laporan ipn tannin 2003
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada metabolisme sekunder yang terjadi pada tumbuhan akan menghasilkan
beberapa senyawa yang tidak digunakan lagi sebagai cadangan energi, melainkan untuk
menunjang kelangsungan hidupnya seperti pertahanan dari predator. Beberapa senyawa
seperti alkaloid, tripterpen dan golongan phenol merupakan senyawa-senyawa yang
dihasilkan dari metabolisme sekunder tumbuhan. Tanin merupakan salah satu jenis
senyawa yang termasuk dalam golongan polifenol. Tannin juga merupakan salah satu zat
anti nutrisi yang terkandung dalam beberapa bahan pakan seperti pada leguminosa dan
biji-bijian.
Tannin terbagi kedalam dua kelompok besar yaitu tannin terhidrolisa dan tannin
terkondensasi. Tannin terkondensasi paling banyak menyebar di tanaman dan dianggap
sebagai tannin tanaman. Sebagian besar biji legume mengandung tannin terkondensasi
terutama pada testanya. Warna testa makin gelap menandakan kandungan tannin makin
tinggi.
Penggunaan tannin secara berlebihan tentunya akan memberikan efek negatif
seperti penerunan konsumsi dan penurunan tingkat pertumbuhan. Hal ini dikarenakan
tannin yang terkandung dalam pakan bisa menghambat penyerapan protein yang tersedia
sehingga tidak bisa digunakan oleh ternak. Berdasarkan beberapa penelitian yang lain
menyebutkan bahwa tannin dalam kondisi tertentu dapat menguntungkan ternak karena
dapat mengurangi dampak buruk dari mikroba dalam saluran pencernaan ternak.
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah mempelajari cara mendeteksi keberadaan senyawa
tanin dalam hijauan pakan ternak, serta mengetahui senyawa yang mampu berikatan
dengan tanin.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanin
Tannin merupakan salah satu zat anti nutrisi yang terkandung dalam beberapa
bahan pakan seperti pada leguminosa dan biji-bijian. Berdasarkan ikatannya tanin dapat
dikelompokkan menjadi hidrolozable tanin dan condensed tanin (Jayadi, 1991).
Hidrolizable tanin merupakan senyawa tanin yang berikatan dengan karbohidrat dengan
membentuk jembatan oksigen, oleh karena itu jenis tanin ini dapat dihidrolisis dengan
menggunakan asam sulfat atau asam klorida. Sedangkan condensed tanin adalah jenis
tanin yang tidak dapat terhidrolisis namun dapat terkondensasi menghasilkan asam
klorida, contoh tanaman yang mengandung tanin jenis ini adalah sorgum
(Hangerman,2002).
Bila dilihat dari sifat fisiknya tanin merupakan senyawa yang akan membentuk
koloid jika dilarutkan di dalam air, selain itu tanin mempunyai rasa asam dan sepat. Tanin
dapat mengendapkan protein dari larutannya dan akan bersenyawa dengan protein
tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim proteolitik. Sedangkan bila dilihat dari
sifat kimianya tanin merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran senyawa
polifenol yang sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal (Najebb, 2009). Kandungan
tanin dalam tanaman dapat diidentifikasi dengan memberikan larutan FeCl3 pada filtrat,
bila warna berubah menjadi biru tua atau hijau kehitaman itu berarti tanaman tersebut
mengandung tanin (Hangerman, 2002).
Kemampuan tanin dalam mengikat protein dapat menurunkan kecernaan protein
dalam tubuh ternak (protein bypass). Pakan yang mengandung tanin tinggi bila digunakan
dalam jumlah yang berlebihan dapat menurunkan pertumbuhan dan efisiensi ransum,
menurunkan produksi telur pada layer dan meningkatkan kejadian leg abnormalitas.
Kandungan tanin dalam pakan tersebut dapat diatasi dengan perendaman, perebusan,
fermentasi, dan penyosohan kulit luar biji (Despal et al, 2007).
