laporan pkl isi (2003)

32
I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan praktek kerja lapang (PKL) merupakan kegiatan belajar mengajar wajib yang harus dilaksanakan bagi mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor berdasarkan Surat Keputusan Rektor IPB Nomor 143/13/pp/2009. Kegiatan praktek kerja lapang dilakukan untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai kegiatan perikanan dan kelautan di lapangan dengan cara bersosialisasi dan berkomunikasi dengan masyarakat secara langsung. Hasil komunikasi dan sosialisasi dengan masyarakat akan menghasilkan berbagai informasi dan masalah yang terdapat di lapangan. Masalah yang diperoleh dari lapangan akan menjadi bahan bagi mahasiswa untuk dipecahkan dengan pemahaman teori serta praktikum yang sudah diterapkan di perkuliahan dan praktikum. Keberhasilan dalam indentifikasi dan penentuan solusi terbaik dalam penyelesaian masalah di Lapangan akan menjadi bekal yang sangat baik bagi mahasiswa untuk memasuki dunia kerja setelah menyelesaikan bangku perkuliahan. Kegiatan praktik kerja lapang dilakukan di pelabuhan perikanan. Pelabuhan perikanan merupakan tempat yang sangat tepat dijadikan sebagai lokasi praktik kerja lapang bagi mahasiswa yang mendalami tentang masalah laut dan perikanan seperti Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Pelabuhan Perikanan menyediakan informasi kelautan dan perikanan secara lengkap mulai dari kegiatan bongkar muat hasil perikanan, pelelangan, bisnis perikanan, kegiatan pengoperasian kapal, keadaan pelabuhan, inventarisasi hasil perikanan, monitoring pelabuhan perikanan dan 1

Upload: iqoh-faiqoh

Post on 02-Aug-2015

688 views

Category:

Documents


39 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pkl Isi (2003)

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan praktek kerja lapang (PKL) merupakan kegiatan belajar mengajar wajib yang

harus dilaksanakan bagi mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian

Bogor berdasarkan Surat Keputusan Rektor IPB Nomor 143/13/pp/2009. Kegiatan praktek kerja

lapang dilakukan untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai kegiatan perikanan dan

kelautan di lapangan dengan cara bersosialisasi dan berkomunikasi dengan masyarakat secara

langsung. Hasil komunikasi dan sosialisasi dengan masyarakat akan menghasilkan berbagai

informasi dan masalah yang terdapat di lapangan. Masalah yang diperoleh dari lapangan akan

menjadi bahan bagi mahasiswa untuk dipecahkan dengan pemahaman teori serta praktikum yang

sudah diterapkan di perkuliahan dan praktikum. Keberhasilan dalam indentifikasi dan penentuan

solusi terbaik dalam penyelesaian masalah di Lapangan akan menjadi bekal yang sangat baik bagi

mahasiswa untuk memasuki dunia kerja setelah menyelesaikan bangku perkuliahan.

Kegiatan praktik kerja lapang dilakukan di pelabuhan perikanan. Pelabuhan perikanan

merupakan tempat yang sangat tepat dijadikan sebagai lokasi praktik kerja lapang bagi mahasiswa

yang mendalami tentang masalah laut dan perikanan seperti Departemen Ilmu dan Teknologi

Kelautan. Pelabuhan Perikanan menyediakan informasi kelautan dan perikanan secara lengkap

mulai dari kegiatan bongkar muat hasil perikanan, pelelangan, bisnis perikanan, kegiatan

pengoperasian kapal, keadaan pelabuhan, inventarisasi hasil perikanan, monitoring pelabuhan

perikanan dan masih banyak kegiatan lainnya yang menunjang untuk dilakukannya praktik kerja

lapang di pelabuhan perikanan.

Mahasiswa merupakan pihak yang mempunyai kewajiban dalam membenahi kondisi

masyarakat kearah yang lebih baik, sesuai dengan tugas pokok mahasiswa salah satunya adalah

pengabdian masyarakat. Sebagai mahasiswa yang bergerak dibidang perikanan dan kelautan maka

sudah menjadi tugas penting untuk melakukan perbaikan dan pembenahan kegiatan perikanan dan

kelautan di Indonesia. Salah satu usaha tersebut dengan melakukan praktek kerja lapang dalam

rangka pembelajaran, pengamatan kegiatan yang sebenarnya terjadi di lapangan dan masalah yang

terjadi serta solusi yang dapat ditawarkan utnuk menangani masalah tersebut.

Pada tahun ini praktik kerja lapang dibagi menjadi 5 lokasi pelabuhan perikanan antara lain:

PPS Cilacap, PPN Karang Antu Banten , PPP Batang, PPP Karimun Jawa dan PPP Tasikagung

Rembang. PPP Tasikagung Rembang merupakan salah satu tempat yang dijadikan tempat praktik

kerja lapang pada tahun ini. PPP Tasikagung Rembang merupakan salah satu dari sembilan

1

Page 2: Laporan Pkl Isi (2003)

Pelabuhan Perikanan Pantai yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Kelautan

dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah. PPP Tasikagung terletak di desa Tasikagung kecamatan

Rembang yang berada pada koordinat 6’30-7’30 LS dan 111’00 - 111’30 BT merupakan salah satu

pelabuhan perikanan pantai yang memiliki aktivitas ekonomi tersibuk di wilayah Rembang. Hampir

semua kegiatan perekonomian masyarakat Rembang dilakukan di pelabuhan ini. Namun sebagai

pelabuhan perikanan pantai yang menjadi pusat kegiatan perekonomian, informasi tentang jenis

ikan dominan yang ditangkap serta jumlah produksi dan nilai produksi hasil tangkapan belum

terdata dan tersusun dengan baik. Jumlah produksi dan nilai produksi masih tertuang dalam bentuk

atau ilustrasi tabel, tidak dalam bentuk grafik atau diagram batang, sehingga masih cukup sulit

untuk mengetahui secara langsung tingkat produksi hasil tangkapan di pelabuhan tersebut. Oleh

karena itu penyajian informasi dalam bentuk grafik atau diagram batang sangat diperlukan untuk

mempermudah mendapatkan informasi terkait tingkat produksi di pelabuhan tersebut. Tidak hanya

itu, perlu diketahui pula berapa persentase dari total produksi hasil tangkapan tersebut yang

dijadikan sebagai ikan olahan. Informasi seperti itu sangat diperlukan sehingga pemanfaatan hasil

perikanan dapat dikelola dengan baik.

