laporan dinkes fiks dari laptop jadika

Upload: jadika-an-guna

Post on 08-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ph

TRANSCRIPT

3

BAB 1

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Daya saing suatu negara ditentukan oleh dua belas pilar, diantaranya adalah kesehatan. Baik berdiri sendiri, kesehatan dapat mempengaruhi pilar-pilar lainnya. Gambaran kesehaan yang ingin dicapai adalah sesuai dengan rumusan Indonesia Sehat 2015. Oleh karena itu, pemerintah telah berupaya menyelenggarkan pembangunan kesehatan sesuai dengan UU No.23 tahun 1992 dalam meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat secara adil dan merata diseluruh wilayah Republik Indonesia.

Pembangunan kesehatan ke depan diarahkan pada peningkatan upaya promotif dan preventif, disamping peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat, utamanya penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia, dan keluarga miskin. Peningkatan kesehatan masyarakat, meliputi upaya pencegahan penyakit menular ataupun tidak menular, dengan cara memperbaiki kesehatan lingkungan, gizi, perilaku dan kewaspadaan dini. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan peningkatan upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan, manajemen dan informasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat. Upaya tersebut dilakukan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama lintas sektoral.

Strategi utama sebagai upaya pembangunan kesehatan dalam menuju Indonesia Sehat 2015 adalah dengan pemberdayaan masyarakat dan desentralisasi. Di Dinas Kesehatan Kota Medan, dicanangkan suatu visi Masyarakat Medan Sejahtera dengan misi Menggerakkan pembangunan kota berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, dan memelihara dan meningkatkan profesionalisme layanan kesehatan. Tujuan yang ingin dicapai adalah terwujudnya lingkungan pemukiman, industri dan perdagangan yang sehat, terciptanya sarana pendidikan, pariwisata dan sarana umum yang sehat, terwujudnya masyarakat yang mampu melakukan upaya kesehatan yang paripurna, meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia kesehatan, tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan, meningkatnya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan mudah diakses oleh masyarakat, dan terpenuhinya pembiayaan operasional dinas kesehatan.

Dengan mempertimbangkan perkembangan, masalah serta berbagai kecenderungan pembangunan kesehatan ke depan serta dalam mencapai sasaran pembangunan kesehatan, disepakati suatu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025 dalam tahapan ke-2 (2010-2014). Diharapkan kondisi pembangunan kesehatan diharapkan telah mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indikator pembangunan sumber daya manusia, seperti meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, meningkatnya kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh kembang optimal, kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, serta menurunnya kesenjangan antar individu, antar kelompok masyarakat dan antar daerah sesuai dengan target minimal dalam Millenium Development Goals.

Salah satu ujung tombak suksesnya pelayanan kesehatan adalah sarana pelayanan kesehaan strata pertama yaitu puskesmas yang ditanggungjawabi Dinas Kesehatan Kota Medan. Puskesmas berperan dalam upaya baik promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Oleh karena itu, dalam rangka membentuk petugas kesehatan yang tidak hanya piawai dalam bidang kuratif dan rehabilitatif, tetapi juga dalam bidang preventif dan promotif, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara menyelenggarkan kegiatan kepaniteraan senior klinik (KKS) di Dinas Kesehatan Kota Medan yang kemudian memberi pembekalan bagi peserta KKS untuk melakukan kegiatan KKS di puskesmas dan desa binaan yang ditentukan kemudian.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui program kegiatan Dinas Kesehatan Kota Medan dan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran Pencegahan, Universitas Islam Sumatera Utara.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kerorganisasian Dinas Kesehatan Kota Medan.

2. Untuk mengetahui kegiatan yang ditindaklanjuti Dinas Kesehatan Kota Medan.

3. Untuk mengetahui program dan target puskesmas sebagai pembekalan kegiatan KKS di puskesmas.

4. Untuk mengetahui program kegiatan pelayanan kesehatan di Kota Medan.

5. Untuk mengetahui program kegiatan pengendalian wabah dan bencana di Kota Medan.1.3. Manfaat

Laporan kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca khususnya pengetahuan mengenai program dan situasi kesehatan masyarakat di Provinsi Sumatera Utara dalam peningkatan partisipasi mendukung strategi pemberdayaan masyarakat yang dicanangkan dalam program pembangunan kesehatan.BAB 2

SITUASI UMUM DAN KEADAAN LINGKUNGAN

2.1 Keadaan Geografis

Provinsi Sumatera Utara secara geografis terletak pada 10-40 Lintang Utara dan 98-100 Bujur Timur. Sebelah Utara perbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah Timur berbatasan dengan Negara Malaysia di selat Malaka, di sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Barat, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Provinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis, kisaran suhu antara 13,4C-34,2C, mempunyai musim kemarau (Juni s.d. September) dan musim hujan (November s.d. Maret). Secara administratif Sumatera Utara pada tahun 2012 memiliki 8 kota dan 25 kabupaten. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 72.981,23 km2. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten Labuhan Batu dengan luas 9.223,18 km2 dan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga dengan luas 10,77 km2. Kota Medan memiliki luas daerah 265,1 km2 dengan ketinggian 2,5-37,5 m dari permukaan laut.

2.2 Kependudukan

Sumatera Utara merupakan provinsi yang jumlah penduduknya terbesar keempat di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, jumlah penduduk Sumatera Utara pada tahun 2012 tercatat sebesar 13.254.682 penduduk. Kota Medan merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi dengan kepadatan 2.141.637 penduduk.2.2.1. Estimasi Jumlah Penduduk

Estimasi jumlah penduduk pada tahun 2012 per Kabupaten/Kota menggunakan proporsi dari jumlah penduduk Kabupaten/Kota tahun 2010. Berdasarkan hal tersebut jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kota Medan dan terendah di Kabupaten Pakpak Bharat. Proporsi penduduk di Kota Medan sebesar 16,1% dan di Kabupaten Pakpak Bharat 0,31%.2.2.2. Rasio Jenis Kelamin

Di Sumatera Utara, jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 6.556.369 dan laki-laki 6.490.800 jiwa. Rasio seksnya adalah 98,9% di mana setiap terdapat 100 perempuan, maka terdapat 98,9 laki-laki. Pada tahun 2008, angka seks rasio adalah 99,93% yang menunjukkan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan meningkat.

2.2.3. UmurKomposisi penduduk Sumatera Utara menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 31,79%, yang berusia produktif (25-29 tahun) sebesar 64,29% dan yang berusia tua (>65 tahun) sebesar3,90%. Jadi, penduduk Sumatera Utara sampai saat ini masih didominasi oleh penduduk muda walaupun angka ini sudah menurun dibanding dekade yang lalu. Dengan demikian, angka beban tanggungan penduduk Sumatera Utara tahun 2008 sebesar 55,53%. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007 sebesar 56,37%.

2.2.4. Jumlah Anggota KeluargaRata-rata anggota keluarga di Sumatera Utara pada tahun 2008 adalah sebesar 4,38 yang berarti rata-rata pada setiap keluarga terdiri dari 4-5 anggota keluarga. Kabupaten yang rata-rata jumlah anggota keluarganya paling banyak adalah Kabupaten Nias yaitu 5,41 orang dan yang paling sedikit adalah Kabupaten Karo yaitu 3,81 orang.