Kuinon
Kuinon adalah komponen yang memiliki stuktur ion siklik terkonjugasi penuh,
seperti benzokuinon, turunan dari komponen aromatik oleh perubahan dari nomor genap
–CH= ke –C(=O)- grup dengan penataan ulang ikatan rangkap dua (termasuk polisiklik
dan heterosiklik). Kuinon merupakan produk akhir dari proses oksidasi mono dan
polisiklik dengan struktur akhir 1,4 kuinon. Atom karbon yang terbentuk bersumber dari
asetat dan mevalonat atau jalur shikimat asam amino aromatik yang bersifat nukleofil.
Zat ini terbentuk dalam jumlah besar dari mikroorganisme tanah atau oksidasi turunan
pirogalol. Kuinon dapat digunakan sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit
(Anonim 2009).
Kaliandra
Kaliandra adalah tanaman kacang-kacangan (leguminosa) semak yang dapat
tumbuh pada musim kemarau walaupun tidak sebaik pertumbuhan di musim hujan,
terutama pada daerah berlereng curam. Untuk tumbuh ideal rata-rata temperatur yang
diperlukan 20-28oC. Untuk tujuan sebagai sumber hijauan pakan ternak jarak tanam 1×1
meter atau 2×0,5 meter pada awal musim hujan. Pemotongan tanaman dilakukan setiap
12 minggu dengan tinggi potong 1 meter, produksi yang diperoleh 10 ton bahan
kering/Ha/tahun. Komposisi kimiawi kaliandra mengandung protein berkisar 20%,
terdapat tanin 8-11%, saponin, flavonoid dan glikosida dalam jumlah kecil yang tidak
membehayakan ternak.
Kaliandra dapat digunakan sebagai pengganti sebagian rumput yang diberikan.
Pada sapi dapat menggantikan rumput maksimal 50%, sedangkan untuk domba sampai
dengan 30%. Pemberian pada ternak sebaiknya dalam bentuk segar karena proses
pengeringan akan menurunkan konsumsi dan kecernaanya, selain itu kandungan tanin
dalam kaliandra segar kurang berbahaya untuk ternak. Kaliandra dapat diberikan saat
sebelum atau sesudah pemberian pakan tambahan.
Gamal
Gamal adalah tanaman leguminosa yang dapat tumbuh dengan cepat didaerah
kering. Gamal tumbuh baik pada daerah dengan temperatur 22-40oC. Sebagai sumber
hijauan pakan ternak sebaiknya ditanam dengan jarak 1×1 meter dengan interval
pemotongan 6-12 minggu, sedangkan pemotongan pertama dilakukan pada 10-20
minggu. Cara tanam dapat dilakukan dengan stek maupun biji, hasil produksi yang
diperoleh berkisar antara 19 ton/ha/tahun.
Komposisi kimiawi gamal mengandung protein 19-25%, mengandung racun
kumarin yang tinggi, saponin dan asam fenolat dalam jumlah kecil. Gamal dapat
digunakan sebagai pengganti sebagian rumput, pemberian pada sapi maksimal sampai
40%, sedangkan pada domba sampai dengan 75%. Untuk menurunkan kandungan
kumarin maka sebelum diberikan pada ternak sebaiknya dilayukan atau dijemur lebih
dahulu selama beberapa jam atau semalaman. Sebaiknya gamal diberikan bersama-sama
dengan pemberian rumput.
Lamtoro
Lamtoro merupakan salah satu leguminosa tropis yang tahan dengan pemotongan
berulang-ulang. Produksinya 20 ton bahan kering/Ha/tahun. Komposisi kimiawi lamtoro
mengandung protein, zat tanin yang cukup baik untuk pakan ternak dan mengandung
racun mimosin yang tinggi. Sebagai hijaunan pakan ternak, untuk mengurangi kandungan
mimosin maka harus dijemur sehari lebih dahulu. Lamtoro dapat digunakan sebagai
pengganti sebagian rumput. Pemberian pada sapi perah sampai 50% dapat menyebabkan
air susu bau khas walaupun dapat meningkatkan kandungan lemak dan produksinya.
