lap pk nita.doc

23
LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK DISUSUN OLEH: Anita Sari 41090006 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

Upload: anita-sari

Post on 15-Nov-2015

288 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM

PATOLOGI KLINIK

DISUSUN OLEH:

Anita Sari41090006PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

2011

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemeriksaan laboratorium klinik merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting dalam membantu diagnosis suatu penyakit. Pelayanan pemeriksaan laboratorium klinik biasanya dilakukan sesuai dengan permintaan dokter sehubungan dengan gejala klinis dari penderita. Untuk dapat membantu diagnosis suatu penyakit diperlukan mutu hasil pemeriksaan laboratorium klinik yang berkualitas.

Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang, ditandai dengan kadar glukosa yang melebihi nilai normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Penyakit ini bersifat me- nahun alias kronis, dan penderitanya dari semua lapisan umur serta tidak membedakan orang kaya ataupun miskin. Dalam keadaan tak terkendali penyakit ini ditandai oleh trias 3 P yaitu: poliuri, polidipsi dan polifagi. Secara klinis diabetes mellitus dibedakan menjadi Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau diabetes mellitus tergantung insulin (DMTI) dan Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI)B. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan glukosa darah

2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan glukosa urin (metode benedict)

3. Mahasiswa mampu melakukan pemriksaan benda-benda keton (percobaan lange dan rothera)

BAB II

DASAR TEORI

PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH

Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon, dan somatostatin.

Insulin dihasilkan oleh sel-sel , mendominasi gambaran metabolik. Hormon ini mengatur pemakaian glukosa melalui banyak cara : meningkatkan pemasukan glukosa dan kalium ke dalam sebagian besar sel; merangsang sintesis glikogen di hati dan otot; mendorong perubahan glukosa menjadi asam-asam lemak dan trigliserida; dan meningkatkan sintesis protein, sebagian dari residu metabolisme glukosa. Secara keseluruhan, efek hormone ini adalah untuk mendorong penyimpanan energi dan meningkatkan pemakaian glukosa.

Glukagon dihasilkan oleh sel-sel , meningkatkan sintesis protein dan menstimulasi glikogenolisis (pengubahan glikogen cadangan menjadi glukosa) dalam hati; ia membalikkan efek-efek insulin. Somatostatin dihasilkan oleh sel-sel delta, menghambat sekresi glukagon dan insulin; hormone ini juga menghambat hormone pertumbuhan dan hormone-hormon hipofisis yang mendorong sekresi tiroid dan adrenal. Saat setelah makan atau minum, terjadi peningkatan kadar gula darah yang merangsang pankreas menghasilkan insulin untuk mencegah kenaikan kadar gula darah lebih lanjut. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kombinasi keduanya, akan berpengaruh terhadap konsentrasi glukosa dalam darah.

Penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemia) terjadi akibat asupan makanan yang tidak adekuat atau darah terlalu banyak mengandung insulin. Peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) terjadi jika insulin yang beredar tidak mencukupi atau tidak dapat berfungsi dengan baik; keadaan ini disebut diabetes mellitus. Apabila kadar glukosa plasma atau serum sewaktu (kapan saja, tanpa mempertimbangkan makan terakhir) sebesar 200 mg/dl, kadar glukosa plasma/serum puasa yang mencapai > 126 mg/dl, dan glukosa plasma/serum 2 jam setelah makan (post prandial) 200 mg/dl biasanya menjadi indikasi terjadinya diabetes mellitus.

Kadar glukosa puasa memberikan petunjuk terbaik mengenai homeostasis glukosa keseluruhan, dan sebagian besar pengukuran rutin harus dilakukan pada sampel puasa. Keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi kadar glukosa (mis. diabetes mellitus, kegemukan, akromegali, penyakit hati yang parah, dsb.) mencerminkan kelainan pada berbagai mekanisme pengendalian glukosa.

Uji gula darah post prandial biasanya dilakukan untuk menguji respons penderita terhadap asupan tinggi karbohidrat 2 jam setelah makan (sarapan pagi atau makan siang). Untuk kasus-kasus hiperglikemia atau bahkan hipoglikemia yang tak jelas, biasanya dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO). TTG oral dipengaruhi oleh banyak variable fisiologik dan menjadi subjek dari bahan interpretasi diagnostik yang berbeda-beda. Uji toleransi glukosa intravena jarang diindikasikan untuk tujuan diagnosis. Pengukuran glukosa dilakukan dengan menggunakan kadar glukosa dengan sampel serum. Serum memiliki kadar air yang tinggi daripada darah lengkap, sehingga serum dapat melarutkan lebih banyak glukosa. Untuk mengubah glukosa darah lengkap, kalikan nilai yang diperoleh dengan 1,15 untuk menghasilkan kadar glukosa serum atau plasma.Pengumpulan darah dalam tabung bekuan untuk analisis serum memungkinkan terjadinya metabolisme glukosa dalam sampel oleh sel-sel darah sampai terjadi pemisahan melalui pemusingan (sentrifugasi). Jumlah sel darah yang tinggi dapat menyebabkan glikolisis yang berlebihan sehingga terjadi penurunan kadar glukosa. Untuk mencegah glikolisis tersebut, serum harus segera dipisahkan dari sel-sel darah. Suhu lingkungan tempat darah disimpan sebelum diperiksa turut mempengaruhi tingkat glikolisis. Pada suhu kamar, diperkirakan terjadi penurunan kadar glukosa 1-2% per jam. Sedangkan pada suhu lemari pendingin, glukosa tetap stabil selam beberapa jam di dalam darah. Penambahan natrium fluoride (NaF) pada sampel darah dapat menghambat glikolisis sehingga kadar glukosa dapat dipertahankan bahkan dalam suhu kamar. PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN

