laporan praktikum mikrobiologi daya hambat anti bakteri

28
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan yang harus dilestarikan dan dimanfaatkan dengan baik. Sebagian besar tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai obat tradisional. Hal ini menandakan adanya kesadaran masyarakat untuk kembali ke alam dalam rangka mencapai kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami ( Wiayakusuma, 1997). Obat tradisional yang berasal dari tumbuhan dan bahan – bahan alami murni, memiliki efek samping, tingkat bahaya dan resiko yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan obat kimia Bunga rosella merupakan tanaman yang sekarang terkenal hampir di seluruh penjuru dunia. Tanaman ini juga mulai populer di Indonesia. bunga rosella mengandung senyawa metabolit sekunder yang diduga mempunyai efek antibakteri. Adapun kandungan kimia dari tumbuhan rosella adalah alkaloid, flavonoid, triterpen, steroid, dan fenolik. Kandungan kimia bunga rosella yang diduga mempunyai efek sebagai antibakteri adalah flavonoid. Dimana kandungan flavonoid mampu menghambat dan membunuh kuman - kuman, mikroorganisme yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia (Duke, 1998) .

Upload: cacha-nurul-mukhlisah

Post on 22-Dec-2015

142 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ekstrak rosella memiliki anti mikroba yang baik sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri E.coli dan bakteri Staphylococcus aureus

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan yang

harus dilestarikan dan dimanfaatkan dengan baik. Sebagian besar tumbuhan

tersebut dapat digunakan sebagai obat tradisional. Hal ini menandakan adanya

kesadaran masyarakat untuk kembali ke alam dalam rangka mencapai kesehatan

yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami

( Wiayakusuma, 1997). Obat tradisional yang berasal dari tumbuhan dan bahan –

bahan alami murni, memiliki efek samping, tingkat bahaya dan resiko yang jauh

lebih rendah dibandingkan dengan obat kimia 

Bunga rosella merupakan tanaman yang sekarang terkenal hampir di

seluruh penjuru dunia. Tanaman ini juga mulai populer di Indonesia. bunga

rosella mengandung senyawa metabolit sekunder yang diduga mempunyai efek

antibakteri. Adapun kandungan  kimia dari tumbuhan rosella adalah alkaloid,

flavonoid, triterpen, steroid, dan fenolik. Kandungan kimia bunga rosella yang

diduga mempunyai efek sebagai antibakteri adalah flavonoid. Dimana kandungan

flavonoid mampu menghambat dan membunuh kuman - kuman, mikroorganisme

yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia (Duke, 1998).

Bakteri merupakan suatu mikroorganisme yang tidak terlepas dari bagian

kehidupan yang dapat memberikan manfaat contohnya Escherichia coli yang

berperan dalam sintesis vitamin K dalam usus. Sebagian besar bakteri dapat

menimbulkan bermacam-macam penyakit/infeksi dengan cara menginvasi dan

berkembang biak dalam jaringan tubuh atau rongga mulut. Bakteri menimbulkan

infeksi terutama Staphylococcus aureus yang dapat menyebabkan abses, gingivitis

dan Denture stomatitis.

Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan daya hambat

antibakteri pada bunga Rosella (Hisbiscus Sabdariffa L.) terhadap Escherichia

coli, Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.)

Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelopak bunga

rosella (Hibiscus sabdariffa L.). Uraian tanaman rosela meliputi klasifikasi

tanaman, deskripsi tanaman, khasiat dan kegunaan tanaman, dan kandungan kimia

tanaman. Bunga rosella tumbuh dari biji dengan ketinggian mancapai satu meter

danmengeluarkan bunga hampir sepanjang tahun. Bunga rosella berwarna cerah,

kelopak bunga (kaliks) berwarna merah gelap dan lebih tebal jika dibandingkan

dengan bunga raya (sepatu). Bagian bunga rosella yang diproses menjadi makanan

adalah kaliks yang mempunyai rasa asam. (Mardiah. 2010)

