laporan praktikum pengujian bakteri osmofilik
DESCRIPTION
Mikrobiologi PanganTRANSCRIPT
Firna Telia Res240210130027
V. PEMBAHASAN
Gula ditambahkan ke dalam makanan, selain untuk mendapatkan rasa
manis, pada konsentrasi tinggi dapat berfungsi sebagai pengawet
makanan/minuman. Gula dapat menghambat pertumbuhan mikroba karena dapat
mengikat air sehingga menyebabkan dehidrasi makanan dan menurun aw
makanan. Gula juga dapat meningkatkan tekanan osmotik substrat sehingga
menyebabkan sel mikroba mengalami plasmolisis. Penggunaan gula sebagai
contoh pada pembuatan selai, sirup, dan manisan buah-buahan (Sukarminah,
2008).
Meskipun gula dapat menghambat pertumbuhan mikroba, makanan yang
mengandung gula pun terkadang sering tercemar oleh mikroorganisme. Hal
tersebut dapat terjadi karena ada mikroorganisme yang tahan akan kadar gula
yang tinggi.
Jenis mikroba yang termasuk osmofilik adalah jenis bakteri dan khamir.
Bakteri osmofilik adalah bakteri yang tumbuh dengan konsentrasi gula yang
tinggi. Contoh bakteri osmofilik adalah Leuconostoc (Sukarminah, 2008).
Beberapa jenis bakteri bersifat osmotolerant, yaitu tumbuh dengan atau tanpa
adanya konsentrasi gula tinggi.
Khamir osmofilik juga dapat tumbuh pada keadaan kadar gula yang tinggi.
Hal tersebut dikarenakan gula dapat mengikat air sehingga memiliki aktivitas air
(aw) yang rendah. Secara umum khamir membutuhkan air lebih sedikit
dibandingkan dengan bakteri. Contoh khamir osmofilik adalah S. rouxii
(Sukarminah, 2008).
Praktikum kali ini, kita akan melakukan uji osmofilik pada sampel yang
mengandung kadar gula yang tinggi seperti minuman sari buah, madu, sirup, dan
susu kental manis.
Sari buah adalah cairan yang dihasilkan dari pemerasan atau penghancuran
buah segar yang telah masak. Sari buah yang digunakan dalam praktikum kali ini
adalah sari buah jeruk. Buah jeruk mengandung kadar gula sebesar 11.3%.
Madu merupakan eksudat gula atau sari bunga yang dikumpulkan, diubah,
dan diikat dengan senyawa-senyawa tertentu oleh lebah, terutama Apis mellifera.
Kandungan gizi utama madu terdiri dari senyawa karbohidrat seperti gula fruktosa
Firna Telia Res240210130027
(41,0%), glukosa (35%), sukrosa (1,9%), dan dekstrin (1,5%). Oleh karena itulah
madu mengandung kadar gula yang cukup tinggi.
Sirup adalah cairan yang kental dan memiliki kadar gula terlarut yang
tinggi, namun hampir tidak memiliki kecenderungan untuk mengendapkan kristal.
Sirup buah termasuk dalam jenis sari buah pekat yaitu cairan yang dihasilkan dari
pengepresan daging buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik dengan
cara pendidihan biasa maupun dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa
udara.
Susu kental manis (sweetened condensed milk) adalah produk olahan susu
yang diawetkan dengan kadar gula yang tinggi. Pengentalan dan penambahan gula
dilakukan sampai kadar gula produk akhir mencapai 63% (Tjahjadi, 2011). Bahan
baku utama pada pembuatan susu kental manis adalah susu sapi segar, susu bubuk
skim, gula, lemak susu, lemak nabati dan kristal laktosa. Susu kental manis
mengandung laktosa 11,4%.
