lap lumpuh
DESCRIPTION
lumpuhTRANSCRIPT
LAPORAN HASIL SMALL GROUP DISCUSSION (SGD) 2 MODUL 2
“LUMPUH”
KELOMPOK 1
Agustia Faizatul I.
Ahtianti Putri
Galih Rarang Gati
Habibie
Jihan Anandya Alyka Fitri 013-06-0032
Murradif Mubin
Nur Afni Dewi N.R
Sri Ratna Permatasari 013-06-0056
Habibi Indrajaya Ramadan 012-06-0001
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM 2013
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat allah swt atas segala
rahmat dan karunianya yang di limpahkan, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “LUMPUH“.
Dalam penyusunan tugas ini, kami sangat menyadari masih banyak
kekurangan,sehingga hasilnya sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun.
Dalam kesempatan ini, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang dalam berbagai bentu bantuan telah kami
terima sehingga dapat menyelesaikan tugas scenario 2 (dua) ini.
Mataram , 1 November
2013 Penulis
PENDAHULUAN1. 1 Latar Belakang
Blok Saraf dan Neuromusculoskeletal adalah blok 2 pada semester 1 dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum
FakultasKedokteran Universitas Islam Al- Azhar Mataram.Pada kesempatan ini
dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapi
tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akandatang. Penulis memaparkan
kasus yang diberikan mengenai seorang anak yang dibawa ke puskesmas dengan
keluhan kelumpuhan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari materi ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-
Azhar Mataram.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan
metodeanalisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan
memahamikonsep dari skenario ini.
LBM II
LUMPUH
SKENARIO
Seorang anak dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan kelumpuhan pada ekstremitas
atas dan ekstremitas bawah dengan kelumpuhan sebagian (Parase) atau kelumpuhan total
(Plegi) dapat mengarah ke beberapa diagnosis, Kelainan yang mengenai susunan saraf tepi
akan menimbulkan gejala neurologis yang bersifat Upper Motor Neuron (UMN) atau Lower
Motor Neuron (LMN). Lower Motor Neuron yaitu terjadi kelemahan otot dengan tonus yang
menurun, refleks fisiologis yang menurun, tanpa disertai adaanya refleks patologis dan
reflekd kutaneus superfisialis. Kelumpuhan Lower Motor Neuron akan dengan cepat diikuti
oleh adanya atrofi otot.
PEMBAHASAN
TERMINOLOGI
1. LUMPUH : Kondisi seseorang yang tak bias menggerakkan tubuh atau sebagian
tubuhnya karena system sarah yang tidak berfungsi Dapat diakibatkan oleh kerusakan saraf khususnya motorik dan penyakit
2. EKSTREMITAS :EKSTREMITAS ATAS : meliputi tangan, lengan bawah, lengan atas, bahu, aksilla, region dada dari cerukan dada ke diafragma thoraks.EKSTREMITAS BAWAH : meliputi segala sesuatu dibawah ligament inguinal termasuk paha, persendian tulang paha, kaki, dan telapak kaki
3. TONUS : Kontraksi otot ringan dan terus menerus Kontraksi otot yang selalu dipertahankan keberadaannya oleh otot itu sendiri
4. ATROFI OTOT : Pengecilan atau penyusutab jaringan otot atau jaringan saraf. Penyebab atrofi
termasuk makanan yang buruk, sirkulasi yang buruk, kehilangan dukungan hormonal pada organ, hilannya suplai saraf, tidak digunakan atau karena penyakit.
Penurunan fungsi otot karena otot mengecil atau karena kehilangan kemampuan berkontraksi atau lumpuh.
5. REFLEKSI FISIOLOGI : Refleks yang muncul pada orang yg normal
6. UPPER MOTOR NEURON : Neuron – neuron motorik yang berasal dari korteks motorik serebri atau
batang otak yang seluruhnya (dengan serat saraf – sarafnya ada didalam sistem saraf pusat)
Saraf motorik pembawa informasi ke otot Neuron penyaur impuls motorik secara langsung ke LMN atau
interneuronnya7. LOWER MOTOR NEURON :
Neuron – neuron motorik yang berasal dari sistem saraf pusat tetapi serat – serat sarafnya keluar dari sistem saraf pusat dan membentuk sistem saraf tepi dan berakhir di otot rangka.
Saraf motorik penghubung otak dengan sumsum tulang belakang untuk saraf otot atau membawa impuls saraf keluar ke otot.