Klasifikasi tanaman bunga rosella adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Class : Angiospermae

Subclass : Dicotyledoneae

Ordo : Malvaceales

Familia : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus sabdariffa Linn

Gambar 1 : Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn)

Seperti bunga lain rosella dimanfaatkan sebagai tanaman hias karena

bentuk dan warnanya menarik. Tanaman yang memiliki nama latin Hibiscus

Sabdariffa L, berkhasiat diuretik (melancarkan air seni), antiseptik, menurunkan

panas, meluruhkan dahak, antiradang, antihipertensi, antibakteri dan

memperlancar buang air besar (menstimulasi gerak peristaltik usus). Daun dan biji

bunga rosella berperan sebagai diuretik, antisariawan dan pereda nyeri. Kelopak

bunga rosella mengandung vitamin C, vitamin A dan asam amino yang diperlukan

oleh tubuh. Kelopak bunga rosella dapat mengatasi panas dalam, sariawan,

kolesterol tinggi, gangguan jantung, sembelit, mengurangi resiko osteoporosis dan

mencegah kanker darah. Senyawa asam amino yang terdapat pada bunga rosella

yaitu arginin dan legnin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Selain

itu pada kelopak bunga rosella juga mengandung protein dan kalsium. Sebagai

obat tradisional bunga rosella berkhasiat sebagai antiseptik, aprodisiak, diuretik,

pelarut dan lain-lain. (Duke, 1998)

Senyawa Aktif dalam Bunga Rosella

Kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga rosella adalah

pigmen antosianin yang membentuk flavonoid yang berperan sebagai antioksidan.

Pigmen antosianin ini yang membentuk warna merah yang menarik di kelopak

bunga rosella. Zat gizi lain yang penting terkandung dalam rosella adalah kalsium,

niasin, riboflavin, dan besi yang cukup tinggi. Selain itu, kelopak rosella juga

mengandung protein, sodium, vitamin C, dan vitamin A. Kandungan vitamin A

dan vsitamin C rosella cukup tinggi dibandingkan buah-buahan seperti jeruk, apel,

pepaya, dan jambu biji (Mardiah et al., 2009).

Kandungan kimia tanaman ini adalah alohidroksi asam sitrat lakton, asam

malat dan asam tartrat. Antosian yang menyebabkan warna merah pada tanaman

ini mengandung delfinidin-3-siloglukosida, delfinidin-3-glukosida, sianidin-3-

siloglukosida, sedangkan flavonoidnya mengandung gosipetin dan mucilage

(rhamnogalakturonan, arabinogalaktan, arabinan)

Antosianin terbagi atas tiga kelompok yaitu antosianin, aglikon, dan

glukosida. Antosianin yang merupakan inti aglikon dari antosianin yang

menyebabkan terbentuknya warna merah, biru, dan kuning pada sayuran dan

buah-buahan. Antosianin dengan struktur orto hidroksifenil pada cincin beta dapat

menginduksi apoptosis (kematian sel). Elphinidin merupakan antosianidin dengan

dua gugus orto-dihidroksifenol yang dapat menginduksi produksi hidrogen

peroksida pada sel leukimia manusia.

Bunga rosella mengandung sekitar 14 macam antioksidan terutama dari

golongan flavonoid. Chung et al., (1998) mengemukakan bahwa flavonoid

merupakan protektor yang bekerja melindungi tanaman dari pertumbuhan

mikroorganisme tertentu, seperti proanthocyanidins pada strawberi dapat bekerja

menghambat pertumbuhan Botrytis ceneriaa. Lebih lanjut Bors et a.,l (1990)

mengemukakan bahwa flavonoid bekerja dengan bereaksi terhadap hidroxyl (-

OH), azil (-N3) dan peroxyl (ROO-).