Kembang sepatu
Tanaman kembang sepatu ini sekitar 2 m – 5 m. Daun berbentuk bulat telur yang
lebar atau bulat telur yang sempit dengan ujung daun yang meruncing. Tanaman ini bisa
bisa tumbuh dan berkembang di daerah tropis. Kembang sepatu ini memiliki lima helai
daun kelopak. Mahkota bunga terdiri dari 5 lembar atau lebih. Tangkai putik berbentuk
silinder panjang dikelilingi tangkai sari berbentuk oval yang bertaburan serbuk sari.
Bunga kembang sepatu ini berbentuk terompet dengan diameter bunga sekitar 5 cm
hingga 20 cm. Bunganya bisa mekar menghadap ke atas, ke bawah, atau menghadap ke
samping. Pengembangbiakan tanaman kembang sepatu ini bisa dengan cara stek,
pencangkokan, dan penempelan. Daun Kembang Sepatu (Hibiscus Rosa Sinensis)
mengandung : Flavonoida, Saponin dan Polifenol.
Daun singkong
Daun singkong yang dimanfaatkan bisa berasal dari berbagai varietas singkong
budidaya ataupun dari singkong karet, keduanya sangat mudah untuk dibudidayakan,
hanya dengan menanam batangnya saja pada saat musim hujan mayoritas dapat tumbuh
dengan baik.
Hasil penelitian Ravindran (1991) menunjukkan bahwa daun singkong
mempunyai kandungan protein yang tinggi yaitu berkisar antara 16.7−39.9% bahan
kering dan hampir 85% dari fraksi protein kasar merupakan protein murni, sedangkan
bagian kulit dan onggok memiliki kandungan pati yang cukup tinggi, sehingga dapat
dijadikan sebagai sumber energi. Liem et al. (1997) melaporkan dari 2.5−3 ton/ha hasil
samping tanaman singkong dapat menghasilkan tepung daun singkong sebanyak
600−800 kg/ha. Lebih lanjut dijelaskan pemakaian tepung daun singkong dalam
formulasi ransum dapat dijadikan sebagai sumber protein dan konsentrat pada kambing
dan sapi perah (Khang et al. 2000).
Wanapat dan Knampa (2006) melaporkan hay daun singkong dapat menggantikan
pemakaian bungkil kedelai pada sapi perah di daerah tropik. Selain berfungsi sebagai
sumber protein, daun singkong juga berperan sebagai anti cacing (anthelmintic) dan
kandungan taninnya berpotensi meningkatkan daya tahan saluran pencernaan ternak
terhadap mikroorganisme parasit. Ensilase merupakan salah satu cara pengawetan daun
singkong sebagai pakan ternak (Hang 1998) dan efektif menurunkan kandungan sianida
(HCN) pada ubi kayu setelah 3 bulan ensilase yaitu dari 289 mg/kg menjadi 20.1 mg/kg
(Kavana et al. 2005).
Teh (teh hijau dan teh hitam)
Teh mengandung sejenis antioksidan yang bernama katekin. Pada daun teh segar,
kadar katekin bisa mencapai 30% dari berat kering. Teh hijau dan teh putih mengandung
katekin yang lebih tinggi, sedangkan teh hitam mengandung lebih sedikit katekin karena
katekin hilang dalam proses oksidasi. Teh juga mengandung kafein (sekitar 3% dari berat
kering atau sekitar 40 mg per cangkir), teofilin dan teobromin (dalam jumlah sedikit).
Jika mengalami pamanasan dalam waktu yang lama atau pemasakan dengan larutan
bersifat basa karena kondensasi sendiri katekin akan berubah menjadi asam katekutannat
(catechutannic acid). Tannin yang terdapat pada teh berupa asam katekutannat. Teh
merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar lemak,
karbohidrat atau protein mendekati 0%.