2.3. Sosial Ekonomi

2.3.1. Pendidikan

Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang sering ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara, salah satunya berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Sensus Penduduk tahun 2000, ditunjukkan bahwa 60% penduduk 5 tahun keatas mempunyai pendidikan tertinggi sekolah dasar, 18,19% tamat, 18,40% tamat SMA, dan hanya 2,63% yang mencapai tingkat pendidikan perguruan tinggi. Dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional bulan Agustus 2007, ditunjukkan bahwa pada penduduk berumur 15 tahun keatas l,42%, tidak pernah sekolah 9,04% tidak tamat SD 31%, tamat SD 23,42%, tamat SMP 28,93%, tamat SMA, dan hanya sekitar 6,16% mencapai perguruan tinggi. Dari data diatas menggambarkan bahwa tingkat pendidikan di Sumatera Utara sampai tahun 2008 masih rendah walaupun telah menunjukkan peningkatan. Akan tetapi, angka buta huruf di Sumatera Utara mulai menurun yaitu tinggal sekitar 3% di kota dan 5% di desa.2.3.2 Ketenagakerjaan

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera Utara setiap tahunnya tampak berfluktuasi. Pada tahun 2000, TPAK sebesar 57,34%, tahun 2005 naik menjadi 71,94%, tahun 2006 menjadi 66,90% dan tahun 2007 naik menjadi 67,49%. Angkatan Kerja di Sumatera Utara sebagian besar masih berpendidikan SD kebawah (41,47%), setingkat SMTP (23,42%), setingkat SMTA (28,94%), sedangkan sisanya 6,17% berpendidikan diatas SMTA. Berdasarkan lapangan pekerjaan utama, penduduk Sumatera Utara yang terbanyak adalah di sektor pertanian (47,6%), kemudian diikuti di sektor perdagangan, hotel, dan restoran (18,8%), jasa (12,9%), sedangkan penduduk yang bekerja di sektor industri hanya sekitar 7,60%.2.3.3. Pendapatan dan Kemiskinan

Kemampuan ekonomi masyarakat yang diukur dengan angka pendapatan per kapita atas dasar harga yang berlaku tahun 1993, bila diukur atas dasar harga konstan mengalami kenaikan. Perkembangan PDRB Sumatera Utara per kapita tahun 1993-1997 dapat dilihat pada tabel berikut:

TahunAtas Dasar Harga BerlakuAtas Dasar Harga Konstanta

199318.215,43618.215,46

199421.678,619.941,33

199524.686,4321.802,51

199628.173,7321.753,81

199732.414,6024.842,86

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara mengalami turun naik dari tahun 1993-2007. Jumlah penduduk miskin tahun 1993 sebesar 1,33 juta orang atau sebesar 12,31% dari total seluruh penduduk Sumatera Utara. Tahun 1996 jumlah penduduk Sumatera Utara yang tergolong miskin hanya 1,23 juta jiwa(10,92%). Namun, karena krisis moneter, penduduk miskin di Sumatera Utara tahun 1999 meningkat menjadi 16,74% dari total penduduk Sumatera Utara yaitu sebanyak 1,97 juta jiwa. Pada tahun 2003 terjadi penurunan penduduk miskin baik secara absolut maupun secara persentase, yaitu menjadi l,89 juta jiwa atau sekitar 15,89%, sedangkan tahun 2004 turun lagi menjadi 1,80 juta jiwa (14,93%) kemudian tahun 2005 penduduk miskin turun menjadi 1,76 juta jiwa (14,28%), namun akibat dampak kenaikan BBM pada Maret dan oktober 2005, penduduk miskin tahun 2006 meningkat menjadi 1,98 juta jiwa (15,66%). Pada tahun 2007 turun sedikit menjadi 1,77 juta jiwa atau 13,90% (SUDA 2008).2.4. Lingkungan Fisik dan Biologi

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang sering mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat dengan indikator-indikator yaitu persentase rumah sehat, persentase rumah tangga memiliki akses terhadap air minum, persentase rumah tangga menurut sumber air minum, persentase rumah tangga yang memiliki sarana penampungan akhir kotoran/tinja/BAB.2.4.1 Rumah Sehat

Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai (>8m2/kapita), dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2008,dari seluruh rumah yang ada yaitu 2.683.062 unit, yang diperiksa sebanyak 197.322 unit (44,63%), dari jumlah yang diperiksa diketahui bahwa 761.699 rumah yang memenuhi syarat kesehatan (63,62%).2.4.2. Sumber Air Minum

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa persentase rumah tangga di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki sumber air minum terlindung sebesar 76,8%, sedangkan persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum tak terlindung sebesar 23,2%. Dari hasil pengawasan air bersih, yang memenuhi syarat fisik 84,37%, kimiawi 75,82%, dan bakteriologis 76,15%. Risiko pencemaran amat tinggi 2,45%, tinggi 33,13%, sedang 36,48%, dan rendah 27,49%. Parameter ini menunjukkan angkat yang cukup baik dan perlu untuk terus ditingkatkan.

2.4.3. Fasilitas Tempat Buang Air Besar

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, di Provinsi Sumatera Utara, persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar sebesar 71,8%, rumah tangga yang memiliki bersama 6,8%, umum sebesar 4% dan tidak ada/tidak memiliki sebesar 17,4%. Dari hasil survei, jamban yang memenuhi syarat kesehatan hanya 42,83%. Selain itu, ketersediaan jamban di desa dan beberapa kabupaten masih minim dan terbatas.2.4.4. Tempat Umum

Tempat umum yang sehat adalah tempat umum dan pengelolaan makanan yang memenuhi syarat kesehatan yaitu yang memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah,sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai yang sesuai dengan banyaknya pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang sesuai.Pada tahun 2008, dari 18.436 tempat umum yang diperiksa, sekitar 66,15% memenuhi syarat kesehatan. Angka ini masih dibawah target Indonesia Sehat 2015 yaitu 80%. Angka pembinaan kesehatan tempat umum oleh pemerintah masih rendah yaitu hanya 54,66% sehingga perlu upaya dari program terkait dalam peningkatan cakupannya.2.4.5 Pembuangan Sampah

Persampahan di Kota Medan dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan. Selain itu, pengelolaan persampahan di Kota Medan juga dilaksanakan oleh pihak swasta, khususnya pada kawasan pusat pemerintahan dan jalan-jalan protokol. Sesuai dengan standar kota Metropolitan, yaitu tingkat timbulan sampah sebanyak 3,5 liter/orang/hari, Kota Medan dengan jumlah penduduk 1.963.855 jiwa, menghasilkan 6.873,49 m3 timbunan sampah. Namun Kota Medan baru dapat mengelola sebanyak 5.710 m3 sehingga banyaknya sampah yang belum terlayani adalah 1.163,49 m3.2.5 Pelayanan Kesehatan