Pengujian osmofilik diawali dengan penimbangan sampel. Sampel sebanyak
1 ml atau 1 gram ditimbang dengan menggunakan neraca analitik. Tahap
selanjutnya adalah pengenceran pada setiap sampel. Larutan pengencer yang
digunakan dalam praktikum kali ini adalah NaCl fisiologis 0,85%. Sampel yang
telah ditimbang sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi
NaCl fisiologis 0,85% sebanyak 9 ml. Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan spatula yang telah steril dam dekat dengan api bunsen. Hal
tersebut juga dilakukan untuk mencegah masuknya kontaminan. Setiap selesai
pengenceran, tabung reaksi dikocok agar sampel dapat tercampur dengan larutan
pengencer.
Pengenceran dilakukan hingga pengenceran 10-3. Dari pengenceran 10-2 dan
10-3 diambil 1 ml, kemudian masing suspensi kultur dari pengenceran 10-2 dan 10-3
dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Setiap satu pengenceran dimasukkan ke
dalam dua cawan petri steril yang masing-masing ditambahkan medium NA untuk
cawan petri pertama dan medium NA + 30% sukrosa untuk cawan petri kedua.
Tujuan penambahan sukrosa yang jumlahnya bervariasi adalah untuk mengetahui
kebutuhan gula untuk pertumbuhan optimum tiap bakteri, sedangkan untuk
Firna Telia Res240210130027
medium yang tidak ditambahkan sukrosa digunakan sebagai pembanding (Buckle,
1987).
Medium NA adalah medium yang biasa digunakan untuk perhitungan
dengan menggunakan metode SPC. Mikroorganisme bakteri, kapang, maupun
khamir dapat tumbuh pada medium NA. Makanan yang mengandung gula dapat
ditumbuhi oleh jenis mikroorganisme bakteri dan khamir. Hal tersebut
dikarenakan ada mikroorganime yang tahan hidup pada kadar gula yang tinggi.
Jadi untuk menumbuhkan bakteri dan khamir diperlukan medium NA.
Setiap cawan petri kemudian digerak-gerakkan membentuk angka delapan.
Hal ini ditujukan agar sampel dan medium tercampur dengan baik. Diamkan
cawan petri hingga beku untuk selanjutnya diinkubasi dalam posisi terbalik
selama 3 hari pada suhu 30°C. Cawan petri yang diinkubasi diletakkan dalam
posisi terbalik dengan tujuan ketika cawan petri terbentuk uap air, uap air tersebut
tidak menetes pada koloni sehingga merusak koloni yang nantinya akan tumbuh.
Setelah diinkubasi, sampel diamati, koloni yang tumbuh pada cawan dihitung
menurut perhitungan metode Standard Plate Count (SPC), dan dihitung pula
jumlah bakteri osmofilik. Hasil dari pengamatan jumlah koloni mikroorganisme
pada ikan peda dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perhitungan Koloni pada Media NA dan NA+30% Sukrosa
Sampel NA Nilai SPC NANA + 30%
sukrosa
Nilai SPC NA +
30% sukrosa
Minuman
sari buah
(1A)
3 0<3.0 x 103
(3.0 x 102 cfu/g)2 1
<3.0 x 103
(2.0 x 102 cfu/g)
Madu
(3A)2 2
<3.0 x 103
(2.0 x 102 cfu/g)1 4
<3.0 x 103
(1.0 x 102 cfu/g)
Sirup (6A) 1 1<3.0 x 103
(1.0 x 102 cfu/g)- - -
Firna Telia Res240210130027
Susu kental
manis (2A)1 1
<3.0 x 103
(1.0 x 102 cfu/g)5 13
<3.0 x 103
(5.0 x 102 cfu/g)
Puding
(4A)23 3
<3.0 x 103
(2.3 x 103 cfu/g)11 - -
Selai (5A) 17 6<3.0 x 103
(1.7 x 103 cfu/g)9 4
<3.0 x 103
(9.0 x 102 cfu/g)
(Sumber : Dokumen Pribadi,2014)
Pertumbuhan mikroorganisme pada medium NA untuk sampel minuman
sari buah, madu, puding, selai dan sirup tidak sesuai dengan literatur. Seharusnya
semakin tinggi pengenceran maka jumlah mikroorganisme yang tumbuh semakin
sedikit. Hal tersebut dapat disebabkan adanya kontaminasi dari luar ataupun
kesalahan praktikan pada saat homogenisasi sampel dengan larutan pengencer.
