lap pk eccei ria chubby (2)

56
LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK BLOK EARLY CLINICAL AND COMMUNITY EPOSURE I ( ECCE I ) Oleh : Kelompok RIA RESTI NOPIYANTI K1A006029 AMANDA RIZKIA HARDIANI K1A006032 DINI RACHMA PH K1A006034 YENI SRI S K1A006035 AMINUDIN ANWAR K1A006036 DWI EVA YULITA K1A006037

Upload: novia-mentari

Post on 05-Dec-2014

136 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

xccc

TRANSCRIPT

Page 1: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

BLOK EARLY CLINICAL AND COMMUNITY EPOSURE I

( ECCE I )

Oleh :

Kelompok

RIA RESTI NOPIYANTI K1A006029

AMANDA RIZKIA HARDIANI K1A006032

DINI RACHMA PH K1A006034

YENI SRI S K1A006035

AMINUDIN ANWAR K1A006036

DWI EVA YULITA K1A006037

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

PURWOKERTO

2008

Page 2: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum

Pemeriksaan darah rutin, urin rutin dan tinja

B. Tanggal Praktikum

Senin, 29 Nopember 2008

C. Tujuan Praktikum

1. Dapat menjelaskan berbagai macam pemeriksaan darah rutin berikut cara

kerjanya

2. Dapat menjelaskan berbagai macam pemeriksaan urin rutin berikut cara kerjanya.

3. Dapat menjelaskan berbagai macam pemeriksaan tinja berikut cara kerjanya.

D. Dasar Teori

Pemeriksaan urin rutin

Istilah protein berasal dari kata Yunani proteos, yang berarti yang utama yang

yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seseorang ali kimia Belanda,

Gerardus Mulder (1802-1880), karena ia berpendapat bahwa protein adalah zat

yang paling penting dalam setiap organisme. Protein adalah bagian dari semua sel

hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh

adalah protein separuhnya ada di dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang

rawan, sepersepuluhnya di dalam kulit dan selebihnya di dalam jaringan lain dan

cairan tubuh.

Semua enzim berbagai hormon, pengangkut zat - zat gizi dan darah matriks

intraseluler dan sebagainya adalah protein. Disamping itu asam amino yang

membentuk protein bertindak sebagai prekursor sebagian besar koenzim, hormon,

asam nukleat, dan molekul – molekul yang esensial untuk kehidupan.

Page 3: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

Fungsi – fungsi protein :

a. Pertumbuhan dan Pemeliharaan

a. Pembentukan Ikatan – Ikatan Esential Tubuh

b. Mengatur Keseimbangan Air

c. Memelihara Netralitas Tubuh

d. Pembentukan Antibodi

e. Mengangkut Zat – Zat Gizi

f. Sumber Energi

. Glukosa diperlukan sebagai sumber energi terutama bagi system syaraf dan

eritrosit. Glukosa juga dibutuhkan didalam jaringan adipose sebagai sumber

gliserida-gliserok, dan mungkin juga berperan dalam mempertahankan kadar

senyawa antara pada siklus asam sitrat di dalam banyak jaringan tubuh.

Glukosa sebagian besar diperoleh dari makanan, kemudian dibentuk dari

berbagai senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis lalu juga dapat

dibentuk dari glikogen hati melalui glikogenolisis.

Setelah makan tinggi KH, Kadar glukosa darah akan meningkat dari kadar

puasa sekitar 80-100 mg/dl ke kadar sekitar 120-140 mg/dl, dalam periode 30

menit sampai 1 jam. Konsentrasi glukosa dalam darah kemudian mulai menurun

kembali ke rentang puasa dalam waktu sekitar 2 jam setelah puasa.

Proses memepertahankan kadar glukosa yang stabil di dalam darah

merupakan salah satu mekanisme homeostasis yang diatur paling halus dan juga

menjadi salah satu mekanisme di heoar, jaringan ekstrahepatik serta beberapa

hormon. Diantara hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan

glukagon.

E. Alat dan Bahan

I. Pemeriksaan makroskopis terdiri dari pemeriksaan :

- warna

- kekeruhan

- bau

- buih

Page 4: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

- berat jenis

II. Metode Rebus

Bahan :

Urin Jernih

Alat :

Tabung Reaksi

Lampu spiritus

Cara Kerja

1. Masukkan urin ke dalam tabung reaksi 2/3 penuh

2. Miringkan dan panaskan bagian permukaan urin di atas api spirtus sampai

mendidih seama 30 detik

3. Amati hasilnya dan badingkan dengan bagaian bawah yang tidak dipanasi sebagai

kontrol negatif

4. Apabila terjadi kekeruhan teteskan 3-5 tetes asam asetat 6%. Jika kekeruhan

hilang urin mengandung protein, bila kekeruhan menetap kemungkinan protein

positif.

5. Panasi lagi samapai mendidih, berilah penilaian pada kekeruha yang menetap

tadi.

III. Metode Sulfosalisilat

Bahan : Urin Jernih

Alat : Tabung reaksi

Reagen : Sulfosalisilat 20%

Cara Kerja :

1. Sediakan 2 tabung reaksi masing – masing dengan 2 ml urin jernih.

2. Tambahkan pada tabung pertama 8 tetes larutan asam sulfosalisilat 20% kocok.

3. Bandingkanlah isi tabung pertama dengan yang kedua; kalau tetap sama

jernihnya hasil test berarti negatif.

Page 5: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

4. Jika tabung pertama lebih keruh daripada tabung kedua, panasiah tabung pertama

diatas apai sampai mendidih dan kemudian dinginkan.

a. Jika kekeruhan tetap ada pada waktu proses pemanasan dan tetap ada

setelah didinginkan kembali, berarti test positif.

b. Jika kekeruhan itu hilang pada saat pemanasan, tetapi muncul setelah

dingin, mungkin sebabnya protein Bence Jones

PEMERIKSAAN GULA DARAH SEWAKTU

1. Finger pricks

Tujuan : memperoleh darah dalam jumlah sedikit untuk pemeriksaan yang hasilnya

segera diketahui (pemeriksaan gula darah sewaktu)

Bahan dan alat :

a. larutan antiseptik

b. kapas steril

c. jarum/stilet steril

Lokasi : salah satu bagian volar jari tangan

Prosedur :

a. operator mencuci tangannya sebelum melakukan tindakan

b. ujung distal jari tangan yang akan diambil darahnya di pijat-pijat dengan arah

dari proksimal ke distal sehingga tampak ujung distal jari kemerahan penuh

dengan darah

c. bersihkan ujung distal jari yang akan ditusuk dengan kapas dibasahi larutan

antiseptik.

d. Tusukkan lokasi yang sudah diberikan tersebut dengan ujung jarum steril

secara cepat.darah yang keluar segera ditampung atau diteteskan pada alat

pembaca gula darah digital.

e. Lokasi penusukan jarum segera ditekan dengan kasa steril dibasahi larutan

antiseptik selama kira-kira 1 menit.

f. Pastikan darah tidak keluar lagi dari lokasi penusukan jarum.

Page 6: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

I. Pemeriksan Makroskopis

Setelah dilakukan pemeriksaan pemeriksaan urin secara makroskopis

Page 7: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

Warna : Kuning kecoklatan

Kekeruhan : ( - ) jernih

Bau : Khas urin

Buih : Cepat hilang

Berat Jenis : ( - )

II. Pemeriksaan Metode Rebus

Setelah dilakukan pemeriksaan pemeriksaan protein dengan metode rebus maka hasilnya

adalah

Negatif : ( jernih )

III. Pemeriksaan Metode Sulfosalisilat

Setelah dilakukan pemeriksaan urin dengan metode sulfosalisilat, hasilnya tidak terdapat

perbedaan kekeruhan diantara kedua tabung ( jernih ).

B. PEMBAHASAN

PEMERIKSAAN URIN RUTIN

I. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS

Pemeriksaan makroskopis terdiri dari pemeriksaan :

A. Warna

Normal : Kuning muda sampai tua tergantung diuresis dan zat pelarut dalam urin.