2.5.1 Sarana Kesehatan

1. Rumah Sakit Umum

: 54 unit2. Rumah Sakit Jiwa

: 5 unit3. Rumah Sakit Ibu&Anak

: 8 unit4. Rumah Sakit Khusus Lainnya

: 4 unit5. Rumah Bersalin

: 298 unit6. Puskesmas

: 39 unit7. Puskesmas Rawat Inap

: 13 unit8. Puskesmas Non Rawat Inap

: 26 unit9. Puskesmas Pembantu

: 41 unit10. Puskesmas Keliling

: 27 unit11. Posyandu

: 1.405 unit12. Balai Pengobatan/Klinik

: 409 unit13. Apotik

: 624 unit14. Praktek Bersama

: 8 unit15. Praktek Dokter Umum

: 1.378 unit16. Praktek Dokter Spesialis

: 791 unit17. Praktek Dokter Gigi

: 531 unit18. Laboratorium Kesehatan Pemerintah

: 1 unit19. Laboratorium Kesehatan Swasta

: 6 unit

2.5.2 Tenaga Kesehatan1. Dokter Spesialis

: 9 orang

2. Dokter Umum

: 139 orang

3. Dokter Gigi

: 107 orang

4. S2

: 17 orang

5. Tenaga Kesehatan Masyarakat

: 39 orang

6. Tenaga Sanitasi

: 62 orang

7. Apoteker

: 17 orang

8. Asisten Apoteker

: 131orang

9. Bidan

: 305 orang

10. Perawat

: 485 orang

11. Perawat Gigi

: 75 orang

12. Tenaga Gizi

: 44 orang

13. APRO

: 3 orang

14. AKFIS

: 2 orang

15. Analis

: 60 orang

16. Tenaga Non Medis

: 85 orang

2.5.3 Daftar Puskesmas1. Puskesmas Tuntungan

2. Puskesmas Simalingkar

3. Puskesmas Kedai Durian

4. Puskesmas Medan Johor

5. Puskesmas Amplas

6. Puskesmas Bromo

7. Puskesmas Tegal Sari

8. Puskesmas Desa Binjai

9. Puskesmas Medan Denai

10. Puskesmas Medan Area Selatan

11. Puskesmas Sukarame

12. Puskesmas Kota Matsum

13. Puskesmas Teladan

14. Puskesmas Pasar Merah

15. Puskesmas Simpang Limun

16. Puskesmas Kampung Baru

17. Puskesmas Polonia

18. Puskesmas Padang Bulan

19. Puskesmas Padang Bulan Selayang

20. Puskesmas Sunggal

21. Puskesmas Desa Lalang

22. Puskesmas Helvetia

23. Puskesmas Petisah24. Puskesmas Darussalam

25. Puskesmas Rantang

26. Puskesmas Glugur Kota

27. Puskesmas P. Brayan Kota

28. Puskesmas Sei Agul

29. Puskesmas Glugur Darat

30. Puskesmas Sentosa Baru

31. Puskesmas Sering

32. Puskesmas Mandala

33. Puskesmas Medan Deli

34. Puskesmas Titi Papan

35. Puskesmas Pekan Labuhan

36. Puskesmas Medan Labuhan

37. Puskesmas Martubung

38. Puskesmas Desa Terjun

39. Puskesmas Belawan

BAB 3

PROGRAM KERJA DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN

3.1 Visi dan Misi

Visi Dinas Kesehatan Kota Medan adalah Masyarakat Medan Sejahtera. Masyarakat Medan mengandung arti bahwa sasaran kerja dari Dinas Kesehatan Kota Medan adalah seluruh masyarakat yang berada di wilayah kerja pemerintah kota Medan. Sehat diartikan sebagai cara berpikir masyarakat kota Medan yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai kesehatan yang pada akhirnya mewujudkan lingkungan yang sehat serta perilaku hidup bersih dan sehat.Sejahtera mengandung arti bahwa masyarakat kota Medan dengan cara berpikir yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai kesehatan, akan memperoleh kesejahteraan, terutama dibidang kesehatan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pencapaian derajat kesejahteraan secara umum. Sedangkan misi Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu:

1. Menggerakkan Pembangunan Kota Berwawasan Kesehatan

Para penanggungjawab program pembangunan di Pemerintahan Kota Medan harus memasukkan pertimbangan kesehatan dalam semua kebijaksanaan pembangunannya. Untuk itu, maka seluruh elemen darisistem pemerintahan kota harus berperan sebagai pengerak utama pembangunan Kota Medan menuju Kota Metropolitan yang Modern, Madani, dan Relijius berwawasan kesehatan.

2. Mendorong Kemandirian Masyarakat untuk Hidup Sehat

Sehat merupakan hak asasi sehingga setiap individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Disamping itu sehat juga merupakan investasi, yaitu bahwa derajat kesehatan yang optimal akan dapat dicapai melalui investasi baik pemerintah maupun individu. Dengan demikian diharapkan terciptanya suatu kondisi dimana masyarakat menyadari, mau dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi permasalahankesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat.

3. Memelihara dan Meningkatkan Profesionalisme Layanan Kesehatan

Sesuai dengan paradigma sehat, Dinas kesehatan harus mengutamakan pada upaya kesehatan masyarakat yang dipadukan secara serasi dan seimbang dengan upaya kesehatan perorangan. Dinas Kesehatan melakukan revitalisasi sistem kesehatan dasar dan rujukannya dengan memperluas jaringan yang efektif dan efisien, serta peningkatan kualitas pelayanan sesuai standar yang ditetapkan.Sejalan dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, harus dilakukan pula peningkatan jumlah dan kualitas sumberdaya manusia kesehatan, yang terdistribusi sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan.Perlu juga ditunjang dengan administrasi kesehatan dan peraturan perundang-undangan yang memadai, serta pengembangan kesehatan.

3.2 Tujuan

Tujuanyang ingin dicapai Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu: 1. Terwujudnya lingkungan pemukiman, industri dan perdagangan yang sehat

2. Terciptanya sarana pendidikan, pariwisata dan sarana umum yang sehat

3. Terwujudnya masyarakat yang mampu melakukan upaya kesehatan yang paripurna

4. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia kesehatan

5. Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan

6. Meningkatnya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan mudah diakses oleh masyarakat

7. Terpenuhinya pembiayaan operasional dinas kesehatan

3.3 Pembangunan Kesehatan

Sasaran strategis Dinas Kesehatan Kota Medan dalam pembangunan kesehatan tahun 2010- 2014, yaitu:

1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat, dengan:

a. Meningkatnya umur harapan hidup dari 70,7 tahun menjadi 72 tahun.

b. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 228 menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup.

c. Menurunnya angka kematian bayi dari 34 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.

d. Menurunnya angka kematian neonatal dari 19 menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup.

e. Menurunnya prevalensi anak balita yang pendek (stunting) dari 36,8persen menjadi kurang dari 32 persen.

f. Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh nakes terlatih (cakupan PN) sebesar 90%.

g. Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu PONED sebesar 100%.

h. Persentase RS Kab/Kota yang melaksanakan PONEK sebesar 100%.

i. Cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap) sebesar 90%.

2. Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular, dengan:

a. Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 per 100.000 penduduk

b. Menurunnya kasus malaria (Annual Paracite Index-API) dari 2 menjadi 1 per 1.000 penduduk

c. Terkendalinya prevalensi HIV pada populasi dewasa dari 0,2 menjadi dibawah 0,5%

d. Meningkatnya cakupan imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan dari80% menjadi 90%

e. Persentase Kelurahan yang mencapai UCI dari 80% menjadi 100%

f. Angka kesakitan DBD dari 55 menjadi 51 per 100.000 penduduk

3. Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antarwilayah dan antartingkat sosial ekonomi serta gender, dengan menurunnya disparitas separuh dari tahun 2009.

4. Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka mengurangi risiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk, terutama penduduk miskin.

5. Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat rumah tangga dari 50 persen menjadi 70 persen.

6. Seluruh Puskesmas melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Tema Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2010-2014 adalah Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan melalui :

1. Program Kesehatan Masyarakat

Pelaksanaan Program Kesehatan Preventif Terpadu yang meliputi pemberian imunisasi dasar kepada 90% balita pada 2015, penyediaan akses sumber air bersih yang menjangkau 67% penduduk, dan akses terhadap sanitasi dasar berkualitas yang menjangkau 75% penduduk sebelum 2015, penurunan tingkat kematian ibu saat melahirkan dari 228 per 100.000 kelahiran pada 2007 menjadi 118 pada 2014, serta tingkat kematian bayi dari 34 per 1.000 kelahiran pada 2007 menjadi 24 pada 2015.

2. Program Keluarga Berencana (KB) yang meliputi peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB melalui klinik pemerintah dan swasta selama 2011-2015.

3. Sarana Kesehatan yang meliputiketersediaandan peningkatan kualitas layanan Puskesmas ISO minimal 5 puskesmas pada 2013 dan 10 puskesmas pada 2015.

4. Asuransi Kesehatanuntuk seluruh keluarga miskin dengan cakupan 100% pada 2012 dan diperluas secara bertahap untuk warga Medan lainnya antara 2013-2015.

Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2011-2015 difokuskan pada delapan fokus prioritas, yaitu:

1. Peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita, dan Keluarga Berencana (KB)

2. Perbaikan status gizi masyarakat

3. Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular diikuti penyehatan lingkungan

4. Pemenuhan, pengembangan, dan pemberdayaan SDM kesehatan

5. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu, dan penggunaan obat

6. Pengembangan sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

7. Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan

8. Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier

Dalam upaya mencapai target MDGs di bidang kesehatan penyelenggaraan upaya kesehatan ditingkatkan intensitasnya dengan tetap memberikan perhatian khusus pada penyelenggaraan:

1. Pelayanan kesehatan ibu dan anak

2. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin

3. Penanggulangan penyakit dan gizi buruk

4. Penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana

5. Revitalisasi puskesmas dilaksanakan agar dapat melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan secara serasi dan sinergis sesuai dengan perkembangan IPTEK dan kesehatan.

6. Kualitas pelayanan di rumah sakit dan sistem rujukan terus ditingkatkan.

7. Penanggulangan penyakit menular terus ditingkatkan, terutama ditujukan pada penyakit-penyakit terutama target penurunan angka kesakitan yang disepakati dalam MDGs.

8. Upaya penanggulangan penyakit tidak menular telah lebih berkembang sejalan dengan meningkatnya penduduk usia lanjut dan perubahan pola hidup masyarakat.

9. Upaya pembangunan dan perbaikan gizi masyarakat dilaksanakan dengan lebih optimal.

10. Upaya penanggulangan pencemaran lingkungan lebih ditingkatkan dan dikembangkan lagi.

11. Pelayanan kesehatan geriatri mulai dikembangkan.

12. Penyediaan air minum dan sarana sanitasi dasar sudah makin meningkat.

13. Pembangunan berwawasan kesehatan sudah mulai dilaksanakan secara konsisten oleh semua bidang-bidang.

14. Penelitian dan pengembangan kesehatan yang mendasar telah berkembang mendukung upaya pembangunan kesehatan.

15. Teknologi kesehatan lebih meningkat.

16. Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah lebih meningkat lagi dengan sustainabilitas pemenuhan pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan bagi seluruh masyarakat rentan dan keluarga miskin .

17. Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat dan swasta telah semakin meningkat serta telah ada upaya kemitraan pemerintah dan swasta.

18. Pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah telah fokus pada pencapaian prioritas pembangunan kesehatan dengan sebagian besar pembiayaan pemerintah untuk pelayanan kesehatan masyarakat.

19. Pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan penduduk miskin mulai dilakukan secara pra-upaya dengan prinsip asuransi kesehatan sosial yang telah melembaga.

20. Pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan secara kelompok formal/penerima upah telah dilakukan dengan cara jaminan kesehatan sosial dan mulai melembaga. Pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan kelompok informal mulai melembaga dan menganut prinsip asuransi kesehatan sosial.

21. Pembelanjaan dana kesehatan untuk pelayanan kesehatan perorangan bersumber dari pembiayaan pemerintah yang dilakukan melalui jaminan kesehatan sosial telah dilaksanakan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel dengan pelayanan terkendali secara berkesinambungan.

22. Pembelanjaan dana kesehatan untuk pelayanan kesehatan bersumber dari pembiayaan swasta dan masyarakat semakin efektif, efisien, transparan dan akuntabel dengan pelayanan terkendali.

23. Pembelanjaan dana kesehatan untuk pelayanan kesehatan masyarakat telah semakin mengarah kepada upaya peningkatan dan pencegahan untuk mengatasi masalah kesehatan.

24. Pemenuhan kebutuhan SDM Kesehatan.

25. Kemampuan daya saing SDM Kesehatan meningkat.

26. Pendidikan dan pelatihan SDM Kesehatan dapat berkembang sesuai kebutuhan pembangunan kesehatan .

27. Standar pelayanan kesehatan dan standar kompetensi SDM Kesehatan sebagai acuan dalam penerapan standar pendidikan dan pelaksanaan pendidikan tersebut.

28. Program distribusi dan rencana penguatan manajemen karier SDM Kesehatan, dilaksanakan sesuai rencana yang ditetapkan.

29. Organisasi profesi, komponen masyarakat dan sektor lain terkait makin berperan dalam pembangunan kesehatan.

30. Pembinaan, pengawasan, monitoring dan penilaian terhadap SDM Kesehatan telah berjalan dengan efektif.

31. Sinergisme antara pembinaan, pengawasan perencanaan, pendayagunaan dan pengadaan SDM Kesehatan makin meningkat. Dukungan sumber daya untuk pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan telah semakin meningkat.

32. Dukungan peraturan perundang-undangan untuk pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan dapat semakin ditingkatkan.

33. Pendistribusian, pelayanan, dan pemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan telah memenuhi kebutuhan, yang menjamin ketersediaan sediaan farmasi, terutama obat generik di masyarakat.

34. Pengawasan sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan lebih berkembang lagi.

35. Kebijakan dan administrasi kesehatan dapat lebih mendukung terwujudnya sinergisme antar berbagai upaya pokok pembangunan kesehatan telah mulai berkembang. Sistem informasi kesehatan telah dapat dibangun dengan baik.