8. REFLEKS PATOLOGI : Refleks akibat kerusakan pada sistem saraf dimana refleks tersebut tidak bisa
dibangkitkan pada orang sehat Kerusakan sistem saraf yang menimbulkan refleks yang tidak harusnya
terjadi.9. REFLEKS KUTANEUS
Refleks sebagai respon simulasi pada daerah kulit10. NEUROLOGIS
Gejala awal pasien stroke yang biasa diabaikan Kelemahan kebingunan dan kelelahan akibat hiperkalesmia
11. PLEGI : Kekuatan otot yang hilang sama sekali
12. PARASE : Kelumpuhan otot wajah Kelumpuhan yang menyerang sebagian bagian organ
PERMASALAHAN
1. Apa penyebab kelumpuhan ?2. Apa penyebab kelumpuhan sebagian(bell’s palsy) dan kelumpuhan total (palsy) ?3. Apa gejala UMN dan LMN ?4. Apa saja kasus penyakit yang dapat didiagnosa dalam skenario tersebut?5. Apa beda kelumpuhan UMN dan LMN ?6. Mengapa refleksi fisiologi dapat menurun atau meningkat ?7. Mengapa refleksi patologis bisa bertambah dan berkurang ?8. Mengapa LMN dapat menyebabkan atrofi otot ?9. Sebut dan jelaskan nama-nama plegi dan parase ?
JAWABAN :
1. Kelumpuhan paling sering disebabkan oleh kerusakan pada sistem saraf, terutama sumsum tulang belakang.
Gangguan peredaran darah otak/STROKE Trauma SSP ( Susunan Saraf Pusat / Trauma Capatis / cedera kepala berat ) Peradangan SSP ( meningitis, encephalitis ) Trauma akut pada Medulla Spinalis Spondilitis tuberkulosa Hernia Nukleus Pulposus Gangguan saraf tepi Gangguan otot Komplikasi dari immobilisasi lama Motor neuro disease :
Lesi LMN : 1. SMA ( Spinal Muscular Atrophy ). 2. PPS ( Post Polio Syndrome )/ poliomylitis.
Lesi UMN : Primary bilateral scelorosis.Terjadi kelumpuhan sementara selama tidur REM, dan disregulasi dari sistem ini dapat menyebabkan kelumpuhan episode bangun. Obat-obatan yang mengganggu fungsi saraf, seperti curare, juga bisa menyebabkan kelumpuhan.
2. Penyebab kelumpuhan sebagian (bell’s palsy)
Penyebab paling umum dari Bell’s palsy tampaknya adalah virus herpes simplex, yang juga menyebabkan luka dingin pada herpes genital. virus lain yang telah dikaitkan dengan Bell’s palsy termasuk:
- Virus yang menyebabkan cacar air dan herpes zoster (herpes zoster)
- Virus yang menyebabkan mononucleosis (Epstein-Barr)
- Virus lain dalam keluarga yang sama (sitomegalovirus)Pada Bell’s palsy, saraf yang mengendalikan otot-otot wajah, yang melewati sebuah saluran yang sempit dalam perjalanan ke wajah menjadi meradang dan bengkak – biasanya akibat dari infeksi virus. Selain otot-otot wajah, saraf yang mempengaruhi air mata, air liur, rasa dan tulang kecil di telinga tengah terpengaruh. Penyebab kelumpuhan total (palsy)Contoh dari lumpuh total adalah pada penyakit stroke. Faktor – faktor penyebab terjadinya stroke yaitu :
- Faktor resiko medis, antara lain Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi), Kolesterol, Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), Gangguan jantung, diabetes, Riwayat stroke dalam keluarga, Migrain.
- Faktor resiko perilaku, antara lain Merokok (aktif & pasif), Makanan tidak sehat (junk food, fast food), Alkohol, Kurang olahraga, Mendengkur, Kontrasepsi oral, Narkoba, Obesitas.80% pemicu stroke adalah hipertensi dan arteriosklerosis, Menurut statistik. 93% pengidap penyakit trombosis ada hubungannya dengan penyakit tekanan darah tinggi.
3. UMN : Otot lumpuh (paralisa/paresa) Ketegangan otot tinggi (Hipertonus) mudah ditimbulkan refleks otot rangka (hiperefleksia)
LMN : lumpuh otot sukar merangsang otot rangka ( hiporefleksia) ketegangan otot (tonus) rendah
4. GUILAINE BARRE SYNDROME : GBS atau polineuro-radikulopathy adalah kelainan saraf tepi yang disebabkan oleh adanya proses inflamasi. Proses inflamasi terjadi akibat reaksi otoimun, dimana pada tubuh penderita timbul antibodi yang dapat merusak struktur saraf tepi, baik selubung myelin maupun akson-nya . GBS dapat menyerang saraf spinal maupun kranial. Pada saraf spinal menimbulkan kelemahan / kelumpuhan ekstremitas, sedangkan pada saraf kranial akan menyebabkan kelumpuhan otot-otot wajah dan kelumpuhan otot penggerak bola mata (ophtalmoplegia).
