imunisasi fiks

Upload: emirza-nur-wicaksono

Post on 06-Jul-2018

268 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    1/27

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan

    anak terhadap penyakit tertentu. Guna terwujudnya kesehatan yang tinggi,

     pemerintah telah menempatkan fasilitas pelayanan (Kandun, 2005).

    ngka kesakitan bayi di Ind!nesia relati"e masih #ukup tinggi, meskipun

    menunjukkan penurunan dalam satu de#ade terakhir. $r!gram imunisasi bisa

    didapatkan tidak hanya di puskesmas atau di rumah sakit saja, akan tetapi juga

    diberikan di p!syandu yang dibentuk masyarakat dengan dukungan !leh petugas

    kesehatan dan diberikan se#ara gratis kepada masyarakat dengan maksud

     pr!gram imunisasi dapat berjalan sesuai dengan harapan. $r!gram imunisasi di

     p!syandu telah menargetkan sasaran yang ingin di#apai yakni pemberian

     pemberian imunisasi pada bayi se#ara lengkap. Imunisasi dikatakan lengkap

    apabila mendapat %&G ' kali, $ *kali, +epatitis * kali, &ampak ' kali, dan

     p!li! kali. %ayi yang tidak mendapat imunisasi se#ara lengkap dan mengalami

     berbagai penyakit, misalnya difteri, tetanus, #ampak, p!li! dan sebagainya. -leh

    karena itu, imunisasi harus diberikan dengan lengkap sesuai jadwal. Imunisasi

    se#ara lengkap dapat men#egah terjadinya berbagai penyakit tersebut

    (!t!atm!dj!, 200*).

    alam lingkup pelayanan kesehatan, bidang pre"entif merupakan pri!ritas

    utama. Imunisasi adalah salah satu bentuk inter"ensi kesehatan yang sangat

    efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi

    adalah sarana untuk men#egah penyakit berbahaya, yang dapat menimbulkan

    kematian pada bayi. $enurunan insiden penyakit menular telah terjadi berpuluh / 

     puluh tahun yang lampau di egara / egara maju yang telah melakukan

    imunisasi dengan teratur dengan #akupan yang luas (!t!atm!j!, 200*).

    iperkirakan ', juta kematian pada balita di ind!nesia adalah akibat dari

    $*I ($enyakit yang apat i#egah dengan Imunisasi). 1alah satu pr!gram

    yang telah terbukti efektif untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat

    $*I adalah imunisasi. 1alah satu bukti keberhasilan tersebut adalah dapat

    dibasminya penyakit #a#ar di Ind!nesia pada tahun ' (#hmadi, 2003).

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    2/27

    %erdasarkan lap!ran ngka Kematian %ayi (K%) $r!"insi 4ateng, pada

    tahun 2005 adalah '52 per '.000 kelahiran hidup, tahun 2003 sebesar ' per 

    '.000 kelahiran hidup. ahun 200 (hingga akhir 4uli) sudah men#apai ''0 per 

    '.000 kelahiran hidup. 1elama beberapa tahun terakhir ini kekhawatiran akan

    kembalinya beberapa penyakit seperti p!li! akan meningkat. 1elain itu termasuk 

     juga penyakit6penyakit yang men#uat kembali seperti #ampak, setelah

    sebelumnya mengalami penurunan angka kejadian bermakna. 7elalui

     penurunan angka kesakitan dan kematian anak pada umumnya maka kualitas

    hidup bangsa akan meningkat pula (8anuh, 200).