36. Sistem pencatatan dan pelaporan sudah makin berkembang.

37. Hukum dan perundang-undangan di bidang kesehatan telah mulai tertata dengan baik.

38. Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat dalam pembangunan kesehatan telah lebih meningkat, sehingga peran dan kontribusi masyarakat dalam pembangunan kesehatan terus berkembang.

39. Pelibatan aktif masyarakat dalam proses pembangunan kesehatan makin berkembang.

40. Edukasi kesehatan terus ditingkatkan dengan berbagai inovasi, dalam upaya mewujudkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan bagi individu, kelompok dan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

41. Perilaku individu, kelompok dan masyarakat yang mendukung kesehatan telah lebih berkembang dan dilaksanakan secara konsisten.

42. Berbagai upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang ada telah kembali mampu melakukan kegiatan dan fungsinya.

43. Penggerakkan kelompok-kelompok masyarakat yang tergabung dalam organisasi kemasyarakatan terus ditingkatkan.

44. Peran aktif dan kontribusi organisasi kemasyarakatan dalam pembangunan kesehatan telah lebih nyata.

45. Kemampuan masyarakat desa dalam mengidentifikasi dan mengatasi masalah kesehatan, termasuk masalah kesehatan akibat bencana secara dini telah lebih berkembang.

3.4 Organisasi

Organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan menurut Perwal No. 43 tahun 2010 adalah:

1. Kepala Dinas Kesehatan

2. Sekretariat

a. Sub Bagian Umum

b. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan

c. Sub Bagian Penyusunan Program

Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan, dan penyusunan program. Dalam melaksanakan tugas pokok, Sekretariat menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan; pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas; pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan Dinas; pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan; pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas; penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian; pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kesekretariatan; pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.3. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan

a. Seksi Kesehatan Dasar

b. Seksi Kesehatan Rujukan

c. Seksi Khusus

Bidang Bina Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pelayanan kesehatan dasar, kesehatan rujukan, dan kesehatan khusus. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Bina Pelayanan Kesehatan menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bina Pelayanan Kesehatan;penyusunan petunjuk teknis lingkup pelayanan kesehatan dasar, kesehatan rujukan, dan kesehatan khusus; pembinaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar;penyelenggaraan upaya kesehatan rujukan meliputi kesehatan rujukan/ spesialistik, dan sistem rujukan;penyelenggaraan upaya kesehatan khusus meliputi kesehatan jiwa,kesehatan mata, kesehatan kerja, kesehatan haji, kesehatan gigi dan mulut; penyelenggaraan upaya kesehatan perkotaan,kesehatan indera, dan usia lanjut;penyelenggaraan upaya kesehatan pada daerah perbatasan;pelaksanaan proses perizinan dan pelayanan lainnya lingkup pelayanan kesehatan;pelaksanaan registrasi, akreditasi, dan sertifikasi sarana pelayanan kesehatan;pelaksanaan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian lingkup pelayanan kesehatan, pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang bina pelayanan kesehatan;pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4. Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan

a. Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit

b. Seksi Wabah dan Bencana

c. Seksi Kesehatan Lingkungan

Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengendalian dan pemberantasan penyakit, wabah, bencana, dan kesehatan lingkungan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan; penyusunan petunjuk teknis lingkup pengendalian dan pemberantasan penyakit, wabah, bencana, dan kesehatan lingkungan; pengendalian dan pemberantasan penyakit meliputi surveilans epidemiologi, pengendalian penyakit menular langsung, pengendalian penyakit bersumber binatang, pengendalian penyakit tidak menular, immunisasi, kesehatan mata, dan penyelidikan kejadian luar biasa (KLB); pengendalian wabah dan bencana meliputi kesiapsiagaan, mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan; penyelenggaraan penyehatan lingkungan meliputi penyehatan air, pengawasan kualitas lingkungan, penyehatan kawasan dan sanitasi darurat, sanitasi makanan, dan bahan pangan serta pengamanan limbah; pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang pengendalian masalah kesehatan; pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

5. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan

a. Seksi Perencanaan dan Pendayagunaan

b. Seksi Pendidikan dan Pelatihan

c. Seksi Registrasi dan Akreditasi

Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup perencanaan, pendayagunaan, pendidikan, pelatihan, registrasi, dan akreditasi. Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan; penyusunan petunjuk teknis lingkup perencanaan, pendayagunaan, pendidikan dan pelatihan, registrasi dan akreditasi sumber daya manusia kesehatan; pendayagunaan tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan strategis pelaksanaan pelatihan teknis pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup tenaga medis, tenaga para medis dan tenaga non-medis/tradisional terlatih sesuai urusan pemerintahan kota; pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang pengembangan sumber daya manusia kesehatan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.6. Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan

a. Seksi Kefarmasian

b. Seksi Jaminan Kesehatan

c. Seksi Sarana dan Peralatan KesehatanBidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kefarmasian, jaminan, sarana, dan peralatan kesehatan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan penyusunan petunjuk teknis lingkup kefarmasian, jaminan, sarana, dan peralatan kesehatan penyelenggaraan kefarmasian penyelenggaraan jaminan kesehatan pelayanan sarana dan peralatan kesehatan pelaksanaan proses pelayanan perizinan dan pelayanan lainnya lingkup kefarmasian, jaminan,sarana, dan peralatan kesehatan sesuai urusan pemerintahan kota; pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang kefarmasian jaminan dan sarana kesehatan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.7. Unit Pelaksana Teknis (UPT).

8. Kelompok Jabatan Fungsional.BAB 4

LAPORAN KEGIATAN4.1 Pelaporan

Sebelum memulai KKS di Dinas Kesehatan Kota Medan, para peserta KKS melapor terlebih dahulu pada tanggal 11-12 Agustus 2014 ke bagian penerima tamu, bidang pengembangan SDM kesehatan, dan seksi pendidikan dan pelatihan.4.2 KegiatanKegiatan dimulai pada pukul 08.00 WIB di Dinas Kesehatan Kota Medan. Adapun 5 materi bimbingan yang diberikan dari tanggal 11 Agustus 2014 sampai tanggal 15 Juli 2014 yaitu materi pembekalan KKS puskesmas, keorganisasian Dinas Kesehatan Kota Medan, dan bimbinngan dengan bidang-bidang yang ada di Dinkes kota medan.4.3 Materi Pembekalan Puskesmas

4.3.1 Visi dan Misi Kegiatan KKS

Visi kegiatan KKS yaitu:

1. Jangka pendek

Sebagai mahasiswa dalam melaksanakan KKS di puskesmas yang merupakan UPT dari Dinas Kesehatan Kota Medan mendapat gambaran tentang segala sesuatu yang akan mereka laksanakan selama KKS di puskesmas.

2. Jangka panjang

Sebagai seorang mahasiswa kedokteran yang akan menjadi pemikir di bidang kesehatan nantinya memiliki kepedulian terhadap kesehatan masyarakat dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.

