laporan bakteri 1

Upload: ratna-suminar

Post on 19-Jul-2015

931 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

I.

JUDULPemeriksaan Escherichia coli, salmonella thypi dan Shigela dysentriae.

II.

TUJUAN DAN MANFAAT1. Melakukan isolasi E.coli,Salmonella typhi,shigella dyisentriae dari sampel pemeriksaan. 2. Mengidentifikasi E.coli,Salmonella typhi,shigella dysentriae dari sampel pemeriksaan.

III.

TINJAUAN PUSTAKABakteri adalah kelompok mikroorganisme yang sangat penting karena pengaruhnya yang

membahayakan maupun menguntungkan. Mereka tersebar luas di lingkungan sekitar kita. Mereka dijumpai di udara, air dan tanah, dalam usus binatang, pada lapisan yang lembab pada mulut, hidung atau tenggorokan, pada permukaan tubuh atau tumbuhan. Patogen adalah mikroorganisme yang menyebabkan penyakit. Semua virus bersifat patogenik, tetapi hanya beberapa yang bersifat patogenik terhadap manusia. Bakteri tertentu juga dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Beberapa jenis penyakit tersebut dapat dipindahkan lewat pangan, di antaranya keracunan makanan, kolera dan tifus (Gaman 1992). Bakteri patogen lebih berbahaya daripada bakteri saprobe terhadap keselamatan manusia, dan makanan merupakan perantara yang baik bagi menularnya bakteri pathogen dari seseorang kepada orang lain. Penyakit-penyakit perut seperti disentri, tipus, kolera, dapat berjangkit pada seseotang setelah termakan olehnya makanan yang mengandung bibit penyakit tersebut. Lebih-lebih di waktu sedang berkecamuk seatu wabah penyakit perut, tiap makanan yang dukerumuni lalat haruslah dicurigai (Dwidjoseputro 1998). Bakteri Coliform merupakan kelompok bakteri yang secara umum ditemukan pada tinja (faeses) manusia dan hewan berdarah panas. Bakteri Coliform terdiri atas 4 genus, yaitu ; Escherichia, Enterobacter, Klebsiella dan Citrobacter. Adanya bakteri coliform pada bahan makanan menunjukkan tingkat sanitasi penanganan suatu produk. Sebab adanya bakteri coliform diartikan sebagai adanya cemaran tinja (faeses). Kelompok Coliform umumnya secara internasional dipakai sebagai ukuran standart sanitasi bahan makanan baik makanan segar maupun olahan yang berasal dari ikan, hewan ternak maupun hasil pertanian. Jumlah cemaran bakteri coliform pada ikan segar yang masih diperbolehkan ada, secara International adalah sebesar 100 bakteri per gram daging (anonimus, 1990). Suatu individu mikroorganisme barangkali pada lingkungan yang berbeda dapat masuk pada masing-masing kelompok dari keempat kelompok tersebut. Sebagai contoh bakteri Escherichia coli secara umum termasuk innert. Namun pada keadaan lain dapat bersifat patogenik, karena dapat menyebabkan keracunan pangan. Strain tertentu dapat menyebabkan kerusakan pangan tanpa menyebabkan timbulnya penyakit. Staphylococcus merupakan bakteri cocci berukuran besar, terdapat dirongga hidung manusia maupun pada beberapa jenis hewan tertentu dan pada kulit. Staphylococcus aureus menginfeksi luka-luka, menyebabkan rasa panas dan bisul-bisul. Ini juga salah satu penyebab

1

yang umum pada keracunan pangan. Salmonella merupakan bakteri berbentuk batang pandek dan aerobic. Habitat utamanya adalah saluran usus manusia dan hewan. Salmonella typhi menyebabkan demam tifus dan beberapa spesies lain menyebabkan keracunan pangan. (Gaman 1992).