Warna urin normal disebabkan zat warna urobilin dan uroeritin.

Kelainan warna :

Tak patologis : Berasal dari makanan atau obat ( pewarna )

Patologis : Seperti teh : bilirubin

Hijau : biliverdin, Ps. Aeruginosa.

Merah : darah, B. Prodigiosus

Putih keruh : pus

Putih susu : chylus

Coklat : hematin, bilirubin.

B. Kekeruhan

Kekeruhan dapat timbul

Page 8: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

Sejak dikemihkan :

a. Urin mengandung kristal dalam jumlah besar.

b. Urin mengandung bakteri dalam jumlah banyak biasanya disertai unsur – unsur

lain dalam sedimen.

c. Unsur dalam sedimen bertambah:

- eritrosit : urin keruh seperti cucian daging

- leukosit : warna putih keruh dengan percobaan

- sel – sel epitel. : ditemukan berbagai macam sel

d. Chylus dan lemak

Keruh menyerupai susu encer

e. Benda – benda koloid

Kekeruhan yang timbul sesudah dibiarkan

a. Nabecula

b. Kristal urat

c. Amorf fosfat dan karbonat pada urin basa

d. Bakteri – bakteri mungkin bukan dari dalam tubuh tetapi merupakan

perkembangan baktri dari penampungan yang kotor.

C. BAU

Bau urin normal : oleh asam – asam organik yang mudah menguap

Bau abnormal : 1. Oleh makanan yang mengandung zat – zat atsiri, seperti

jengkol, petai, durian, asperse.

2. Oleh obat – obatan seperti terpentin, menthol, dsb

3. Bau amoniak oleh perombakan bakteri dari ureum,

biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa bahan

pengawet.

4. Bau ketonuria menyerupai bau buah – buahan atau bunga

setengah layu.

5. Bau busuk bila sejak dikemihkan mungkin berasal dari

perombakan zat – zat protein misal pada keganasan saluran

kemih.

Page 9: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

D. BUIH

Pemeriksaan buih dapat membantu kecurigaan adanya abnormalitis urin

Cara kerja :

Masukkan 5 cc dalam tabung reaksi kemudian kocok beberapa saat sampai keluar

buih. Amati warna dan waktu hilangnya buih tersebut.

Penilaian :

Normal : putih jernih dan cepat hilang.

Abnormalitas : putih, jernih lama baru hilang/ tak mau hilang kemunginan urin

mengandung protein. Dibuktikan dengan pemeriksaan protein urin. Warna

kekuningan kemungkinan urin mengandung bilirubin.

E. Berat Jenis

Metode pemeriksaan berat jenis ( BJ )

1. Urinometer : tekhnik ini membutuhkan volume urin yang besar.

2. Refraktometer : bila sampel volumenya kecil.

2. PEMERIKSAAN PROTEIN

Setelah dilakukan pengamatan dengan metode rebus, hasil yang

didapatkan tidak terdapat kekeruhan, Hal ini berarti hasilnya normal. Hal itupun

ditemukan pada pemeriksaan sulfosalisilat 20%, hasilnya tidak terdapat

perbedaan diantara kedua tabung, hasinya tidak terdapat kekeruhan pada tabung

pertama. Sedangkan bila terjadi kekeruhan setelah pemeriksaan protein dalam

pemeriksaan urin rutin ini, itu berarti terdapat protein dalam urin yang disebut

dengan Proteinuria. Proteinuria adalah adanya protein serum yang berlebihan

dalam urine, disebut pula albuminuria. Proteinuria dapat terjadi karena adanya

penyakit ginjal atau pada kelainan ginjal yang tidak berbahaya. Hal ini

mengakibatkan permeabilitas kapiler glomerulus meningkat. Protein akan

Page 10: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

menembus dinding kapiler glomerulus masuk ke saluran urinary sehingga protein

dapat ditemukan di dalam urine dengan jumlah lebih besar dari kedaan normal.

Dua mekanisme dasar dapat menyebabkan proteinuria :

1. Peningkatan permeabiitas glomerulus tanpa disertai perubahan reabsorpsi

tubulus

2. Gangguan reabsorpsi tubulus

Pengeluaran protein dalam urin biasanya menandakan penyakit ginjal ( nefritis ).

Namun, pengeluaran protein daam urin yang mirip dengan yang terjadi pada

nefritis dapat timbul setelah olahraga, tetapi keadaan ini tidak berbahaya, bersifat

sementara dan reversible.

Penelitian menunjukkan bahwa selama olahraga ringan sampai sedang,

proteinuria terjadi karena perubahan permeabilitas glomerulus dan disfungsi

tubulus. Disfungsi ginjal reversible ini diyakini sebagai akibat perubahan sirkuasi

dan hormon yang berangsung selama olahraga. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa aliran darah ginjal berkurang selama berolahraga karena pembuluh –

pembuluh ginjal berkontriksi dan darah dialirkan ke otot – otot yang berolahraga.

Penurunan aliran darah glomerulus meningkatkan difusi protein ke dalam lumen

tubulus karena sewaktu darah yang mengair ambat menghabiskan lebih banyak

waktu di glomeruus, proporsi protein yang memiliki cukup waktu untuk lolos

menembus membran glomerulus meningkat.

Pemeriksaan Tinja

Pemeriksaan tinja bukan merupakan pemeriksaan rutin. Biasanya pemeriksaan

tinja dilakukan atau diminta berdasarkan adanya gangguan pada saluran cerna. Tinja

sebaiknya diperiksa dalam keadaan segar. Bahan pemriksaan tinja tersebut harus

dianggap bahan yang mungkin menimbulkan infeksi, sehingga pemeriksa harus berhati-

hati dalam bekerja.

Komposisi tinja normal tergantung jumlah dan jenis makanan. Walaupun saluran

cerna berfungsi dengan optimal, namn tetap tidak dapat memproses dan mengabsorbsi

seluruh intake makanan.

Page 11: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

Sampling

1. Cara mendapatkan sampel

Sampel sebaikya dari defekasi spontan. Pada pemeriksaan yang sangat diperhatikan,

tinja boleh diambil dengan rectal toucher. Pilih bagian yang memberi kemungkinan

adanya kelainan, misalnya bagian yang bercampur lendir atau darah.

2. Macam sampel

a. Sampel sewaktu

b. Sampel 24 jam, digunakan untuk pemeriksaan kuantitatif zat tertentu dalam tinja.

Pengumpulan sampel 24 jam dilakukan dengan cara sebagai berikut, penderita

diberi makanan yang dicampur dengan 3 gram charcoal sampai bersih atau bebas

dari charcoal baik secara makroskopis maupun secara mikroskopis. Normal waktu

penampungan sampel kira-kira 24 jam sampai 48 jam.

3. Kuantitas tinja

Normal : 300 sampai 400 gram tinja dapat meningkat sampai 800 gram pada diet

tertentu. Volume meningkat pada keadaan :

a. Diet karbonat

b. Insufisiensi pankreas

c. Coeliac disease

d. Enteritis

e. Sprue

4. Pengiriman sampel

Untuk pengiriman sampel digunakan penampung yang terbuat dari kaca atau plastik

yang tidak dapat ditembus. Bila tinja keras, dapat dikirim dengan karton yang dilapisi

dengan parafin. Penampung bermulut lebar.

Pemeriksaan tinja terdiri dari :

1. Pemeriksaan makroskopis

2. Pemeriksaan mikroskopis

3. Pemeriksaan kimiawi

Page 12: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

1. Pemeriksaan makroskopis

1.1 Bentuk dan konsistensi

1.2 Warna dan bau

1.3 Darah dan lendir

2. Pemeriksaan mikroskopis

2.1 Sel-sel darah dan epitel

2.2 Sisa makanan

2.3 Parasit dan kista

3. Pemeriksaan kimiawi

3.1 Darah samar

3.2 Bilirubin

3.3 Urobilin (sterkobilin).

1. Pemeriksaan makroskopis

Cara kerja : amati sampel yang diperiksa dan laporkan yang tampak. Bila kurang

jelas, tinja dapat diratakan pada kaca obyek dan amati dengan teliti komponen apa

saja yang tampak misalnya sisa makanan, parasit dan benda asing.