CMC (Carboxymethilcellulose)
CMC atau carboxymethilcellulose merupakan polisakarida linier dengan dengan
rantai panjang dan larut dalam air, serta merupakan gum alami yang dimodifikasi secara
kimia. Secara fisik CMC berwarna putuh sampai krem, tidak berasa, dan tidak berbau.
Fungsi dasar CMC adalah untuk mengikat air atau memberi kekentalan pada fase cair
sehingga dapat menstabilkan komponen lain dan mencegah sineresis.
Karbohidrat (Glukosa, Sukrosa, Fruktosa)
Karbohidrat merupakan senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen
dan oksigen, contoh dari karbohidrat yaitu glukosa (C6H12O6), fruktosa (C12H22O11),
sellulosa (C6H10O5)n. Glukosa merupakan monomer dari polisakarida terpenting yaitu
amilum, selulosa dan glikogen. Glukosa merupakan senyawa organik terbanyak pada
hidrolisis amilum, sukrosa, maltosa dan laktosa. Fruktosa merupakan gula yang paling
manis, larutannya merupakan pemutar kiri sehingga fruktosa disebut juga levulosa.
Sedangkan sukrosa merupakan gabungan dari unit glukosa dan fruktosa yang terhubung
melalui jembatan oksigen asetal pada orientasi alpha (Charles, 2003).
Pati
Pati merupakan polisakarida, polisakarida terdiri dari pati dan selulosa bedanya
pati dengan selulosa, pati merupakan polimer dari α-D-glukosa, sedangkan selulosa unit
2-β-glukosa. Hal ini menunjukan bahwa pati lebih mudah dicerna dibandingkan dengan
selulosa (McDonald, 1995).
Pati merupakan homopolimer glukosa yang tersusun oleh paling sedikit tiga
komponen utama yaitu amilosa, amilopektin, dan bahan antara seperti lipid dan protein.
Umumnya pati mengandung 15-30 % amilosa, 70-85 % amilopektin, dan 5-10 % bahan
antara (Greenwood, 1975). Pati juga merupakan salah satu jenis polisakarida terpenting
dan tersebar luas di alam. Pati disimpan sebagai cadangan ranmakanan bagi tumbuh-
tumbuhan, antara lain dalam biji buah (padi, jagung, gandum), di dalam umbi (ubi kayu,
ubi jalar, talas, ganyong, kentang) dan pada batang (aren dan sagu) (Fennema, 1976).
Maltose
Maltosa terdapat dalam berbagai jenis padi-padian yang sedang berkecambah
sehingga maltose disebut gula kecambah (malt sugar). Maltose juga diperoleh dari
hodrolisis amilum oleh pengaruh enzim amylase. Malrosa merupakan bahan makanan
yang amat bermanfaat bagi tubuh kita. Oleh karena itu, maltose sering ditambahkan pada
susu bubuk untuk mempertinggi kadar karbohidrat susu tersebut. Hal ini khususnya
dilakukan pada makanan anak-anak. Maltose membentuk kristal yang memiliki sebuah
molekul air kristal. Kristal maltose berbentuk jarum halus berwarna putih.
Dalam keadaan panas, maltose dapat mereduksi pereaksi Benedict atau pereaksi
Fehling. Oksidasi maltose dengan aqua bromata atau KOBr akan membentuk asam
monokarboksilatyang disebut asam malbionat. Hidrolisis asam maltobionat akan
menghasilkan unit-unit penyusun maltobionat yaitu glukosa dan asam glukonat.
Pemanasan maltose dengan fenilhidrazin akan membentuk maltosazon yang berwarna
kuning dan sukar larut dalam air.