Darah disaring oleh jutaan nefron, sebuah unit fungsional dalam ginjal. Hasil penyaringan (filtrat) berisi produk-produk limbah (mis. urea), elektrolit (mis. natrium, kalium, klorida), asam amino, dan glukosa. Filtrat kemudian dialirkan ke tubulus ginjal untuk direabsorbsi dan diekskresikan; zat-zat yang diperlukan (termasuk glukosa) diserap kembali dan zat-zat yang tidak diperlukan kembali diekskresikan ke dalam urin. Kurang dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus terdapat dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui (kadar glukosa darah melebihi 160-180 mg/dl atau 8,9-10 mmol/l), atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun. Uji glukosa urin konvensional menggunakan pereaksi Benedict atas dasar sifat glukosa sebagai zat pereduksi. Cara ini tidak spesifik karena beberapa pereduksi lain dapat mengacaukan hasil uji. Beberapa gula lain bisa menyebabkan hasil uji reduksi positif misalnya fruktosa, sukrosa, galaktosa, pentose, laktosa, dsb. Beberapa zat bukan gula yang dapat mengadakan reduksi seperti asam homogentisat, alkapton, formalin, glukoronat. Pengaruh obat : streptomisin, salisilat kadar tinggi, vitamin C, dsb. Pada pembacaan hasil apabila tidak terjadi perubahan warna (biru) maka hasilnya negative. Perubahan warna menjadi hijau kekuning-kuningan maka positif 1 (+1), kurang dari 0,5%. Perubahan warna menjadi kuning kehijau-hijauan, maka positif 2 (++), 0,5% - 1,0%. Perubahan warna menjadi kuning jingga, maka positif 3 (+++), 1,0% - 2,0%. Perubahan warna menjadi merah bata, maka positif 4 (++++), diatas 2,0%.

PEMERIKSAAN BENDA-BENDA KETON URIN

Badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat, dan asam -hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang berlebihan. Badan keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohidrat (mis. diabetes mellitus yang tidak terkontrol), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan, diet tidak seimbang : tinggi lemak rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), atau gangguan mobilisasi glukosa, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar.

Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga dapat menghabiskan cadangan basa (mis. bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis diabetik, keton serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50 mg/dl.

Keton memiliki struktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke dalam urin. Namun, kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atau serum, kemudian baru urin. Ketonuria (keton dalam urin) terjadi akibat ketosis. Benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.BAB III

METODOLOGIA. Pemeriksaan glukosa darah (GOD PAP)

Prinsip pemeriksaan : glukosa dengan adanya glucose oksidase (GOD) sebagai katalisator mengalami oksidasi menghasilkan asam glukonat dan hydrogen peroksida seperti persamaan di bawah ini

GODGlukosa + O2 + H2O asam glukonat + H2O2Alat dan Bahan :

Specimen : urin

Larutan pereaksi warna

Larutan diklorofenol

Larutan standar glukosa

Aquadest

Tabung reaksi

Pipet

Fotometer

Cara Kerja

Menyiapkan 3 tabung reaksi, masing-masing diberi label sampel, standard dan blankoMengisikan tabung sampel dengan 0,03 ml sampel dan tambahkan 3,0 ml pereaksi warna

Mengisikan tabung reagen dengan 0,03 ml reagen dan tambahkan 3,0 pereaksi warna

Mengisikan tabung blanko dengan 0,03ml blanko, lalu tambah dengan 3,0ml pereaksi warna

Mengocok masing-masing tabung dengan benar

Inkubasi pada suhu 370C selama 15 menit

Mengukur absorbansi sampel dan standar terhadap blanko

Membersihkan alat dan mengembalkan pada tempatnya, membuang limbah pada tempatnya