1.1 Bentuk dan konsistensi

Normal : silinder, padat atau lembek sampai keras abnormal :

Bentuk dan konsistensi klinis

Cair Enteritis

Pensil Stenosis rectum

Kecil-kecil dan keras Spasme colon

Viscous hitam Perdarahan saluran cerna

Viscous merah segar Perdarahan saluran cerna bawah

1.2 warna dan bau

Normal : coklat muda sampai coklat tua oleh karena oksidasi urobilin

Abnormal :

Warna Klinis

Purulen, darah, lendir Colitis ulcerosa

Putih Steatorea

Page 13: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

Hijau Klorofil

Merah segar, jumlah banyak Keganasan atau hemoroid

Keabuan Lemak tak tercerna

Seperti dempul Obstruksi empedu

Hitam melena

1.3 Darah dan lendir

a. Darah :

Bila tinja terdapat darah, ini selalu abnormal.

Normal : darah (-)

Darah (+) : menunjukkan adanya rangsangan atau iritasi pada usus

Darah segar : berasal dari bagian distal

Darah hitam atau coklat : asal dari usus bagian proksimal

b. Lendir

Adanya lendir di dalam tinja berarti adanya rangsangan atau radang pada dinding

usus.

Lokasi Klinis

Pada bagian luar tinja Iritasi colon

Tercampur tinja Usus proksimal

Lendir saja Intususepsi

Lendir dan nanah Disentri, ileocolitis

2. Pemeriksaan mikroskopis

Hal-hal yang harus dilakukan pemeriksaan :

a. Pilih sampel yang dicurigai adanya kelainan dari beberapa bagian daerah seluruh

tinja.

b. Bila sampel kering ambil bagian tengah atau lunakan dulu dengan garam fisiologis.

c. Bila sampel lunak atau tidak berbentuk langsung dibuat preparat.

d. Bila sampel cair, pusingkan dengan kecepatan 1500 rpm selama 5-10 menit dan

buat preparat dari sediaan yang terbentuk.

Tujuan pemeriksaan:

Page 14: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

1. Mencari adanya protozoa dan telur cacing

2. Mencari adanya sel-sel darah, sel ragi dan sel epitel.

3. Mengetahui sisa makanan yang tak tercerna

Alat dan reagen.

Alat : Kaca obyek dengan kaca penutup

Mikroskop

Pengaduk

Reagen eosin 1-2 % atau 1-2 tetes

Cara kerja :

1. Letakkan sedikit sampel yang dicurigai adanya kelainan pada kaca obyek, campur

dengan reagen.

2. Tutup kaca penutup dan baca dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 x dan

400 x.

Hasil yang mungkin ditemukan :

a. Sel-sel epitel

Bila sel berasal dari saluran cerna bagian proksimal dinding sel sebagian atau

seluruhnya sudah rusak. sel asal bagian distal saluran cerna dinding masih utuh.

Arti klinis :

Normal : ditemukan 1-2 sel epitel /LPK

Abnormal : ditemukan dalam jumlah banyak/ bergerombol kemungkinan ada

radang saluran cerna atau rangsangan yang bertambah.

b. Makrofag

Sel besar dengan sitoplasma yang luas dinding sel tidak teratur dan mengandung

vakuola yang berisi sisa-sisa benda asing yang difagositosis misal bakteri. sel ini

mirip amuba hanya tidak bergerak.

c. Leukosit

Ada yang berinti tunggal dan ada yang bersegmen. selain diperiksa dengan eosin 1

%. Leukosit akan lebih jelas terlihat bila mnggunakan reagen asam asetat 10 %. Arti

klinis :

Normal : 1-2 sel leukosit / LPB

Page 15: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

Abnormal : bila ditemukan dalam jumlah banyak kemungkinan ada peradangan

saluran cerna misal colitis ulcerosa atau disentri basiller.

d. Eritrosit

Sel mempunyai ukuran kira-kira 7 mikron dan tidak berinti. bila sel ini ditemukan

di dalam tinja selalu menunjukkan keadaan yang patologik dan berasal dari colon

sampai anus misal adanya fisura ini.’

e. Sisa-sisa makanan

Kemungkinan ditemukan sisa-sisa makanan yang tak tercerna dengan sempurna

misalnya :

sisa sayuran : bentuk seperti sarang lebah, spiral atau serabut panjang yang berinti.

serabut otot : bentuk seperti pita dengan garis melintang

karbohidrat : bentuk heksagnal seperti kaca, dapat bergerombol atau satu-satu.

Page 16: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)
Page 17: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, untuk pemeriksaan feses

secara makroskopis didapatkan hasil warna hijau, konsistensi lembek, bau khas tinja dan

didapatkan lendir. Secara normal warna tinja yaitu kuning coklat dan warna tersebut

dapat menjadi lebih tua karena banyaknya terbentuk urobilin. Hasil dalam praktikum

yaitu warna feses yang hijau kecoklatan dapat diinterpretasikan karena konsumsi sayuran

yang mengandung klorofil. Sedangkan kecoklatan dapat disebabkan karena adanya

perdarahan atau karena banyaknya urobilin yang terbentuk. Untuk menentukan adanya

perdarahan atau tidak, perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis. Sedangkan konsistensi

lembek dapat dikarenakan adanya penyerapan makanan yang terlalu cepat. Sedangkan

bau tinja yang khas merupakan bau yang normal. Adanya lendir di dalam feses secara

normal ada walaupun sedikit. Jika didapatkan lendir yang berlebihan dapat disebabkan

karena adanya rangsangan atau radang pada usus.

Hasil pemeriksaan mikroskopis feses didapatkan asam lemak, sel epitel, eritrosit,

dan sisa makanan. Asam lemak secara normal didapatkan pada pemeriksaan mikroskopis

feses. Asam lemak ini merupakan sisa bahan makanan yang telah dicerna oleh sistem

pencernaan tubuh. Dalam keadaan normal, dapat ditemukan beberapa sel epitel yang

berasal dari bagian distal usus. Hal ini dikarenakan adanya tekananan yang kuat terhadap

dinding usus saat defekasi. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal bagian usus

biasanya telah rusak dan tidak terlihat. Sel epitel yang ditemukan dalam jumlah yang

banyak dikarenakan adanya perangsangan atau peradangan usus bagian distal.

Sisa makanan hampir selalu dapat ditemukan pada keadaan normal, tetapi dalam

keadaan tertentu jumlahnya meningkat dan hal ini dihubungkan dengan keadaan yang

abnormal. Sisa makanan sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi

berasal dari hewan seperti serat otot, serat elastis dan lain-lain. Untuk identifikasi lebih

lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan lugol untuk menunjukkan adanya amilum

yang tidak sempurna dicerna.

Sedangkan eritrosit yang ditemukan dalam pemeriksaan feses, hampir selalu

menunjukkan adanya keadaan yang abnormal. Adanya perangsangan atau peradanagan

usus dapat mengakibatkan perdarahan. Misal dalam kasus disentri amoeba, protozoa

Page 18: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

tersebut dapat mengiritasi lapisan mukosa usus di mana terdapat pembuluh darah.

Sehingga adanya iritasi tersebut dapat menyebabkan munculnya perdarahan yang

ditunjukkan dengan adanya eritrosit dalam jumlah yang banyak.

PEMERIKSAAN REDUKSI

Metode Benedict

Prinsip pemanasan urin dalam suasana alkalis, glukosa akan mereduksi cupri sulfat

dan terbentuk endapan cupri hidroksida yang berwarna merah.