1.2 Tujuan

Secara umum kegiatan praktek lapang ini bertujuan untuk :

1. Menjalin komunikasi/bersosialisasi dengan masyarakat kelautan (nelayan, pengusaha, dan

pejabat terkait).

2. Meningkatkan kemampuan dan terampil dalam menggali data/informasi kelautan dan

perikanan.

3. Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi masyarakat kelautan dan perikanan.

4. Mengevaluasi diri atas kesesuaian kompetensi dari perkuliahan dan di lapang.

Tujuan khusus dari kegiatan praktek lapang ini adalah menghitung jumlah produksi dan

nilai produksi hasil tangkapan berupa ikan pelagis serta jenis ikan dominan yang terdapat di

TPI 1 Tasikagung, Rembang, Jawa Tengah.

2

Page 3: Laporan Pkl Isi (2003)

II. KONDISI UMUM WILAYAH PRAKTEK LAPANG

Secara administratif Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasikagung Rembang terletak di

Desa Tasik Agung, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang dan secara geografis terletak di

antara 6’30-7’30 LS dan 111’00 - 111’30 BT. Kawasan PPP Tasik Agung Rembang menempati

area seluas 20 Ha, yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti fasilitas pokok, fasilitas

fungsional, dan fasilitas penunjang.

1. Fasilitas pokok

Fasilitas pokok atau fasilitas dasar merupakan fasilitas yang langsung dibutuhkan untuk

kelancaran keluar masuknya kapal perikanan. Fasilitas pokok yang berada di PPP Tasikagung

Rembang antara lain (Tabel 1) :

Tabel 1. Fasilitas pokok di PPP Tasikagung Rembang

No Jenis Fasilitas Ukuran/Luas

1. Tanah areal pelabuhan 20 Ha

2. Dermaga bongkar 625 M

3. Dermaga muat 625 M

4. Turap/spell 200 M (Barat), 60 M (Timur)

5. Jetty 625 x 5 M

6. Jalan komplek 200 x 12 M

7. Drainase 500 x 0.3 M

2. Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupakan fasilitas yang berfungsi untuk menunjang fasilitas pokok

dengan cara memberikan pelayanan yang diperuntukkan di pelabuhan. Berikut adalah fasilitas

fungsional yang terdapat di PPP Tasikagung Rembang (Tabel 2) :

Tabel 2. Fasilitas fungsional di PPP Tasikagung Rembang

No Jenis Fasilitas Ukuran/Luas

1. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 1 65 x 48 M

2. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 2 10 x 48 M

3. Tempat pengepakan 1 10 x 60 M

4. Tempat pengepakan 2 10 x 48 M

5. Kantor ADM 212 M2

3

Page 4: Laporan Pkl Isi (2003)

6. Bengkel 4 unit

7. SPDN 30.000 Liter 1 unit

8. Tangki air dan istalasi 1 unit

9. Pabrik Es (CPIB) 1 unit (tidak beroperasi)

10. Timbangan 3 unit

11. Basket 12.700 buah

12. Kereta pengangkutan ikan 75 buah

13. Tempat perbaikan jarring 150 M

14. Tempat penjemuran ikan 150 M

15. Listrik 13.000 KVA

16. Kantor Syahbandar 200 M2

17. Kantor SSB 6 M2

18. Telepon 3 unit

19. Sound system 2 unit

20. Pagar keliling 1 buah

21. Kantor PPP Tasikagung 91 M2

3. Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang secara tidak langsung dibutuhkan untuk

menunjang kelancaran pelabuhan. Fasilitas penunjang yang terdapat di PPP Tasikagung dapat

dilihat pada Tabel 3 dibawah ini :

Tabel 3. Fasilitas Penunjang di PPP Tasikagung Rembang

No Jenis Fasilitas Ukuran/Luas

1. Tempat parker 300 M

2. MCK (6 x 3m) 2 unit

3. Kantor perhubungan 200 M2

4. Kantor polairud 50 M2

5. Kantor pos AL 72 M2

6. Kantor pos PSDKP 40 M2

6. Kantor HNSI 100 M2

7. Kantor KUD Mina 300 M2

8. Musholla 150 M2

4

Page 5: Laporan Pkl Isi (2003)

9. Waserda 79 M

Berdasarkan pengamatan langsung terkait dengan kondisi sosial di PPP Tasikagung, secara

umum sumber mata pencarian masyarakat Tasikagung berasal dari aktivitas perikanan. Profesi yang

disandang oleh masyarakat Tasikagung adalah nelayan. Di samping itu tidak sedikit pula

masyarakat Tasikagung yang berprofesi sebagai pengusaha dalam bisnis perikanan.

Jenis usaha bisnis perikanan yang banyak dikelola oleh masyarakat di sekitar PPP

Tasikangung adalah sebagai pebisnis jual beli ikan segar, ikan pindang, ikan asin dan ikan bakar

(ikan asap). Bisnis tersebut tergabung dalam beberapa unit dagang (UD). Selain bisnis perikanan,

beberapa masyarakat juga melakukan bisnis yang mendukung bisnis perikanan seperti bisnis

keranjang pindang, bisnis basket ikan untuk pelelangan atau biasa diesbut sebagai tukang bakul,

bisnis es balok, toko yang menyediakan semua perbekalan nelayan dalam melakukan operasi

penangkapan ikan, ada juga yang berprofesi sebagai tukang angkat ikan, dan berbagai macam

warung makan yang melayani kebutuhan makanan setiap orang yang mengunjungi PPP

Tasikagung.