B. Pemeriksaan glukosa urin

Prinsip pemeriksaan : bentuk aldehid dari glukosa akan menjadi bentuk enol (ikatan rangkap) dalam suasana alkali. Bentuk ini bersifat reaktif, mereduksi ion kupri menjadi ion kupro pada pemanasan, menghasilkan substrat berwarna kuning merah.Alat dan Bahan :

Urin

Reagen benedict

Lampu spiritus

Tabung reaksi

Penjepit tabung

pipet

Cara Kerja

mengisikan 5 ml reagen Benedict ke dalam tabung reaksi

memasukkan 10 tetes urin ke dalam tabung dengan pipet

memanaskan diatas nyala api pada 1/3 bagian atas dari cairan hingga mendidih 1 sampai 2 menit

mendinginkan pada suhu kamar dan melakukan pembacaan

Membersihkan alat dan mengembalikan pada tempatnya, membuang limbah pada tempat yang telah disediakan.C. Pemeriksaan Benda Keton Urin Percobaan Lange

Prinsip pemeriksaan : dalam suasana alkali, aseton dan asam asetoasetat akan bereaksi dengan natrium nitroprusid menimbulkan warna ungu

Alat dan Bahan

Urin

Kristal Natrium nitroprusid

Asam asetat glacial

Ammonia 28%

Air suling

Tabung reaksi

Pipet

Cara Kerja

Memasukkan beberapa butir Kristal natrium nitroprusid ke dalam tabung reaksi

Menambahkan beberapa tetes air suling sehingga Kristal larut dan imbul warna merah jambuMenambahkan urin segar sampai kira-kira tabung

Menambahkan 10 tetes asam asetat glacial

Mengalirkan ammonia 28% dengan hati-hati sehingga terbentuk 2 lapisan

Hasil akan positif jika terbentuk lingkaran ungu diantara kedua lapisan

Percobaan Rothera

Prinsip percobaan : dalam suasana alkali, aseton dan asam asetoasetat akan bereaksi dengan natrium nitroprusid menimbulkan warna ungu

Alat dan Bahan

Urin

Larutan 5 % natrium nitroprusid dalam air

Larutan ammonium sulfat jenuh

Larutan amoniak 10%

Tabung reaksi

Pipet

Cara Kerja

Memasukkan 5 mi urin ke dalam tabung reaksi

Menambahkan 5 ml larutan ammonium sulfat jenuh

Menambahkan 2 tetes larutan natrium nitroprusid

Menambahkan 5 ml larutan amoniak 10%

Akan terbentuk 2 lapisan diatas urin

Hasil positif jika terbentuk lingkaran ungu diantara kedua lapisan

Membersihkan alat dan mengembalikan pada tempatnya, buang limbah pada tempat yang telah disediakanBAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pemeriksaan Glukosa Darah

Standar = 50,OD standar = 0,301

Blanko = 0, OD blanko = 0

Sampel = 25, OD standar = 0,602

Perhitungan :

Kadar glukosa = absorbansi sampel X 100 mg/dl

Absorbansi standar

= 0,602 X 100 mg/dl

0,301

= 200 md/dl Pemeriksaan Glukosa Urin

Urin probandus

5ml benedict + 10 tetes urin, dipanaskan ( berwarna hijau

Kadar gula = < 0,5 %

Urin patologis

5ml benedict + 10 tetes urin, dipanaskan ( berwarna kuning kehijauan

Kadar gula = 0,5% - 1,0% Pemeriksaan Benda Keton pada Urin

Percobaan Lange

Urin probandus

Kristal natrium nitroprusid + air suling + urin tabung + 10 tetes asam asetat glacial + ammonia 28% ( tidak terbentuk lingkaran warna ungu

Urin patologis

Kristal natrium nitroprusid + air suling + urin tabung + 10 tetes asam asetat glacial + ammonia 28% ( terdapat endapan, tapi tidak terbentuk lingkaran warna ungu

Percobaan Rothera

Urin probandus

5 ml urin + 5 ml ammonium sulfat jenuh + 2 tets larutan natrium nitroprusid + 5ml amoniak ( terbentuk lapisan putih pada urin

Urin patologis

5 ml urin + 5 ml ammonium sulfat jenuh + 2 tets larutan natrium nitroprusid + 5ml amoniak ( terbentuk 2 lapisan warna, tapi tidak terbentuk lingkaran warna ungu

B. Pembahasan

Pemeriksaan glukosa pada darah

Pada praktikum yang dilakukan didapat hasil glukosa dalam darah 200mg/dl. Hasil tersebut menggambarkan meningginya kadar glukosa dalam darah

NILAI RUJUKAN Gula darah sewaktu

DEWASA : Serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 120 mg/dl

ANAK : sampai dengan 120 mg/dl

LANSIA : Serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 140 mg/dl.

Gula darah puasa

DEWASA : Serum dan plasma : 70 110 mg/dl; Darah lengkap : 60 100 mg/dl; Nilai panik : kurang dari 40 mg/dl dan > 700 mg/dl

ANAK : Bayi baru lahir : 30 80 mg/dl; Anak : 60 100 mg/dl

LANSIA : 70 120 mg/dl.