Alat :

- tabung reaksi

- lampu spirtus

- penjepit tabung

- pipet tetes

Reagen :

Benedict berisi : cupri sulfat, trisodium sitrat, sodium karbonat.

Cara kerja :

1. masukanlah 5 ml reagen benedict ke dalam tabung reaksi

2. teteskan sebanyak 5 -8 tetes (jangan lebih) urin ke dalam tabung tersebut.

3. panaskan diatas api selama 5 menit

4. angka: tlah tabung, kocoklah isinya dan bacalah hasil reduksi.

Penilaian :

Negatif ( - ) : tetap jernih atau sedikit kehijau – hijauan dan agak keruh.

Positif 1 ( + ) : hijau kekuning – kuningan dan keruh (sesuai dengan 0,5 – 1 %

glukosa)

Positif 2 ( ++ ) : kuning keruh ( 1 – 1, 5 % glukosa)

Positif 3( +++ ) : jingga atau warna lumpur keruh ( 2 – 3, 5 % glukosa)

Positif 4 ( ++++ ) : merah keruh ( lebih dari 3,5 % glukosa )

Page 19: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

Positif palsu :

- obat misalnya vitamin C

- polisakarida lain yang dap[at mereduksi reagen benedict seperti : fruktosa,

galaktosa, pentose

- pemanasan terlalu lama

negative palsu :

- urin asam atau kreatinin yang tinggi dalam urin

- Pemanasan inadekuat

Kebaikan metode benedict :

- macam reagen

- lebih sensitive disbanding fehling

- semi kuantitatif

- bahan pemeriksaan sedikit

Glukosa diperlukan untuk menghasilkan adenosina trifosfat (ATP). ATP adalah

sebatian primer bagi tenaga simpanan di dalam sel. Oleh itu setiap sel mesti

menghasilkan bekalan ATP-nya sendiri. Apabila ATP dihidrolisiskan kepada ADP,

tenaga dibebaskan. Sebahagian tenaga ini digunakan untuk kontraksi otot, konduksi saraf,

menetapkan suhu tubuh, pengangkutan aktif dan proses-proses sintesis.

Glukosa + ATP Glukosa-6-fosfat ADP

Heksokinase

Glukosa-6-fosfat merupakan bahan perantaraan umum bagi berbagai jalur dalam

metabolisme glukosa. Ada dua jalur yang utama bagi pemecahan glukosa-6-fosfat:

(a) Jalur glikolisis atau jalur Embden-Meyerhof

(b) Jalur pentosa fosfat atau Jalur Shunt.

Page 20: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

Glukosa-6-fosfat juga boleh diubah menjadi glikogen dan proses ini memerlukan system

enzim yang rumit.

Jalur glikolisis terdiri dari satu lintasan yang mengubah satu molekul glukosa

(enam karbon) kepada dua molekul asam piruvik (tiga karbon). Proses ini tidak

memerlukan oksigen (anaerob) dan berlaku didalam sitoplasmasel. Koenzim

nikotinamida adenina dinukleotida (NAD~)merupakan molekul pembawa yang

menerima hidrogen yang dibebaskan semasa glikolisis. Jalur glikolisis hanya

menghasilkan dua ATP bagi setiap satu molekul glukosa.

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang

disebabkan kurangnya hormon insulin. Hormon insulin dihasilkan oleh sekelompok sel

beta di kelenjar pankreas dan sangat berperan dalam metabolisme glukosa dalam sel

tubuh. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak bisa diserap semua dan tidak

mengalami metabolisme dalam sel. Akibatnya, seseorang akan kekurangan energi,

sehingga mudah lelah dan berat badan terus turun. Kadar glukosa yang berlebih tersebut

dikeluarkan melalui ginjal dan dikeluarkan bersama urine. Gula memiliki sifat menarik

air sehingga menyebabkan seseorang banyak mengeluarkan urine dan selalu merasa haus.

Diabetes mellitus diartikan pula sebagai penyakit metabolisme yang termasuk

dalam kelompok gula darah yang melebihi batas normal arau hiperglikemia (lebih dari

120 mg/dl atau 120 mg%). Karena itu DM sering disebut juga dengan penyakit gula.

Sekarang, penyakit gula tidak hanya dianggap sebagai gangguan metabolisme

karbohidrat, tetapi juga menyangkut metabolisme protein dan lemak. Akibatnya DM

sering menimbulkan komplikasi yang bersifat menahun (kronis), terutama pada struktur

dan fungsi pembuluh darah. Jika hal ini dibiarkan begitu saja, akan timbul komplikasi

lain yang cukup fatal, seperti penyakit jantung, ginjal, kebutaan, aterosklerosis, bahkan

sebagian tubuh bisa diamputasi.

Page 21: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

Diabetes mellitus sering disebut dengan the great imitator, yaitu penyakit yang

dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan. Penyakit ini

timbul secara perlahan-lahan, sehingga seseorang tidak menyadari adanya berbagai

perubahan dalam dirinya. Perubahan seperti minum menjadi lebih banyak, buang air kecil

menjadi lebih sering, dan berat badan yang terus menurun, berlangsung cukup lama dan

biasanya cenderung tidak diperhatikan, hingga seseorang pergi ke dokter dan memeriksa

kadar glukosa darahnya.

Penyebab Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus disebabkan berkurangnya produksi dan ketersediaan insulin

dalam tubuh atau terjadinya gangguan fungsi insulin yang sebenarnya berjumlah cukup.

Kekurangan insulin disebabkan adanya kerusakan sebagian kecil atau sebagian besar sel-

sel beta pulau langerhans dalam kelenjar pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin.

Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Anggota

keluarga penderita DM (diabetisi) memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit

ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Para ahli kesehatan

juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin.

Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan

sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.

Virus dan Bakteri

Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4.

Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan

destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi

otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes

Page 22: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan

menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.

Bahan Toksik atau Beracun

Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah

alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur).

Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong.

Nutrisi

Nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor resiko pertama yang

diketahui menyebabkan DM. Semakin berat badan berlebih atau obesitas akibat

nutrisi yang berlebihan, semakin besar kemungkinan seseorang terjangkit DM.

Gejala Umum Diabetes Mellitus

Gejala DM bisa muncul secara mendadak, bisa juga ketika seseorang melakukan

pemeriksaan untuk penyakit selain DM. Gejala yang sangat umum adalah:

sering kencing pada malam hari (poliuria)

selalu merasa haus (polidipsia)

selalu merasa lapar (polifagia)

Gejala umum lain yang menyebabkan seseorang ingin segera pergi ke dokter

adalah kelainan kulit seperti gatal dan bisul, kelainan ginekologi seperti keputihan, serta

kesemutan yang disertai mati rasa. Kadang-kadang tubuh menjadi lemah dan terasa lelah.

Biasanya akan muncul luka atau bisul yang tak kunjung sembuh atau terjadi infeksi di

saluran kemih. Bisa juga terjadi impotensi, katarak, atau seorang perempuan melahirkan

bayi dengan berat badan lebih dari 4 kilogram.

Diagnosis Diabetes Mellitus

Biasanya, dokter akan melakukan diagnosis dugaan terlebih dahulu, yaitu

berdasarkan keluhan atau gejala khas yang dialami seseorang.setelah melakukan

Page 23: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

pemeriksaan lanjutan untuk memastikan seseorang tersebut menderita DM atau tidak.

Diagnosis ini disebut dengan diagnosis pasti. Setelah itu, dokter akan memutuskan bahwa

seseorang telah menderita DM jika memenuhi kriteria sebagi berikut:

1. Seseorang menderita gejala khas beserta keluhan seperti disebutkan di atas

ditambah dengan kadar glukosa darah sewaktu lebih besar atau sama dengan 200

mg/dl.

2. Seseorang memiliki kadar glukosa darah puasa lebih besar atau sama dengan 126

mg/dl sebanyak 2 kali pemeriksaan pada saat yang berbeda.

