laporan pkl jadi

43
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tanaman yang telah lama dikenal di Indonesia karena kegunaannya sebagai tanaman obat untuk aneka penyakit. Belakangan tanaman ini menjadi semakin popular karena manfaatnya yang semakin luas diketahui yakni sebagai sumber penghasil bahan baku untuk aneka produk dari industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Pada saat ini, berbagai produk lidah buaya dapat kita jumpai di kedai, toko, apotek, restoran, pasar swalayan, dan internet yang kesemuanya mengisyaratkan terbukanya peluang ekonomi dari komoditi tersebut bagi perbaikan ekonomi nasional yang terpuruk dewasa ini. Tanaman lidah buaya meskipun bukan merupakan tanaman asli Indonesia ternyata dapat tumbuh baik di negara kita, bahkan di Propinsi Kalimantan Barat, khususnya di 1

Upload: pancen-oye

Post on 26-Nov-2015

246 views

Category:

Documents


41 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pkl Jadi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tanaman yang telah lama dikenal di

Indonesia karena kegunaannya sebagai tanaman obat untuk aneka penyakit.

Belakangan tanaman ini menjadi semakin popular karena manfaatnya yang

semakin luas diketahui yakni sebagai sumber penghasil bahan baku untuk aneka

produk dari industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Pada saat ini, berbagai

produk lidah buaya dapat kita jumpai di kedai, toko, apotek, restoran, pasar

swalayan, dan internet yang kesemuanya mengisyaratkan terbukanya peluang

ekonomi dari komoditi tersebut bagi perbaikan ekonomi nasional yang terpuruk

dewasa ini.

Tanaman lidah buaya meskipun bukan merupakan tanaman asli Indonesia ternyata

dapat tumbuh baik di negara kita, bahkan di Propinsi Kalimantan Barat,

khususnya di Kota Pontianak, tanaman ini beradaptasi jauh lebih baik daripada di

tempat-tempat lainnya. Hal ini diakui oleh pakar lidah buaya mancanegara yang

karenanya juga turut menyayangkan bilamana keunggulan komparatif yang

dimiliki oleh tanaman ini tidak dimanfaatkan oleh Indonesia. Kepentingan pasar

global, setidaknya regional, terhadap lidah buaya Indonesia perlu ditindaklanjuti

dengan berbagai program yang mendukung pengembangan komoditi ini dari

mulai pembudidayaannya di lahan petani, pengolahan hasilnya menjadi berbagai

1

Page 2: Laporan Pkl Jadi

produk agroindustri, dan pemasaran produk-produk tersebut baik secara domestic

maupun global.Tulisan ini akan menyajikan informasi berdasarkan hasil studi

lapang yang mencakup aspek-aspek teknik produksi, pemasaran, keuangan, dan

ekonomi-sosial yang terkait dengan pengembangan lidah buaya tersebut.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui proses penanganan pascapanen lidah buaya

1.3 Metode

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penulisan laporan

ini adalah sebagai berikut :

1) Ikut membantu bekerja dalam kegiatan panen dan pasca panen

lidah buaya (Aloe vera) .

2) Melakukan pengamatan, dokumentasi, pencatatan data yang

diperlukan, wawancara dan studi pustaka yang berhubungan dengan

proses pasca panen lidah buaya (Aloe vera) .

1.4 Tempat dan waktu pelaksanaan PKL

Adapun tempat dan waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan sebagai

berikut :

1) Pelaksanaan praktek kerja lapangan bertempat di

2) Pelaksanaan praktek kerja lapangan dilakukan selama 1

(satu) bulan dari tanggal 16 Januari sampai dengan 16 februari 2012

2

Page 3: Laporan Pkl Jadi

1.5 Manfaat

Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah :

1) Agar mahasiswa mengetahui secara langsung seluruh aspek dalam

suatu perusahaan/instansi pemerintah yang dipilih menjadi tempat

praktek kerja lapangan.

2) Agar mahasiswa mendapatkan fokus kegiatan dalam praktek kerja

lapangan yang berkaitan dengan upaya pengembangan disiplin ilmu

teknologi pertanian.

3) Agar mahasiswa mendapatkan wawasan lebih untuk dapat

mempersiapkan diri nantinya terjun langsung didunia kerja.

4) Agar perusahaan atau petani mendapat perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang terbaru sehingga dapat menunjang

kelangsungan usahanya.

3

Page 4: Laporan Pkl Jadi

BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Kemiskinan masih membelit 80 persen petani di pedesaan Bali. Investasi

di sektor pertanian diharapkan mampu mengurangi kemiskinan di pedesaan.