Hibiscus sabdariffa L juga mngandung senyawa fenol yang dapat

didefinisikan secara kimiawi oleh adanya satu cincin aromatik yang membawa

satu (fenol) atau lebih (polifenol) substitusi hydroksil, termasuk derifat

fungsionalnya. Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada

tumbuhan.

Cara kerja fenol dalam membunuh mikrooraganisme yaitu dengan cara

mendenaturasi protein sel. Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui

proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hitrogen. Pada kadar rendah terbentuk

komplek protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mangalami peruraian,

diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi

protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel

membrane mengalami lisis (Hamdani,2013).

Pemanfaatan Ekstrak Bunga Rosella dalam Pengolahan Pangan

Bunga rosella memiliki banyak manfaat dalam kesehatan. Berdasarkan

hasil penelitian, khasiat rosella antara lain untuk menurunkan asam urat,

hipertensi, diabetes mellitus, memperbaiki metabolisme tubuh, melangsingkan

tubuh, menghambat sel kanker, mencegah sariawan dan panas dalam, menambah

vitalitas, meredakan batuk, mencegah flu, antioksidan, antihipertensi, antikanker,

antidepresi, antibiotik, aprodisiak, diuretik (peluruh kencing), sedatif, tonik, dan

menurunkan absorpsi alkohol (Rudi, 2010).

Penambahan rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) pada bahan pangan, selain

dapat menambah nilai jual pada produk, bahan ini juga dapat menjadi pewarna

alami dan memiliki aroma yang khas (wangi). Disamping itu akan dapat

dipertimbangkan produk lain suplementasi rosella menjadi produk makanan

kesehatan.

Antibakteri

Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan

mematikanbakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang

merugikan. Mikroorganisme dapat menyebabkan bahaya karena kemampuan

menginfeksi dan menimbulkan penyakitserta merusak bahan pangan. Antibakteri

termasuk kedalam antimikroba yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan

bakteri (Hamdani, 2013).

Antibakteri hanya dapat digunakan jika mempunyai sifat tosik selektif,

artinya dapat membunuh bakteri yang menyebabkan penyakit tetapi tidak beracun

bagi penderitanya. Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri diantaranya yaitu

menghambat sintesis dinding sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel

bakteri, menghambat kerja enzim, dan menghambat sintesis asam

nukleat dan protein

Langkah pertama kerja obat berupa pengikatan obat pada reseptor sel

(beberapa) diantaranya adalah enzim transpeptida. Kemudian dilanjutkan dengan

reaksi transpeptidase dan sintesis peptidoglikan terhambat. Mekanisme diakhiri

dengan pembuangan atau penghentian aktivitas penghambat enzim autolisis pada

dinding sel. Pada lingkungan yang isotonis lisis terjadi pada lingkungan yang

jelas hipertonik, mikroba berubah menjadi protoplas atau sferoflas yang hanya

tertutup oleh selaput sel yang rapuh.

Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput sitoplasma yang bekerja

sebagai penghalang dengan permeabilitas selektif, melakukan fungsi

pengangkutan aktif sehingga dapat mengendalikan susunan sel. Bila integritas

fungsi selaput sitoplasma terganggu misalnya oleh zat bersifat surfaktan sehinga

permeabilitas dinding sel berubah atau bahkan menjadi rusak, maka komponen

penting, seperti protein, asam nukleat, nukleotida, dan lain-lain keluar dari sel dan

sel berangsur-angsur mati (Dwidjoseputro, D, 1987).

Aktivitas senyawa antibakteri dipengaruhi oleh pH, suhu

stabilitas senyawa tersebut, jumlah bakteri yang ada, lamanya inkubasi, dan

aktivitas metabolisme bakteri.Berdasarkan aktivitasnya zat antibakteri dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu bakteriostatikdan bakteriosida. Bakteriostatik adalah zat

antibakteri yang memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri

(menghambat perbanyakan populasi bakteri), namun tidak

mematikan. Bakterisida adalah zat antibakteri yang memiliki aktifitas membunuh

bakteri. Namun ada beberapa zat antibakteri yang bersifat bakteriostatik pada

konsentrasi rendah dan bersifat bakterisida pada konsentrasi tinggi

(Dwidjoseputro, D, 1987).