Jika pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu masih meragukan, perlu dilakukan

tes toleransi glukosa oral dengan tujuan untuk memastikan diagnosis.

Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:

·  Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas

·  Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita

diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya

·  Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal

·  Kelaiana pada penyimpanan karbohidra atau pembentukan glukosa di hati.

Secara umum, hipogklikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan

dengan obat dan yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus

hipoglikemia terjadi pada penderita diabetes dan berhubungan dengan obat.

Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat lebih jauh dapat dibagi lagi menjadi:

- Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasa

- Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap makan,

biasanya karbohidrat.

Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh insulin atau obat lain (sulfonilurea)

yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya. Jika

dosisnya lebih tinggi dari makanan yang dimakan maka obat ini bisa terlalu banyak

menurunkan kadar gula darah. Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap

Page 24: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

hipoglikemia berat. Hal ini terjadi karena sel-sel pulau pankreasnya tidak membentuk

glukagon secara normal dan kelanjar adrenalnya tidak menghasilkan epinefrin secara

normal. Padahal kedua hal tersebut merupakan mekanisme utama tubuh untuk mengatasi

kadar gula darah yang rendah.

Pentamidin yang digunakan untuk mengobati pneumonia akibat AIDS juga bisa

menyebabkan hipoglikemia. Hipoglikemia kadang terjadi pada penderita kelainan psikis

yang secara diam-diam menggunakan insulin atau obat hipoglikemik untuk dirinya.

Pemakaian alkohol dalam jumlah banyak tanpa makan dalam waktu yang lama bisa

menyebabkan hipoglikemia yang cukup berat sehingga menyebabkan stupor.

Olah raga berat dalam waktu yang lama pada orang yang sehat jarang

menyebabkan hipoglikemia. Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia hanya jika

terdapat penyakit lain (terutama penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau

mengkonsumsi sejumlah besar alkohol. Cadangan karbohidrat di hati bisa menurun

secara perlahan sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan kadar gula darah yang

adekuat. Pada orang-orang yang memiliki kelainan hati, beberapa jam berpuasa bisa

menyebabkan hipoglikemia. Bayi dan anak-anak yang memiliki kelainan sistem enzim

hati yang memetabolisir gula bisa mengalami hipoglikemia diantara jam-jam makannya.

Seseorang yang telah menjalani pembedahan lambung bisa mengalami

hipoglikemia diantara jam-jam makannya (hipoglikemia alimenter, salah satu jenis

hipoglikemia reaktif). Hipoglikemia terjadi karena gula sangat cepat diserap sehingga

merangsang pembentukan insulin yang berlebihan. Kadar insulin yang tinggi

menyebabkan penurunan kadar gula darah yang cepat. Hipoglikemia alimentari kadang

terjadi pada seseorang yang tidak menjalani pembedahan. Keadaan ini disebut

hipoglikemia alimentari idiopatik.

Jenis hipoglikemia reaktif lainnya terjadi pada bayi dan anak-anak karena

memakan makanan yang mengandung gula fruktosa dan galaktosa atau asam amino

leusin. Fruktosa dan galaktosa menghalangi pelepasan glukosa dari hati; leusin

merangsang pembentukan insulin yang berlebihan oleh pankreas. Akibatnya terjadi kadar

Page 25: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

gula darah yang rendah beberapa saat setelah memakan makanan yang mengandung zat-

zat tersebut.

Hipoglikemia reaktif pada dewasa bisa terjadi setelah mengkonsumsi alkohol

yang dicampur dengan gula (misalnya gin dan tonik). Pembentukan insulin yang

berlebihan juga bisa menyebakan hipoglikemia. Hal ini bisa terjadi pada tumor sel

penghasil insulin di pankreas (insulinoma). Kadang tumor diluar pankreas yang

menghasilkan hormon yang menyerupai insulin bisa menyebabkan hipoglikemia.

Penyebab lainnya adalah penyakti autoimun, dimana tubuh membentuk antibodi yang

menyerang insulin. Kadar insulin dalam darah naik-turun secara abnormal karena

pankreas menghasilkan sejumlah insulin untuk melawan antibodi tersebut.

PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN (Metode Sahli)

Prinsip pemeriksaan :

Mengukur kdar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi

asam hematin setelah penambahan HCl 0,1 N (tidak semua Hb terukur).

Alat :

1. Spuit.

2. Hemometer sahli.

Hemometer sahli terdiri dari :

a. Tabung pengencer panjang 12 cm, dinding bergaris mulai angka 2 (bawah)

sampai dengan 22 (atas).

b. Tabung standart Hb.

c. Pipet Hb dengan pipet karet panjang 12,5 terdapat angka 20 µl.

d. Pipet HCl.

e. Botol tempat aquadest dan HCl 0,1 N.

f. Batang pengaduk (dari kaca)

Bahan :

1. Darah vena.

2. Darah kapiler.

Cara Kerja:

Page 26: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

1. Isi tabung pengencer dengan HCl 0,1 N sebanyak 5 tetes.

2. Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 µl, jangan sampai ada gelembung

udara yang ikut terhisap.

3. Hapus darah yang ada pada ujung pipet.

4. Tuang darah kedalam tabung pengencer, bilas dengan HCl bila masih ada darah

dalam pipet.

5. Catat waktunya.

6. Tambahkan aquadest tetes demi tetes, aduk dengan batang kaca pengaduk.

7. Bandingkan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart.

8. Persamaan campuran dengan batang standart harus dicapai dalam waktu 3-5

menit setelah darah tercampur dengan HCl.

9. Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan, baca kadar Hb pada

skala yang ada di tabung pengencer / gr / 100 ml darah.

Nilai rujukan menurut Dacie :

Dewasa laki-laki : 12,5 – 18,0 gr %.

Dewasa wanita : 11,5 – 16,5 gr %.

Bayi < 3 bulan : 13,5 – 19,5 gr %.

Bayi > 3 bulan : 9,5 – 13,5 gr %.

Umur 1 tahun : 10,5 – 13,5 gr %.

Umur 3 – 6 tahun : 12,0 – 14,0 gr %.

Umur 10 – 12 tahun : 11,5 – 14,5 gr %.

Hasil dan Pembahasan

Nama Probandus : Dwi eva Yulita

Umur : 21 tahun

Hasil : 7 gr %

Pemeriksaan yang dilakukan pada hemoglobin probandus terdiri dari pengambilan

darah kapiler. Selanjutnya, tabung pengencer hemometer sahli diisi dengan HCL 0,1 N

sebanyak lima tetes, kemudian hisap darah sebanyak 20 µl. Kemudian darah dituangkan

pada tabung pengencer dan didiamkan selama 1 menit. Pada tabung pengencer diteteskan

aquades tetes demi tetes, aduk dengan batang pegaduk sampai warnanya berubah menjadi

coklat. Selanjutnya bandingkan dengan warna larutan standart. Kemudian baca skalanya.

Page 27: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

Hasil pemeriksaan Hb probandus adalah 7gr %. Hasil yang diperoleh menunjukkan

abnormal ,. Hal-hal yang dapat membuat hasil pemeriksaan menjadi tidak normal, dapat

terjadi karena beberapa faktor, diantaranya yaitu:

1. Tidak sempurnanya pemindahan sample darah maupun reagen.

2. Volume pipet tidak tepat.

3. Warna tabung standar sudah pucat.

4. Ketajaman mata pemeriksa berbeda – beda.

5. Intensitas sinar kurang.

6. Terdapat gelembung udara saat pengambilan darah.

7. Darah pada ujung pipet tidak dihapus.

8. Bila menggunakan darah kapiler kemungkinan akan memberikan hasil yang lebih

rendah bila dipijit – pijit pada waktu pengeluaran darah setelah penusukan.