Karena itu, PT Alove Bali bekerja sama dengan PT Aloevera Bali tergerak untuk

mengembangkan agrobisnis tanaman lidah buaya

PT Aloevera Bali mulai menginvestasikan modalnya di usaha agrobisnis

sejak beberapa tahun lalu. Usahanya berupa perkebunan tanaman lidah buaya

(aloevera (L) Burn F). Usaha agrobisnis ini dikembangkan dengan pola sistem

plasma PT Aloevera Bali sebagai intinya dan petani yang tersebar di tujuh

kabupaten di Bali sebagai plasmanya.

 Luas perkebunan saat ini mencapai 100 hektar. Perusahaan memiliki 28

hektar dan 72 hektar milik petani plasma. Kedepan targetnya mencapai 2.000

hektar di seluruh Bali,

Target 2.000 hektar ini menurut Komisaris PT Aloevera Bali I Made

Karang Sumadi untuk memenuhi target produksi ekstrak gel lidah buaya 25.000

4

Page 5: Laporan Pkl Jadi

liter/hari.Hasil perkebunan ini akan diolah menjadi gel bekerja sama dengan PT

Alove Bali.

PT Alove Bali terjun berinvestasi ke sektor pertanian, menurut Direktur

PT Alove Bali Petrus Adrianus Josep Van Leeuwen, karena keterpanggilan Mr.

Hendrikus Johanes Swanenberg (Mr. Henk) selaku komisaris utama. Mr. Henk

prihatin dengan nasib petani di pedesaan Bali pascabom Bali, terutama

masyarakat di Desa Saba, tempatnya sering menginap. Akhirnya, Mr. Henk

memilih berinvestasi di sektor pertanian yaitu budi daya tanaman lidah buaya.

Kebetulan secara bisnis, aloevera (lidah buaya) dalam 20 tahun ke depan akan

menjadi usaha yang bagus.

Investasi lidah buaya di Desa Saba Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten

Gianyar ini disambut baik Bupati Gianyar Cok. Oka Artha Ardana Sukawati. Hal

itu diutarakannya melalui Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Gianyar Ir.

Puja Wartika yang mewakili Bupati Gianyar saat launching pabrik pengolahan

ekstrak gel lidah buaya PT Alove Bali.

Kepala Desa Saba I.B. Manuaba juga menyambut baik kehadiran investasi

ini. Launching pabrik pengolahan lidah buaya ini juga dihadiri wakil dari

Kementerian Investasi Negara Belanda Ruud Van Wesen. 

5

Page 6: Laporan Pkl Jadi

2.2 Lokasi Perusahaan

PT Alove Bali terletak di Br. Bonbyu, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh,

Kabupaten Gianyar, dengan Luas perkebunan saat ini mencapai 100 hektar.

Perusahaan memiliki 28 hektar dan 72 hektar milik petani plasma.

Struktur Organisasi

PT Alove Bali termasuk dalam kategori perusahaan besar, dimana dalam

pelaksanaan kegiatan usahanya sehari-hari dijalankan oleh seorang manajer

dengan dibantu oleh beberapa pegawai kantor,karyawan pabrik, dan buruh tani.

Manajer bertanggung jawab penuh atas segala kegiatan perusahaan, mulai dari

penampung hasil petani, pengolahan produk sampai pada penjualan produk.

Struktur organisasi perusahaan seperti pada gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi Perusahaan

6

PIMPINAN

PEMILIK PERUSAHAAN

HRD

MANAGER PRODUKSI

MANAGER ENJENERING

SUPERVISOR

KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN

Page 7: Laporan Pkl Jadi

BAB III

PENANGANAN PASCAPANEN LIDAH BUAYA.

Penanganan pascapanen lidah buaya merupakan serangkaian kegiatan

yang diawali dengan pemenikan daun lidah buaya sampai daun lidah buaya

tersebut siap untuk di produksi. Tujuan penanganan pasca panen adalah untuk

mempertahankan kualitas, keamanan dan meminimalkan kehilangan komoditi

sejak produksi sampai produk ini siap di pasarkan.Secara umum rangkaian

kegiatan dimaksud meliputi pemetikan, pengumpulan, pengangkutan,

penimbangan, pencucian, penghancuran, fermentasi, pengemasan, penyimpanan,

dan pemasaran.

Teknologi pasca panen selain menentukan mutu juga akan menentukan

jumlah kehilangan. Di dalam tahapan pasca panen selalau terjadi kehilangan dan

kerusakan hasil, sehingga dapat mengurangi jumlah dan mutu produksi.

Kehilangan hasil buah-buahan diperkirakan berkisar antara 25-80% (Wills et al.

1989). Bentuk kehilangan pasca panen antara lain susut bobot, kebusukan,

penurunan secara fisik dan penurunan daya tarik. Kondisi ini akan menimbulkan

kerugian yang sangat besar.