Sampel dan larutan pengencer tidak tercampur secara merata.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada media NA pengenceran 10-2 untuk
sampel minuman sari buah terdapat 3 koloni bakteri berbentuk bulat berwarna
kuning krem sedangkan pada pengenceran 10-3 tidak terdapat koloni.
Pertumbuhan koloni pada medium NA + 30% sukrosa pengenceran 10-2
untuk sampel minuman sari buah terdapat 2 koloni bakteri berbentuk bulat
berwarna kuning krem sedangkan pada pengenceran 10-3 terdapat 1.
a. 10-2 b. 10-3 c. 10-2 d. 10-3
Gambar 1. Pertumbuhan koloni pada sampel minuman sari buah
NA NA + 30% sukrosa
Firna Telia Res240210130027
Berdasarkan hasil pengamatan, pada media NA pengenceran 10-2 untuk
sampel madu terdapat 2 koloni kapang berwarna hitam dan terdapat miselium
sedangkan pada pengenceran 10-3 terdapat 1 koloni bakteri dan 1 koloni khamir.
Bakteri yang tumbuh berbentuk bulat berwarna putih dan putih kekuningan.
Khamir yang tumbuh berwarna putih.
Terdapat pertumbuhan koloni pada medium NA + 30% sukrosa
pengenceran 10-2 terdapat 1 koloni untuk sampel madu. Sedangkan pada
pengenceran 10-3 Terdapat pertumbuhan 4 koloni .
a. 10-2 b. 10-3 c. 10-2 d. 10-3
Gambar 2. Pertumbuhan koloni pada sampel madu
Berdasarkan hasil pengamatan, pada medium NA pengenceran 10-2 untuk
sampel sirup terdapat 1 koloni bakteri berbentuk bulat berwarna putih sedangkan
pada pengenceran 10-3 terdapat 1 koloni khamir berwarna putih.
Pertumbuhan koloni pada medium NA + 30% sukrosa pengenceran 10-2
untuk sampel sirup tidak terdapat koloni dan pada pengenceran 10 -3 juga terdapat
tidak terdapat koloni.
a. 10-2 b. 10-3
Gambar 3. Pertumbuhan koloni pada sampel sirup
Berdasarkan hasil pengamatan, pada media NA pengenceran 10-2 untuk
sampel susu kental manis terdapat 1 koloni bakteri sedangkan pada pengenceran
10-3 terdapat 1 koloni bakteri. Bakteri yang tumbuh berbentuk bulat berwarna
putih.
Pertumbuhan koloni pada medium NA + 30% sukrosa pengenceran 10-2
untuk sampel susu kental manis terdapat 5 koloni bakteri sedangkan pada
NA NA + 30% sukrosa
NA
Firna Telia Res240210130027
pengenceran 10-3 terdapat 13 koloni bakteri. Bakteri yang tumbuh berbentuk bulat
berwarna putih.
a. 10-2 b. 10-3 c. 10-2 d. 10-3
Gambar 4. Pertumbuhan koloni pada sampel susu kental manis
Berdasarkan hasil pengamatan, pada media NA pengenceran 10-2 untuk
sampel puding terdapat 23 koloni bakteri sedangkan pada pengenceran 10-3
terdapat 3 koloni bakteri. Bakteri yang tumbuh berbentuk bulat berwarna putih.
Pertumbuhan koloni pada medium NA + 30% sukrosa pengenceran 10-2
untuk sampel susu kental manis terdapat 11 koloni bakteri sedangkan pada
pengenceran 10-3 terdapat tidak terdapat koloni bakteri. Bakteri yang tumbuh
berbentuk bulat berwarna putih.
a. 10-2 b. 10-3 c. 10-2
Gambar 4. Pertumbuhan koloni pada sampel puding
Berdasarkan hasil pengamatan, pada media NA pengenceran 10-2 untuk
sampel selai terdapat 17 koloni kapang berwarna hitam dan terdapat miselium
sedangkan pada pengenceran 10-3 terdapat 1 koloni bakteri dan 6 koloni Bakteri
yang tumbuh berbentuk bulat berwarna putih dan putih kekuningan. Khamir yang
tumbuh berwarna putih.