Gula darah post prandial

DEWASA : Serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 120 mg/dl

ANAK : sampai dengan 120 mg/dl

LANSIA : Serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 140 mg/dl.

MASALAH KLINISPENINGKATAN KADAR (hyperglycaemia) : diabetes mellitus, asidosis diabetik, hiperaktivitas kelenjar adrenal (sindrom Chusing), akromegali, hipertiroidisme, kegemukan (obesitas), feokromositoma, penyakit hati yang parah, reaksi stress akut (fisik atau emosi), syok, kejang, MCI akut, cedera tabrakan, luka bakar, infeksi, gagal, ginjal, hipotermia aktifitas, pankreatitis akut, kanker pankreas, CHF, sindrom pasca gastrektomi (dumping syndrome), pembedahan mayor. Pengaruh obat : ACTH; kortison; diuretik (hidroklorotiazid, furosemid, asam etakrinat); obatanestesi

PENURUNAN KADAR (hypoglycaemia) : reaksi hipoglikemik (insulin berlebih), hipofungsi korteks adrenal (penyakit Addison), hipopituitarisme, galaktosemia, pembentukan insulin ektopik oleh tumor/kanker (lambung, hati, paru-paru), malnutrisi, ingesti alkohol akut, penyakit hati yang berat, sirosis hati, beberapa penyakit penimbunan glikogen, hipoglikemia fungsional (aktifitas berat), intoleransi fruktosa herediter, eritroblastosis fetalis, hiperinsulinisme. Pengaruh obat : insulin yang berlebih, salisilat, obat antituberkulosis.

Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium Obat-obatan (kortison, tiazid, loop diuretik) dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah.

Trauma, stress dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah.

Penundan pemeriksaan serum dapat menyebabkan penurunan kadar gula darah.

Merokok dapat meningkatkan kadar gula darah serum.

Aktifitas yang berat sebelum uji laboratorium dilakukan dapat menurunkan kadar gula darah. Pemeriksaan Glukosa UrinPemeriksaan glukosa urin dilakukan dengan cara 5ml benedict ditambah dengan 10 tetes urin, hingga larutan menjadi berwarna biru, kemudian dipanaskan diatas lampu spiritus hingga mendidih. Pada percobaan didapatkan hasil larutan berwarna hijau. Hal ini menandakan jika kadar glukosa dalam urin positif 1 (+). Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah; oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus. Jika nilai ambang ginjal begitu rendah bahkan kadar glukosa darah normal menghasilkan kondisi glukosuria, keadaan ini disebut sebagai glycosuria ginjal. Pemeriksaan ini tidak khas untuk glukosa, karena dapat positif pada Diabetes mellitus, wanita hamil, laktosuria ( wanita hamil trimester III atau laktasi), fruktosuria misal karena banyak minum madu, pentusoria dan karena obat-obatan seperti vitamin C, salisilat.

Pemeriksaan Benda Keton UrinPemeriksaan benda keton metode Rothera, dilakukan dengan cara mencampurkan urin dengan 5ml ammonium sulfat jenuh, ditambah 2 tetes larutan natrium nitroprusid, dan 5ml amoniak, hasilnya larutan terbentuk lapisan berwarna putih. Hasil (-) jika tidak ada perubahan warna (coklat), hasil (+) jika ada cincin ungu kemerahan pada perbatasan kedua lapisan. Berdasar indicator tersebut, maka hasil pengamatan adalah normal. Pemeriksaan benda keton urin diperlukan pada penderita Diabetes Mellitus karena untuk mengetahui keadaan metabolic tubuh. Adanya keton dalam urin menunjukkan terjadinya ketoasidosisBAB V

KESIMPULAN

Pemeriksaan laboratorium untuk diagnose Diabetes Mellitus bisa berupa pemeriksaan glukosa dalam darah, pemeriksaan glukosa urin dengan metode benedict, dan pemeriksaan benda keton urin dengan metode rothera dan lange. Pada percobaan yang dilakukan, hasil glukosa darah meningkat, glukosa urin positif 1 (+), benda keton urin negative (-).

DAFTAR PUSTAKA1. Azizahwati. 1994. Penuntun Praktikum Biokimia, Laboratorium Biokimia Jurusan Farmasi FMIPA UI.2. Ganong, W. F, Fisiologi Kedokteran edisi 14 alih bahasa oleh dr. Petrus Andrianto. Murray, K. Robert, Daryl K. Granner, Peter A. Mayes, Victor W.R. EGC : Jakarta.3. Mansloer, A. 2007. Kapita selekta kedokteran edisi 3 jilid 1. Media Aesculapius : jakrta

4. www.laboratoriumkesehatan.com