Salah satu hal yang penting untuk dipahami adalah produk pascapanen

buah dan sayuran segar apapun bentuknya masih melakukan aktivitas

metabolisme penting yaitu respirasi. Stroberi merupakan buah yang memiliki laju

respirasi yang tinggi (Kitinoja and Kader 2003). Aktivitas respirasi berlangsung

untuk memperoleh energi yang digunakan untuk aktivitas hidup pascapanennya.

Setelah panen, sebagian besar aktivitas fotosintesis yang dilakukan saat masih

melekat pada tanaman induknya berkurang atau secara total tidak dapat dilakukan.

7

Page 8: Laporan Pkl Jadi

Saat tersebut mulailah penggunaan substrat cadangan yang ada di dalam tubuh

bagian tanaman yang dipanen untuk aktivitas respirasinya. Pada saat substrat

mulai terbatas maka terjadilah kemunduran mutu dan kesegaran atau proses

pelayuan dengan cepat.

3.1. Panen.

Penentuan panen lidah buaya sudah dapat dipanen pada umur 12-8 bulan

setelah tanam. Panen berikutnya dilakukan setiap 4 bulan sekali. Pasca panen,

pelepah lidah buaya di bawa ke tempat penyortiran. Setelah di sortir kemudian di

tempatkan pada keranjang dan selanjutnya dibawa ke tempat pemerosesan lebih

lanjut. Pemetikan daun lidah buaya sebaiknya dilakukan pada sore hari karena

keesokan paginya daun lidah buaya ini akan segera di proses.

Cara panen dapat dilakukan dengan cara menorehkan pisau atau sabit ke

pangkal daun kemudian menariknya kesamping.Daun yang di petik kurang lebih 9

sampai 10 helai daun dari pangkal batang ,sehingga masih menyisakan daun ang

muda saja.

3.1.1 Wadah Pemanenan

Wadah yang sering di gunakan untuk pemanenan lidah buaya berupa keranjang

plastik yang besar berbentuk kotak.Keranjang ini harus besar agar daun lidah

buaya bisa di masukkan atau di tata dengan rapi dan ini juga bertujuan agar daun

lidah buaya tidk rusak.

8

Page 9: Laporan Pkl Jadi

Gambar : Wadah Pemanen

3.1.2 Alat Panen

Alat yang sering di gunakan dalam pemanenan lidah buaya (Aloe vera)

berupa pisau kecil atau sabit

Gambar : Alat Panen

3.2 Sortasi

sortasi dan grading berkait erat dengan tingkat selerakonsumen suatu

produk atau segmen pasar yang akan ditujudalam pemasaran suatu produk.

Terlebih apabila yang akandituju adalah segmen pasar tingkat menengah ke atas

9

Page 10: Laporan Pkl Jadi

dan atausegmen pasar luar negeri. Kegiatan sortasi dan grading sangat menentukan

apakah suatu produk laku pasar atau tidak.

Pada usaha budidaya tanaman, penyortiran produk hasilpanenan dilakukan

secara manual, yaitu menggunakan tangan.Sedang grading dapat dilakukan secara

manual atau menggunakan mesin penyortir. Grading secara manualmemerlukan

tenaga yang terampil dan terlatih, dan bila hasil panen dalam jumlah besar akan

memerlukan lebih banyak tenaga kerja.

Pada kegiatan sortasi dan grading , penentuan mutu hasilpanen biasanya

didasarkan pada kebersihan produk, aspek kesehatan, ukuran, bobot, warna,

bentuk, kematangan,kesegaran, ada atau tidak adanya serangan/kerusakan

olehpenyakit, adanya kerusakan oleh serangga, dan luka/lecet olehfaktor mekanis.

Karena daun lidah buaya ini dipergunakan sebagai bahan dasar pupuk cair

maka sortasi hanya dilakukan untuk memisahkan daun lidah buaya yang

busuk,seandainya terdapat daun yang setengah busuk,daun tersebut masih bisa

dipakai dengan cara memotong bagian yang busuk dan membuangnya Sortasi bisa

dilakukan di kebun atau sesudah dibawa ke ruang produksi. Seleksi di kebun lebih

baik karena daun yang busuk tidak akan terbawa (Pracaya, 2000).. Sortasi juga

berguna untuk membersihkan produk dari kotoran, sisa-sisa duri, tangkai dan

ranting (Damayanti, 1999).

3.4 Pencucian/pembersihan

Perbersihan bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoranyang

menempel pada hasil pertanian. Kebersihan sangatmempengaruhi kenampakan.

Oleh karena itu sebelumdipasarkan, hasil pertanian harus dibersihkan dari

10

Page 11: Laporan Pkl Jadi

kotoran-kotorandan bagian-bagian yang tidak diperlukan. Kotoran pada

hasilpertanian sering dianggap sebagai sumber kontaminasi, karenakotoran dapat

mengandung mikroorganisme yang dapat merusak hasil panen.