CONGENITAL MYOPATHIES : kelainan otot yang sering terjadi pada anak2, pada umumnya disebabkan adanya faktor genetik.
POLIOMYELITIS : infelsi virus yang menyerang cornu anterior dan menyebabkan kelumpuhan yang permanen. Dengan adanya penemuan vaksin antipolio, dan program WHO yaitu surveilans AFP, maka sudah amat jarang kita temukan kasus polio pada saat ini.
5. UMN : Kelumpuhan yang bersifat spastik (kaku) Ciri – ciri : meningkatkan tonus otot
Spastisitas ototTidak terjadi atrofi otot
LMN : Kelumpuhan yang bersifat flaksi (lemas) Ciri – ciri : terjadi penurunan tonus otot
Flaksid ototAtrofi otot
6. Reflek fisiologis meningkat saat terjadi kerusakan UMN maka neuron inhibisi tidak dapat mengantarkan impuls ke organ target.Refleks fisiologis menurun saat terjadi kerusakan pada LMN. Impuls ekstasi tidak dapat mencapai organ target.
7. Reflek patologi bertambah mengartikan bahwa orang tersebut mengalami kerusakan atau kelainan pada system saraf pada bagian otak . Refleks patologi berkurang mengartikan bahwa orang itu tidak mengalami kerusakan system saraf ( normal ).
8. Karena LMN dapat mengakibatkan otot tidak dapat digerakan sehingga otot jarang melakukan pergerakan yang menyebabkan terjadinya pengecilan otot ( atrofi otot ).
9.
Tugas Tambahan :
Maksud dari 5 level kekuatan otot?Untuk menilai kekuatan otot, pasien diminta menahan tekanan yang diberikan oleh pemeriksa, ebebrapa kekuatan otot individual dinilai secara bergantian dan kekuatan otot kedua sisi dibandingkan agar kelemahan ringan pada salah satu sisi dapat dideteksi.0 (zero) tidak ada kontraksi sama sekali.1 ( trase) ada kontraksi otot tapi tidak ada gerakan.2 (poor) posistif kekuatan otot komplit lingkar gerak sendi tapi pasien tidak bisa melawan grafiasi.3 (fair) komplit lingkaran gerak sendi dengan melawan gravitasi 4 (good) komplit lingkaran gerak sendi, melawan gravitasi dengan resistensi yang sedikit.5 (normal) tempat lingkup gerak sendi dengan full resistensi melawan gravitasi.
TRAKTUS PIRAMIDALIS
Traktus piramidalis, menurut Turek adalah traktus yang lewat di piramida medulla oblongata.
Bila kita berpegang teguh pada definisi tersebut, maka sununan ekstrapiramidal adalah semua susunan jaras-jaras dan nuclei yang terletak di luar susunan piramidal.
Filogenetik traktus piramidalis itu adalah suatu traktus yang baru. Bahkan Brouwer mengatakan bahwa traktus piramidalis itu adalah suatu tambahan filogenitik baru pada susunan saraf pusat. Traktus piramidalis hanya ditemukan pada mamalia.
Traktus piramidalis ini tidak didapatkan pada ikan, amfibia, reptilia atau pada burung. Hanya burung kakak tua memperlihatkan suatu traktus mulai di korteks serebri turun sampai di medulla spinalis. Ini diberi nama serabut-serabut kortiko-septo-mesensefalo-spinalis dari Kalisner. Ariens Kappers berpendapat bahwa serabut-serabut Kalisner ini adalah analogen avian dari traktus piramidalis pada mamalia.
Traktus piramidalis pada mamalia yang rendah tidaklah sama dengan traktus piramidalis mamalia yang filogenetiknya lebih tinggi tingkatnya. Pada rodentata misalnya kita lihat, bahwa traktus piramidalis sesudah dekusasio menjadi terletak di funukulus posterior.
Pada primata dan manusia, sebagian besar traktus piramidalis berada di funikulus lateralis. Hanya sebagian kecil traktus piramidalis itu berada di funikulus anterior.