Selobiosa
Selobiosa dapat diperoleh sebagai hasil antara hidrolisis selulosa oleh pengaruh
ezim selulase. Hidrolisis selobiosa oleh pengaruh basa encer atau asam mineral encer
akan menghasilkan dua molekul glukosa. Struktur kimia selobiosa tersusun atas residu
unit β-D-glukopiranosa yang mengikat residu unit β-D-glukopiranosa. Ikatan glikosida
pada selobiosa terjadi antara atom C1 dari residu unit β-D-glukopiranosa pertama dan
atom C4 dari residu unit β-D-glukopiranosa yang kedua. Bentuk reduksi selobiosa juga
mempunyai radikal formil atau radikal aldehida bebas.
Telur
Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain dari ikan,
daging dan susu. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa
yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Telur terdiri dari protein 13%, lemak 12%,
serta vitamin, dan mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya. Kuning
telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti: besi,
fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein (50%) dan semua
lemak terdapat pada kuning telur. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60% dari
seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat. Kelemahan
telur yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan
akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori telur. Oleh sebab itu usaha
pengawetan sangat penting untuk mempertahankan kualitas telur (Sutrisno, 1991).
Susu
Susu merupakan suatu emulsi lemak dalam air yang di dalamnya terkandung gula,
garam-garam mineral dan protein dalam bentuk suspensi koloidal (Varnam and
Sutherland, 1994). Susu dari ternak terdiri sebagian besar air yang terlarut atau tersebar
pada protein, gula susu (laktosa), dan mineral-mineral. Komposisi utama pada susu
berupa protein, lemak, dan laktosa yang merupakan pensuplai bahan pembangun untuk
ternak muda, dan juga sebagai sumber energi. Protein dalam lemak susu dapat dibedakan
menjadi dua kelompok utama menurut Buckle (1987) yaitu casein dan protein whey.
Besarnya kandungan kasein dalm protein susu sekitar 80% dari total protein dan tersusun
dari empat komponen protein, yaitu: α (s1), α (s2)-caseins, β-caseins, dan kappa caseins.
Sedangkan protein whey merupakan protein yang terjadi setelah proses pemisahan
protein pada pH 4,6. Globular protein whey lebih mudah larut dibandingkan dengan
kasein, tetapi globular protein dapat terdenaturasi oleh panas (Maheswari, 2002).
MATERI DAN METODE
Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, rak tabung
reaksi, mortar, spoid, corong, kapas, erlenmeyer, kompor, botol selai, dan timbangan
digital. Sedangkan bahan yang digunakan adalah daun jambu, kaliandra, lamtoro, teh
hitam, teh hijau, daun bunga sepatu, gamal, putih telur, susu sapi, darah, larutan FeCl3,
NaOH 1 N, glukosa 1%, carboxymethylcellulose 1%, xylosa 1%, xylan 1%, CuSO4 1%,
dan FeSO4.
Metode
Persiapan sampel
Prosedur dalam persiapan sampel adalah semua sampel hijauan (daun jambu,
lamtoro, kaliandra, bunga sepatu, dan gamal) digerus dengan alat pestel dan mortar.
Kemudian 2 gram dari sampel yang sudah digerus dimasukkan ke dalam botol selai dan
ditambahkan 100 ml air panas. Sampel didinginkan kemudian diambil filtratnya dengan
cara disaring.
Uji tanin
Filtrat dari masing-masing sampel sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, lalu ditambahkan larutan FeCl3. Kemudian diamati, timbulnya warna kehijauan
sebagai tanda keberadaan tannin. Hal tersebut dilakukan juga pada sampel teh hitam dan
teh hijau sebagai perbandingan.
Uji kuinon
Filtrat dari masing-masing sampel sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung
reaksi untuk direaksikan dengan larutan NaOH 1 N. Kemudian diamati perubahan yang
terjadi, perubahan warna merah pada sampel sebagai tanda keberadaan senyawa kuinon.
Hal tersebut dilakukan juga pada sampel teh hitam dan teh hijau.
