laporan a3 2003
DESCRIPTION
Samhariratul KTRANSCRIPT
BAB V
PEMBAHASAN
Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walau pun
sering berfungsi untuk mengingatkan, melindungi dan sering memudahkan diagnosis,
pasien merasakannya sebagai hal yang tak mengenakkan, kebanyakan menyiksa dan
karena itu berusaha untuk bebas darinya. Seluruh kulit luar mukosa yang membatasi
jaringan dan juga banyak organ dalam bagian luar tubuh peka terhadap rasa nyeri,
tetapi ternyata terdapat juga organ yang tak mempunyai reseptor nyeri, seperti
misalnya otak. Nyeri timbul jika rangsang mekanik, termal, kimia atau listrik
melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri) dan karena itu
menyebabkan kerusakan jaringan dengan pembebasan yang disebut senyawa nyeri.
Semua senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti histamine, bradikin, leukotrien
dan prostaglandin merangsang reseptor nyeri (nociceptor) di ujung-ujung saraf bebas
di kulit, mukosa serta jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksi
radang dan kejang-kejang. Nociceptor ini juga terdapat di seluruh jaringan dan organ
tubuh, terkecuali di SSP. Dari tempat ini rangsangan disalurkan ke otak melalui
jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sangat banyak sinaps via sumsum-
belakang, sumsum-lanjutan dan otak-tengah. Dari thalamus impuls kemudian
diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri.
Mediator nyeri penting adalah amin histamine yang bertanggungjawab untuk
kebanyakan reaksi alergi (bronchokonstriksi, pengembangan mukosa, pruritus) dan
nyeri. Bradikinin adalah polipeptida (rangkaian asam amino) yang dibentuk dari
protein plasma. Prostaglandin mirip strukturnya dengan asam lemak dan terbentuk
dari asam arachidonat. Menurut perkiraan zat-zat ini meningkatkan kepekaan ujung-
saraf sensoris bagi rangsangan nyeri yang diakibatkan oleh mediator lainnya. Zat-zat
ini berkhasiat vasodilatasi kuat dan meningkatkan permeabilitas kapiler yang
mengakibatkan radang dan udema. Berhubung kerjanya serta inaktivasinya pesat dan
bersifat local, maka juga dinamakan hormon lokal. Mungkin sekali zat-zat ini juga
bekerja sebagai mediator demam.
Analgetik merupakan obat yang mengurangi bahkan mungkin menghilangkan
rasa sakit tanpa diikuti hilangnya kesadaran. Antipiretik adalah obat yang digunakan
untuk menurunkan demam. Antiinflamasi adalah obat yang dapat menghilangkan
radang yang disebabkan bukan karena mikroorganisme. Obat analgetik, antipiretik
serta obat antiinflamasi non steroid (AINS) merupakan salah satu kelompok obat
yang banyak diresepkan dan juga digunakan tanpa resep dokter. Obat-obat ini
merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, secara kimia. Walaupun demikian
obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek samping.
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan
dengan kerusakan jaringan. Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari
transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivlin C
ke kornu dorsalisitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin
A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus dan
korteks serebri, implus listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai
katalis dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasisepanjang saraf perifer dan
disusunan saraf pusat. Rangsangan yang dapat mengakibatkan nyeri dapat berupa
rangsangan mekanik, suhu, dan agen kimiawi yang dilepaskan karena
trauma/inflamasi.
Demam atau febris merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan suhu
tubuh, dimana suhu tersebut melebihi dari suhu normal. Proses perubahan suhu yang
terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan oleh zat toksin yang masuk
kedalam tubuh. Umumnya, perasaan keadaan sakit terjadikarena adanya peradangan.
Proses peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan dasar
tubuh terhadap adanya serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh. Proses
peradangan diawali dengan masuknya zat toksin (mikroorganisme) kedalam tubuh
yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya mikroorganisme tersebut,
tubuh berusaha melawan dan mencegahnya dengan memerintahkan tentara
pertahanan tubuh berupa leukosit, makrofag dan limfosit untuk memakan (fagositosit)
dimana tentara tubuh akan mengeluarkan senjata berupa zat kimia yang dikenal
sebagai pirogen endogen (khususnya IL-1) yang berfungsi sebagai antiinfeksi dan
selanjutnya akan merangsang sel-sel indotel hipotalamus untuk mengeluarkan suhu
substansi yaitu asam arachidonat dimana asam ini dapat keluar dengan adanya
bantuan enxim fossolopase A2 dan asam tersebut akan memeacu pengeluaran
prostaglandin (PEG2) yang dibantu oleh enzim siklooksigenase (COX). Prostaglandin
ini mempengaruhi kerja termostat hipotalamus dan hipotalamus akan meningkatkan
titik patokan suhu tubuh (diatas suhu normal). Peningkatan titik patokan ini
dikarenakan termostal tubuh (hipotalamus) merasa bahwa tubuh sekarang dibawah
batas normal akibatnya terjadilah respon dingin atau menggil dan ditujukan
menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak dan terjadilah demam.