Misi kegiatan KKS yaitu untuk mencapai visi di atas maka dilakukan pembekalan kepada mahasiswa KKS kedokteran dan kedokteran gigi di Ladikkes Dinas Kesehatan Kota Medan. Adapun sasaran materi yang diberikan yaitu perkenalan struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan, pembekalan upaya kegiatan puskesmas, dan standar pelayanan mimal menuju Indonesia Sehat 2015.4.3.2 Puskesmas

Puskesmas adalah suatu unit organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dalam suatu wilayah kerja dalam bentuk usaha-usaha kegiatan pokok. Visi puskesmas adalah mewujudkan kecamatan sehat dengan indikator lingkungan sehat, perilaku sehat, pelayanan kesehatan yang bermutu, dan derajat kesehatan yang optimal.

Upaya kesehatan puskesmas dikelompokkan menjadi upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan kesehatan. Upaya kesehatan wajib terdiri dari:

1. Promosi kesehatan

Tujuannya adalah agar individu dan kelompok masyarakat secara keseluruhan melaksanakan perilaku hidup sehat dan agar individu dan kelompok masyarakat berperan aktif dalam upaya-upaya kesehatan, serta ikut aktif dalam perencanaan dan penyelenggaraan posyandu. Kegiatannya meliputi:

1. Mengadakan penyuluhan mengenai kesehatan pribadi, kesehatan lingkungan, gizi keluarga, KB, imunisasi, posyandu, dan sebagainya.

2. Mengadakan ceramah dan diskusi dengan bantuan poster, pamflet, dan brosur.

3. Pembinaan generasi muda untuk hidup sehat di dalam kegiatan antara lain berupa gotong royong dan olahraga.

2. Kesehatan Lingkungan

Program dan target sasaran kesehatan lingkungan yaitu:

1. Sarana air bersih

: 90%

2. Sarana pembuangan kotoran

: 90%

3. Penyehatan lingkungan

: 90%

4. Pemeriksaan TPS/TPA

: 65%

5. Pemeriksaan sanitasi rumah sakit : 100%

6. Pembinaan DPLS

: 100%

7. Pembinaan sekolah sehat

: 100%3. Kesehatan Ibu dan Anak Beserta KB

KIA adalah upaya kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, bayi, dan balita serta anak usia pra-sekolah yang menjadi tanggung jawab puskesmas, dalam rangka meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan bangsa pada umumnya. program dan target sasaran KIA yaitu:

1. K1

: 95%

2. K4

: 95%

3. Resti

: 20%

4. Kunjungan Neonatus

: 90%

5. Persalinan Nakes

: 90%

6. KPKIA

: 100%

7. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita : 90%

8. Pembinaan GSI

: 100%4. Perbaikan Gizi

Di Indonesia, masalah ini merupakan masalah yang cukup berat dan komplit, karena keadaan ekonomi yang kurang dan kurangnya pengetahuan tentang nilai gizi. Permasalahan gizi di Indonesia adalah defisiensi protein kalori, defisiensi vitamin A dan defisiensi iodium, dan anemia. Program dan target sasaran peningkatan gizi yaitu:

1. Pemberian Vit A

Bayi 90%

Balita 90%

Bufas 80%

2. Pemberian Tablet Fe: bumil 90%5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

Penyakit menular adalah penyakit infeksi yang dapat dipindahkan dari orang atau hewan yang sakit, dari reservoir ataupun benda-benda yang mengandung bibit penyakit lainnya ke manusia sehat.1. Imunisasi

BCG 95%

Polio 1 91%

Polio 4 85%

Campak 90%

Hepatitis > 7 hari 75%

Hepatitis < 7 hari 75%

DPT Hb 1 95%

DPT Hb 2 90%

DPT Hb 3 85%2. TB paru

TB Paru BTA (+) sembuh > 85%

Cakupan penderita TB Paru 70%

Konversi 80%

Error rate < 5%3. Demam berdarah

4. Polio

5. ISPA

6. Diare

7. HIV/AIDS

8. Malaria

9. Filariasis

10. Sistomiasis

11. Penyakit menular seksual

12. Kusta6. Pengobatan

7. Pencatatan dan PelaporanUpaya kesehatan pengembangan terdiri dari:

1. Upaya kesehatan sekolah

Dalam Pasal 45 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan disebutkan, kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat, sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Program UKS adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup bersih dan sehat anak usia sekolah.Tujuan umum kegiatan UKS adalah meningkatkan kemampuan perilaku hidup bersih dan sehat, dan derajat kesehatan siswa serta menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal. Tujuan khusus adalah memupuk kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat dan meningkatkan derajat kesehatan siswa, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup bersih dan sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah, di rumah tangga, maupun lingkungan masyarakat; sehat fisik, mental, maupun sosial; daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan NAPZA.2. Upaya kesehatan olahraga

Upaya kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan atau olahraga untuk meningkatkan derajat kesehatan. Dalam pasal 46 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan disebutkan kesehatan olahraga diselenggarakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan melalui kegiatan olahraga.

3. Upaya perawatan kesehatan masyarakat

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 128/ Menkes/ SK/ II/ Tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas, upaya keperawatan kesehatan masyarakat merupakan upaya kesehatan penunjang yang kegiatannya terintegrasi dalam upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.Sasaran perawatan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan akibat faktor ketidaktahuan, ketidakmauan maupun ketidakmampuan dalam menyelesaikan maslaah kesehatannya. Prioritas sasaran adalah yang mempunyai masalah terkait dengan masalah kesehatan prioritas daerah yaitu belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan atau sudah memanfaatkan tetapi memerlukan tindak lanjut.

4. Upaya kesehatan kerja

Menurut kebijakan teknis Program Kesehatan Kerja (Depkes RI 2002) kesehatan kerja adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap pekerja dapat bekerja secara sehat dengan produktivitas yang optimal tanpa membahayakan diri, keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya.5. Upaya kesehatan gigi dan mulut

Upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut, merupakan salah satu kegiatan dari puskesmas dalam rangka melaksanakan salah satu program pokok puskesmas. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut ditujukan kepada keluarga serta masyarakat di wilayah kerjanya, secara menyeluruh baik pelayanan promotif (peningkatan kesehatan/penyuluhan), kegiatan pencegahan (preventif), kegiatan pengobatan (kuratif), dan kegiatan pemulihan kesehatan gigi dan mulut (rehabilitatif). Selain itu, puskesmas melaksanakan kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) dan Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).

6. Upaya kesehatan jiwa

Upaya kesehatan jiwa di puskesmas telah mulai dikembangkan sejak lama baik secara khusus maupun terintegrasi dengan kegiatan pokok puskesmas lainnya, dengan kegiatan sesuai Pedoman Kerja Puskesmas adalah pengenalan dini kasus gangguan jiwa (early detection), meliputi: gangguan psikosis, gangguan kecemasan, gangguan depresi, retardasi mental, gangguan psikosomatik atau psikofisiologik, gangguan penggunaaan zat, gangguan pada anak dan remaja (gangguan tingkah laku, gangguan pemusatan perhatian/sindrom hiperkinetik, gangguan perkembangan spesifik) dan epilepsi; memberikan upaya pertolongan pertama pada kasus-kasus gangguan jiwa (primary treatment);kegiatan rujukan yang memadai (adequate referral); dan melaksanakan terapi lanjutan (follow up) terhadap kasus jiwa yang sudah selesai perawatan di RSJ untuk meringankan beban pasien.