1. Beberapa jenis bakteri a. Shigella disentriae Bakteria Proteobakteria GammaProteobakteria Enterobakteriales Enterobakteriaceae

Kerajaan: Filum: Kelas: Ordo: Famili: Genus: Shigella

Castellani & Chalmers 1919

Shigella adalah Gram-negatif, batang (bacillus) berbentuk, non-motil, tidak membentuk spora, bakteri anaerob fakultatif yang tidak capsualted. Bakteri ini mampu bertahan hidup lingkungan yang terkontaminasi serta keasaman manusia gastro-intestinal saluran. Shigella Shigella penting karena bisa menimbulkan ancaman kesehatan masyarakat, khususnya di negara-negara terbelakang. Akumulasi bakteri Shigella Shigella di host menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai Shigellosis. Jika tidak diobati di host, infeksi dapat mematikan. Struktur Genom

Genom terdiri dari lingkaran kromosom tunggal dan 4.369.232pasangan basa. Ini membawa sebuah plasmid invasi-asosiasi yang mengandung gen yang kode untuk invasi sel epitel dan produksi toksin Shiga (racun Shiga). Subunit B mengikat sel dan menyuntikkan subunit A. Dengan membelah residu adenin tertentu dari RNA, toksin menghambat sintesis protein, menyebabkan kematian sel. Shigella dysenteriae mengfermentsi glukosa melalui fermentasi asam campuran, namun tidak menghasilkan gas. Tidak menghasilkan H2S, phenylalaninedeaminase atau urease dan tidak menggunakan sitrat sebagai sumber karbon tunggal. Toksin Shiga

Shigella, menghasilkan toksin Shiga, yang digunakan untuk menginfeksi sel inang. toksin Shiga memiliki efek sitotoksik pada sel epitel usus. Memiliki berat molekul 68.000 dalton. Struktur toksin itu terdiri dari dua jenis subunit, subunit alfa dan subunit beta. subunit Beta bertanggung jawab untuk mengikat sel inang, sedangkan subunit alpha bertanggung jawab atas keracunan sel inang Patologi

Shigella dysenteriae menyebabkan Shigellosis (disentri basiler) pada manusia. Ini juga diketahui menyebabkan disentri pada primata lainnya, tetapi tidak pada hewan lain. Infeksi dapat disebabkan oleh

2

sedikitnya sepuluh sel bakteri, sedangkan bakteri lain membutuhkan jutaan sel untuk infeksi. Hal ini disebabkan potensi toksin Shiga. Infeksi dimulai dengan bakteri memasuki saluran gastro-intestinal diam pada dinding usus. Bakteri menyerang sel inang menginjeksikan toksin Shiga. Hal ini mengakibatkan degenerasi permukaan, juga kebocoran darah. Lampiran toksin Shiga ke sel-sel permukaan usus mencegah sel-sel dari menyerap nutrisi dan air, yang dapat menyebabkan dehidrasi. Toksin Shiga memiliki tiga efek pada tubuh manusia: neurotoksik, enterotoxic, dan sitotoksik. efek neurotoksik lihat sakit demam dan perut. efek Enterotoxic mengacu pada pemblokiran penyerapan di usus dengan melampirkan dirinya ke reseptor dalam usus. efek sitotoksik mengacu pada invasi dari toksin Shiga pada sel epitel. Beta subunit dari mengikat toksin Shiga ke glikolipid dari sel inang, suntik subunit alpha melalui endositosis. Sub-unit alpha menyerang ribosom, menonaktifkan unit ribosomal 60s bertanggung jawab untuk sintesis protein. Ini akhirnya menyebabkan kematian sel, kerusakan pada lapisan usus dan perdarahan. Gejala umum disentri bacillary termasuk diare berdarah akut, nyeri perut dan kram, demam, muntah, dehidrasi, dan tenesmus. Sebuah infeksi yang lebih parah dapat mengakibatkan komplikasi yang lebih parah seperti sindrom uremik hemolitik, yang berkembang di 5 sampai 10 persen pasien. Mortalitas dari sindrom uremik hemolitik pendekatan 5 persen, tetapi sampai 30 persen pasien yang bertahan memiliki penyakit ginjal kronis Pasien,. Dalam kasus-kasus yang lebih parah, juga bisa menderita radang inflamasi. Shigellosis dapat mengatasi sendiri dalam beberapa hari, tetapi pada anak-anak kecil dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, infeksi bisa lebih parah, mengakibatkan rumah sakit atau kematian. Setelah seseorang menjadi terinfeksi, mereka tidak mungkin terinfeksi dengan strain khusus lagi, karena kemampuan tubuh untuk menghasilkan antibodi. Namun, mereka bisa infeksi baru dengan jenis lainnya Shigella Shigella. Perawatan termasuk penerapan antibiotik. Antibiotik yang akan membunuh bakteri di dalam saluran pencernaan, memperpendek umur dan karenanya memperpendek jalannya infeksi. Beberapa agen anitmicrobial digunakan untuk mengobati desentery bacillary termasuk siprofloksasin, ampisilin, trimethoprim-sulfamethoaxzole, dan asam nalidiksat. obat lain yang digunakan untuk mengobati efek lain dari disentri seperti dehidrasi. b. Salmonella typhi Kerajaan: Filum: Kelas: Ordo: Famili: Genus: Lignieres 1900 Bakteria Proteobakteria GammaProteobakteria Enterobakteriales Enterobakteriakceae Salmonella