Selain bisnis perikanan terdapat juga beberapa masyarakat yang berprofesi sebagai peminta-

minta ikan. Masyarakat yang berprofesi sebagai peminta-minta ikan tersebut berasal dari berbagai

kalangan, mulai dari anak muda sampai orang tua. Mereka meminta ikan pada nelayan yang sedang

melakukan bongkar hasil tangkapan. Ikan yang diminta kemudian akan dijual atau dikonsumsi

sendiri. Kegiatan ini biasanya umum dijumpai pada pagi dan sore hari yaitu saat kegiatan bongkar

hasil tangkapan dilakukan oleh para nelayan.

Berdasarkan tipe alat tangkap yang digunakan terdapat dua jenis alat tangkap yang

digunakan nelayan PPP Tasikagung, yaitu nelayan mini purseine dan nelayan cantrang. Nelayan

mini purseine merupakan nelayan yang menangkap jenis ikan pelagis yang melakukan operasi

penangkapan ikan selama lebih kurang 5 hari sampai 1 minggu. Sedangkan nelayan cantrang

merupakan nelayan yang menangkapa ikan demersal yang melakukan operasi penangkapan ikan

selama lebih kurang 2- 3 minggu. Hasil utama perikanan di PPP Tasikagung adalah ikan layang

(Decapterus macalarus) dari hasil tangkapan mini purseine, ikan kurisi (Nemimterus hexodon)

dan ikan kue (Caranx sp.) yang merupakan hasil tangkapan menggunakan alat tangkap cantrang.

Selain hasil tangkapan utama juga terdapat beberapa ikan hasil tangkapan yang kebanyakan

berasal dari alat tangkap cantrang seperti ikan pari (Dasyatis sp.), ikan kerapu (Ephinephelus

sp.), cumi-cumi (Loligo sp.), ikan buntal (Diodon sp.), ikan siganus ( Siganus sp.), ikan triger (

Pseudobalises sp.), ikan hiu (Carcarinus sp.) dan lain sebagainya.

5

Page 6: Laporan Pkl Isi (2003)

III. METODE PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANG

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Pantai

Tasikagung, Rembang, Jawa Tengah. Kegiatan PKL ini dilaksanakan pada alih semester 6-7,

tepatnya pada tanggal 2 - 31 Juli 2012. Secara geografis PPP Tasikagung terletak di antara 6’30 -

7’30 LS dan 111’00 - 111’30 BT. Kegiatan PKL berpusat pada Tempat Pelelangan Ikan (TPI 1),

kantor TPI 1 Tasikagung, dan Dermaga. Untuk lebih jelasnya ditunjukan pada gambar 1

Gambar 1. Lokasi Praktek Kerja Lapang

3.2 Prosedur Pelaksaan Kegiatan

Metode pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapang dilakukan dengan melakukan

kegiatan sebagai berikut :

a. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan untuk mengenal secara umum kondisi wilayah PPP

Tasikagung serta mengamati kegiatan yang ada di lingkungan sekitar pelabuhan. Hal ini

diperlukan sebagai pembelajaran mengenai jumlah produksi hasil tangkapan dari mulai

pendaratan hasil tangkapan, pendataan jumlah tangkapan, hingga proses pelelangan.6

Page 7: Laporan Pkl Isi (2003)

b. Wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan dengan cara pemberian pertanyaan terstruktur kepada

pihak yang terkait seperti nelayan, masyarakat sekitar, pegawai TPI yang terdiri dari bagian

statistik, bagian A1, dan bagian KTU, serta pegawai pelabuhan yaitu pembimbing lapang.

c. Pengumpulan data laporan

Pengumpulan data laporan terdiri dari pengumpulan data primer dan data sekunder. Data

primer didapatkan secara langsung melalui pendataan hasil tangkapan serta perhitungan hasil

tangkapan bersama pegawai TPI, dan data sekunder didapatkan dari pegawai TPI bagian

statistik. Data tersebut yang kemudian akan diolah dan dilaporkan secara tertulis dalam bentuk

laporan ilmiah.

d. Studi literature

Studi literature dilakukan untuk mencari informasi yang berkaitan dengan produksi hasil

tangkapan pelabuhan sehingga dapat mendukung data yang diperoleh selama kegiatan PKL.

e. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui penyajian diagram atau grafik setelah

dilakukan perhitungan dan identifikasi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan tujuan PKL.

Ananlisis data yang dilakukan antara lain penyajian berupa diagram atau grafik produksi jenis

ikan dominan, total produksi dan nilai produksi hasil tangkapan, dan produksi ikan yang

digunakan untuk bisnis pengolahan ikan.

7

Page 8: Laporan Pkl Isi (2003)

IV. HASIL KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG

4.1 Jenis Tangkapan Dominan

Jenis tangkapan yang didaratkan di TPI 1 Tasikagung, Rembang sebagian besar adalah jenis

ikan pelagis seperti layang (Decapterus macrosoma), bawal hitam (Formio niger), kembung

(Restrelliger brachysoma), selar (Selaroides leptolepsis), tembang (Sadinella fimbriata), tongkol

(Auxis thazard), siro (Amblygaster sirm), petek (Leiognathus equulus), tenggiri (Scomberomous

lineatus), japoh (Dussumiera acuta), layur (Trichiurus lepturus), bentong (Selar

crumenophthalmus), demang (Priachantus Sp), dan mladang (Coryphaena hippurus). Jenis ikan

pelagis ini ditangkap menggunakan alat tangkap mini purseine. Selain ikan pelagis, terdapat juga

ikan karang yang didaratkan, seperti ikan kerapu (Epinephelus merra). Adapun jenis tangkapan

ikan dominan yang didaratkan di TPI 1 ditunjukkan oleh diagram dibawah ini :

Gambar 2. Diagram Produksi Per Jenis Ikan Pelagis Dominan Tahun 2011 di PPP Tasikagung

(Ton)

Jenis ikan pelagis yang dominan pada tahun 2011 di PPP Tasikagung antara lain layang,

kembung, tembang, selar, bentong, dan tongkol. Hasil tangkapan utama dengan jumlah paling besar

yaitu ikan layang (Decapterus macrosoma) dengan total tangkapan sebesar 7.802,104 ton.