Jenis kotoran pada bahan hasil pertanian, berdasarkanwujudnya dapat dapat

dikelompokkan menjadi :

Kotoran berupa tanahKotoran ini biasanya merupakan kotoran hasil ikutan

yangmenempel pada bahan hasil pertanian pada saat bahandipanen. Kotoran ini

dapat berupa : tanah, debu, danpasir. Tanah merupakan media yang baik sebagai

tempattumbuh dan berkembangnya mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi

bahan hasil pertanian. Adanya tanahpada bahan hasil pertanian kadang-kadang

sukardihindarkan, karena beberapa hasil pertanian terdapat didalam tanah, seperti

umbi-umbian.

Kotoran berupa sisa pemungutan hasil

Kotoran jenis ini meliputi kotoran-kotoran sisa pemungutanhasil tanaman

yaitu bagian tanaman yang bukan bagianyang dipanen, antara lain berupa : dahan,

ranting, biji,kulit.

 

Kotoran berupa benda-benda asing 

Adanya kotoran yang berupa benda-benda asing seperti :unsur logam akan

memberi kesan ceroboh dalampenanganan hasil panen.

 

11

Page 12: Laporan Pkl Jadi

Kotoran berupa serangga atau kotoran biologis lain 

Adanya kotoran yang berupa serangga seperti kecoa dankotoran biologis

lainnya yang tercampur dengan bahanhasil pertanian dapat membawa bibit

penyakit sepertikolera, tipus, desentri dan lain-lain.

 

Kotoran berupa sisa bahan kimia

Kotoran berupa sisa bahan kimia dapat berasal antara laindari obat-

obatan pestisida dan pupuk. Kotoran ini disamping mengganggu

penampakan hasil panen juga dapatmenyebabkan keracunan pada konsumen.

Padakonsentrasi yang cukup tinggi, bahan kimia dapatmenyebabkan keracunan

secara langsung. Sedangkanpada konsentrasi yang rendah, dan bila terus

menerusakan tertimbun di dalam tubuh dapat mengakibatkangangguan kesehatan.

Persyaratan air pencucian

 Air yang diperlukan untuk kegiatan pencucian hasilpertanian hendaknya

diperhatikan dan harus memilikipersyaratan tertentu. Secara fisik, air harus jernih,

tidak berwarna, dan tidak berbau. Secara kimiawi, air yangdigunakan hendaknya

tidak mengandung senyawa-senyawakimiawi yang berbahaya. Dilihat dari segi

mikrobiologis, airyang digunakan untuk mencuci harus bebas darimikroorganisme

yang menjadi wabah penyakit.

Penggunaan desinfektan

Biasanya bersamaan dengan pencucian dilakukanpengendalian

mikroorganisme yang dapat merusak hasilpanen. Jenis dan konsentrasi

12

Page 13: Laporan Pkl Jadi

desinfektan yang digunakantergantung pada jenis bahan yang dicuci. Sebagai

contoh,penggunaan Benomly 600 ppm pada buah pisang dengan caradicelupkan

selama 0,5 – 1 menit yang bertujuan membunuhspora mikroorganisme

yang terdapat di permukaan kulit buahpisang.

Metoda pencucian

Secara garis besar, metoda pencucian dibedakan atasperendaman dan

penyemprotan.

(1).Perendaman

Bahan direndam ke dalam air dengan waktu tertentu untuk menghilangkan kotoran-

kotoran yang menempel pada bahan.Pada perlakuan inim biasanya dibantu

denganpenyikatan/penggosokan secara hati-hati agar bahan tidak tergores.

(2).PenyemprotanHasil pencucian dengan penyemprotan akan lebih baik

karenakotoran lebih mudah lepas. Keunggulan dengan metoda iniadalah : waktu

lebih singkat, tenaga kerja sedikit, terhindardari kontaminasi bekas air cucian, dan

kapasitas kerja lebihbesar. Sedangkan kelemahannya adalah banyak menggunakan

air dan biaya operasional lebih mahal.

Daun lidah buaya ketika di panen daunnya masih terdapat beberapa

kotoran, untuk itu membutuhkan pembersihan untuk menghilangkan kotoran

seperti debu atau tanah. PT Alove Bali pembersihan daun lidah buaya

mengunakan semprotan air yang di letakkan di troli berjalan,sehingga

mempermudah dan mrmpercepat pencucian.

13

Page 14: Laporan Pkl Jadi

3.5 Pemrosesasan

Setelah dilakukan pencucian daun lidah siap di proses,pada proses ini

meliputi penghancuran , pengendapan, fermentasi , dan penyaringan. Setelah

dilakukan pembersihan secara otomatis daun lidah buaya menuju ke dalam mesin

penghancur dengan troli berjalan.Hasil dari penghancuran berupa just, kemudian

just tersebut di bawa atau di alirkan ke bak penampungan untuk dilakukan

pegendapan.Pengendapan dilakukan kurang lebih 3 sampai 4 hari.Yang diambil

dari bak penampungan hanya air saja,ampasnya di gunakan sebagai kompos.