Tinjauan Umum Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

Bakteri yang digunakan dalam praktikum ini adalah Escherichia coli

untuk mewakili bakteri Gram negatif dan Staphylococcus aureus untuk mewakili

bakteri Gram positif .

a. Escherichia coli

Pada umumnya jika kita mendengar kata bakteri, yang langsung terbayang

adalah makhluk amat kecil yang berbahaya karena menyebabkan berbagai

penyakit.Bakteri Escherichia coli adalah salah jenis bakteri yang sering

dibicarakan. Cukup banyak  masyarakat  yang  tahu E. Coli namun  hanya  sebatas

bakteri ini adalah penyebab infeksi saluran pencernaan. Namun  banyak 

sebenarnya yang patut diketahui dari bakteri ini.

Escherichia coli adalah bakteri oportunis yang banyak ditemukan di

dalam usus besar manusia sebagai flora normal. E.coli merupakan bakteri

berbentuk batang pendek (kobasil) dan berukuran 0,4-0,7 mm x 1,4 mm.

Merupakan batang gram negatif, motil, aerobik dan anaerobik fakultatif. Tumbuh

dengan mudah pada medium nutrien sederhana, selain itu E. coli dapat

menyebabkan diare akut.

Menurut Pelczar dan Chan (1988:809-810),  mengatakan Escherichia

coli merupakan bagian dari mikrobiota normal saluran pencernaan.Escherichia

coli dipindah sebarkan dengan kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan

pasif lewat makanan atau minuman. Morfologi dan ciri-ciri pembeda Escherichia

coli yaitu:

a.         Merupakan batang gram negative

b.         Terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek

c.         Biasanya tidak berkapsul

d.        Tidak berspora

e.         Motil atau tidak motil, peritrikus

f.          Aerobik, anaerobik fakultatif

g.         Penghuni normal usus, seringkali menyebabkan infeksi. 

Escherichia coli dalam usus besar bersifat patogen apabila melebihi dari

jumlah normalnya. Galur-galur tertentu mampu menyebabkan peradangan selaput

perut dan usus (gastroenteritis) (Pelczar dan Chan, 1988:809-810). Bakteri ini

menjadi patogen yang berbahaya bila hidup di luar usus seperti pada saluran

kemih, yang dapat mengakibatkan peradangan selaput lendir (sistitis) (Pelczar dan

Chan, 1988:545).

Escherichia coli dapat dipindah sebarkan melalui air yang tercemar tinja

atau air seni orang yang menderita infeksi pencernaan, sehingga dapat menular

pada orang lain. Infeksi yang timbul pada pencernaan akibat dari serangan bakteri

Escherichia coli pada dinding usus menimbulkan gerakan larutan dalam jumlah

besar dan merusak kesetimbangan elektrolit dalam membran mucus. Hal ini dapat

menyebabkan penyerapan air pada dinding usus berkurang dan terjadi diare .

(Pelczar dan Chan, 1988:810).

Menurut Emingko (2011:1), E. coli memiliki manfaat dan bahaya bagi

kehidupan manusia. Adapun manfaatnya adalah bakteri E. coli yang berada di

dalam usus besar manusia berfungi untuk menekan pertumbuhan bakteri jahat, dia

juga membantu dalam proses pencernaan termasuk pembusukan sisa-sisa

makanan dalam usus besar. Fungsi utama yang lain dari E. coli adalah membantu

memproduksi vitamin K melalui proses pembusukan sisa makan.Vitamin

K berfungsi untuk pembekuan darah misalkan saat terjadi perdarahan seperti pada

luka/mimisan vitamin K bisa membantu menghentikannya. Sedangkan bahayanya

adalah dalam jumlah yang berlebihan bakteri E. Coli dapat mengakibatkan diare,

dan bila bakteri ini menjalar ke sistem/organ tubuh yang lain dapat menginfeksi.

