas

5. observasi sat

O2

5. II 30-03-2015

07.00

08.00

08.30

1.Mengobservasi

vital sign

TD:140/80mmHg

HR:104x/menit

RR:47x/menit

R:

2.Mengobservasi

tingkat kesadaran. E2

M2 V3

R:

3.Memposisikan

S:

O: kesadaran

E2M2V3

Posisi sudah

semi fowler

TD: 130/90

mmhg

HR: 103x/m

RR: 35x/m

CRT <2 detik

A: gangguan

Page 27: Laporan Jadi Fix

11.00

14.00

pasien semifowler

R:

4.Mengobservasi

CRT: 2 detik

R:

5.Mengobservasi

vital sign

TD:130/90mmHg

HR:103x/menit

RR:35x/menit

R:

perfusi cerebral

P: intervensi

dilanjutkan

1.observasi vital

sign

2.obervasi

kesadaran

3.posisikan semi

fowler

4.observasi

status

hemodinamik

6. III 30-03-2015

08.00

08.00

08.30

11.00

14.00

14.00

1.Mengobservasi

tingkat kesadaran E2

V3 M2

R:

2.Mengobservasi

vital sign

TD:140/70mmHg

HR:105x/menit

RR:47x/menit

R:

3.Memasang side

rail bed

R:

4.Membatasi

pengunjung

R:

5.Mengobservasi

vital sign

TD:120/90 mmHg

HR:103x/menit

RR:33x/menit

S:

O: tingkat

kesadaran

E2V3M2

TD: 130/90

mmhg

HR: 103x/m

RR: 35x/m

Terpasang bed

side rail

A: resiko cedera

P: intervensi

dilanjutkan

1.observasi

tingkat

kesadaran

2.observasi vital

sign

3.pasang side

rail bed

4.batasi

Page 28: Laporan Jadi Fix

R:

6.Meningkatkan

istirahat

R:

pengunjung