Berdasarkan data hasil tangkapan tahun 2011 (Lampiran 1), jumlah tangkapan ikan layang

mengalami peningkatan drastis dari bulan Juli – Desember. Berdasarkan wawancara dengan

nelayan setempat, ikan layang banyak tertangkap pada musim peralihan Timur hingga musim

Timur (April – September). Selama musim tersebut, tepatnya pada bulan Juni – Agustus, anakan

ikan layang (immature) yang berasal dari habitatnya di Laut Flores dan Selat Makasar bergerak ke

barat menuju ke Laut Jawa. Di sekitar perairan Pulau Bawean ikan layang telah tumbuh menjadi

dewasa dan meneruskan kegiatan ruayanya ke barat melalui Selat Gaspar dan Selat Sunda untuk

kembali ke habitat asal (Asikin, 1971; Burhanuddin dan Djamali, 1978). Kegiatan ruaya (migrasi)

8

Page 9: Laporan Pkl Isi (2003)

ikan layang tersebut menyebabkan terjadinya sebaran (distribusi) ikan layang pada kawasan Laut

Jawa. Beberapa parameter oseanografi yang mempengaruhi ruaya (migrasi) dan sebaran (distribusi)

ikan layang di Laut Jawa yaitu salinitas, suhu permukaan laut, kelimpahan makanan, dan arus

(Burhanuddin et al 1983). Oleh karena itu ikan layang merupakan tangkapan yang paling dominan

di PPP Tasikagung, karena wilayah operasi tangkapan yang dilakukan oleh para nelayan PPP

Tasikagung berada di sekitar Laut Jawa. Nelayan tersebut (mini purseine) beroperasi selama kurang

lebih 5 – 7 hari di Laut Jawa dan mendaratkan hasil tangkapnnya di TPI PPP Tasikagung. Selain

itu, ikan layang mempunyai peranan penting dan nilai ekonomis didalam perikanan mini purseine

sehingga banyak dicari dan ditangkap oleh nelayan mini purseine.

4.2 Produksi Ikan

Jumlah produksi ikan pelagis yang didaratkan di TPI 1 PPP Tasikagung selama lima

tahun terakhir mengalami kenaikan. Hal ini dapat dilihat dari gambar 1. Data terakhir pada tahun

2011 menunjukkan total produksi ikan yang di daratkan di TPI 1 PPP Tasikagung sebesar

15.307,149 ton dengan total nilai penjualan sebesar Rp. 102.894.325.000. Berdasarkan data

tersebut maka pada tahun 2011 terjadi kenaikan total produksi sebesar 12.72 % dan kenaikan

nilai produksi sebesar 25.61 % dari tahun sebelumnya (2010). Kenaikan hasil tangkapan ikan

pelagis ini juga berlangsung pada tahun 2008. Namun pada akhirnya terjadi penurunan kembali

hingga tahun 2010. Hal tersebut seiiring dengan bertambah dan berkurangnya jumlah armada

kapal mini purseine yang berlayar tiap tahunnya (lampiran 2).

Gambar 3. Diagram produksi (ton) dan nilai produksi (Juta Rp) tahun 2007 – 2011 di PPP

Tasikagung

9

Page 10: Laporan Pkl Isi (2003)

Perubahan jumlah hasil tangkapan ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya

adalah daerah penangkapan ikan (DPI) yang semakin jauh, pendaratan hasil tangkapan ke daerah

yang yang lebih dekat dengan DPI, serta jumlah kapal mini purseine yang jumlahnya tidak

menentu tiap tahunnya (lampiran 2). Penurunan jumlah armada kapal yang berlayar juga

mempengaruhi total produksi hasil tangkapan tiap tahunnya. Perubahan jumlah armada kapal

mini purseine yang beroperasi selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4

Gambar 4. Jumlah armada mini purseine tahun 2007 – 2011 di PPP Tasikagung

Perubahan jumlah armada kapal yang berlayar dari tahun 2007 – 2011 mempengaruhi

jumlah tangkapan. Total produksi hasil tangkapan yang didapatkan pada tahun 2008 dan tahun

2011 mengalami kenaikan. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah armada kapal yang beroperasi di

tahun tersebut meningkat. Pada tahun 2007 jumlah armada yang berlayar sebanyak 3403 kapal

dan jumlah tersebut mengalami kenaikan di tahun berikutnya (2008) yaitu sebesar 4814

(lampiran 2). Kenaikan jumlah armada juga terjadi pada tahun 2011 dengan jumlah kapal

sebanyak 5065 kapal dimana pada tahun sebelumnya (2010) kapal yang berlayar berjumlah 3351

kapal. Perubahan jumlah armada kapal yang ada di PPP Tasikagung disebabkan oleh kapal yang

akan berlayar tersebut tidak mengurus perizinan dan tidak melaporkannya ke pelabuhan

Tasikagung, namun ke pelabuhan tempat dimana kapal tersebut terakhir berlabuh dan

mendaratkan hasil tangkapannya. Selain itu, pada dasarnya kapal yang mendaratkan hasil

tangkapannya di pelabuhan Tasikagung, bukan kapal asli yang berasal dari pelabuhan tersebut

namun berasal dari pelabuhan sekitarnya seperti pelabuhan Kragan, Juwana, dan Sarang. Oleh

sebab itu, kapal yang keluar masuk pelabuhan Tasikagung jumlahnya tidak menentu.