Air yang diambil dari bak penampugan ini kemudian dialir ke dalam

propil tank untuk dilakukan fermentasi.Dalam fermentasi ini ada beberapa bahan

yang dimasukkan seperti gula tebu sebagai stater,rumput laut dan lain.Fermentasi

untuk pembuatan pupuk cair ini dilakukan 2 sampai 3 bulan.

3.6 Pengemasan

Pengemasan merupakan suatu cara dalam memberikan kondisi sekeliling

yang tepat bagi bahan atau makanan. Semua makanan mudah rusak dan setelah

jangka waktu penyimpanan tertentu ada kemungkinan perubahan yang terjadi

pada makanan tersebut (Marliyati, dkk: 1992). Pengemasan adalah menempatkan

produk ke dalam wadah tertentu. Kemasan suatu produk dapat terdiri dari

kemasan primer dan kemasan sekunder. Kemasan primer langsung bersentuhan

dengan prduk, sedangkan kemasan sekunder berguna sebagai wadah tempat

produk yang telah diberi kemasan primer.

14

Page 15: Laporan Pkl Jadi

Dalam pelaksanaan pengemasan terjadi gabungan antara seni, ilmu dan

teknologi penyiapan bahan untuk pengangkutan dan penjualan, karena

pengemasan harus mampu melindungi bahan yang akan dijual dan menjual bahan

yang dilindungi. Pada umumnya pengemasan berfungsi untuk menempatkan

bahan atau hasil pengolahan atau hasil industri ada dalam bentuk-bentuk yang

memudahkan penyimpanan, pengangkutan dan distribusi ke masyarakat pembeli.

Bahan pengemas luar bisa terbuat dari kayu, rotan, bambu atau karton

bergelombang. Sedangkan pengemasan untuk tingkat pengecer (disebut kemasan

dalam) biasanya terbuat dari film plastik, kertas, plastik tercetak atau bahan

campuran dari kertas dan plastik, bahkan dengan kardus (Harvey et al, 1990).

Perancangan kemasan selama pengangkutan ditujukan untuk meredam

goncangan dalam perjalanan yang dapat mengakibatkan kememaran dan

penurunan kekerasan hasil holtikultura. Faktor yang perlu diperhatikan meliputi

kemasan yaitu jenis, sifat, tekstur dan dimensi bahan kemasan, komoditas yang

diangkut, sifat fisik, bentuk, ukuran, struktur, dan pola susunan, biaya

pengangkutan dibandingkan dengan harga komoditas, permintaan, waktu, jarak

dan keadaan jalan yang dilintasi (Purwadaria, 1998). Pengemasan tidak dapat

memperbaiki mutu namun pengemasan dapat melindungi mutu dengan memberi

perlindungan terhadap kerusakan mekanik, kehilangan air, memungkinkan

penggunaan udara termodifikasi yang menguntungkan, member barang yang

bersih dan memenuhi persyaratan kesehatan (Pantastico, 1989).

Pengemasan dilakukan untuk meningkatkan keamanan produk selama

transportasi, dan melindungi produk dari pencemaran, susut mutu dan susut

bobot, serta memudahkan dalam penggunaan produk yang dikemas. Secara

15

Page 16: Laporan Pkl Jadi

umum, pengemasan berfungsi untuk pemuatan produk pada suatu wadah

(containment), perlindungan produk, kegunaan (utility), dan informasi. Untuk

keperluan transportasi, fungsi pengemasan lebih diutamakan untuk pemuatan dan

perlindungan. Sedangkan pengemasan eceran (retail) lebih dititik – beratkan pada

fungsi kegunaan dan informasi produk (Peleg, 1985).

Menurut Maezawa (1990), pengemasan dirancang untuk mengatasi faktor

getaran dan benturan selama transportasi. Pemilihan bahan kemasan juga

mengutamakan bahan yang dapat melindungi produk dari kerusakan fisik selama

transportasi. Kemasan harus mampu menahan beban tumpukan, dampak

pemuatan dan pembongkaran buah dari sarana transportasi, serta getaran dan

benturan selama perjalanan (Waluyo, 1990).

Pengemasan yang baik dapat melindungi barang segar dari pengaruh

lingkungan (sinar matahari, kelembaban) dan pengaruh lainnya. Wadah yang baik

harus cukup kuat untuk tahan terhadap penumpukan dan dampak penaikan dan

pembongkaran muatan tanpa mengakibatkan kememaran atau cacat pada barang-

barang yang lunak. Pengemasan dapat mengurangi kehilangan berat dan dengan

demikian mencegah terjadinya dehidrasi, karena kehilangan air dapat

mempengaruhi kenampakan, tekstur, dan kemungkinan laku dijual. Selain itu

pengemasan yang baik dapat mencegah cepatnya kelayuan sayur-sayuran dan juga

penting untuk menghambat kehilangan vitamin C (asam askorbat) dan karoten.