Seperti pada saluran kencing, jika bakteri E. Coli sampai masuk ke saluran

kencing dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih/kencing (ISK), umumnya

terjadi pada perilaku sek yang salah (anal sek) juga resiko tinggi bagi wanita

karena posisi anus dan saluran kencingnya cukup dekat sehingga kemungkinan

bakteri menyebrang cukup besar tepatnya ketika membersihkan anus setelah BAB

[Buang Air Besar] untuk itu arahkan air juga tangan ke arah belakang saat

membersihkan anus jangan ke depan agar tidak mengkontaminasi saluran

kencing.

b. Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus adalah bakteri koki Gram positif dan jika diamati

di bawah mikroskop akan tampak dalam bentuk bulat tunggal atau berpasangan,

atau berkelompok seperti buah anggur. Staphylococcus aureus termasuk dalam

famili Staphylococcaceae, berukurandiameter 0.5-1.5 µm dan membentuk pigmen

kuning keemasan. Bakteri ini tidak membentuk spora, bersifat aerob atau anaerob

fakultatif, non-motil, koagulase dankatalase positif, mampu memfermentasi

mannitol serta mampu menjalankan duamacam metabolisme yaitu respirasi

maupun fermentasi (Puji, 2012).

Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif pada pengecatan gram

terlihat bentuk kokus ukurannya 0.8-1.0 mm dengan diameter 0.7-0.9 mikron.

Bakteri ini tumbuh secara anaerbik fakultatif dengan membentuk kumpulan sel-sel

yang bentuknya seperti buah anggur, tidak bergerak ditemukan satu-satu,

berpasangan berantai pendek atau bergerombol menyerupai buah anggur

(Anonim:2010:1).

Staphylococcus aureus tumbuh dengan baik pada berbagai media

bakteriologi dibawah suasana aerobik atau mikroaerofilik. Koloni akan tumbuh

dengan cepat pada temperatur 37°C namun pembentukan pigmen terbaik adalah

pada temperatur kamar (20°C-35°C) koloni pada media padat akan berbentuk

bulat, lembut, dan mengkilat. Pada pembenihan cair menyebabkan kekeruhan

yang merata tidak membentuk pigmen. Pada nutrien agar setelah diinkubasi

selama 24 jam koloni berpigmen kuning emas, ukuran 2-4mm, bulat, cembung,

tepi rata(Anonim:2010:1).

Menurut Irfa (2012:1), bakteri  Staphilococcus aureus memiliki ciri-ciri

sbb:

a.         Berbentuk kokus dan tersusun seperti buah anggur.

b.         Jika ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus memiliki diameter

0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning.

c.         Tumbuh dengan cepat pada temperatur 20 - 35ºC dengan koloni pada

media padat.

d.        Staphylococcus tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi di

bawah suasana aerobik atau mikroaerofilik.

Menurut Puji (2012:2), salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

bakteri adalah suhu. Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus

aureus adalah 35°C– 37°C dengan suhu minimum 6,7°C dan suhu maksimum

45,4°C. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 – 4,8 dengan pH optimum 6,0 –

7,0. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila substratnya

mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya. Bakteri ini

membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir pertumbuhannya

dengan adanya thiamin. Pada keadaan anaerobik, bakteri ini juga membutuhkan

urasil. Untuk pertumbuhan optimum diperlukan sebelas asam amino, yaitu valin,

leusin, threonin, phenilalanin, tirosin, sistein, metionin, lisin, prolin, histidin dan

arginin. Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak

mengandung asam amino atau protein. Adapun faktor lain yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan bakteri dapat dilihat pada Tabel 1.