7. Upaya kesehatan mata

Tujuan pelayanan kesehatan mata secara umum adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan mata dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat. Secara khusus tujuannya adalah menurunkan angka kebutaan dari 1,5% pada tahun 2000 menjadi 1,0% pada tahun 2010 dan 0,5% pada tahun 2020; meningkatkan kesadaran, sikap dan prilaku masyarakat terhadap kesehatan indera penglihatan; meningkatkan jangkauan pelayanan mulai pemerataan pelayanan termasuk pemenuhan sarana prasarana dan peningkatan kualitas pelayanan mata; dan meningkatkan kerja sama lintas sektor dan peran swasta termasuk LSM dalam Upaya Kesehatan Mata/Pencegahan Kebutaan dan Upaya Penanggulangan Kebutaan dan low vision.

8. Upaya kesehatan usia lanjut

Tujuan umumnya adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya dalam strata kemasyarakatan. Tujuan khususnya adalah meningkatkan kesadaran pada usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya; meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam menghayati dan mengatasi kesehatan usia lanjut; dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.Sasaran pembinaan secara langsung upaya kesehatan usia lanjut adalah kelompok usia menjelang usia lanjut (45-54 tahun) atau dalam virilitas dalam keluarga maupun masyarakat luas; kelompok usia lanjut dalam masa prasenium (55-64 tahun) dalam keluarga, organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarakat umumnya; kelompok usia lanjut dalam masa senescens (>65 tahun) dan usia lanjut dengan resiko tinggi (lebih dari 70 tahun) hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit berat, cacat, dan lain-lain. Sasaran pembinaan tidak langsung adalah keluarga dimana usia lanjut berada, organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan usia lanjut, dan masyarakat luas.

9. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

Dalam Undang-Undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 47 memuat pengobatan tradisional, setiap upaya pengobatan atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan. Pengobatan tradisional yang dimaksud perlu dibina dan diawasi untuk diarahkan agar menjadi pengobatan dan atau perawatan cara lain yang dapat dipertanggung jawabkan manfaat dan keamanannya.4.3.3 Sekretariat

Adapun hal-hal yang dipelajari atau bimbingan yang diberikan dibidang kesekretariatan adalah beberapa hal tentang struktur keorganisasian di Dinkes Kota Medan. Selain itu juga dijelaskan bagaimana alur koordinasi antara dinkes kota dengan dinkes provinsi sumatera utara. Selanjutnya pada bidang kesekretariatan ini juga dijelaskan bagaimana alur keluar dan masuk surat di dinas kesehatan kota medan.4.3.4 Bidang kefarmasian Jasmani dan Sarana kesehatan

Materi-materi yang diberikan adalah

Penggunaan obat yang rasional antara lain :

1. Sudah di uji coba

2. Dosis yang adekuat

3. Penyakit yang spesifik

Guna gudang farmasi :

1. Menerima obat

2. Mendistribusikan obat

3. Menganalisa obat (Sumber Aryati Rehulina, Apt.)4.3.5 Bidang Bina Pelayanan Kesehatan

1. Pelayanan Kesehatan Dasar Ibu dan Bayi

Ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan. Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal 4 kali sesuai dengan standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

2. Pelayanan Kesehatan Dasar Ibu dan Bayi

Pertolongan persalinan adalah pertolongan ibu bersalin di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang mendapatkan pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Kompetensi kebidanan adalah ketrampilan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan dalam bidang pelayanan kebidanan (dokter dan bidan). Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya tiga kali pada 6 jam pasca persalinan sampai dengan 3 hari pada minggu kedua dan pada minggu ke 6 termasuk pemberian vitamin A dua kali serta persiapan dan atau pemasangan KB pasca persalinan. Cakupan pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu dan neonatal pada masa 6 jam s.d 42 hari pasca persalinan sesuai standar.Risti/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risti kebidanan meliputi: Hb < 8 gr% , Tekanan darah tinggi (sistol>140 mmHg, Diastole > 90 mm HG) , edema nyata, eklamsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu,letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur. Bumil Risti/ komplikasi yang dirujuk adalah bumil risti /komplikasi yang ditemukan untuk mendapat pertolongan pertama dan rujukan tenaga kesehatan.Cakupan kunjungan neonatus (KN) adalah pelayanan kesehatan kepada bayi umur 0-28 hari di sarana pelayanan kesehatan maupun pelayanan melaluikunjungan rumah. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian immunisasi); pemberian vitamin K, manajemen terpadu bayi muda dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan Buku KIA.Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi umur 1-12 bulan di saran pelayanan kesehatan maupun dirumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya melalui kunjungan petugas.Pelayanan kesehatan tersebut meliputi deteksi dini kelainan tumbuh kembang bayi (DDTK).Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. Penanganan BBLR meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi pencegahan hipotermia, pemberiaan ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, talipusat, kulit dan imunisasi) pemberian vitamin K, manajemen terpadu bayi muda (MTBM), penanganan penyulit/komplikasi/masalah BBLR dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan Buku KIA. Cakupan bayi berat badan lahir rendah/BBLR yang ditangani adalah cakupan BBLR yang ditangani sesuai standar oleh Dokter, Bidan dan Perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan neonatal dan penanganan BBLR, di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3. Pelayanan Kesehatan Balita

Pelayanan DDTK balita dan Prasekolah meliputi kegiatan deteksi dini masalah kesehatan anak menggunakan MTBS, monitoring pertumbuhan menggunakan Buku KIA/KMS dan pemantauan perkembangan (motorik kasar,motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian); penanganan penyakit sesuai MTBS, penanganan masalah pertumbuhan, simulasi perkembangan anak balita dan prasekolah; pelayanan rujukan ke tingkat yang lebih mampu.Setiap anak umur 0 sampai dengan 5 tahun memperoleh pelayanan DDTK minimal 2 kali per tahun (setiap 6 bulan sekali). Pelayanan DDTKdiberikan di dalam di dalam gedung maupun diluar gedung (Posyandu, Taman Kanak kanak, Tempat penitipan anak, Panti asuhan) oleh Dokter Bidan dan Perwat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan anak, DDTK, MTBM dan MTBS. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra-sekolah adalah cakupan anak umur 0-5 tahun yang dideteksi kesehatan dan tumbuh kembangnya sesuai dengan standar oleh Dokter, Bidan dan Perawat, paling sedikit 2 kali per tahun, di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

4. Pelayanan Kesehatan Klinik

Rawat Jalan adalah pelayanan keperawatan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik tanpa tinggal di ruang rawat inap pada sarana kesehatan. Cakupan rawat jalan adalah jumlah kunjungan kasus baru rawat jalan di sarana kesehatan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta pada puskesmas perawatan dan bersalin, yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap. Cakupan rawat inap adalah cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana pelayanan kesehatan swasta dan pemerintah di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