Pada percobaan ini dilakukan empat pengujian yakni analgetik induksi dernal,
induksi kimiawi, antipiretik dan antiinflamasi. Pada pengujian analgetik induksi
dermal dilakukan dengan menggunakan empat ekor mencit yang masing-masing
mencit diberi obat secara peroral yakni antalgin, piroxicam, meloxicam dan Na. CMC
sebagai kontrol. Pengujian dilakukan dengan mengamati respon angkat kaki dari
mencit yang diletakkan pada hot plate ( 550C) dan dihitung respon angkat kakinya
pada menit 5, 10, 15 dan 20, kemudian dihitung respon angkat kakinya pada menit 5,
10, 15 dan 20.
Pada pengujian antipiretik dilakukan dengan menggunakan 3 mencit yang
masing-masing mencit telah diukur suhu rektalnya dengan menggunakan termometer,
kemudian disuntikkan pepton 1,5 secara intra peritonial sebagai penginduksi untuk
merangsang agar terjadi peningkatan suhu tubuh dari hewan coba. setelah itu, suhu
rektal kembali di ukur lalu masing-masing diberi obat peroral yakni ibuprofen
paracetamol, asam mafenamat dan Na. CMC sebagai kontrol. Kemudian diukur suhu
rektal kembali untuk melihat efek antipiretik dari obat yang digunakan pada menit ke
5, 10, 15, dan 20.
Pada pengujian antiinflamasi dilakukan dengan menggunakan 2 mencit
masing-masing mencit diukur volume kakinya menggunkan raksa lalu masing-
masing kaki mencit disuntikkan dengan albumin 1 % yang berfungsi sebagai
penginduksi peradangan hal ini terjadi karena albumin merupakan makromolekul jika
dimasukkan kedalam tubuh secara berlebih dan dipaksa akan menyebabkan
peradangan. Dan setelah 30 menit masing-masing mencit diberi prednison,
diklofenak, fenilbutazon dan Na.CMC sebagai kontrol secara peroral. Kemudian
diukur kembali voleme kakinya pada menit ke 5, 10, 15, dan 20.
Dari percobaan yang dilakukan didapat hasil pada pengujian analgetik induksi
derma dan induksi kimiawil, respon angkat kaki setelah pemberian obat antalgin
semakin lama waktunya respon angkat menjadi jarang dan pada pemberian
paracetamol menit ke 5 jarang, menit ke 10 kadang-kadang dan untuk menit ke 15
dan 20 menjadi sering serta untuk asam mafenamat pada menit 5 dan 10 kadang-
kadang, pada menit 15 dan 20 menjadi jarang. Dari percobaan ini, untuk pemberian
asam mafenamat dan antalgin respon angkat kakinya berkurang dengan pertambahan
waktu sehingga abat tersebut berefek analgetik yang baik.