Staphylococcus aureus merupakan sel Gram positif yang berbentuk bulat,

kebanyakan galur ini adalah koagulase positif, bila menggerombol dalam susunan

yang tidak teratur sisinya agak rata karena tertekan, diameter antara 0,8-1,0

mikron. Bakteri ini tidak bergerak dan tidak berspora. Bakteri gram positif ini

tertata seperti anggur, nonmotil, aerobik, anaerobik fakultatif, menghasilkan

koagulase, dapat ditemukan pada selaput hidung, kulit, kantung rambut. Selain itu

Staphylococcus aureus juga dapat menyebabkan keracunan makanan, infeksi kulit

ringan sampai berat.

METODOLOGI PRAKTIKUM

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan antara lain jangka sorong, cawan petri, pipet tetes,

volume pipet, mikropipet, pembakar Bunsen, tabung reaksi, kawat Ose, inkubator,

laminar, kulkas, vortex, penutup tabung. Bahan yang digunakan antara lain

ekstrak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn), alkohol 70%, NaCl 0,85%, MC

Ferland 0,5, kertas saring, kertas label, plastik wrap, tissue, dan Mueller-

Hinton agar (M1HA). Mikroba uji yang digunakan antara lain Eschericia coli dan

Staphylococcus aureus.

Metode Praktikum

Langkah pertama dalam pengujian aktivitas antibakteri yaitu dengan

membuat pengenceran, kultur bakteri Escherichia coli atau Staphylococcus aureus

diambil menggunakan ose kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yan

berisi NaCl 0,85% 9 mL sampai mencapai 108 dengan menggunakan MC Ferland

0,5 sebagai indikator kekeruhan. Selanjutnya, diencerkan menjadi 107 kemudian

dihomogenkan dan selanjutnya dibuat hingga konsentrasi 106. Uji Aktivitas

antibakteri ekstrak bunga rosella dengan metode disc diffusion yaitu pertama

Disiapkan cawan petri steril, kemudian homogenkan kembali sampel bakteri

konsentrasi 106, selanjutnya dimasukkan sampel bakteri kedalam cawan petri

steril @ 1 ml. Dimasukkan 20 mL m1HA encer  kedalam cawan petri yang telah

berisi sampel tutup cawan petri dilapisi dengan menggunakan kertas saring lalu

tunggu beberapa menit hingga media menjadi padat. Selanjutnya dibuat sumuran

masing-masing tiga pada satu cawan, 2 sumuran untuk duplo bahan, dan satu

sumuran untuk kontrol. Memasukkan 50µl ekstrak rosella kedalam sumuran

simplo dan duplo.Kemudian dimasukkan ke dalam kulkas selama 2-3 jam lalu

dimasukkan ke dalam inkubator selama 1x24 jam. Setelah 24 jam, dilakukan

pengukuran diameter zona hambat atau zona bening yang terbentuk sebagai hasil

dari aktivitas antibakteri rosella, kemudian didokumentasikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Antimikroba Pada Staphylococcus aureus

Uji Aktivitas anti bakteri menggunakan Ekstrak bunga rosella mengunakan

metode disc diffussi terhadap bakteri Staphylococcus aureus di Inkubasi Selama 1

X 24 Jam. Dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Diameter zona Hambat Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak BungaRosella

Daya Hambat / Zona Bening (mm)

Simplo 26

Duplo 27,32

Berdasarkan dari Tabel 2. Menunjukkan pemberian ekstrak bunga rosella

mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Diameter zona

hambat pada simplo sebesar 26mm dan duplo 27,32mm. Hal ini sesuai dengan

pendapat Kasogi et al bahwa semakin besarnya nilai hambatan antimikroba

kemungkinan disebabkan oleh kandungan senyawa antimikroba seperti flavonoid,

tanin dan saponin. Zuhrontun et al (2009) menyatakan bahwa berdasarkan data

kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak bunga rosella diduga

adalah flavonoid, steroid dan saponin berperan dalam aktivitas antibakteri

terhadap beberapa spesies Staphylococcus aureus.