5. Pelayanan Gizi

Bayi Bawah Garis Merah (BGM) keluarga miskin adalah bayi usia 6-11 bulan yang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS. Keluarga miskin (Gakin) adalah keluarga yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kab/Kota melalui Tim Koordinasi Kab/Kota (TKK) dengan melibatkan Tim Kelurahan dalam mengindentifikasi nama dan alamat Gakinsecara tepat sesuai dengan Gakin yang disepakati. Cakupan Pemberian makanan pendamping ASI pada bayi BGM dari keluarga miskin adalah pemberian MP-ASI dengan porsi 100 gram per hari selama 90 hari.Balita adalah anak usia di bawah lima tahun (0-49 bulan) yang ada di Kab/Kota. Gizi buruk adalah status gizi menurut berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) dengan Z score < -3 dan atau dengan tanda klinis (marasmus, kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor). Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul vitamin A adalah bayi yang berumur mulai umur 6 bulan s/d 11 bulan dan anak umur 12- 59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100.000 SI yang diberikan kepada bayi umur 6-11 bulan dan kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000 SI yang diberikan kepada anak umur 12-59 bulan. Cakupan balita mendapat kapsul Vitamin A adalah cakupan bayi 6 -11 bulan mendapat kapsul Vitamin A satu kali dan anak umur 12 59 bulan mendapat kapsul Vitamin A dosis tinggi dua kali per tahun di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.Ibu hamil adalah ibu yang mengandung mulai trisemester I s/d trisemester III. Tablet Fe adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi Anemia Gizi Besi yang diberikan pada Bumil. Cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe adalah cakupan Ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

6. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi

Ibu hamil Risti/komplikasi yang tertangani adalah keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risti/komplikasi kebidanan meliputi anemia ( Hb< 8 g%), Tekanan darah tinggi (sistol >140 mmHg, diastol >90 mmHg), edema nyata, eklamsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan >32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematu. Ibu hamil resiko tinggi/kompliksasi yang tertangani adalah Ibu hamil resiko tinggi/komplikasi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit pemerintah/swasta dengan fasilitas PONED dan PONEK (Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar dan Komprehensif).Neonatus adalah bayi baru lahir sampaiusia 28 hari.Neonatus Risti/ komplikasi adalah neonatus dengan penyimpangan dan normal yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian. Neonatus meliputi: Asfiksia, Tetanus Neonatorum, Sepsis, trauma Lahir, BBLR (Berat Badan Lahir < 2500 gram), Sindroma Gangguan pernafasan dan kelainan kongenital. Cakupan Neonatus risti/komplikasi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditanganisesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit Pemerintah/Swasta.7. Pelayanan Gawat DaruratKemampuan pelayanan gawat darurat adalah upaya cepat dan tepat untuk segeramengatasi puncak kegawatan yaitu henti jantung dengan Resusitasi Jantung Paru Otak (CardioPulmonary Crebral Resusitation) agar kerusakan organ yang terjadi dapat dihindarkan atau ditekankan sampai minimal dengan menggunakan bantuan hidup dasar (Basic Life Support) dan bantuan hidup lanjut (ALS). Cakupan sarana kesehatan yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standar dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu.4.3.6 Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan

1. Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Program penanggulangan yang dilaksanakan adala promotif dengan penyediaan media promosi, preventif dengen pelatihan kader DBD, pemberdayaan patroli kesehatan, dan pemeriksaan jentik berkala, kuratif dengan pengadaan alat fogging, insektisida, peningkaan kapasitas petugasfogging, fogging fokus, dan surveilans epidemiologi DBD. Kegiatan yang paling digencarkan adalah upaya promotif yaitu gerakan PSNdengan metode 3M plus.

2. AIDS

AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang ditularkan melalui cairan tubuh seperti darah dan semen. Tujuan dari program pengendalian dan penanggulangan HIV/AIDS adalah penurunan kerentanan penularan HIV/AIDS, pencegahan melalui transmisi seksual, peningkatan penyediaan darah yg aman untuk transfusi, penurunan prevalensi IMS, pencegahan penularan dari ibu ke anak, pencegahan penularan pada pemulasaran jenazah, penerapan kewaspadaan universal, pengurangan penularan pada penasun, peningkatan kwalitas hidup ODHA, penghapusan stigma dan diskriminasi pd ODHA, dan penguranganperilaku berisiko tinggi. Pengurangan dampak buruk dapat dilakukan dengan pendidikan sebaya, pelayanan kesehatan dasar, perawatan dan pengobaan HIV/AIDS, substitusi oral terapi NAPZA, komunikasi informasi edukasi, penjangkauan, konseling testing HIV, pencegahan ineksi pertukaran jarum suntik, dan pemusnahan jarum suntik bekas pakai.

3. Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan olehMycobacterium complex. Lima komponen strategi DOTS untuk penanggulangantuberkulosis adalah komitmen politis, diagnosis dengan mikroskop, pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung, jaminan OAT yang bermutu, dan pencatatan baku. Standar pelayanan TB sesuai dengan ISTC.

4. Imunisasi

Pedoman dan jadwal imunisasi mengikuti pedoman IDAI.

5. Pencegahan merokok4.3.7 Bidang Sumber Daya Manusia

Adapun hal yang dipelajari atau bimbingan yang diberikan dibidang SDM adalah beberapa hal tentang struktur keorganisasian di Dinkes Kotan Medan. Semua pos-pos pelayanan untuk masyarakat, seperti Puskesmas, Posyandu, Poskesdes, Pustu dan lain-lain. Mempelajari tentang bagaimana tugas-tugas pokok dari keempat bidang dan sub bidangnya. Mempelajari tentang upaya kesehatan pokok di Puskesmas dan upaya untuk menjaga kesehatan seperti Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dinas Kesehatan Kota Medan memiliki banyak sekali program kerja. Program-program kerja tersebut ditanggungjawabi oleh masing-masing bidang dan sub bidang. Ada 4 bidang dan dikoordinator oleh kesekretariatan, setiap bidang juga memiliki 3 seksi yang akan mengkoordinasi terlaksananya semua program Dinas Kesehatan Kota Medan tersebut. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pelayanan kesehatan dasar, kesehatan rujukan, dan kesehatan khusus, Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengendalian dan pemberantasan penyakit, wabah, bencana, dan kesehatan lingkungan, Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup perencanaan, pendayagunaan, pendidikan, pelatihan, registrasi, dan akreditasi, dan terakhir adalah bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kefarmasian, jaminan, sarana, dan peralatan kesehatan.Dinas Kesehatan Kota Medan langsung membawahi Puskesmas di seluruh kota Medan, semua program-program kerja DKK Medan dilaksanakan di Puskesmas dan dikoordinasi langsung oleh DKK Medan. Maka setiap bulannya Puskesmas wajib melaporkan setiap kegiatannya ke DKK Medan.5.2. Saran

Program Penyuluhan serta promosi kesehatan masyarakat harus terus dilakukan secara lebih intensif lagi dan berkelanjutan agar lebih banyak penyakit yang dapat dicegah dibandingkan diobati. Perlunya pendataan ulang hasil dari program yang telah dilaksanakan, khususnya pada program-program yang berhubungan dengan sarana kesehatan primer seperti puskesmas.