    7enurut 7enteri Kesehatan, pr!gram pembagunan kesehatan di Ind!nesia

    diterjemahkan dalam 8en#ana $embangunan 4angka 7enengah asi!nal

    (8$47) 20056200 mempunyai "isi masyarakat yang mandiri untuk hidup

    sehat, dimana salah satu targetnya adalah menurunkan K% (ngka Kematian

    %ayi). +al ini sejalan dengan kesempatan dunia dalam 7illenium e"el!pment

    G!als (7G9s), dimana untuk men#apaipenurunan angka kematian bayi tersebut

    ditandai dengan peningkatan #akupan imunisasi. :ntuk itu $r!gram asi!nal

    Imunisasi anak ini menargetkan peningkatan #akupan imunisasi di Ind!nesia

    menjadi 0,5; yang diukur melalui peningkatan imunisasi $ dan #ampak pada

     bayi dan anak. arget ini akan di#apai dalam kurun waktu 2 bulan sepanjang

     peri!de 2006200 (rikunt!, 2003).

    $r!gram peningkatan #akupan imunisasi sebagai salah satu pr!gram

     peningkatan kesehatan masyarakat se#ara lebih luas dalam rangka pen#apaian "isi

    masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, dimana salah satu targetnya untuk 

    menurunkan kematian bayi. :ntuk itu tindakan pen#egahan perlu diupayakan,

    misalnya s!sialisasi tentang pemahaman dan pentingnya imunisasi bayi dan upaya

    tersebut harus bersinergis antara pemerintah dengan masyarakat ($ram!n!, 200).

    :ntuk dapat melakukan pelayanan imunisasi yang baik dan benar diperlukan

     pengetahuan dan keterampilan tentang "aksin ("aksin!l!gi), ilmu kekebalan

    (imun!l!gi) dan #ara atau pr!sedur pemberian "aksin yang benar. engan

    melakukan imunisasi terhadap se!rang anak, tidak hanya memberikan

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    3/27

     perlindungan pada anak tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya

    karena terjadi tingkat imunitas umum yang meningkat dan mengurangi

     penyebaran infeksi. %anyak penyakit menular yang bisa menyebabkan gangguan

    serius pada perkembangan fisik dan mental anak. Imunisasi bisa melindungi anak 

     / anak dari penyakit melalui "aksinasi yang bisa berupa suntukan atau melalui

    mulut (#hmadi, 2003).

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DEFINISI

    Imunisasi adalah suatu #ara meningkatkan kekebalan sese!rang se#ara

    aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang

    serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi berasal dari kata immune yang berarti

    kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan

    kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari

     penyakit yang lain diperlukan imunisasi lainnya (8anuh 200).

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    4/27

    karena tubuh dengan #epat membentuk antib!di dan mematikan antigen >

     penyakit yang masuk tersebut (1uharj! 20'0).

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    5/27

     b. :ntuk beberapa jenis "aksin "irus mudah dipr!duksi (@awren#e 2003).

    Kekurangan dari "aksin hidup attenuated adalah?

    a.

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    6/27

    a.

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    7/27

    • &atat imuniasi dalam rekam medis pribadi dan dalam #atatan

    klinis.• &atatan imunisasi se#ar rin#i harus disampaikan kepada inas

    Kesehatan bidang $emberantasan $enyakit 7enular.

    • $eriksa status imunisasi angg!ta keluarga lainnya dan tawarkan

    "aksinasi untuk mengejar ketinggalan, bila diperlukan.

    (. Pen)i&%anan

    turan umum untuk sebagian besar "aksin, %ahwa "aksin harus

    didinginkan pada temperatur 26D& dan tidak membeku. 1ejumlah "aksin

    ($, +ib, hepatitis %, dan hepatitis ) menjadi tidak aktif bila beku

    (@awren#e, 2003).