Uji ikatan tanin dengan protein (putih telur dan susu)
Filtrat sebanyak 5 ml pada masing-masing sampel termasuk teh hitam dan teh
hijau dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian pada masing-masing tabung
ditambahkan 1 ml susu dan diamati perubahan yang terjadi. Dengan prosedur yang sama
dilakukan juga penambahan 1 ml putih telur pada masing-masing sampel, dan diamati
perubahan yang terjadi.
Uji ikatan tanin dengan karbohidrat
Disiapkan tabung reaksi sebanyak 5 buah, pada masing-masing tabung reaksi
dimasukkan filtrat sebanyak 5 ml. Kemudian dimasukkan glukosa 1 %, fruktosa 1%,
sukrosa 1%, CMC, dan pati pada masing-masing tabung reaksi. Diamati perubahan yang
terjadi dan hasilnya dibandingkan dengan data uji ikatan tanin dengan protein.
Uji ikatan tanin dengan mineral
Filtrat sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1-2
tetes larutan CuSO4 1% kemudian diamati perubahan yang terjadi pada sampel. Dengan
prosedur yang sama, dilakukan uji tanin dengan mineral dengan menggunakan larutan
KCl 1% dan diamati perubahan yang terjadi. Data yang didapat kemudian dibandingkan
dengan uji tanin terhadap protein dan karbohidrat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Uji Tannin dan Uji Kuinon
Nama sampel Uji Tannin (FeCl3) Uji Kuinon (NaOH)
Lamtoro +++++ Tidak ada
Gamal ++++ Tidak ada
Singkong +++++ Ada
Kembang Sepatu + Tidak ada
Kaliandra +++++ Ada
Teh ++++ Ada
Tabel 2. Uji Protein
Nama
SampelSusu Skim Susu Murni Sari Kedelai Telur
Lamtoro ++++ ++++ +++ ++
Gamal +++ + ++ +
Singkong + ++ + ++++++
Kembang
Sepatu+++++ ++++++ ++++++ +++++
Kaliandra ++++++ +++++ +++++ ++++
Teh ++ +++ ++++ +++
Tabel 3. Uji Karbohidrat
Nama
SampelGluk Fruk Suk Mal Pati Sel CMC Xylose Xylan
Lamtoro - - - - - - - - -
Gamal - - - - - - - - -
Singkong - - - - - - - - -
Kembang
Sepatu- - - - - - - - -
Kaliandra - - - - - - - - -
Teh - - - - - - - - -
Tabel 4. Uji Mineral
Nama Sampel CuSO4 KCl
Lamtoro - -
Gamal - -
Singkong - -
Kembang Sepatu - -
Kaliandra - -
Teh - -
Keterangan
- : tidak ada
+ : sangat sedikit
++ : agak sedikit
+++ : sedikit
++++ : agak banyak
+++++ : banyak
++++++ : sangat banyak
Pembahasan
Tannin merupakan salah satu zat anti nutrisi yang terkandung dalam beberapa
bahan pakan seperti pada leguminosa dan biji-bijian. Berdasarkan ikatannya tanin dapat
dikelompokkan menjadi hidrolozable tanin dan condensed tanin (Jayadi, 1991).
Hidrolizable tanin merupakan senyawa tanin yang berikatan dengan karbohidrat dengan
membentuk jembatan oksigen, oleh karena itu jenis tanin ini dapat dihidrolisis dengan
menggunakan asam sulfat atau asam klorida. Sedangkan condensed tanin adalah jenis
tanin yang tidak dapat terhidrolisis namun dapat terkondensasi menghasilkan asam
klorida, contoh tanaman yang mengandung tanin jenis ini adalah sorgum
(Hangerman,2002).