Pada percobaan antipiretik bahwa pada antalgin dan asam mafenamat tidak
terjadi penurunan suhu dan untuk paracetamol penurunan terjadi 5 %. Hal ini dapat
dilihat bahwa paracetamol merupakan antipiretik yang baik
Pada percobaan antiinflamasi dapat dilihat bahwa obat asam mafenamat
menunjukkan persen peradangan 0 % dan untuk dexamtason dan diklofenak
menunjukkan persen peradangan 50 % sedangkan Na. CMC 100 % (normal). Dari
percobaan yang dilakukan hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kurang ketelitiannya praktikan dalam
pemberian dosis obat
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan
yaitu : paracetamol efek dominan sebagai antipiretik, asam mafenamat dan
antalgin efek dominan sebagai analgetik dan untuk prednison dan diklofenak efek
dominan sebagai antiinflamasi
B. Saran
a. Untuk labaratorium
Dilengkapi alat dan bahan praktikum
b. Untuk asisten
Sebaiknya asisten lebih mendampingi praktikan pada saat praktikum dimulai
agar praktikum tidak kebingungan dalam melakukan praktikum
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan
1. Analgetik
Obat Berat
badan
Volume
pemberian
Respon
5’ 10’ 15’ 20’
Antalgin 24 gram 0.8 ml + ++ +++ +++
Piroxicam 20 gram 0.6 ml + _ _ _
Meloxicam 30 gram 1 ml + ++ ++ +++
Na-CMC 25 gram 0.89 ml + ++ +++ +++
Keterangan :
+ = adanya respon
++ = banyak respon
+++ = sangat respon
- = tidak adanya respon
2. Antipiretik
Obat Berat
Badan
Volume
pemberian
Suhu
awal
Suhu
induksi
Respon
5’ 10’ 15’ 20’
Ibuprofen 20 gr 0.6 ml 34.6 37.8 37.9 37.3 37 36.4
Na CMC 20 gr 0.6 ml 34.9 35.1 34.3 33.3 33 32.4
PCT 25 gr 0.83 ml 34.3 34.2 35.6 35 24.7 34.5
Asam
mefenamat
30 gr 1 ml 33.3 37.9 36.4 35.4 34.4 34
3. Anti inflamasi
Obat Berat
Badan
Volume
pemberian
Volume
awal
Volume
induksi
Respon
5’ 10’ 15’ 20’
Ibuprofen 20 gr 0.6 ml 0.3 0.4 0.3 0.3 0.2 0.1
Na CMC 20 gr 0.6 ml 0.4 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1
PCT 20 gr 0.6 ml 0.1 0.2 0.1 0.1 0.05 0.03
Asam
mefenamat
20 gr 0.6 ml 0.2 0.4 0.2 0.1 0.05 0.09
B. Perhitungan
Analgetik
a. Daya proteksi
% P = (JGU/JGK) x 100 %
Diketahui JGU dari Antalgin = 9
JGU dari Piroxicam = 1
JGK dari Na CMC = 8
JGU dari Meloxicam = 9
Antalgin
% P = 9/ 8 x 100 %
= 112.5 %
Piroxicam
% P = 1/8 x 100 %
= 12.5%
Meloxicam
% P = 9/8 x 100 %
= 112.5 %
Antipiretik
b. Penurunan suhu
X = T5’ + T10’ + T 15’ + T 20’/4
Diketahui jumlah suhu untuk ibu profen adalah 148.6
jumlah suhu untuk Na CMC adalah 168.1
jumlah suhu untuk PCT adalah 129.8
jumlah suhu untuk Asam mefenamat adalah 140.1
Ibuprofen
Jumlah suhu /4 = 148.6 / 4
= 37.15
Y = Ti – x
= 37.8 – 37.15
= 0.65
Penurunan
y/ To x 100 %
= 0.65/34.6 x 100%
= 1.87 %
Na CMC
Jumlah suhu /4 = 168.1 / 4
= 42.02
Y = Ti – x
= 35.1 – 42.02
= - 6.92
Penurunan
y/ To x 100 %
= - 6.92/34.9 x 100%
= - 19.82 %
PCT
Jumlah suhu /4 = 129.8 / 4
= 32.45
Y = Ti – x
= 34.2 – 32.45
= 1.75
Penurunan
y/ To x 100 %
= 1.75/33.3 x 100%
= 5.25 %
Asam mefenamat
Jumlah suhu /4 = 140.1 / 4
= 35.02
Y = Ti – x
= 37.9 – 35.02
= 2.88
Penurunan
y/ To x 100 %
= 2.88/33.3 x 100%
= 8.64 %
Anti inflamasi
c. Peradangan
X = V5 + V10 + V15 + V20/4
Diketahui jumlah volume untuk natrium diklofenak adalah 0.9
jumlah volume untuk Na CMC adalah 1
jumlah volume untuk Prednison adalah 0.28
jumlah volume untuk fenil butazon adalah 0.44
Natrium diklofenak
Jumlah volume /4 = 0.9 / 4
= 0.225
Y = Vi – x
= 0.4 – 0.225
= 0.175
Penurunan
y/ Vo x 100 %
= 0.175/0.3 x 100%
= 58.3 %
Na CMC
Jumlah volume /4 = 1 / 4
= 0.25
Y = Vi – x
= 0.5 – 0. 25
= 0.25
Penurunan
y/ Vo x 100 %
= 0.25/0.4 x 100%
= 62.5 %
Prednison
Jumlah volume /4 = 0.28 / 4
= 0.07
Y = Vi – x
= 0.2 – 0. 07
= 0.13
Penurunan
y/ Vo x 100 %
= 0.13/0.1 x 100%
= 130 %
Fenilbutazon
Jumlah volume /4 = 0.44 / 4
= 0.11
Y = Vi – x
= 0.4 – 0. 11
= 0.29
Penurunan
y/ Vo x 100 %
= 0.29/0.2 x 100%
= 145 %