    *. !ara %en)untikan aksin 

    $+ Su'kutan

    $enyuntikan subkutan diperuntukan imunisasi 778, "arisela,

    meningitis. $erhatikan rek!mendasi untuk umur anak.

    abel '. $enyuntikan sub#utan

    :mur empat :kuran jarum Insersi jarum

    %ayi (lahir s>d'2

     bulan)

    $aha

    anter!lateral

    4arum 5>996*>

    1puit n! 2*625

    rah jarum 5!

    erhadap kulit

    '6* tahun paha

    anter!lateral>

    @ateral lengan

    atas

    4arum 5>996*>

    1puit n! 2*625

    &ubit tebal untuk 

    suntikan subkutan

    nak E * tahun @ateral lengan

    atas

    4arum 5>996*>

    1puit n! 2*625

    spirasi spuit

    sebelum disuntikan

    :ntuk suntikan

    multipel diberikan

     pada ekstremitas

     berbeda

    (+ Intra&uskular

    iperuntukan Imunisasi $, ,, +ib, +epatitis F %, InfluenBa.

    $erhatikan rek!mendasi untuk umur anak 

    abel 2. $enyuntikan Intramus#ular 

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    8/27

    :mur empat :kuran jarum Insersi jarum

    %ayi (lahir 

    s>d '2 bulan

    -t!t "astus

    lateralis pada

     paha daerah

    anter!lateral

    4arum >996'99

    1puit n0 22625

    '. $akai jarum yang

    #ukup panjang untuk 

    men#pai !t!t

    '6* tahun -t!t "astus

    lateralis pada

     paha daerah

    anter!lateral

    sampai masa

    !t!t delt!id

    #ukup besar  

    (pada umumnya

    umur * tahun

    4arum 5>996'

    99 (5> untuk 

    suntikan di

    delt!id umur 

    '26'5 bulan1puit n! 22625

    2. 1untik dengan arah

     jarum 060!. lakukan

    dengan #epat

    '. ekan kulit sekitar tepat

    suntikan dengan ibu jari

    dan telunjuk saat jarum

    ditusukan

    nak E *

    tahun

    -t!t delt!id, di

     bawah akr!mi!n

    4arum '996'

    99

    1puit n! 22625

    2. spirasi spuit sblm

    "aksin disuntikan, untuk 

    meyakinkan tidak masuk 

    ke dalam

    "ena.pabilaterdapat

    darah, buang dang ulangi

    dengan suntik yang baru.

    *. :ntuk suntikan multipel

    diberikan pada bagian

    sekstremitas berbeda

    ,. KIPI - Keadian Ikutan Pasca/I&unisasi +

    1etiap tindakan medis apa pun bisa menimbulkan risik! bagi

     pasien si penerima layanan baik dalam skala ringan maupun berat.

    emikian halnya dengan pemberian "aksinasi, reaksi yang timbul setelah

     pemberian "aksinasi disebut kejadian ikutan pas#a imunisasi (KI$I) atau

    ad"erse f!ll!wing immuniBati!n (AHI). engan semakin #anggihnya

    tekn!l!gi pembuatan "aksin dan semakin meningkatnya teknik pemberian

    "aksinasi, maka reaksi KI$I dapat diminimalisasi. 7eskipun risik!nya

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    9/27

    sangat ke#il, reaksi KI$I berat dapat saja terjadi. -leh karena itu, petugas

    imunisasi atau d!kter mempunyai kewajiban untuk menjelaskan

    kemungkinan reaksi KI$I apa saja yang dapat terjadi. an bagi !rang yang

    hendak menerima "aksinasi mempunyai hak untuk bertanya dan mengetahui

    apa saja reaksi KI$I yang dapat terjadi (1uhardj!, 20'0).

    1e#ara khusus KI$I dapat didefinisikan sebagai kejadian medik 

    yang berhubungan dengan imunisasi, baik !leh karena efek "aksin maupun

    efek samping, t!ksisitas, reaksi sensiti"itas, efek farmak!l!gis, kesalahan

     pr!gram, reaksi suntikan, atau penyebab lain yang tidak dapat ditentukan.

    1e#ara umum, reaksi KI$I dapat dikateg!rikan sebagai akibat kesalahan

     pr!gram, reaksi suntikan, dan reaksi "aksin (1ri 8edjeki, 2005).