9. Alat kurang steril

10. Kondisi fisiologis probandus.

Hemoglobin adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi

dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri

dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom

besi.(wikipedia)

Hemoglobin berfungsi sebagai pengangkut oksigen dimana hemoglobin sendiri

berada atau diangkut oleh eritrosit, sehingga banyaknya oksigen tergantung dari kadar

hemoglobin dan fungsinya. Selain membawa oksigen, di dalam sel darah merah

hemoglobin juga mengangkut bermacam – macam protein. Hemoglobin merupakan

molekul yang berbentuk bulat dan terdiri dari 4 sub unit, yang mana masing – masing sub

unit mengandung sebagian heme yang akan berkonjugasi dengan polipeptida. Sedangkan

heme merupakan derivat dari porfirin yang mengandung besi. Heme yang terdapat pada

sel darah merah mengandung Fe2+ dan porfirin.heme inilah ang akan dapat memberikan

warna merah pada darah.1

Hemoglobin tersusun dari hem dan globin, dimana hem mengandung porfirin an

Fe2+ dan pada globin erdiri dari albumin. Selain oksigen hemoglobin juga dapat beriktan

dengan ion H+,CO2 dan DPG.

Page 28: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

Ikatan hemoglobin dengan O2 akan membentuk oksihemoglobin, oksigen terikat

pada Fe2+di dalam heme. Daya afinitas hemoglobin pada O2 dipengaruhi oleh pH,

temperature dan konsentrasi 2,3 difosfogliserat yang berada dalam sel darah merah. H+

dan 2,3 – DPG akan bersaing dengan oksige untuk dapat berikatan dengan hemoglobin

tanpa oksigen sehingga dapat menurunkan daya afinitas hemoglobin pada oksigen dengan

memindahkan posisi 4 rantai peptide. Pengaruh dari DPG yaitu mempertahankan

disosiasi antara oksigen dengan hemoglobin . total DPG dapat meningkat pada suatu

keadaan hipoksia, pada keadaan ini dapat menyebabkan moksigen dilepaskan kejaringan.

Karbonmonoksida berikatan dengan hemoglobin akan membentuk karbon

monoksidahemoglobin (karboksihemoglobin). Daya afinitas hemoglobin pada oksigen

sangat rendah jika dibandingkan dengan daya afinitasnya terhadap karbonmonoksida

sehingga dapat menurunkan fungsi darag sebagai pengangkut oksigen. Heme merupakan

struktur dari mioglobin yaitu merupakan suatu warna pengikat oksigen yang terdapat

pada otot – otot merah dan enzim rantai pernafasan sitokrom. Porfirin tidak sama dengan

yang ditemukan didalam heme yang memainkan suatu perannya dalam patogenesis

sejumlah penyakit metabolik.

Terdapat dua keadaan pengoksidaan atom Fe iaitu +2 dan +3 (ion Fe2+ dan Fe3+

masing-masing). Hemoglobin dalam keadan normal membawa ion Fe2+, tetapi

adakalanya ion ini dioksidakan kepada Fe3+. Hemoglobin yang membawa ion Fe3+

dipanggil methemoglobin. methemoglobin tidak mampu mengikat oksigen, jadi ion Fe3+

ini perlu diturunkan kepada Fe2+. Proses ini memerlukan NADH, iaitu sebuah koenzim

pembawa hidrogen, dan dimangkin oleh enzim NADH cytochrome b5 reductase

Terdapat beberapa jenis hemoglobin. Dalam darah manusia dewasa, hemoglobin

yang paling banyak ialah hemoglobin A (HbA), yang terdiri daripada dua subunit α dan

dua subunit β. Konfigurasi ini dinamai α2β2. Setiap subunit terdiri daripada 141 dan 146

molekul asid amino masing-masing.

Fungsi atau peran serta hemoglobin dalam sel darah merah :

1. Sebagai transpor oksigen menuju jaringan dan sebagai dapar oksigen jaringan,

dalam hal ini bertanggung jawab dalam stabilisasi tekanan oksigen dalam jaringan.

Efek daapar hemoglobin adalah dapat mempertahankan tekanan oksigen pada saat

konsentrasi oksigen atmosfer berubah.

Page 29: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

2. Sebagai tranpor karbondioksida di dalan darah dai jaringan. Transpor

karbondioksida lebih besar dilakukannya disbanding transpor oksigen. Orang normal

memiliki rata – rata 4 milimeter karbondioksida untuk ditranspor dari jaringan

menuju paru dalam setiap desiliter darah.

3. Hemoglobin berfungsi untuk menjaga asam dan basa dalam darah. Darah akan

menjadi asam jika karbondioksida dalam bentuk ion karbonat lebih banyak ditranspor

oleh hemoglobin.

4. Hemoglobin berperan dalam memberikan warna merah pada sel darah merah

melalui heme.

Hemoglobin dilepaskan dengan cara eritrosit dihancurkan terlebih dahulu dan

kemudian setiap bentuk molekul hemoglobin (oksihemoglobin, deoksihemoglobin,

methemoglobin dan karboksihemoglobin) dirubah menjadi bentuk yang stabil.

Pengubahan hemoglobin menjadi sianmethemoglobin merupakan cara yang paling

banyak digunakan dalam pengukuran kadar, sebab dalam hal ini reagens dan alat yang

digunakan untuk mengukurnya dapat dikontrol terhadap suatu larutan standar yang stabil.

Teknik pengencaransampel secara akurat dan pembuatan reagens serta kalibrasi

instrument secara teliti merupakan salah sebagian keterbatasan dalam pengukuran kadar

hemoglobin.

Aras hemoglobin yang rendah merupakan satu keadaan yang dikenali sebagai

anemik. Terdapat beberapa sebab berlakunya anemia. Sebab utama biasanya kehilangan

darah (kecederaan teruk, pembedahan, pendarahan kanser kolon), kekurangan vitamin

(besi, vitamin B12, folate), masalah sum-sum tulang (penggantian sum-sum tulang oleh

barah, pemendaman oleh rawatan dadah chemotherapy, kegagalan ginjal, dan

hemoglobin tidak normal (anemia sel sabit).

Aras hemoglobin yang tinggi pula terdapat dikalangan mereka yang tinggal di

kawasan tanah tinggi dan perokok. Pendehidratan menghasilkan kadar hemoglobin tinggi

palsu yang hilang apabila kandungan air bertambah. Sebab lain adalah penyakit paru-

paru, sesetengah ketumbuhan, masalah sum-sum yang dikenali sebagai polycythemia

rubra vera, dan penyalahgunaan hormon erythropoietin (Epogen) oleh ahli sukan bagi

tujuan meningkatkan prestasi dalam acara sukan masing-masing.

Page 30: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

PENGAMBILAN DARAH KAPILER

Alat : lanset steril & kapas

bahan : alcohol 70%

Cara kerja :

1. masase jari tangan [telunjuk, jari tengah, atau jari manis]. Desinfeksi dengan

alcohol 70%, biarkan kering, jangan ditiup

2. lokasi penusukan ujung jari sebelah kiri/ kanan. Lakukan penusukan dengan

lanset secara sekonyong-konyong, sedalam kurang lebih 2-3 mm sampai darah

mengalir bebas

3. buang tiga tetesan pertama

4. mengambil sampel langsung dari jari

5. gunakan kapas untuk menghentikan darah sesudah pengambilan sampel selesai

Catatan :