Terdapat pertumbuhan koloni pada medium NA + 30% sukrosa
pengenceran 10-2 terdapat 9 koloni untuk sampel madu. Sedangkan pada
pengenceran 10-3 Terdapat pertumbuhan 6 koloni .
NA NA + 30% sukrosa
NA NA + 30% sukrosa
Firna Telia Res240210130027
a. 10-2 b. 10-3 c. 10-2
Gambar 2. Pertumbuhan koloni pada sampel selai
Nilai SPC bakteri dari semua sampel, tidak melampaui batas maksimum
cemaran mikroba berdasarkan SNI No. 7388 : 2009. Oleh sebab itu, dapat
disimpulkan bahwa cemaran bakteri pada sampel minuman sari buah, madu,
sirup, dan susu kental manis masih dalam taraf aman.
Pada praktikum kali ini, koloni yang tumbuh tidak diberi perlakuan
pewarnaan gram dan tidak diamati di bawah mikroskop, maka identifikasi bakteri
tidak dapat dilakukan secara mendalam.
Jenis bakteri yang dapat menghidrolisis gula adalah Lactobacillus, Bacillus
dan Clostridium, Leuconostoc, dan Zymomonas mobilis.Lactobacillus sering
ditemukan pada makanan, misalnya pada permukaan sayuran (berperan dalam
fermentasi pikel), dan pada susu dan produk-produk susu. Jenis Lactobacillus
dapat dibedakan atas dua kelompok, yaitu:Bersifat homofermentatif
Bakteri homofermentatif memecah gula menjadi asam laktat dan dapat
tumbuh pada suhu 37oC atau lebih. Spesies yang tergolong homofermentatif
misalnya; L. bulgaricus, L. lactis, L. acidophilus, L. thermophilus, L.
delbrueckii
2. Bersifat heterofermentatif
Bakteri heterofermentatif memecah gula menjadi asam laktat dan produk-
produk lain seperti alkohol, asetat dan karbondioksida. Spesies yang tergolong
heterofermentatif misalnya Lactobacillus fermentatum dan Lactobacillus brevis.
(Fardiaz, 1992). Salah satu sifat Lactobacillus adalah dapat memfermentasi gula
dengan menghasilkan sejumlah asam laktat sehingga dapat digunakan dalam
produksi makanan fermentasi, tetapi sebaliknya produksi asam laktat ini juga
dapat menyebabkan kerusakan pada minuman anggur dan bir (Fardiaz, 1992).
NA NA + 30% sukrosa
Firna Telia Res240210130027
Bacillus terdiri dari 22 spesies, di mana banyak diantaranya ditemukan pada
makanan. Bakteri ini bersifat aerobik sampai anaerobik fakultatif, katalase positif
dan kebanyakan bersifat gram positif, hanya beberapa bersifat variabel. Salah satu
bakteri Bacillus yang bersifat mesofilik adalah Bacillus subtilis (Fardiaz, 1992).
Clostridium bersifat anaerobik sampai mikroaerofilik, dan bersifat katalase
negatif. Clostridium butyricium, dan Clostridium acetobutylicum memfermentasi
karbohidrat menjadi asam butirat dan CO2 serta H2 (Fardiaz, 1992). Clostridium
dapat menyebabkan kerusakan disertai pembentukkan gas pada produk buah-
buahan kaleng (Sukarminah, 2008).