10

Page 11: Laporan Pkl Isi (2003)

4.3 Kapal Penangkapan dan Perlengkapan yang Digunakan

Produksi hasil tangkapan di suatu pelabuhan tidak akan berjalan dengan baik tanpa

adanya peran dari kapal perikanan sebagai moda dalam pelaksanaan kegiatan perikanan. Kapal

perikanan merupakan kapal atau perahu atau alat apung lainnya yang digunakan untuk

melakukan kegiatan penangkapan ikan. Jenis kapal yang beroperasi di PPP Tasikagung

dikelompokkan berdasarkan alat tangkap yang digunakan, yaitu kapal mini purseine dan kapal

cantrang. Kedua kapal ini masing-masing mepunyai komoditas utama hasil tangkapan yang

berbeda. Hasil tangkapan kapal mini purseine yaitu ikan pelagis dengan komoditas utamanya

adalah ikan layang (Decapterus macrosoma), sedangkan hasil tangkapan kapal cantrang berupa

ikan demersal dengan komoditas utama berupa ikan pari (Dasyatis sp.) dan ikan kerapu

(Ephinephelus sp). Dalam hal ini, kapal yang beroperasi untuk menangkap ikan pelagis adalah

kapal mini purseine. Kapal mini purseine yang ada di PPP Tasikagung berasal dari daerah

Sarang, Kragan, Pandangan, dan kapal yang berdomisili asli dari Tasikagung.

Kapal mini purseine merupakan kapal perikanan yang digunakan untuk melakukan

kegiatan penangkapan dengan menggunakan alat tangkap purse seine. Purse seine atau biasa

disebut sebagai pukat cincin merupakan jenis jaring lingkar yang aktif dan umumnya berbentuk

empat persegi panjang yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis besar maupun kecil,

dengan cara melingkarkan jaring tersebut pada suatu gerombolan ikan. Pengoperasian alat

tangkap purse seine dilakukan dengan melingkari gerombolan ikan sehingga membentuk sebuah

dinding besar yang kemudian jaring tersebut akan ditarik dari bagian bawah dan membentuk

seperti sebuah kolam. Dalam memudahkan penarikan jaring, alat tangkap ini dilengkapi dengan

tali kolor atau tali pengerut. Kapal ini disebut mini purseine karena kapal ini memiliki ukuran GT

yang kecil, yaitu kurang dari 30 GT (<30 GT) dengan jumlah awak kapal sebanyak 20 orang

yang terdiri dari 18 orang Anak Buah Kapal (ABK), satu orang motorist (teknisi), dan kapten

kapal. Para nelayan mini purseine ini berlayar selama kurang lebih 5 – 7 hari dengan jarak

tempuh sekitar 27 – 30 mil ke arah laut. Pengoperasian alat tangkap purseine dibantu dengan

menggunakan rumpon. Rumpon ini terbuat dari daun kelapa dan ditenggelamkan di daerah

fishing ground. Rumpon yang dipakai oleh nelayan mini purseine di PPP Tasikagung berjumlah

6 – 7 rumpon untuk satu kapal. Rumpon yang telah rusak tersebut kemudian akan ditambahkan

dengan rumpon baru, yang berasal dari daun kelapa baru tanpa membuang rumpon lama yang

telah rusak. Penggunaan rumpon ini akan mempermudah para nelayan dalam menangkap ikan,

karena rumpon ini digunakan sebagai tempat berteduh bagi ikan sehingga ikan akan berkumpul

pada rumpon yang telah dipasang. Selain rumpon, alat bantu yang digunakan dalam

pengoperasian kegiatan penangkapan adalah GPS sounder dan kompas. Dengan bantuan GPS 11

Page 12: Laporan Pkl Isi (2003)

sounder tersebut, nelayan dapat dengan mudah menentukan daerah penangkapan ikan.

Sedangkan nelayan yang tidak mempunyai GPS sounder, mereka menggunakan kompas utnuk

menetukan posisi daerah penangkapan ikan.

4.4 Pengolahan dan Pemasaran Ikan

Hasil tangkapan ikan pelagis yang di daratkan di TPI 1 PPP Tasikagung diolah

berdasarkan cara perlakuannya. Terdapat tiga cara perlakuan hasil tangkapan di PPP Tasikagung,

yaitu ikan segar, olahan, dan beku. Berikut adalah persentase produksi ikan yang diolah menurut

cara perlakuannya :

Gambar 5. Diagram Produksi Ikan Yang Diolah Menurut Cara Perlakuan di PPP

Tasikagung Tahun 2011 (Ton)

Ikan hasil tangkapan yang diolah menjadi ikan segar sebesar 2296,684 ton (15%), ikan

olahan sebesar 12245,698 ton (80%), dan dalam bentuk beku sebesar 748,306 ton (5%) dari total

produksi. Sebagain besar hasil tangkapan ikan pelagis diperlakukan dengan cara diolah menjadi

suatu produk olahan. Ikan tersebut diolah dengan cara pemindangan, pengasinan, dan

pengasapan. Berdasarkan wawancara dengan penduduk setempat, sebagain besar ikan diolah

dengan cara dipindang. Hal ini didukung karena komoditas utama hasil tangkapan ikan pelagis

berupa ikan layang. Dimana ikan layang tersebut merupakan salah satu jenis ikan yang cocok

untuk diolah dalam bentuk pindang. Pengolahan dengan cara pindang menghasilkan keuntungan

yang terbilang cukup besar dibandingkan dengan pengolahan ikan asin atau ikan asap. Ikan

pindang mempunyai daya tahan yang cukup lama, yaitu sekitar 2-3 hari. Ikan pindang yang telah

diolah tersebut kemudian dipasarkan ke dalam kota yaitu Rembang, antar kota seperti Blora,