Gambar 1. menunjukkan bahwa ekstrak bunga rosella mampu

menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, pada inkubasi 1 x 24 jam,

terbukti dari adanya zona bening disekitarsumur ekstrak rosella. Menurut Kasogi

et al, Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri gram positif yang

mempunyai dinding sel sederhana dan menyebabkan bakteri sensitif terhadap

antibaktei yang mempunyai target penghambatan dinding sel. Suatu bahan uji

dapat membunuh suatu mikroorganisme apabila bahan uji tersebut dapat masuk ke

dalam sel dengan melalui dinding sel dan kelompok bakteri dari gram positif

seperti Staphylococcus aureus memiliki struktur dinding sel yang sedikit.

pH juga mempunyai mempengaruhi pertumbuhan bakteri S. aureus,

dimana pH dari ekstrak rosella tergolong pH asam, dengan pH 2,236. Sehingga

bakteri S.aureus dapat dihambat pertumbuhannya oleh ekstrak rosella. Kisaran pH

pertumbuhan S.aureus antara 4.0 hingga 9.8, dengan pH optimum 6.0-0.7. (Adam

dan Mos,1995).

Uji Antimikroba Pada Eschericia coli

Uji Aktivitas Ekstrak bunga rosella (mengunakan metode disc difussi) terhadap

bakteri Escherichia coli yang di Inkubasi Selama 1 X 24 jam. Dapat dilihat pada

Tabel. 3

Tabel 3. Data Diameter Hambat Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Bunga RosellaDaya Hambat / Zona Bening (mm)

Simplo 26, 45

Duplo 25,70

Berdasarkan Tabel 3. diketahui bahwa ekstrak bunga rosella (Hibiscus

Sabdariffa Linn) diketahui mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram

negatif  yaitu Escherichia coli yaitu 26,45mm untuk simplo dan 25.70mm untuk

duplo. Hal ini sesuai dengan penelitian Rostinawati (2009) yang menggunakan

ekstrak rosella 0,8 g/ml terhadap Escherichia coli zona hambat yang dihasilkan

26,2mm.

Gambar 2. menunjukkan efektifitas daya hambatan yang terjadi pada

bakteri gram negatif. mampu menghambat 26,45 mm, pada inkubasi 1 x 24

jam. Pada literatur yang ada dikatakan menghambat bakteri apabila zona bening

pada cawan petri lebih dari separuh. Sehingga dapat dianalisa bahwa aktivitas

ekstrak bunga rosella mampu menghambat bakteri gram negatif, karena terdapat

zona bening disekitar sumuran ekstrak rosella. Adanya zona bening diakibatkan

kandungan fenol, flavonoid dan tanin pada ekstrak bunga rosella. Cara kerja fenol

dalam membunuh mikrooraganisme yaitu dengan cara mendenaturasi protein sel.

Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi yang

melibatkan ikatan hitrogen. Pada kadar rendah terbentuk komplek protein fenol

dengan ikatan yang lemah dan segera mangalami peruraian, diikuti penetrasi fenol

ke dalam sel dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar

tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membrane mengalami lisis

(Hamdani. 2013).

pH dari ekstrak rosella juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Escherichia coli. Hal ini di karenakan pH dari ekstrak rosella adalah 2,236,

sedangkan pH minimum untuk pertumbuhan bakteri E. coli adalah 4. Oleh karena

itu, bakteri E. coli tidak dapat tumbuh pada zona yang telah diberi ekstrak rosella.

Hal ini sesuai dengan pendapat Schlegel, Hans G. (1994) yang menyatakan bahwa

faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba adalah keasaman (pH). E.