3

Salmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidak berspora, bergerak dengan flagel peritrik, berukuran 2-4 m x 0.5-0,8 m. Salmonella sp. tumbuh cepat dalam media yang sederhana (Jawetz, dkk, 2005), hampir tidak pernah memfermentasi laktosa dan sukrosa, membentuk asam dan kadang gas dari glukosa dan manosa, biasanya memporoduksi hidrogen sulfide atau H2S, pada biakan agar koloninya besar bergaris tengah 2-8milimeter, bulat agak cembung, jernih, smooth, pada media BAP tidak menyebabkan hemolisis, pada media Mac Concey koloni Salmonella sp. Tidak memfermentasi laktosa (NLF), konsistensinya smooth (WHO, 2003) Salmonella sp. tahan hidup dalam air yang dibekukan dalam waktu yang lama, bakteri ini resisten terhadap bahan kimia tertentu(misalnya hijau brillian, sodium tetrathionat, sodium deoxycholate) yang menghambat pertumbuhan bakteri enterik lain, tetapi senyawa tersebut berguna untuk ditambahkan pada media isolasi Salmonella sp. Pada sampel feses. Klasifikasi kuman Salmonella sp. sangat kompleks, biasanya diklasifikasikan menurut dasar reaksi biokimia, serotipe yang diidentifikasi menurut struktur antigen O, H dan Vi yang spesifik (Jawetz, dkk, 2005 ; Bennasar, A., et al, 2000), menurut reaksi biokimianya, Salmonella sp. dapat diklasifikasikan menjadi tiga spesies yaitu S. typhi, S. enteritidis, S. cholerasuis, disebut bagan kauffman-white (Irianto, 2006). Berdasarkan serotipenya di klasifikasikan menjadi empat serotipe yaitu S. paratyphi A (Serotipe group A), S. paratyphi B (Serotipe group B), S. paratyphi C (Serotipe group ), dan S. typhi dari Serotipe group D (Jawetz, 2005). Patogenesis

S. typhi, S. paratyphi A, B dan C merupakan penyebab infeksi utama pada manusia, bakteri ini selalu masuk melalui jalan oral, biasanya dengan cara mengkontaminasi makanan dan minuman. Diantara faktorfaktor yang dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap infeksi Salmonella sp adalah keasaman lambung, flora normal dalam usus dan ketahanan usus lokal (Jawetz, 2005). Pola penyebaran penyakit ini adalah melalui saluran cerna (mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar). S typhi, paratyphi A, B, dan C masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar (Fathiariani, 2009). Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus. Dari usus halus kuman beraksi sehingga bisa menjebol usus halus. Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan lain-lain). Sehingga feses dan urin penderita bisa mengandung kuman S. typhi, S. paratyphi A, B dan C yang siap menginfeksi manusia lain melalui makanan atau minuman yang tercemari. Pada penderita yang tergolong carrier kuman Salmonella bisa ada terus menerus di feses dan urin sampai bertahun-tahun (Widianto, 2009). Setelah memasuki dinding usus halus, S. typhi, S. paratyphi A, B dan C mulai melakukan penyerangan melalui system limfa ke limfa yang menyebabkan pembengkakan pada urat dan setelah