    Kesala0an %r1gra&. 1ebagian besar kasus KI$I berhubungan

    dengan kesalahan teknik pelaksanaan "aksinasi, misalnya kelebihan d!sis,

    kesalahan memilih l!kasi dan #ara menyuntik, sterilitas, dan penyimpanan

    "aksin. engan semakin membaiknya pengel!laan "aksin, pengetahuan, dan

    ketrampilan petugas pemberi "aksinasi, maka kesalahan tersebut dapat

    diminimalisasi (1ri 8edjeki, 2005)

    #eaksi suntikan. 8eaksi suntikan tidak berhubungan dengan

    kandungan "aksin, tetapi lebih karena trauma akibat tusukan jarum,

    misalnya bengkak, nyeri, dan kemerehan di tempat suntikan. 1elain itu,

    reaksi suntikan dapat terjadi bukan akibat dari trauma suntikan melainkan

    karena ke#emasan, pusing, atau pingsan karena takut terhadap jarum suntik.

    8eaksi suntikan dapat dihindari dengan melakukan teknik penyuntikan

    se#ara benar (1ri 8edjeki, 2005).

    #eaksi aksin. Gejala yang mun#ul pada reaksi "aksin sudah bisadiprediksi terlebih dahulu, karena umumnya perusahaan "aksin telah

    men#antumkan reaksi efek samping yang terjadi setelah pemberian

    "aksinasi. Keluhan yang mun#ul umumnya bersifat ringan (demam, ber#ak 

    merah, nyeri sendi, pusing, nyeri !t!t). 7eskipun hal ini jarang terjadi,

    namun reaksi "aksin dapat bersifat berat, misalnya reaksi anafilaksis dan

    kejang. :ntunglah bahwa reaksi alergi serius relatif jarang terjadi, misalnya

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    10/27

    reaksi alergi serius akibat #ampak kemungkinan kejadiannya hanya

    '>'000.000 d!sis (1ri 8edjeki, 2005).

    7engingat hampir setiap "aksin mempunyai p!tensi memberikakn

    reaksi efek samping atau KI$I, maka sebaiknya bertanya terlebih dahulu

    kepada petugas gejala apa saja yang dapat terjadi setelah "aksinasi. %ila

    keluhan KI$I bersifat ringan, misalnya demam, nyeri tempat suntikan, atau

     bengkak maka dapat dilakukan peng!batan sederhana, misalnya dengan

    minum !bat antipiretik saja. etapi bila kejadian pas#a imunisasi bersifat

    serius, maka harus se#epat mungkin dibawa kerumah sakit. 1etiap

     pelayanan kesehatan yang melakukan pemberian "aksinasi mempunyai

    kewajiban untuk melap!rkan KI$I ke inas Kesehatan ingkat Kabupaten,

    dengan tembusan ke 1ekretariat K-7 $$ KI$I yang berkedudukan di

    setiap pr!"insi (1uhardj!, 20'0).

    D. I"UNISASI 2AN3 DI4AJIBKAN

    $. B!3

    %a#ille &almete6Guerin adalah "aksin hidup yang dibuat dari

    7y#!ba#terium %!"is yang dilemahkan, sehingga didapatkan basil yang

    tidak "irulen tetapi masih mempunyai imun!genitas.

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    11/27

    3a&'ar $. Vaksin B!3

    D1sis 0,05 ml untuk bayi kurang dari ' tahun dan 0,' ml untuk anak 

    (E' tahun).