Pengemasan untuk pengiriman dan penanganan memerlukan wadah-wadah yang

dirancang dengan baik untuk melindungi produk dari kememaran, getaran, dan

berat-berat wadah lain yang ditumpuk diatasnya. Tiap wadah untuk pengiriman

harus dirancang untuk memenuhi persyaratan khusus bagi produk yang

16

Page 17: Laporan Pkl Jadi

bersangkutan, wadah-wadah untuk pengiriman harus diberi etiket dengan huruf-

huruf besar yang memberikan perincian mengenai barang, jenis, berat atau

jumlah, mutu dan asalnya (Pantastico, 1989)

17

Page 18: Laporan Pkl Jadi

BAB IV

PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Penanganan Pasca Panen Lidah Buaya

Seperti yang diketahui tujuan penanganan pasca panen adalah untuk

mempertahankan kualitas, keamanan dan meminimalkan kehilangan komoditi

sejak produksi sampai dikonsumsi oleh konsumen. Sukardi (1992) memaparkan

bahwa produk holtikultura merupakan produk yang mudah rusak dan tidak tahan

lama (perishable), sehingga membutuhkan penanganan khusus dalam proses

pasca panen untuk mengurangi kerusakan produk.

Penanganan pascapanen lidah buaya yang dilakukan di PT Alove Bali

meliputi :

4.1.1. Panen

Panen merupakan salah satu kegiatan yang juga sangat menentukan kualitas

produk. Proses memetik daun lidah buaya dari pangkalnya merupakan proses

yang menyebabkan daun rentan mengalami kerusakan dan juga bisa

menyebabkan batang rusak.

18

PEMETIKAN SORTASI PENIMBANGAN

PENGEMASAN PEMROSESAN PENCUCIAN

Page 19: Laporan Pkl Jadi

Proses panen lidh buaya harus dilakukan secara selektif harus yang harus

yang berusia antara satu sampai satu setengah tahun. Penentuan panen lidah buaya

ditandai dengan karakteristik yaitu tingkat kematangan mencapai 75 - 80% yang

ditandai dengan warna hijau muda agak kehitaman. Pemetikan daun lidah buaya

dilakukan pada sore, ini dilakukan karena pihak perusahan menginginkan daun

lidah buaya masih dalam keadaan segar dan akan dilahnya pada pagi harinya.

Cara panen dapat dilakukan dengan cara menorehkan sabit sedikit ke pangkal

batang daun kemudian ditarik perlahan sanpai putus. Setelah daun lidah buaya

dipetik, daun di taruh disusun secara teratur dalam wadah/baki plastik yang telah

disiapkan.

Berdasarkan pengamatan pada awalnya pemanenan lidah buaya di PT

ALOVE BALI dilakukan dengan hati-hati untuk menjaga keutuhan daun lidah

buaya. Karena luasnya lahan dan seiring waktu pada akhirnya menyebabkan

pemanenan dilakukan dengan tanpa mengindahkan prosedur yang benar. Hal ini

terjadi karena terbatasnya jumlah tenaga pemanen yang professional, dan lahan

yang luas menyebabkan terkurasnya tenaga dan konsentrasi pekerja. Kondisi

tersebut menyebabkan tidak efisiennya pekerjaan

Gambar : Pemanenan Lidah Buaya

19

Page 20: Laporan Pkl Jadi

4.1.2. Sortasi

Seperti yang diketahui sortasi dilakukan untuk memisahkan produk yang

luka, busuk dan cacat lainnya untuk menghindari penyebab infeksi ke produk lain.

Sortasi bertujuan pula untuk memilih produk yang baik, tidak cacat, dan

dipisahkan dari produk yang busuk, pecah, tergores atau tertusuk. Juga berguna

untuk membersihkan produk dari kotoran, sisa-sisa tanah, tangkai dan ranting

(Damayanti, 1999).

Di PT ALOVE BALI sortasi dilakukan dengan manual tanpa bantuan

teknologi. Lidah buaya yang dipasok dari kebun petani dan pabrik sekitar

sebelumnya sudah mendapatkan sortasi dari pihak petani setelah panen. Pihak

pabrik tidak melakukan sortasi lagi karena daun lidah buaya ini akan di gunakan

bahan baku pupuk cair,sehingga tidak dilakukan sortasi yang terlalu ketat. Sortasi

hanya dilakukan dengan memisahkan daun yang rusak saja dan hanya memilah

daun yang layak di pakai pupuk cair.