4

satu periode perkembangbiakan bakteri tersebut kemudian menyerang aliran darah. Aliran darah yang membawa bakteri juga akan menyerang liver, kantong empedu, limfa, ginjal, dan sumsum tulang dimana bakteri ini kemudian berkembangbiak dan menyebabkan infeksi organ-organ ini. Melalui organ-organ yang telah terinfeksi inilah mereka terus menyerang aliran darah yang menyebabkan bakteremia sekunder. Bakteremia sekunder ini bertanggung jawab sebagai penyebab terjadinya demam dan penyakit klinis (Wardani, 2008). Contoh penyakitnya ialah demam tiphoid Demam tifoid merupakan masalah kesehatan utama di negara berkembang, tidak hanya karena insiden dan angka kematiannya yang tinggi, tetapi juga karena waktu yang diperlukan agar penderita " fully recover " dap atberbulan-bulan (Sjahrurachman, A., 2009). Demam tipoid juga merupakan penyakit masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik. Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier. Demam Tifoid atau typhus abdominalis, typhoid fever atau enterik fever adalah penyakit sistemik yang akut yang mempunyai karakteritik demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3 minggu yang juga disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit. Demam tifoid (termasuk para-tifoid) dsebabkan oleh kuman Salmonella typhi, S paratyphi A, B dan C (Purwanto, 2009). c. E.coli Superdomain : Phylogenetica Filum : Proterobacteria Kelas : Gamma Proteobacteria Ordo : Enterobacteriales Family : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia Species : Escherichia Coli E. Coli dari anggota family Enterobacteriaceae. Ukuran sel dengan panjang 2,0 6,0 m dan lebar 1,1 1,5 m. Bentuk sel dari bentuk seperti coocal hingga membentuk sepanjang ukuran filamentous. Tidak ditemukan spora.. E. Coli batang gram negatif. Selnya bisa terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek, biasanya tidak berkapsul.bakteri ini aerobic dan dapat juga aerobic fakultatif. E. Coli merupakan penghuni normal usus, seringkali menyebabkan infeksi. Morfologi Kapsula atau mikrokapsula terbuat dari asam asam polisakarida. Mukoid kadang kadang memproduksi pembuangan ekstraselular yang tidak lain adalah sebuah polisakarida dari speksitifitas antigen K tententu atau terdapat pada asam polisakarida yang dibentuk oleh banyak E. Coli seperti pada Enterobacteriaceae. Selanjutna digambarkan sebagai antigen M dan dikomposisikan oleh asam kolanik.

5

Biasanya sel ini bergerak dengan flagella petrichous. E. Coli memproduksi macam macam fimbria atau pili yang berbeda, banyak macamnya pada struktur dan speksitifitas antigen, antara lain filamentus, proteinaceus, seperti rambut appendages di sekeliling sel dalam variasi jumlah. Fimbria merupakan rangkaian hidrofobik dan mempunyai pengaruh panas atau organ spesifik yang bersifat adhesi. Hal itu merupakan faktor virulensi yang penting. E. Coli merupakan bakteri fakultatif anaerob, kemoorganotropik, mempunyai tipe metabolisme fermentasi dan respirasi tetapi pertumbuhannya paling sedikit banyak di bawah keadaan anaerob.pertumbuhan yang baik pada suhu optimal 370C pada media yang mengandung 1% peptone sebagai sumber karbon dan nitrogen. E. Coli memfermentasikan laktosa dan memproduksi indol yang digunakan untuk mengidentifikasikan bakteri pada makanan dan air. E. coli berbentuk besar (2-3 mm), circular, konveks dan koloni tidak berpigemn pada nutrient dan media darah. E. Coli dapat bertahan hingga suhu 600C selama 15 menit atau pada 550C selama 60 menit. Patogenesis :

Penyakit yang sering ditimbulkan oleh E. Coli adalah diare. Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam ehari, yang kadang disertai: Muntah Badan lesu atau lemah Panas Tidak nafsu makan Darah dan lendir dalam kotoran

Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak. Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya menyebabkan syok.