Semarang, Pati, dan antar provinsi yaitu Jawa barat dan Jawa Timur. Sedangkan untuk ikan segar

biasanya dipasarkan disekitar kota Rembang, dan ikan beku biasanya dipasarkan ke Jakarta. Ikan

dalam bentuk segar dibeli langsung oleh para pembeli. Ikan tersebut kemudian akan dijual

kembali ke para pedagang dan para pengusaha pindang yang ada di sekitar pelabuhan. 12

Page 13: Laporan Pkl Isi (2003)

Sedangkan ikan yang akan diolah dalam bentuk beku sebelumnya dimasukkan ke dalam cold

storage terlebih dahulu sebelum dipasarkan.

4.5 Permasalahan Di PPP Tasikagung

4.5.1 Kurangnya Pengawasan Terhadap Mutu Hasil Tangkapan

Pengelolaan mutu ikan yang didaratkan di TPI 1 Tasikagung terbilang kurang baik. Hal ini

disebabkan karena tidak adanya lembaga pengawasan khusus yang bertugas untuk mengawasi

mutu kualitas ikan di pelabuhan tersebut. Ikan hasil tangkapan langsung dibongkar di dermaga

pelabuhan kemudian dikelompokkan berdasarkan ciri fisiknya seperti jenis ikan, ukuran ikan,

dan tingkat kesegaran ikan. Pengelompokan ikan-ikan tersebut dilakukan oleh para Anak Buah

Kapal (ABK) dan tidak ada aturan baku yang mengaturnya, namun pengelompokan tersebut

berdasarkan ciri fisik ikan yang terlihat secara kasat mata. Ikan yang telah dikelompokkan

kemudian dimasukkan ke dalam keranjang (basket) dan disemprot dengan air tawar bersih untuk

kemudian diangkut menggunakan mobil bak kecil untuk dilakukan pelelangan di TPI. Selama

proses ini berlangsung, ikan dibiarkan terpapar cahaya matahari langsung dan dilempar secara

kasar ke dalam keranjang (basket) sehingga tidak sedikit ikan yang terjatuh ditanah dan

dibiarkan terinjak oleh nelayan lainnya. Disamping itu, kebersihan keranjang (basket) yang

digunakan sebagai wadah ikan kurang diperhatikan. Keranjang (basket) yang digunakan masih

dalam keadaan kotor dan tidak dilakukan pencucian terlebih dahulu. Hal ini dapat mencemari

dan mengotori hasil tangkapan. Penanganan hasil tangkapan seperti itu dapat menyebabkan

penurunan mutu ikan hasil tangkapan. Menurut Adi (2009), berbagai penyebab turunnya atau

rusaknya mutu hasil tangkapan antara lain tidak diperhatikannya kebersihan dek kapal dan alat

atau wadah yang digunakan, membiarkan ikan di tempat terbuka dan terkena sinar matahari

langsung, mencampur ikan yang telah busuk dengan ikan yang masih segar, dan penyusunan

ikan di dalam palka terlalu tinggi sehingga lapisan ikan yang berada di bawah tertindih oleh

lapisan ikan yang berada di atas.

Dalam hal ini sepertinya para nelayan setempat belum begitu memahami pentingnya

kualitas hasil tangkapan. Sebagian besar nelayan belum mengerti bagaimana cara penanganan

hasil tangkapan yang baik. Menurut Soetopo (1979), terdapat beberapa tahap dalam penanganan

hasil tangkapan yang baik, antar lain :

1. Mengangkat ikan secepatnya dari dalam air

2. Mencuci hasil tangkapan ikan dari lumpur dan kotoran lainnya

3. Memisahkan ikan menurut jenis, ukuran, dan kebutuhan

4. Membuang insang dan isi perut untuk ikan-ikan besar dan mencuci dengan air bersih13

Page 14: Laporan Pkl Isi (2003)

5. Menyimpan ikan dalam pecahan es secukupnya atau pendingin lainnya sampai

temperature 0C, dan mengalirkan es yang telah meleleh serta menghindari tekanan dari

atas.

Solusi yang bisa diterapkan terkait masalah diatas adalah diadakannya suatu badan

pengawas khusus yang mengawasi mutu hasil tangkapan ikan, pelatihan kepada seluruh kalangan

masyarakat setempat terutama para nelayan tentang bagaimana cara penanganan ikan dengan

baik, pasokan air bersih lebih diperbanyak lagi sehingga memudahkan nelayan dalam

membersihkan alat atau wadah yang digunakan sebagai tempat hasil tangkapan, serta

penyempurnaan kualitas sarana dan prasarana gedung TPI seperti mengganti lantai TPI dengan

keramik karena lantai TPI yang kotor dapat mempengaruhi kebersihan ikan hasil tangkapan.