Berdasarkan uji sampel yang dilakukan dapat diketahui urutan sampel dengan
kandungan tanin tertinggi sampai terendah yaitu: kaliandra, lamtoro, daun singkong, daun
gamal, the dan daun kembang sepatu. Kandungan tanin yang tinggi dalam sampel
ditandai dengan berubahnya warna pada larutan (testa) menjadi hijau kehitaman, semakin
gelap warna testa semakin tinggi kandungan taninnya (Hangerman, 2002). Kandungan
tanin yang tinggi pada tanaman kaliandra disebabkan karena kandungan proteinnya yang
mencapai 24%, secara umum semakin tinggi kandungan proteinnya semakin tinggi pula
kandungan taninnya.
Kuinon adalah komponen yang memiliki stuktur ion siklik terkonjugasi penuh,
seperti benzokuinon, turunan dari komponen aromatik oleh perubahan dari nomor genap
–CH= ke –C(=O)- grup dengan penataan ulang ikatan rangkap dua (termasuk polisiklik
dan heterosiklik). Kuinon merupakan produk akhir dari proses oksidasi mono dan
polisiklik dengan struktur akhir 1,4 kuinon. Atom karbon yang terbentuk bersumber dari
asetat dan mevalonat atau jalur shikimat asam amino aromatik yang bersifat nukleofil.
Zat ini terbentuk dalam jumlah besar dari mikroorganisme tanah atau oksidasi turunan
pirogalol. Kuinon dapat digunakan sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit
(Anonim 2009).
Berdasarkan percobaan uji kuinon didapatkan hasil bahwa daun yang
mengandung kuinon adalah daun singkong, daun kaliandra, dan teh. Pada daun gamal,
daun lamtoro, dan daun kembang sepatu tidak terdapat adanya kuinon. Uji kuinon
dilakukan dengan menambahkan 1 ml larutan NaOH 1 N ke dalam sampel. Jika sampel
mengalami perubahan warna menjadi merah kehitaman maka sampel tersebut
mengandung kuinon. Kandungan kuinon berbanding lurus dengan kandungan tanin.
Namun pada data hasil yang didapat pada uji kuinon tidak sama percis dengan uji tanin,
hal ini mungkin disebabkan karena adanya kesalahan pada praktikan dalam
menambahkan larutan NaOH atau adanya kesalahan dalam menentukan perbedaan
warna.
Penggunaan tannin secara berlebihan tentunya akan memberikan efek negatif
seperti penerunan konsumsi dan penurunan tingkat pertumbuhan. Hal ini dikarenakan
tannin yang terkandung dalam pakan bisa menghambat penyerapan protein yang tersedia
sehingga tidak bisa digunakan oleh ternak. Berdasarkan beberapa penelitian yang lain
menyebutkan bahwa tannin dalam kondisi tertentu dapat menguntungkan ternak karena
dapat mengurangi dampak buruk dari mikroba dalam saluran pencernaan ternak.
Sedangkan pada uji ikatan tanin terhadap protein telur dan susu didapatkan hasil
yang berbeda. Pada uji ikatan tanin terhadap protein susu terdapat endapan dengan urutan
paling banyak hingga yang paling sedikit sebagai berikut: daun kembang sepatu, daun
kaliandra, daun lamtoro, teh, daun singkong, dan daun gamal. Untuk ikatan tanin
terhadap protein telur : daun singkong, daun kembang sepatu, daun kaliandra, teh, daun
lamtoro, dan daun gamal. Hasil yang berbeda tersebut disebabkan karena kandungan
protein dan ikatan dalam peptida yang berbeda-beda. Jika diamati endapan paling banyak
terdapat pada protein telur, pada sampel sangat terlihat jelas tanin dapat mengikat protein
sehingga membentuk gumpalan. Sedangkan pada susu hanya sedikit terbentuk endapan
bahkan sulit untuk diamati. Hal ini disebabkan kandungan protein pada telur yang
mencapai 25%, sedangkan protein dalam susu hanya 3-10% saja.
Berdasarkan uji ikatan tanin terhadap karbohidrat didapatkan hasil yang berbeda-
beda. Karbohidrat yang digunakan ada 9 macam yaitu: glukosa, sukrosa, fruktosa, CMC,
pati, maltose, selobiosa, xylose, dan xylan. Jika dilihat dari hasil yang dicapai, tannin
kurang mampu berikatan dengan karbohidrat yang ditandai dengan tidak terbentuknya
endapan.