4.1.3. Penimbangan

Penimbangan dilakukan untuk mengetahui berat dari daun lidah buaya,

agar dalam produksi tidak terjadi kekurangan atau kelebihan dalan produksi dan

juga untuk menentuka jumlah uang yang akan di berikan pada petani

20

Page 21: Laporan Pkl Jadi

Gambar : Penimbangan dan Pencatatan Berat

4.1.4. Pencucian.

Pencucian sangat penting dilakukan setelah produk dipanen. Pencucian

selain bertujuan untuk pembersihan dari kotoran yang menempel saat pemanenan

sehingga produk yang dihasilkan bersih dan bebas dari mikroorganisme.

Pencucian yang dilakukan pada daun lidah buaya di PT. ALOVE BALI sudah

cukup baik. pencucian hanya menggunakan air biasa tetapi hasil pencucian cukup

bersih.Tetapi untuk hasil yang maksimal proses pencucian harus dibantu dengan

klorin dengan kadar yang tepat. Seperti yang terdapat pada (Moline 1984) sanitasi

sangat diperlukan, baik untuk mengendalikan penyebaran penyakit dari satu

produk ke produk lainnya maupun untuk membatasi penimbunan spora pada air

cucian serta dalam udara di bangsal pengemasan. Perlakuan dengan klorin (100-

150 ppm) dapat digunakan dalam air pencucian untuk membantu pengendalian

penimbunan patogen selama operasi bangsal pengemasan. Dengan pencucian

tersebut maka kerusakan pada produk hortikultura akibat mikroorganisme dapat

dicegah dan produk akan bebas dari kotoran dan mikroba. Setelah proses

pencucian stroberi ditiriskan untuk mengurangi air di permukaan produk. Karena

air di permukaan produk dapat memicu kontaminasi mikroba dan adanya debu-

debu yang menempel.

21

Page 22: Laporan Pkl Jadi

Gambar : Pencucian dengan compeyer berjalan

4.1.4. Pemrosesan

Pada tahap pemrosesan meliputi penghancuran , pengendapan ,

fermentasi , dan penyaringan.

Pada proses penghancuran daun lidah buaya di masukkan ke mesin

penghancur dengan menambahkan sedikit air dan hasilnya berupa just.Mesin

yang di gunakan jumlahnya ada 4 dan ini sudah cukup untuk memproduksi 20 ton

daun lidah buaya.

Gambar : Proses Penghancuran

Setelah dilakukan penghancuran dilakukan pengendapan , pengendapan

bertujuan untuk memisahkan ampas dengan air dari daun lidah buaya.Dalam hal

ini yang di ambil hanya airnya saja , sedangkan ampasnya dipakai untuk kompos

untuk menyuburkan tanaman daun lidah buaya.

22

Page 23: Laporan Pkl Jadi

Gambar : Ruang Pengendapan

Air dari ruang pengendapan kemudian di alirkan ke profil tanx untuk

dilakukan fermentasi , dalam fermentasi ini ada beberapa tambahan yang di

masukkan berupa rumput laut , molase , hayati , ecent .fermentasi ini dilakukan

selaama 2 sampai 3 bulan . Adapun beberapa perbandingan campuran bahan baku

seperti pada table berikut :

NO BAHAN BAKU JUMLAH SATUAN

1 ALOEVERA 4400 ltr

2 MOLASE 400 ltr

3 HAYATI 50 ltr

4 RUMPUT LAUT 200 kg

5 ECENT 200 kg

Gambar : Penambahan Molase dan Rumput Laut

23

Page 24: Laporan Pkl Jadi

Setelah dilakukan fermentasi selama 2 sampai 3 bulan , dilakukan

penyaringan, penyaringan bertujuan untuk meyaring ampas dari bahan yang

ditambahkan berupa rumput laut dll. Ada 2 macam penyaringan yaitu penyaringan

biasa dan menggunakan tekanan dan ke duanya sama yaitu untuk menyaring.

Gambar : Proses Penyaringan

Hasil saringan ini kemudian ditampung kembali ke dalam profil tanx

untuk dilakukan fermentasi ke-2 hingga mencapai ph 7.

4.1.5 Pengemasan

Tujuan pengemasan adalah untuk membantu mencegah dan mengurangi

kerusakan, melindungi bahan pangan yang ada di dalamnya dari bahaya

kontaminasi dan gangguan fisik, serta berfungsi juga untuk menempatkan suatu

produk agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan,

pengangkutan, dan distribusi (Syarief et al., 1989). Disamping itu penggunaan

kemasan yang baik akan memperbaiki kenampakan produk. Sehingga dengan

pengemasan yang baik akan dapat menarik minat konsumen.