6

Penularan Diare Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti : Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor. Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih. - Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.

IV.

ALAT DAN BAHAN

1. Pembakar spirtus 2. Jarum inokulasi 3. Tabung reaksi 4. Erlenmeyer 250 ml 5. Cawan petri 6. Autoclav 7. Alkohol 70% 8. Medium Endo agar, EMB agar, dan Mc. Conkey 9. Medium bonterey panjang : glukosa, laktosa, maltosa, sukrosa, manitol 10. Medium uji IMVIC 11. Medium TSIA 12. Prosedur

7

V.

CARA KERJA

Hari pertama Pewarnaan gram

Dipanaskan objek glass, dan dibiarkan dingin dengan meletakkan di atas tissue

Diteteskan aquades, dan ambil koloni bakteri buatlah olesan

Dituang larutan Kristal violet, biarkan 1 menit

Tuang larutan safranin, biarkan 1 menit

Dibuang kelebihan etanol 96%, bilas dengan aquadest

Dituang etanol 96%, biarkan 1 menit

Buang kelebihan safranin, bilas dengan aquadest

Diamati sediaan yang sudah kering di bawah mikroskop, terlebih dahulu ditetesi minyak imersi

Menginokulasi bakteri

Diinokulasikan specimen pada medium NA

Diinkubasi specimen pada suhu 37C selama 1 malam

8

Hari kedua

Diamati koloni yang tumbuh pada medium selektif dan catat hasilnya

Koloni yang tumbuh pada medium dilakukan pewarnaan Gram

Jika koloni tidak terbentuk lanjutkan inkubasi hingga hari ketiga

Hari ketigaAmati koloni bakteri yang tumbuh Dilakuan pewarnaan Gram seperti pada hari kedua

9

VI.

HASIL PERCOBAAN 1. E. coli Pewarnaan Gram Keterangan : Tersangka Bentuk Susunan Sifat Warna : E. coli : : : : Basil Satu satu Gram (-) negatif Merah

Hari Pertama Di inokulasikan ke Agar Plate dan Agar Miring NA

Hari Pertama

Diinkubasi selama 24 jam, 37C

10

Hari Kedua

Pewarnaan Gram

Keterangan :

Tersangka Bentuk Susunan Sifat Warna

: Bacillus : : : : Basil Satu satu Gram (+) positif Ungu

11

2. Salmonella thypi Pewarnaan Gram

Keterangan : Tersangka Bentuk Susunan Sifat Warna Warna spora : Bacillus : : : : : Basil Satu satu Gram (+) positif Ungu Bening

Hari Pertama

3. Shigella dysentriae

Pewarnaan Gram Keterangan : Tersangka Bentuk Susunan Sifat Warna : Shigella dysentriae : : : : Basil Satu satu Gram (-) negatif Merah

Hari Pertama

12

Di inokulasikan ke Agar Plate dan Agar Miring NA

Hari Pertama

Diinkubasi selama 24 jam, 37C

Hari Kedua

13

Hari Keempat Setelah 72 jam , 37 C

Pewarnaan Gram

Keterangan :

Tersangka Bentuk Susunan Sifat Warna

: Bacillus : : : : Basil Satu satu Gram (+) positif Ungu

14

VII.