Coli tidak dapat tumbuh pada pH=2, namun dapat tumbuh pada pH=5, terlebih

pada pH=7, E. Coli dapat tumbuh dengan baik. E. Coli tidak bisa hidup dalam

suasana yang terlalu asam. E. Coli dapat hidup dalam suasana netral atau hampir

netral yang tidak asam dan tidak juga basa. E. Coli digolongkan sebagai mikroba

mesofil (neutrofil), yaitu kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 5,5-8,0.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum uji aktivitas antibakteri dapat disimpulkan

seba

DAFAR PUSTAKA

Adams M.R., dan Moss. M. O. (1995). The Royal of Society of Chemistry. Cambridge : University of Survey Guidford. Hal 264.

Anonim.2010.Staphylococcus aureus.(Online).(http://digilib.unimus.ac.id/ files/disk1/105/jtptunimus-gdl.indartigo3-5224-2-bab2.pdf, diakses 15 Oktober 2014)

Bors, W., Heller, W., Michel, C., and Saran, M. 1990. Flavonoids as Antioxidants: Determination of Radical-scavenging Efficiencies. Methods Enzymol. 186:343–355.

Chung, K.-T., Wong, T.Y., Wei, C.-I., Huang, Y.-W., and Lin, Y. 1998. Tanninsand humanhealth: A review. Crit. Rev. Food Sci. Nutr. 38(6):421–464.

Duke, James A.1998. Handbook Of Energy Crops : Hibiscus Sabdariffa Linn,Malvacea, Roselle. Center For New Crops And Plants Products, PurducUniversity

Dwidjoseputro, D, 1987, ”Dasar-dasar mikrobiologi”, Penerbit Djambatan, Jakarta, hlm 1-14, 24-29, 146-147, 152

Emingko.2011.Manfaat dan Bahaya Bakteri. (Online). (http://www.emingko. Com/2011/06/manfaat-dan-bahaya-bakteri-e-coli.html, diakses 17 Oktober 2014)

Hamdani. 2013. Daya Hambat Air Rebusan Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) Terhadap Koloni Bakteri Pada Sikat Gigi. Skripsi. Makassar(Id): Universitas Hasanuddin Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat.

Hans G.1994. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta

Irfa.2011.Karakteristik Bakteri Pseudomonas.(Online).(http://irfa.blogspot. com/2011 /12/karakteristik-bakteri-pseduomonas.html, diakses 13 Oktober 2014)

Kasogi I, Sarwiyono, Surjowardojo P. Ekstrak Metanol Daun Kersen (Muntingia calabura L) Sebagai Antimikroba Alami Terhadap Bakteri Pada Sapi Perah Di Daerah Ngantang Malang. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

Mardiah. 2010. Ekstraksi kelopak bunga dan batang rosella (Hibiscus sabdariffa

Linn) sebagai Pewarna Merah Alami. Seminar Fakultas Agribisnis dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Universitas Djuanda, Bogor.

Pelczar,M.J dan Chan,E.C.S.1988.Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2.Jakarta: Universitas Indonesia.997 halaman

Puji.2012.Bakteri Staphylococcusaureus.(Online).(http:// pujipeje. blogspot. com/2012/ 05/bakteri-staphylococcus.html, diakses 15 Oktober 2014

Rostinawati Tina, 2009.Aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga rosella (hibiscus sabdariffa l.) Terhadap escherichia coli, salmonella typhi dan Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar. fakultas farmasi. Universitas padjadjaran.

Rudi, S. 2010. Pengaruh pemberian ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Wijayakusuma. 1997. Roselle (Hibiscus sabdariffa) calyx Diet and histopatological Changes in Liver Albino Rats. J Food Tec 5(2): 110-113.

Zuhrotun A, Hendriani R, Kusuma SAF. 2009. Pemanfaatan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdriffa L)Asal Kabupaten Bandung Barat Sebagai Antiinfeksi Terhadap Beberapa Genus Bakteri Staphylococcus. Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Univertsitas Padjadjaran.

Lampiran

Gambar 2. Aktivitas antibakteri pada bakteri Staphylococcus aureus

Gambar 3. Aktivitas antibakteri pada bakteri Eschericia coli