- bila melakukan penusukan kemungkinan akan mendapatkan kesulitan, bungkus

dulu ujung jari dengan kain yang dicelupkan ke air hangat

- harus bekerja secara cepat agar darah tidak membeku

- bila penusukan lambat akan menyebabkan darah membeku sebagian dan akan

menyebabkan hasil rendah palsu

- bila tusukan kurang dalam dan kemudian diperas-peras akan menyebabkan hasil

rendah palsu

- tempat tusukan sianotik juga akan mempengaruhi hasil pemeriksaan

Pada pemeriksaan, praktikan melakukan pemeriksaan dengan cara pengambilan

sample darah kapiler, yang fungsinya selain untuk pemeriksaan kadar hemoglobin darah,

juga dapat untuk pemeriksaan gula darah dan hitung sel. Pemeriksaan dengan

pengambilan darah kapiler [Finger pricks], memerlukan alat yang disebut lanset serta

kapas, dan bahan yang diperlukan adalah alcohol 70% untuk antiseptic. Hal yang pertama

dilakukan adalah dengan masase jari yang akan diambil sample kapilernya [telunjuk, jari

tengah, atau jari manis] hingga kemerahan, selanjutnya dioles kapas yang sudah diberi

alcohol kemudian membiarkannya hingga alcohol kering, praktikan dilarang untuk

meniup, hal ini ditujukan untuk memastikan kuman sudah mati. Setelah menentukan

Page 31: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

tempat penusukan lanset, kemudian lanset ditusukkan kira-kira sedalam 3 mm [dengan

skala 5], dan membiarkan darah mulai keluar. Sebaiknya, tiga tetesan pertama darah

tersebut dibuang, dan yang dipakai sebagai sample adalah tetesan yang keempat. Setelah

sample darah diambil, jari kemudian ditutup kembali dengan kapas dan alcohol untuk

menghindari infeksi dan menghentikan perdarahan. Yang perlu diperhatikan adalah

metode pengambilan darah kapiler ini harus dilakukan cepat untuk menghindari

terjadinya pembekuan darah.

MEMBUAT PREPARAT DARAH APUS

Alat :

- obyek glass yang bersih

- spreader/ penggeser

- pipet darah dan pengaduk

- bak pengecatan

- bak pengeringan

- timer

- gelas ukur

Reagensia :

- giemsa

- larutan penyangga pH 6, atau dengan aquadest pH 6,4

- methanol [90%] untuk fiksasi

Cara kerja :

1. ambil obyek glass yang bersih, letakkan 1 tetes darah [tidak melebihi 2 mm] disisi

kanan

2. sentuh tetesan darah dengan spreader darah akan melebar sepanjang spreader

3. dorong spreader ke arah kiri dengan sudut 5 derajat, keringkan

4. amati preparat baik bila :

- tipis

- rata

- tidak terputus-putus

- ekor tidak robek

Page 32: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

- bentuk seperti peluru

biarkan sediaan kering di udara, beri identitas di kepala dengan menggunakan lidi,

pensil, label

5. fiksasi dengan methanol 90% selama 10 menit

6. buat larutan giemsa kerja dari Giemsa stock dan Buffer Sorensen dengan

perbandingan 1 : 9 untuk Buffernya, buat setiap hari

7. preparat yang telah dicat digenangi larutan Giemsa selama 20 menit

8. bilaslah dengan air yang mengalir

9. keringkan di udara

10. setelah kering dapat diolesi lacquer

Pada pemeriksaan hitung sel, praktikan harus membuat apusan darah terlebih

dahulu. Alat yang diperlukan dalam pemeriksaan ini salah satunya adalah obyek

glass. Obyek glass harus sudah dalam keadaan steril [dibersihkan dengan alcohol].

Selanjutnya, jari yang sudah ditusuk dengan lanset didekatkan ke obyek glass, dan

darah [tiak melebihi 2 mm] diteteskan ke permukaan obyek glass di bagian samping

kanan. Sentuh tetesan darah tersebut dengan spreader [dapat dengan obyek glass yang

lain], caranya adalah disentuh sampai melebar, kemudian didorong ke tengah obyek

glass dengan kemiringan spreader sekitar 45 derajat, dan diakhiri dengan membentuk

ekor. Pada pemeriksaan hitung sel, praktikan dituntut untuk mengamati hasil preparat

yang berupa ketebalan hasil preparat, rata atau tidaknya, terputus atau tidaknya,

bentuk ekor, serta bentuk preparat secara keseluruhan [seharusnya seperti peluru].

Setelah sediaan kering di udara, sediaan diberi identitas pada bagian

kepalanya dengan menggunakan lidi, pensil atau label. Selanjutnya sediaan difiksasi

dengan cara menuangkan larutan methanol 90% selama 10 menit. Sembari menunggu

selama 10 menit, praktikan membuat larutan Giemsa kerja, yang dibuat dari Giemsa

stock dan buffer Sorensen dengan perbandingan 1 : 9 untuk buffernya. Setelah 10

menit, sediaan digenangi larutan Giemsa selama 20 menit. Selanjutnya, sediaan

dibilas dengan air, dikeringkan di udara, dan diolesi lacquer. Perlakuan terakhir

terhadap sediaan ini adalah dengan membaca preparat hapus darah tepi di bawah

mikroskop, yang telah diset dengan pembesaran 100x.

Page 33: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

Preparat darah tepi dibagi menjadi beberapa zona, dan zona yang paling tepat untuk

dilakukan pengamatan adalah zona III [thick zone]. Dalam pengamatan ini, praktikan

dapat mengamati dan menghitung sel darah putih dan sel darah merah, serta komponen-

komponen lainnya.

APLIKASI KINIS

A. KWASHIORKOR

Kwashiorkor lebih banyak terdapat pada

usia dua hingga tiga tahun yang sering

terjadi pada anak terlambat menyapih

sehingga komposisi gizi makanan tidak

seimbang terutama dalam hal protein.

Kwashiorkor dapat terjadi pada konsumsi

energi yang cukup atau lebih. Gejalanya

adalah pertumbuhan terhambat, otot – otot

berkurang dan melemah, edema, muka bulat

seperti bulan (moonface) dan gangguan

psikomotor. Edema terutama pada perut,

kaki dan tangan marupakan ciri khas

kwashiorkor dan kehadirannya erat berkaitan dengan albumin dalam serum. Anak

apatis, tidak ada nafsu makan, tidak gembira dan suka merengek. Kulit mengalami

depigmentasi, kering, bersisik, pecah – pecah dan dermatosis. Luka sukar sembuh,

rambut mengalami depigmentasi, menjadi kurus, kusam, halus, dan mudah rontok

(rambut jagung). Hati membesar dan berlemak ; sering disertai anemia dan

xefortalmia. Kwashiorkor pada orang dewasa jarang ditemukan.

B. MARASMUS

Marasmus pada umumnya terjadi karena terlambat diberi

makanan tambahan sering pada bayi, dua belas tahun

pertama, Penyakit ini dapat terjadi karena penyapihan

mendadak, formula pengganti ASI terlalu encer dan tidak

Page 34: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

higienis atau sering terkena infeksi terutama gastroenteritis. Penderita kekurangan

semua jenis nutrient baik karbohidrat, protein maupun lemak. Marasmus

berpengaruh jangka panjang terhadap mental dan fisik yang sukar diperbaiki.

Gejalanya adalah pertumbuhan terhambat, lemak di bawah kulit berkurang serta

otot – otot berkurang dan melemah. Berat badan lebih banyak terpengaruh daripada

ukuran kerangka, seperti panjang, lingkar kepala dan lingkar dada. Berkurangnya

otot dan lemak dapat diketahui dari pengukuran lingkar lengan, lipatan kulit daerah

bisep, trisep, skapula dan umbilikal. Anak apatis dan terlihat sudah tua. Marasmus

sering disertai defisiensi vitamin terutama vitamin D dan vitamin A. Tidak ada

edema kadang – kadang terjadi perubahan pada kulit, rambut dan pembesaran hati.

Anak sering kelihatan waspada dan lapar. Sering terjadi gastroenteritis yang diikuti

oleh dehidrasi, infeksi saluran pernafasan, tuberkulosis, cacingan berat dan penyakit

kronis lain.

C. DIABETES MELLITUS

Diabetes mellitus merupakan salah satu jenis penyakit metabolic yang secara

genetic dan klinis termsuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi

karbohidrat. Manifestasi klinis diabetes mellitus dikaitkan dengan konsekuensi

metabolic defisiensi insulin. Pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak mampu

mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa

sesudah makan karbohidrat. Sehingga jika dilakukan pemeriksaan, kadar gula darah

pasien akan lebih tinggi dari nilai normalnya.