Pengemasan pupuk cair di PT ALOVE BALI.dilakukan dengan

menggunakan botol plastic yang berkapasitas satu liter dan setengah

liter,kemudian di masukkan kedalam kardus yang dapat memuat sebanyak dua

belas botol

24

Page 25: Laporan Pkl Jadi

Gambar : Proses Pengemasan

25

Page 26: Laporan Pkl Jadi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Penanganan pascapanen lidah buaya yang dilakukan PT.ALOVE BALI.

mengacu pada Standar Operational Prosedur untuk mencapai target yang

sudah ditetapkan.

2. Penanganan pascapanen lidah buaya meliputi panen, sortasi

pengangkutan, penimbangan, pencucian, pengendapan, penghancuran,

pengendapan, fermentasi, pengemasan.

3. Tidak dilakukan sortasi secara ketat pada daun lidah buaya karena akan di

pergunakan sebagai bahan dasar pupuk cair

4. Terdapat beberapa bahan tambahan dalam pembuatan pupuk cair seperti

rumput laut , molase , ecent , dan hayati.

5.2 Saran

1. Sebaiknya dilibatkan tenaga panen yang

professional yang lebih baik untuk menjaga tanaman lidah buaya agar

dapat bertahan hidup lebih lama. Tenaga kerja yang profesional

mengetahui tentang karakteristik lidah buaya dan cara panen yang tepat.

26

Page 27: Laporan Pkl Jadi

2. Diperlukan peralatan panen yang baik seperti

gunting pemotong atau sabit untuk menpercepat panen

3. Perlu ditanbahkan beberapa bak pengendapan dan

profil tank agar produksi bisa lebih banyak

4. Perlu ditambahkan stater yang bagus agar

fermentasi bisa dilakukan lbih cepat.

27

Page 28: Laporan Pkl Jadi

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, P. G. 1999. Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Sistem Pemasaran

Salak Bali: Studi Kasus Desa Sibetan Kabupaten Karang Asem Bali.

Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

FAO. 1989. Prevention of Post-Harvest Food Losses: Fruit. Vegetables and Root

Crops. A Training Manual. Rome: UNFAO.

Harvey, E. et al. 1990. Harvesting and postharvest handling of papayas in the

Caribbean. Bridgetown, Barbados: Inter-American Institute for

Cooperation on Agriculture (IICA).

Kader AA. 2003. A perspective on postharvest horticulture. Hort science, vol

38(5). Department of Pomology, University of California, One Shields

Avenue, Davis.

Kitinoja L., & Kader A.A., November 2003. Praktik-praktik Penanganan

Pascapanen Skala Kecil: Manual untuk Produk Hortikultura, Edisi ke 4

(Diterjemahkan oleh I Made S. Utama). Postharvest Technology Research

and Information Center, University of California, Davis.

28

Page 29: Laporan Pkl Jadi

Kupferman, E.M. 1990. Life after benlate: an update on the alternatives.

Washington State University Tree Fruit Postharvest Journal 1(1): 13-15.

Maezawa, E. 1990. Cushioning Package Design. Japan International Cooperation

Agency, Japan Packaging Institute.

Marliyati, S.A., A. Sulaeman dan F. Anwar. 1992. Pengolahan Pangan

Tingkat Rumah Tangga. PAU Pangan dan Gizi, IPB: Bogor

Pantastico, Er. B. 1986. Fisiologi Pasca Panen, Penangangan dan Pemamfaatan

Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan.

UGM Press. Yogyakarta.

Peleg K.1985. Produce Handling, Packaging and Distribution. AVI Publishing

Co, Inc., Connecticut.

Pracaya. 2000. Jeruk Manis, Varietas, Budidaya dan Pascapanen. Penebar

Swadaya, Jakarta.

Satuhu, S., Penanganan dan Pengolahan Buah, Jakarta : Penebar Swadaya, 1996.

Suhardjo, Sjaifullah, S. Prabawati, S. Sahutu, dan Murtiningsih. 1995.

Penanganan Segar dan Olahan. Di dalam: Kusumo, S., F. A. Bahar, S.

Sulihati, Y. Krisnawati, Suhardjo, dan T. Sudaryono. Editor. Teknologi

29

Page 30: Laporan Pkl Jadi

Produksi Salak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Sukardi, 1992. Penanganan Pasca Panen Buah dan Sayuran, PAV Pangan dan

Gizi, UGM. Yogyakarta.

Waluyo, S. B. 1990. Pengkajian Dampak Getaran Mekanik Pengangkutan Truk

terhadap Jeruk dalam Kemasan. Tesis. Fakultas Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor.

Wills R.B.H, McGlasson W.B, Graham D. Lee T.H. Hall E.G. 1989. Postharvest

an Introduction to the Physiology and Handling of Fruit and Vegetables.

New York: van Nostrand Reinhold.

30

Page 31: Laporan Pkl Jadi

31