PEMBAHASAN Pada pewarnaan gram hari pertama didapat hasil E.coli sesuai dengan karakteristik yang telah diketahui yaitu berbentuk basil, dengan struktur yang satu-satu, berwarna merah. Untuk pengamatan shigella dysentriae pun didapatkan hasil sesuai dengan karakteristiknya, yaitu berbentuk basil, berstruktur satu-satu, berwarna merah. Pada salmonella typhii didapatkan bentuk yang basil berstruktur satu-satu dan berwarna ungu, juga terdapat spora yang terletak diluar bakteri maupun didalam bakteri. Hal ini tidak sesuai dengan karakteristik salmonella typhii yang sudah kita ketahui yaitu basil, berstruktur satu-satu, berwarna merah. Maka dapat disimpulkan bahwa bakteri pada pewarnaan gram tersebut adalah bukan salmonella typhii melainkan bakteri Bacillus. Hal ini mungkin saja terjadi ketika proses inkubasi bakteri yang dilakukan selama 24 jam, bakteri salmonella typhii yang diinkubasi tidak mampu bertahan hidup karena adanya bakteri Bacillus yang tumbuh lebih dominan hingga menekan pertumbuhan bakteri salmonella typhii. Bacillus ini bisa berasal dari mana saja, bisa saja berasa dari lingkungan, dari nafas manusia atau pun dari medium itu sendiri, hingga biakan ini tidak dapat dilanjutkan untuk ditanam di medium agar. Pada pengamatan hari kedua dan setelah bakteri di inkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC didapatkan bakteri E.coli tumbuh pada medium agar cawan petri dan tabung. Kemudian dilakukan pewarnaan gram untuk bakteri E.coli yang menghasilkan struktur bakteri berbentuk basil dengan susunan berantai, berwarna merah dan memiliki spora. Hasil pewarnaan koloni tidak sesuai dengan spesies bakteri yang diisolasikan, ciri-ciri bakteri tersebut merupakan spesies basillus subtilis. Hal ini dapat terjadi karena adanya kontaminasi pada bakteri yang akan diisolasikan oleh bakteri lain yaitu spesies basillus subtilis yang lebih dominan pada biakan sehingga pada hasil isolasi lebih banyak , atau adanya kesalahan dalam pelabelan untuk biakan yang digunakan untuk isolasi dan kontaminasi dari lingkungan kerja ( isolasi ) yang tidak steril sehingga mengakibatkan hasil isolasi tidak sesuai dengan spesies bakteri yang diharapkan tumbuh. Namun untuk bakteri shigella dysentriae setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC bakteri tidak tumbuh sama sekali di dalam medium pada cawan dan tabung, ini mungkin disebabkan karena kurangnya masa inkubasi, saat penanaman bakteri mati karena ose yang terlalu panas. Pada pengamatan hari ke tiga isolasi bakteri shigella dysentriae setelah diinkubasi selama 72 jam pada suhu 37 , bakteri tumbuh pada cawan dan tabung , kemudian bakteri diperiksa dengan pewarnaan gram dan menghasilkan hasil pewarnaan, stuktur bakteri berbentuk basil dengan susunan berantai , berwarna merah dan memiliki spora . hasil pewarnaan koloni tidak sesuai dengan spesies bakteri yang diisolasikan , ciri- ciri bakteri tersebut merupakan spesies basillus subtilis. Hal ini dapat terjadi karena adanya kontaminasi pada bakteri yang akan

15

diisolasikan oleh bakteri lain yaituspesies basillus subtilis yang lebih dominan pada biakan sehingga pada hasil isolasi lebih banyak , atau adanya kesalahan dalam pelabelan untuk biakan yang digunakan untuk isolasi dan kontaminasi dari lingkungan kerja ( isolasi ) yang tidak steril sehingga mengakibatkan hasil isolasi tidak sesuai dengan spesies bakteri yang diharapkan tumbuh. VIII. KESIMPULAN Bakteri Eschericia coli, Salmonella thypi, dan Shigella dysentriae adalah bakteri yang terdapat disaluran pencernaan Pada pengamatan hanya koloni dari bakteri Eschericia coli saja yang dapat tumbuh sedangkan Salmonella thypi dan Shigella dysentriae tidak karena medium terkontaminasi oleh Bacillus sp karena saat pewarnaa Gram didapatkan warna ungu, berbentuk basil dan berspora yang merupakan ciri-ciri dari Basillus sp

IX.

DAFTAR ACUAN

www.bacteriamuseum.org/cms/&rurl=translate.google.co.id=usg diakses pada 15 Desember 2011

http://id.wikipedia.org/wiki/Shigella, diakses pada 16 Desember 2011 http://id.wikipedia.org/wiki/Salmonella, diakses pada 16 Desember 2011 Collier, L.,1998, Microbiology and Microbial Infections, Edisi 9, 935 939, Oxford University Press, Inc., New York. Jawetz, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20, 238 240, EGC, Jakarta. Pelczar, 1988, Dasar Dasar Mikrobiologi, 809 812, UI Press, Jakarta.

16