4.5.2 Solar Packet Dealer Nelayan (SPDN) Masih Kurang

Keberadaan tempat pengisian bahan bakar khusus nelayan atau Solar Packet Dealer

Nelayan (SPDN) di PPP Tasikagung masih kurang. Saat ini tercatat satu unit SPDN yang ada di

PPP Tasikagung. Kurangnya SPDN ini membuat para nelayan masih harus membeli bahan bakar

ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) yang ada dipinggir jalan dan memakan

waktu tempuh yang cukup lama. Untuk membeli solar di SPBU, nelayan masih harus menyewa

truk tambahan untuk mengangkut solar ke pelabuhan sehingga biaya yang dikeluarkanpun lebih

banyak jika dibandingkan dengan membeli solar di SPDN yang berada di dalam wilayah

pelabuhan, padahal harga solar di SPBU sama dengan harga di SPDN yaitu Rp. 4500/L.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak KUD setempat, kurangnya SPDN di PPP

Tasikagung disebabkan oleh jauhnya letak penyuplai solar dari pusat kota sehingga jatah solar

untuk SPDN di PPP Tasikagung diberikan per 3 bulan. Dalam menangani masalah tersebut,

solusi yang dapat diterapkan oleh pihak pelabuhan adalah pembangunan lebih banyak lagi unit

SPDN di pelabuhan serta pasokan solar di pelabuhan diperbanyak sehingga solar tersedia tiap

bulannya. Apabila pasokan solar masih belum bisa tiap bulan, setidaknya diadakannya sarana

atau transportasi bebas biaya bagi para nelayan yang akan membeli solar ke SPBU pinggir jalan

sehingga nelayan tidak mengeluarkan biaya lebih dalam pengisian bahan bakar untuk berlayar.

14

Page 15: Laporan Pkl Isi (2003)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Secara umum, jenis tangkapan yang didaratkan di TPI 1 PPP Tasikagung sebagian besar

adalah jenis ikan pelagis kecil seperti ikan layang, tembang, kembung, tongkol, dan lainnya.

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, total produksi dan nilai produksi hasil tangkapan ikan

pelagis di PPP Tasikagung mengalami kenaikan pada tahun 2008 dan 2011. Hal ini ditunjang

dengan perubahan jumlah armada kapal pada tiap tahunnya. Hasil tangkapan yang didaratkan di

TPI 1 PPP Tasikagung sebagian besar diolah dengan cara pemindangan dan sebagian lagi diolah

menjadi ikan segar dan beku. Ikan hasil tangkapan tersebut dipasarkan ke wilayah sekitar

Rembang seperti Blora, Semarang, Pati bahkan dipasarkan hingga antar provinsi seperti Jawa

Barat dan Jawa Timur. Analisis permasalahan yang terdapat di PPP Tasikagung diantaranya

adalah kurangnya pengawasan terhadap mutu hasil tangkapan serta masih kurangnya unit Solar

Packet Dealer Nelayan (SPDN). Penanganan mutu hasil tangkapan yang ada di pelabuhan

terbilang kurang baik karena belum adanya badan khusus yang mengawasinya. Sedangkan untuk

jumlah SPDN yang kurang, terdapat kendala di dalamnya seperti letak pemasok solar yang

cukup jauh dari pelabuhan.

5.2 Saran

Apabila dilakukan kegiatan praktek lapang berikutnya dengan topik yang sama, diharapkan

menggunakan data yang lebih luas misalnya data kurun waktu satu dasawarsa terakhir agar lebih

dapat mewakili keadaan yang sebenarnya terjadi di pelabuhan terkait dengan total produksi dan

nilai produksi hasil tangkapannya. Selian itu, diharapkan pula melakukan survey tempat PKL

terlebih dahulu agar memudahkan dalam mobilitas dalam pencarian data serta usahakan untuk ikut

serta dalam trip kapal bersama nelayan.

15

Page 16: Laporan Pkl Isi (2003)

VI. PENUTUP

Praktek Kerja Lapang (PKL) yang dilakukan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)

Tasikagung, Rembang berlangsung selama 30 hari dan berjalan lancar. Dalam pelaksanannya, kami

dibantu oleh pembimbing lapang yang merupakan salah satu pegawai pelabuhan. Pembimbing

lapang tersebut bertugas memandu serta mengarahkan kita dalam pelaksanakan praktek di lapangan

dan telah banyak memberikan informasi serta wawasan mengenai kegiatan perikanan yang terjadi

di lokasi PKL yaitu PPP Tasikagung. Demikian laporan ini dibuat dan semoga dapat memberikan

informasi yang berguna dan berperan dalam memajukan perikanan dan kelautan Indonesia.

16

Page 17: Laporan Pkl Isi (2003)

DAFTAR PUSTAKA

Adi,D B S. 2009. Analisis Kuasalitas Penurunan Kualitas Ikan Tangkapan: Studi Kasus Pelabuhan

Perikanan Nusantara Prigi Trenggalek Jawa Timur. [Tesis]. Surabaya. Institut Teknologi

Sepuluh November.

Asikin, D. 1971. Synopsis Biologi Ikan Layang (Decapterus spp). Jakarta : Lembaga Penelitian

Perikanan Laut Departemen Pertanian. hlm. 3-27

Burhanuddin, Djamali A. 1978. Oseanologi di Indonesia. No. 9, Parasit Anisakis Sebagai Petunjuk

Perbedaan Populasi Ikan Layang, Decapterus ruselli Ruppel, Di Laut Jawa. Jakarta :

Lembaga Oseanologi Nasional - LIPI. hlm 1-11

Burhanuddin, Djamali A, Martosewojo S, Muljanto. 1983. Evaluasi Tentang Potensi dan Usaha

Pengelolaan Sumberdaya Ikan Layang (Decapterus spp). Di dalam : Burhanuddin, Djamali

A, editor. Jakarta : Lembaga Oseanologi Nasional – LIPI. hlm 61

Soetopo, H. 1979. Suatu Studi Pendahuluan Tentang Penanganan Hasil Tangkapan Ikan [Karya

Ilmiah]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. hlm 79

17

Page 18: Laporan Pkl Isi (2003)

LAMPIRAN

1. Jumlah Kapal mini purseine Tahun 2007 – 2011 di PPP Tasikagung

TahunTotal Produksi

(Ton)Nilai Produksi

(Juta Rp) Jumlah Kapal2007 12304.047 56325.82 34032008 17704.593 91191.121 48142009 13683.96 70537.036 45522010 11851.949 60939.053 33512011 15307.149 102894.325 5065