Jika hiperglikemianya parah dan melebihi ambang ginjal, maka timbul

glukosuria. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotic yang

meningkatkan pengeluaran kemih [poliuria] dan timbul rasa haus [polidipsia].

Karena glukosa hilang bersama kemih, maka pasien akan mengalami keseimbangan

kalori negative dan berat badan berkurang meskipun nafsu makan tinggi. Rasa lapar

yang semakin tinggi [polifagia] timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien

akan mudah mengeluh lemah Diabetes mellitus merupakan salah satu jenis penyakit

metabolic yang secara genetic dan klinis termsuk heterogen dengan manifestasi

berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Manifestasi klinis diabetes mellitus

dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin. Pasien yang mengalami

Page 35: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

defisiensi insulin tidak mampu mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang

normal, atau toleransi glukosa sesudah makan karbohidrat. Sehingga jika dilakukan

pemeriksaan, kadar gula darah pasien akan lebih tinggi dari nilai normalnya.

Jika hiperglikemianya parah dan melebihi ambang ginjal, maka timbul

glukosuria. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotic yang

meningkatkan pengeluaran kemih [poliuria] dan timbul rasa haus [polidipsia].

Karena glukosa hilang bersama kemih, maka pasien akan mengalami keseimbangan

kalori dan mengantuk. Pasien biasanya memperlihatkan kehilangan sensitivitas di

perifer terhadap insulin. Kadar insulin sendiri mungkin berkurang, normal, atau

malahan tinggi, tetapi tidak memadai untuk mempertahankan glukosa darah normal.

Penderita juga resisten terhadap insulin eksogen. Karena banyak diantara pasien-

pasien ini mnengalami obesitas, diduga bahwa asupan karbohidrat yang tinggi,

banyaknya sel adipose, dan gangguan metabolisme glukosa intrasel merupakan

penyebab berkurangnya kepekaan terhadap insulin.

D. ANEMIA

Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hb pada eritrosit sangat

rendah dibandingkan dengan nilai normal. Gejala umum yang ditimbulkan pada

anemia adalh cepat lelah,takikardi (denyut jantung cepat), palpitasi dan takipnea pada

latihan fisik. Adapun beberapa macam anemia diantaranya adalah :

a. Anemia mikrositik hipokrom

Anemia ini dibagi menjadi dua jenis yaitu anemia defisiensi besi dan anemia

penyakit kronik. Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oelh asupan yang

kurang, penyerapan Fe yang terhambat, infeksi kronis (kompetisi bakteri

patogen), masa pertumbuhan dan kehamilan. Sedangkan anemia penyakit kronik

dapat disebabkan oleh kurangnya makanan dalam jangka panjang, sehingga dapat

mengganggu pembentukan sel darah merah terutama biosentesis hemoglobin.

b. Anemia makrositik

Anemia jenis makrositikini dibagi menjadi dua, yaitu anemia defisiensi folat dan

B12. Defisiensi folat dikarenakan metilasi DNA pada waktu proses mitosis

menjadi terlambat. Keadaan ini disebabkan karena asupan yang kurang,

kehamilan dan masa pertumbuhan. Defisiensi vitaminB12 diakibatkan karena

Page 36: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

infestasi cacing pita dan sebab intrinsik karena bawaan dan pada diet rendah

makanan hewani yang telah lama.

c. Anemia karena pendarahan

Jenis anemia ini dikarenakan perdarahan besar dan kecil termasuk infestasi

cacing.

E. ANEMIA APLASTIK

Anemia aplastik merupakan suatu gangguan pada sel-sel induk di sumsum

tulang yang pada keadaan ini jumlah sel-sel darah yang dihasilkan tidak memadai.

Penderita mengalami pansitopenia, yaitu kekurangan sel darah merah, sel darah putih,

dan trombosit. Secara morfologis SDM terlihat normositik dan normokromik, jumlah

retikulosit rendah atau tidak ada, dan biopsy sumsum tulang menunjukkan keadaan

yang disebut ‘pungsi kering’ dengan hipoplasia nyata dan pengganian dengan

jaringan lemak. Anemia aplastik dapat disebabkan oleh penyakit-penyakit sekunder

dan hal-hal lain meliputi SLE ; agen antineoplastik atau sitotoksik ; terapi radiasi ;

antibiotic tertentu ; berbagai obat seperti antikonvulsan, obat tiroid, senyawa emas,

dan fenilbutazon ; zat-zat kimia seperti benzene, pelarut organic, dan insektisida ;

penyakit virus seperti mononucleosis infeksiosa dan HIV ; dan sebagainya.

F. PEMERIKSAAN GULA DARAH SEWAKTU

memiliki cara kerja yang sama yaitu dengan finger pricks. Setelah dilakukan

penusukan dengan lanset, tetesan darah yang pertama dibuang, kemudian tetesan

darah yang kedua langsung ditetesakan atau ditampung di alat pembaca gula darah

digital, dan ditunggu higgga alat tersebut menunjukkan angka. Selanjutnya, setelah

diperoleh angka, praktikan mencatat hasilnya untuk dilaporkan.

Aplikasi Klinis

DIABETES MELLITUS

Diabetes mellitus merupakan salah satu jenis penyakit metabolic yang secara

genetic dan klinis termsuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi

karbohidrat. Manifestasi klinis diabetes mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolic

defisiensi insulin. Pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak mampu

mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa

Page 37: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

sesudah makan karbohidrat. Sehingga jika dilakukan pemeriksaan, kadar gula darah

pasien akan lebih tinggi dari nilai normalnya.

Jika hiperglikemianya parah dan melebihi ambang ginjal, maka timbul glukosuria.

Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran

kemih [poliuria] dan timbul rasa haus [polidipsia]. Karena glukosa hilang bersama kemih,

maka pasien akan mengalami keseimbangan kalori negative dan berat badan berkurang

meskipun nafsu makan tinggi. Rasa lapar yang semakin tinggi [polifagia] timbul sebagai

akibat kehilangan kalori. Pasien akan mudah mengeluh lemah dan mengantuk. Pasien

biasanya memperlihatkan kehilangan sensitivitas di perifer terhadap insulin. Kadar

insulin sendiri mungkin berkurang, normal, atau malahan tinggi, tetapi tidak memadai

untuk mempertahankan glukosa darah normal. Penderita juga resisten terhadap insulin

eksogen. Karena banyak diantara pasien-pasien ini mnengalami obesitas, diduga bahwa

asupan karbohidrat yang tinggi, banyaknya sel adipose, dan gangguan metabolisme

glukosa intrasel merupakan penyebab berkurangnya kepekaan terhadap insulin.

Page 38: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)

DAFTAR PUSTAKA

1. Almatsier, Sunita.Protein. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama,2003.78,100-2.

2. Mitcheel, Campbell Reece.Protein- Perkakas Molekuler Sel. Biologi.Jakarta:

Erlangga,2002.73-4

3. Robert K. Murray, Daryl K Granner, dkk. Protein: Struktur dan Fungsi.. Metabolisme

Karbohidrat. Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta : EGC. 2003.45

4. Almatsier, Sunita. Protein. Dalam: Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2006; 51-3.

5. Sylvia A. Price. 2006. Patofisiologi volume 1. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Jakarta : EGC.

6. A.V.Hoffbrand, dkk. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta : EGC

7. Downloaded from www.nejm.org on [ December 1, 2008 ] . Laboratory Reference

Values. Values Copyright © 2004 Massachusetts Medical Society. All rights

reserved.

8. Downloaded from www.nejm.org on [ December 1, 2008 ] . Microscopic Hematuria.

Copyright © 2003 Massachusetts Medical Society. All rights reserved.

9. Downloaded from www.nejm.org on [ December 1, 2008 ] . Intensive Blood Glucose

Control and Vascular. Outcomes in Patients with Type 2 DiabetesCopyright © 2008

Massachusetts Medical Society. All rights reserved.

Page 39: Lap Pk ECCEI Ria Chubby (2)