Leuconostoc merupakan jenis bakteri yang bersifat heterofermentatif, yaitu
memproduksi gula menjadi asam laktat, CO2, dan etanol atau asam asetat. Sifat-
sifat Leuconostoc yang penting dalam mikrobiologi pangan, baik yang merugikan
mauun yang menguntungkan adalah sebagai berikut:
a. Dapat memfermentasi asam sitrat menjadi diasetil, misalnya oleh Leuconostoc
dextranicium dan Leuconostoc cremoris, sehingga sering digunakan dalam
pembuatan keju untuk meningkatkan citarasa.
b. Tahan garam, sehingga sering berperan dalam fermentasi awal produk yang
mengandung garam, misalnya Leuconostoc mesenteoides pada sauerkraut dan
pikel.
c. Dapat memulai fermentasi dengan cepat sehingga menghambat bakteri lain
yang tidak diinginkan tumbuh selama fermentasi.
d. Tahan konsentrasi gula tinggi, misalnya Leuconostoc mesenteoides yang tahan
konsentrasi gula 55-60%sehingga dapat tumbuh pada sirup, es krim, adonan
kue, dan sebagainya.
e. Produksi gas CO2 dari gula dalam jumlah tinggi, sehingga jikamengkontamina-
si makanan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti pembentukan
mata (lubang-lubang) pada keju yang terlalu besar, kerusakan makanan yang
kandungan gulanya tinggi (sirup, adonan kue dan sebagainya), dan
pengembangan roti yang berlebihan.
f. Produksi lendir yang berlebihan pada makanan yang mengandung sukrosa.
Sebaliknya, sifat memproduksi lendir yang terdiri dari dekstran ini
menguntungkan untuk industri dekstran (Fardiaz, 1992).
Firna Telia Res240210130027
Bakteri Leuconostoc mesenteroides tahan terhadap konsentrasi gula yang tinggi
(55-60 %) sehingga dapat tumbuh pada sirup, susu kental manis dan madu.
Jenis bakteri Zymomonas mobilis merupakan bakteri dengan famili tidak
menentu dan yang sering ditemukan pada sari buah dan menyebabkan fermentasi
yaitu menghasilkan etanol, CO2 dan sedikit asam laktat serta merupakan bakteri
yang memiliki famili tidak menentu. Jenis bakteri Zymomonas mobilis sering
ditemukan pada sari buah dan menyebabkan fermentasi yaitu menghasilkan
etanol, CO2 dan sedikit asam laktat (Fardiaz, 1992).
Firna Telia Res240210130027
VI. KESIMPULAN
Nilai SPC bakteri pada sampel pudding <3.0 x 103 (2.3 x 103 cfu/g) untuk
medium NA dan <3.0 x 103 untuk medium NA + 30% sukrosa tidak valid.
Nilai SPC bakteri pada sampel madu sebesar <3.0 x 103 (2.0 x 102 cfu/g)
untuk medium NA dan <3.0 x 103 (1.0 x 102 cfu/g) untuk medium NA +
30% sukrosa.
Nilai SPC bakteri pada sampel sirup sebesar <3.0 x 103 (1.0 x 102 cfu/g).
Nilai SPC bakteri pada sampel susu kental manis sebesar <3.0 x 103 cfu/g
tidak valid untuk medium NA dan <3.0 x 103 (5.0 x 102 cfu/g) untuk
medium NA + 30% sukrosa.
Nilai SPC bakteri pada sampel selai sebesar <3.0 x 103 cfu/g (1.7 x 103
cfu/g).untuk medium NA dan <3.0 x 103 (9,0 x 102 cfu/g) untuk medium NA
+ 30% sukrosa
Nilai SPC bakteri pada sampel sari buah sebesar <3.0 x 103 cfu/g (3,0 x 102
cfu/g).untuk medium NA dan <3.0 x 103 (2,0 x 102 cfu/g) untuk medium NA
+ 30% sukrosa
Minuman sari buah, madu, sirup,selai,puding dan susu kental manis yang
diamati aman untuk dikonsumsi.
Firna Telia Res240210130027
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A., dkk. 1987. Ilmu Pangan (Terjemahan). Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sukarminah, E., dkk. 2010. Mikrobiologi Pangan. Universitas Padjajaran, Bandung.
Tjahjadi, C. dan H. Marta. 2008. Pengantar Teknologi Pangan : Volume 1&2. Universitas Padjajaran, Jatinangor.