2. Produksi Ikan (ton) Tahun 2011 Yang diolah Menurut Cara Perlakuan

di PPP Tasikagung

Bulan ikan segar olahan bekuJan 56,220 299,837 18,739Feb 76,533 408,175 25,510Maret 134,574 717,732 44,858April 116,536 621,525 38,846Mei 113,852 607,207 37,950Juni 146,620 781,971 48,873Juli 171,815 916,345 50,272Agt 326,272 1,740,117 108,758Sept 282,767 1,508,089 94,256Okt 313,057 1,669,634 104,352Nov 272,576 1,453,688 90,855Des 285,862 1,521,369 85,037total (kg) 2,296,684 12,245,689 748,306total (ton) 2296.684 12245.689 748.306

3. Total Produksi Ikan Pelagis (ton) yang Didaratkan di TPI 1 PPP Tasikagung tahun 2007-2011

18

Page 19: Laporan Pkl Isi (2003)

Bulan 2007 2008 2009 2010 2011Januari 951.213 849.067 966.855 1137.776 374.798Februari 1134.081 574.844 731.359 772.705 510.218Maret 1406.93 1278.848 943.84 1010.288 897.164April 1098.283 931.975 659.34 1030.306 776.907Mei 499.676 1020.016 704.914 587.143 759.009Juni 249.312 1362.415 289.901 537.401 977.464Juli 554.499 2798.709 1153.61 349.187 1145.432Agustus 1196.173 2346.238 1820.02 952.878 2175.147September 1272.083 1629.948 1667.572 1423.178 1885.112Oktober 947.252 1466.088 1972.984 2059.803 2087.043November 1546.2 1910.887 1195.649 1452.78 1817.11Desember 1448.345 1535.558 1577.916 538.504 1901.745TOTAL 12304.047 17704.593 13683.96 11851.949 15307.149

4. Dokumentasi kegiatan Praktek Kerja Lapang

Gambar 1. Wawancara dengan petugas TPI Gambar 2. Ikut serta dalam pencatatan jumlah hasil tangkapan

Gambar 3. Pencatatan data hasil tangkapan Gambar 4. Wawancara dengan nelayan

19

Page 20: Laporan Pkl Isi (2003)

Gambar 5. Hasil tangkapan yang didaratkan Gambar 6. Wawancara dengan pegawai

di TPI 1 Tasikagung TPI Bagian KTU (Ibu Sri Hartanti)

Gambar 7. Wawancara dengan pegawai Gambar 8. Nelayan sedang melakukan bongkar

TPI bagian Statistik (Ibu Sri Astuti) hasil tangkapan

Gambar 9. Ikan rucah di TPI 1 Tasikagung

20

Page 21: Laporan Pkl Isi (2003)

5. Jumlah Produksi (ton) Hasil Tangkapan Ikan Dominan Tahun 2011 di TPI 1 PPP Tasikagung, Rembang

No Jenis Ikan Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov DesTotal(Kg) 

Total(ton)

1Layang (Decapterus macrosoma) 238,079 201,995 183,160 107,318 24,800 26,110 356,752 1,500,647 1,272,287 1,417,181 1,288,490 1,185,285 7,802,104 7802.104

2Bawal hitam (Formio niger) 105 3,265 27,005 20,265 24,585 5,825 5,190 8,260 18,690 15,645 4,610 5,945 139,390 139.39

3Kembung (Restrelliger brachysoma) 18,880 61,460 157,502 97,585 160,285 366,082 190,031 262,885 151,095 129,990 52,990 171,285 1,820,070 1820.07

4Selar (Selaroides leptolepsis) 44,250 71,100 101,425 83,953 50,165 95,725 92,365 77,420 84,350 122,634 116,725 135,065 1,075,177 1075.177

5Tembang(Sadinella fimbriata) 21,595 54,245 210,118 217,584 317,262 265,363 125,168 85,605 152,250 106,645 119,595 96,075 1,771,505 1771.505

6 Tongkol (Auxis thazard) 22,062 54,249 28,435 7,560 15,339 7,245 69,370 82,040 67,655 77,428 92,015 16,555 539,953 539.953

7 Siro(Amblygaster sirm) 0 770 770 4,445 4,935 695 4,130 2,500 3,980 4,165 590 127,295 154,275 154.275

8Petek (Leiognathus equulus) 1,015 7,245 35,805 83,764 43,680 37,335 19,815 22,925 14,315 32,095 8,805 14,875 321,674 321.674

9 Cumi (Loligo pealii) 315 1,830 11,535 8,350 17,300 16,410 54,300 24,590 7,900 12,450 10,990 13,750 179,720 179.72

10Tenggiri(Scomberomous lineatus) 385 2,605 3,905 2,370 3,920 674 435 770 490 4,340 2,155 1,530 23,579 23.579

11Ponggo (Epinephelus merra) 0 7,735 33,985 14,545 14,365 14,385 12,000 10,640 6,615 20,230 7,560 4,410 146,470 146.47

12Japuh (Dussumieria acuta) 0 0 0 1,190 0 0 490 0 0 0 0 0 1,680 1.68

13Layur (Trichiurus lepturus) 0 0 7,105 6,325 11,025 532 0 0 0 0 0 0 24,987 24.987

14 Tunul (baracuda) 140 0 2,939 3,925 5,385 1,455 1,015 2,555 4,200 6,895 3,185 1,575 33,269 33.269

15Mladang (Coryphaena hippurus) 1,190 2,642 630 315 0 0 0 0 665 36,450 625 0 42,517 42.517

16Bentong (Selar crumenophthalmus) 10,255 28,440 62,115 98,158 46,400 119,468 185,834 38,185 76,225 101,730 58,365 78,260 903,435 903.435

17 Lain-lain 16,525 12,627 30,730 17,255 29,560 20,160 37,537 56,735 24,395 32,175 49,420 49,840 376,959 376.959

21