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    12/27

    meninggalkan parut bulat dengan diameter 6 mm, apabila d!sis terlalu

    tinggi maka ulkus yang timbul lebih besar, namun apabila penyuntikkan

    terlalu dalam maka parut yang terjadi tertarik ke dalam.

    a. @imfadenitis @imfadenitis supuratif di aksila atau di leher kadang6

    kadang dijumpai setelah penyuntikan %&G. @imfadenitis akan sembuh

    sendiri, jadi tidak perlu di!bati. pabila limfadenitis melekat pada kulit

    atau timbul fistula maka dapat dibersihkan (drainage) dan diberikan

    !bat anti tuber#ul!sis !ral. $emberian !bat anti tuber#ul!sis sistemik 

    tidak efektif.

     b. %&G6itis diseminasi 4arang terjadi, seringkali berhubungan denganimun!defisiensi berat. K!mplikasi lainnya adalah eritema n!d!sum,

    iritis, lupus "ulgaris dan !ste!mielitis. K!mplikasi ini harus di!bati

    dengan k!mbinasi !bat anti tuber#ul!sis (II, 200).

    K1ntra indikasi B!3

    ') 8eaksi uji tuber#ulin E5 mm

    2) 7enderita infeksi +I< atau dengan resik! tinggi infeksi +I

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    13/27

    Gambar 2.

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    14/27

    Gambar *.

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    15/27

    maupun ulangan. 4adwal untuk imunisasi rutin pada anak, dianjurkan

     pemberian 5 d!sis pada usia 2,,3,'56' bulan dan usia 5 tahun atau saat

    masuk sek!lah. !sis ke harus diberikan sekurang6kurangnya 3 bulan

    setelah d!sis ke *. k!mbinasi t!ks!id difteria dan tetanus() yang

    mengandung '06'2 @f dapat diberikan pada anak yang memiliki k!ntra

    indikasi terhadap pemberian yang pertussis (1uhardj!, 20'0).

    Keadian ikutan %asca i&unisasi DTP

    a. 8eaksi l!#al kemerahan, bengkak dan nyeri pada l!kasi injeksi terjadi

     pada separuh penerima $.

    '. $r!p!rsi emam ringan dengan reaksi l!#al sama dan diantaranya

    dapat mengalami hiperpireksia.

    c. nak gelisah dan menangis terus menerus selama beberapa jam paska

    suntikan (in#!ns!lable #rying).

    d. ari suatu penelitian ditemukan adanya kejang demam sesudah

    "aksinasi yang dihubungkan dengan demam yang terjadi.

    e. Kejadian ikutan yang paling serius adalah terjadinya ensefal!pati akut

    atau reaksi anafilaksis dan terbukti disebabkan !leh pemberian "aksin

     pertusis.

    K1ntra indikasi

    1aat ini didapatkan dua hal yang diyakini sebagai k!ntra indikasi

    mutlak terhadap pemberian "aksin pertusis baik wh!le #ell maupun a#elular.

    Caitu ?

    a. anafilaksis pada pemberian "aksin sebelumnya.

     b. Ansefal!pati sesudah pemberian "aksin pertusis sebelumnya.

    #. Keadaan lain dapat dinyatakan sebagai perhatian khusus (pre#auti!n).

    7isalnya pemberian "aksin pertusis berikutnya bila pada pemberian pertama dijumpai riwayat hiperpireksia, keadaan hip!t!nik6

    hip!resp!nsif dalam jam, anak menangis terus menerus selama *

     jam dan riwayat kejang dalam * hari sesudah imunisasi $ 8iwayat

    kejang dalam keluarga dan kejang yang tidak berhubungan dengan

     pemberian "aksin sebelumnya, kejadian ikutan paska imunisasi atau

    alergi terhadap "aksin bukanlah suatu indikasi k!ntra terhadap

     pemberian "aksin a$. alaupun demikian keputusan untuk 

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    16/27

     pemberian "aksin pertusis harus dipertimbangkan se#ara indi"idual

    dengan memperhitungkan keuntungan dan resik! pemberiannya

    (1uhardj!, 20'0).

    ,. P1li1

    $!li!mielitis atau p!li!, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang

    disebabkan !leh "irus. gen pembawa penyakit ini, sebuah "irus yang

    dinamakan p!li!"irus ($

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    17/27

    suntikan subkutan dalam * kali di lengan dengan jarak 2 bulan.