Pada uji ikatan tanin terhadap mineral CuSO4 dan KCl didapatkan hasil yang
sama seperti uji tannin terhadap karbohidrat. Pada uji ikatan tanin terhadap mineral tidak
ditemukannya endapan. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa tanin lebih mudah untuk
berikatan dengan protein dibandingkan dengan karbohidrat dan mineral.
KESIMPULAN
Tannin merupakan salah satu zat anti nutrisi yang terkandung dalam beberapa
bahan pakan seperti pada leguminosa dan biji-bijian. Keberadaan tanin dapat diketahui
dengan mencampurkan sampel dengan larutan FeCl3. Apabila sampel mengandung tanin,
maka sampel akan berubah warna menjadi hijau kehitaman. Perubahan warna hijau
setelah pemberian FeCl3 mengindikasi adanya senyawa tanin pada sampel. Tanin
merupakan senyawa yang mampu mengikat protein dibandingankan dengan karbohidrat
dan mineral, hal ini ditandai dengan adanya endapan pada sampel. Senyawa tanin
berbanding lurus dengan kandungan protein pada sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Agbede JO and VA Aletor. 2004. Chemical characterization and protein quality
evaluation of leaf protein concentrates from gliricidia sepium and Leucaena
leucocephala. International Journal of Food, Science and Technology 39, 253-261.
Anin. 2008. Pati: amilum. http://id.shvoong.com/medicine and health/. [24 April 2011].
Buckle, K. A., RA, Edwards. O. H. Fleet, dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan.
Terjemahan. Penerbit UI Press. Jakarta.
Charles, E. 2003. Mini Topics Carbo. Virtual Chembook: El Mhurst College.
Cheeke, P.R., and L.R. Shull. 1985. Tannins and Polyphenolic. Compounds. In: Cheeke,
P.R. (Ed.). Natural Toxicants in Feeds and Poisonous Plants. AVI Publishing Company,
Connecticut. USA.
Despal, dewi Apri Astuti, dkk. 2007. modul kuliah pengantar ilmu nutrisi. Departemen
ilmu nutrisi dan teknologi pakan. Fakultas peternakan. IPB.
Hagerman, A.E dan C.T. robbins. 1993. Specificity of Tannin-binding Saliva Proteins
Relative to Diet Selection by Mammals. Canadain Journal of Zoology 71:628
Jayadi, S. 1991. Tumbuhan Makanan Ternak Tropika. Fakultas Peternakan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Maheswari, R.R.A. 2002. Penanganan dan Pengolahan Hasil Ternak Perah. Diktat
Kuliah. Program Studi Teknisi Produksi Peternakan: Teknisi Usaha Ternak Perah.
Jurusan Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Nadjeeb. 2009. Tanin. [terhubung berkala]. http://nadjeeb.wordpress.com. (29 April
2010).
NAS. 1994. Leucaena: Promising Forage and Tree Crop for the Tropic, second edition.
National Academy of sciences. Washington.
Siswono. 2001. Iptek: Biologi: Protein. http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?
new. [24April 2011].
Sutrisno, Koswara. Perbaikan proses pengasinan telur. Ayam dan Telur, 63, 1991 : 35-36.
Tukimin-S.W., M. Syafel-H.D., Nur-Asbani, dan M. Rizal. 2000. Pengaruh ekstrak daun
gamal (Gliricidia sepium) terhadap mortalitas kutu tembakau Myzus persicae Sulzer
(Homoptera: Aphididae). Jurnal Nusantara Kimia No.2.1,Vol (VII), Tahun ke 7, Juli
2000: 187-91
Varnam, A.H. and P. Sutherland. Milk and Milk Products, Technology Chemistry and
Microbiology. Chapman and Hall. New York.