Kita lihat, bahwa ada serabut-serabut yang telah menyilang di daerah pons dan kemudian ke jurusan kaudal bersama-sama dengan traktus spinalis nervi trigemini. Serabut-serabut ini, yang dinamai traktus dari Pick, kemudian di daerah servikal menjadi satu dengan traktus kortiko-spinalis lateralis.
Sewaktu-waktu terlihat bila berkas-berkas dari traktus piramidalis yang jalan bersama-sama dengan lemniskus medialis (“pedes lemnisci”). Pada dekusasio piramidorum sewaktu-waktu tampak traktus piramidalis yang menyilang secara menyeluruh, tetapi sebaliknya ada pula traktus piramidalis yang sama sekali tidak menyilang. Keganjilan-keganjilan ini akan dapat kita pahami, bila kita sadari, bahwa traktus piramidalis adalah suatu tambahan filogenetik baru, yang harus mencari jalannya sendiri diantara susunan-susunan ekstrapiramidal yang filogenetik adalah lebih tua.
Susunan filogenetik tua terdiri atas susunan-susunan neuron yang pendek, sedangkan susunan filogenetik muda terdiri atas neuron-neuron yang panjang, seperti kita lihat misalnya pada traktus kortiko-spinalis. Tetapi di dalam traktus piramidalis sendiri terdapat beberapa serabut yang bila dilakukan ablasi dari korteks serebri tidak memperlihatkan degenerasi sama sekali.
Serabut-serabut ini rupanya berasal dari neuron-neuron yang pendek. Traktus piramidalis itu selain memiliki suatu susunan yang benar-benar baru, saat perkembangannya telah pula merangkul beberapa serabut yang filogenetik tua ke dalamnya. Dengan demikian traktus piramidalis terdiri atas susunan piramidalis sejati dan beberapa serabut “ekstrapiramidal”. Terutama di kapsula interna terdapat cukup banyak serabut ekstrapiramidal yang jalan bersama-sama dengan traktus kortiko-spinalis. Keadaan ini mengakibatkan, bahwa suatu lesi di kapsula interna akan menimbulkan kerusakan pada susunan piramidalis dan ekstrapiramidalis. Lesi yang demikian akan memperlihatkan suatu sindrom “upper motor neuron”. (1,2,3)
Susunan kortikofugal terdiri dari bagian frontofugal, sentrofugal, dan bagian temporofugal.
Di dalam bagian frontofugal, di samping serabut-serabut frontopontinus, ditemukan pula serabut-serabut frontospinalis. Di dalam bagian sentrofugal terletak serabut-serabut sentropontinus dan serabut-serabut sentrospinalis.
Serabut-serabut frontospinalis dan serabut-serabut sentrospinalis bersama-sama membentuk traktus piramidalis. Tetapi traktus piramidalis ini selain mengandung serabut-serabut kortikospinalis seperti diuraikan di atas, mengandung pula beberapa serabut-serabut halus yang berasal pada inti-inti subkortikal.
Di medulla oblongata, traktus piramidalis menjadi menjadi suatu lintasan yang kompak dan lewat di piramis (oleh karena itu traktus ini dinamakan traktus piramidalis). Di perbatasan antara medulla oblongata dan medulla spinalis, sebagian besar (85%) dari traktus piramidalis menyilang ke sisi yang lain, dan menduduki suatu daerah di funukulus lateralis. Traktus ini dinamakan traktus piramidalis lateralis. Serabut-serabut kortikospinalis yang tidak menyilang melanjutkan perjalanannya di bagian medial dari funukulus ventralis. Traktus ini dinamakan traktus piramidalis ventralis. Tempat penyilangan dari serabut-serabut piramidalis itu disebut dekusasio piramidorum. (1)
PATOLOGIManifestasi akibat lesi pada sistema piramidalis dapat berupa kelumpuhan berat, sedang dan ringan, atau konvulsi. Yang pertama adalah manifestasi insufisiensi atau defisiensi kegiatan sistema dan yang kedua merupakan manifestasi perangsangan terhadap sistema piramidalis. Kelumpuhan yang ringan (paresis ringan) berarti, bahwa kekuatan tenaga otot berkurang sehingga mengganggu segi ketangkasan gerak otot. Pada konvulsi, gerak otot muncul secara serangan tanpa dikehendaki. (3,4)
Konvulsi yang diakibatkan oleh lesi di sistema piramidalis berbeda dengan konvulsi pada epilepsy. Pada epilepsy umumnya tidak hanya neuron-neuron piramidalis saja yang terangsang secara menyeluruh, tetapi sebenarnya semua neuron yang berada di korteks serebri.