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    18/27

    Gambar 3.

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    19/27

    sedang memper!leh peng!batan imun!gl!bulin atau bahan6bahan berasal

    dari darah, alergi terhadap pr!tein telur (8ahardj!, 200).

    Keadian Ikutan Pasca I&unisasi

    6 emam lebih dari *,50& yang terjadi pada 5;6'5; kasus, demam

    dijumpai pada hari ke65 sampai ke63 sesudah imunisasi dan berlangsung

    selama 2 hari

    6 Kejang demam

    6 8uam timbul pada hari ke6 sampai ke6'0 sesudah imunisasi dan

     berlangsung selama 26 hari

    6 8eaksi KI$I yang berat dapat menyerang sistem saraf, yang reaksinya

    diperkirakan mun#ul pada hari ke6*0 sesudah imunisasi.

    E. I"UNISASI 2AN3 DIANJU#KAN

    $. Vaksinasi Hi' - Haemophilus influenza tipe b+

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    20/27

    tidak direk!mendasikan diberikan bila sese!rang sedang demam,

    mengalami infeksi akut, dan !rang dengan riwayat alergi yang mengan#am

     jiwa (8anuh, 200).

    (. P!V

    4enis imunisasi ini terg!l!ng baru di Ind!nesia. $&< atau

    $neum!#!##al

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    21/27

    K!ntraindikasi relatif?

    6 :sia kurang dari 2 tahun, karena resp!n terhadap "aksin masih

    kurang baik 

    6 alam peng!batan imun!supresif atau radiasi kelenjar limfe.

    *. ""#  

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    22/27

    intramuskular.

    Keadaan yang dihindarkan saat pemberian "aksin adalah jangan

    diberikan sewaktu demam, riwayat alergi, dan keadaan penyakit akut.

    KI$I yang timbul berupa demam, pusing, sakit kepala, nyeri sendi,

    nyeri !t!t tempat suntikan (1uhardj!, 20'0).

    2) if!id !ral y2'a

    iberikan pada umur lebih dari 3 tahun. 6 ikemas dalam

    kapsul, diberikan * d!sis dengan inter"al selang sehari (hari ',*,5). 6

    Imunisasi ulangan diberikan setiap *65 tahun. Cang perlu diperhatikan

    dalam pemberian "aksin ini adalah tidak b!leh dilakukan saat sedang

    demam, tidak b!leh dilakukan pada !rang dengan penurunan sistem

    kekebalan tubuh (+I

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    23/27

    :mumnya aman dan KI$I yang sering ditemukan adalah reaksi l!kal

    tetapi umumnya ringan, kadang6kadang juga ada sedikit demam. Afek 

    samping akibat pemberian "aksinasi terbanyak '0 ;6'5; berupa nyeri dan

     bengkak di tempat injeksi.

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    24/27

    :. HPV

    $engembangan "aksin pen#egahan "aksin +$< menawarkan harapan

     baru untuk men#egah kanker leher rahim. :ji klinis dari 2 generasi pertama

    "aksin, satu untuk +$< tipe '3 dan ', sedangkan yang lainnya untuk tipe

    3, '', '3, ' telah memperlihatkan pr!teksi yang #ukup tinggi melawan

    insiden dan infeksi persisten (8aharj!, 200).

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    25/27

    F.JAD4AL I"UNISASI

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    26/27

    DAFTA# PUSTAKA

    '. 1uharj!, 4%.

  • 8/17/2019 imunisasi fiks

    27/27

    '. !t!atm!dj!, 1!ekidj!. 200*.  Ilmu $esehatan Masyara#at . 4akarta ?

    8ineka &ipta.

    '5. !t!atm!dj!, 1!ekidj!. 200*.  Pendidi#an &an Perila#u $esehatan.

    4akarta ? 8ineka &ipta.