Faktor yang menentukan manifestasi perangsangan, karena apa yang satu menimbulkan konvulsi dan yang lain automatismus, adalah intensitas dan cara gaya sarafi merangsang korteks piramidalis. Intensitas yang tinggi dan gaya yang serentak merangsang korteks piramidalis membangkitkan konvulsi. Sedangkan intensitas gaya sarafi yang sedang dan cara perangsangan dengan sumasi temporal akan membangkitkan automatismus.
(2,3,4)
Kelumpuhan akibat lesi pada sistema piramidalis mempunyai berbagai macam corak yang ditentukan oleh lokalisasi dan sifat lesi. Namun
demikian, semua kelumpuhan tersebut diiringi oleh tanda-tanda khas yang dikenal sebagai tanda-tanda “upper motoneuron” (UMN).
Tanda-tanda kelumpuhan UMN adalah: (1) tonus otot meninggi, (2) hiperrefleksi, (3) klonus, (4) refleks patologis, (5) tidak ada atrofi pada otot-otot yang lumpuh, (6) refleks automayismus spinalis.
Semua jenis kelumpuhan yang timbul akibat kerusakan korteks piramidalis dan jaras kortiko-spinalis, menunjukkan tanda-tanda kelumpuhan UMN. Tergantung pada gejala motorik tambahan atau gejala sensorik pengantar, maka terdapatlah gambaran penyakit kelumpuhan yang dapat dikorelasikan dengan lokasi suatu lesi.
Jenis atau sifat lesi yang dapat menimbulkan kelumpuhan piramidalis adalah: (1) lesi vaskuler, (2) lesi akibat proses desak ruang, (3) perdarahan, (4) infeksi, (5) degenerasi, (6) trauma atau lesi mekanik.
Berdasarkan tempat lesi, maka kelumpuhan piramidalis terdiri atas: (1) kelumpuahan akibat lesi di korteks piramidalis, (2) kelumpuhan akibat lesi di kapsula interna, (3) kelumpuahn akibat lesi di batang otak, (4) kelumpuhan UMN pada lesi di medulla spinalis. (2,3)
DAFTAR RUJUKAN
1. Prof. Dr. I. Gusti Ng. Gd. Ngoerah. Nervi Kranialis. Dalam: Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Penerbit Universitas Airlangga. Surabaya. 1990: 1 – 4.2. Http://www.yahoo.net/seach/cache?/neuro24.de/ hirntraktus_piramidalis.htm3. Http://www.yahoo.net/search/cache?/angelfire.com/nc/neurosurgery/ Topik.html.4. Mardjono M, Sidharta P. Sarafotak dan Patologinya. Dalam: Neurologi Klinis Dasar. Penerbit PT. Dian Rakyat. Jakarta. 2000: 19 – 40
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi SGD dapat diketahui bahwa ada 2 tipe kelumpuhan yaitu Upper
Motor Neuron (UMN) dan Lower Motor Neuron (LMN). Upper Motor Neuron adalah neuron
– neuron motorik yang berasal dari korteks motorik serebri atau batang otak yang seluruhnya
(dengan serat saraf – sarafnya ada didalam sistem saraf pusat) yang merupakan kelumpuhan
bersifat spastik (kaku) memiliki ciri – ciri meningkatkan tonus otot, spastisitas otot, tidak
terjadi atrofi otot sedangkan Lower Motor Neuron (LMN) adalah neuron – neuron motorik
yang berasal dari sistem saraf pusat tetapi serat – serat sarafnya keluar dari sistem saraf pusat
dan membentuk system saraf tepi dan berakhir di otot rangka yang merupakan kelumpuhan
bersifat flaksi (lemas) memiliki ciri – ciri adanya penurunan tonus otot, flaksid otot, terjadi
atrofi otot. Jadi, sesuai diskusi dan mengacu pada isi skenario tersebut dapat disimpulkan
bahwa anak itu mengalami kerusakan sistem saraf dengan tipe kelumpuhan Lower Motor
Neuron.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Edisi 5. Jakarta: Dian Rakyat; 2008: 26-7.
2. Wilkinson I, Lennox G. Essential neurology. 4th ed. Massachusetts: Blackwell Publishing; 2005: 86-7.
3. Rowland LP. Syndromes caused by weak muscles. In: Merritt’s neurology. Ed: Rowland LP. 11th ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
4. Aminoff MJ, Greenberg DA, Simon RP. Clinical neurology. 6th ed. New York: McGraw-Hill; 2005.