lap pk non_leukim taufan
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK KEDOKTERAN II
PREPARAT NON_LEUKEMIA
Disusun Oleh :
Nama : Taufan Herwindo DewanggaNIM : K1A 004076Kelompok : 8 (delapan)Asisten : Irfan
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2006
I. Judul Praktikum
Preparat Non Leukemia
II. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui cara estimasi jumlah leukosit
2. Mengetahui cara estimasi jumlah trombosit
3. Mengetahui cara estimasi jumlah eosinofil
4. Mengetahui cara pembacaan gambaran darah tepi eritrosit untuk
thalasemia
III. Dasar Teori
Bahan : Darah segar vena/ kapiler dengan/tanpa antikoagulan
EDTA
Pengecatan : GIEMSA
Zona baca : Zona IV, V, VI dimana eritrosit tersebar rata dan tidak
saling berlekatan.
Perbesaran mikroskop:
Lensa Objektif 10x : - Orientasi semua zona selayang pandang
- Periksa adanya sel asing/ ganas / parasit
- Estimasi jumlah leukosit
Lensa Objektif 40x : - Hitung jenis leukosit
- Morfologi eritrosit
Lensa Objektif 100x (harus dengan oli emersi):
- Identifikasi sel yang kurang jelas
- Benda inklusi lebih jelas
- Hitung jenis juga dapat dilakukan dengan perbesaran
ini
Pembagian zona dan arah gerakan lapang pandang mikroskop sama seperti pada
pembacaan darah tepi normal.
Pemeriksaan darah tepi abnormal meliputi:
A. Hitung jenis leukosit
B. Gambaran darah tepi:
Seri Leukosit
Seri Eritrosit
Seri trombosit
HITUNG JENIS LEUKOSIT
Tabel pembantu hitung jenis leukosit:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jml
sel
%
Eosinofil
Basofil
Staf
Segmen
Limfosit
Mielosit
Sel blas
Promielosit
Mielosit
Meta M
Jml sel 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100
Pada keadaan normal hitungan sel maksimal 100 sel leukosit
Untuk jumlah SDP yang meningkat:
I. 20.000 -30.000/ mm3, maka hitung jenis leukosit sampai200 sel.
II. > 30.000/mm3, maka hitung leukosit sampai 300 sel.
GAMBARAN DARAH TEPI
1. Seri Leukosit
2. Seri Eritrosit
3. Seri Trombosit.
GAMBARAN DARAH TEPI SERI LEUKOSIT
1. Jumlah leukosit (kuantitas)
2. Bentuk abnormal (kualitas)
Kuantitas
Dilakukan estimasi jumlah leukosit dengan cara:
- menggunakan mikroskop dengan pembesaran objektif
10 x
- dilakukan perhitungan jumlah leukosit
- normal ditemukan leukosit 20-30 / lapang pandang,
yang sebanding dengan jumlah leukosit 5000-6000 / mm3
- interpretasi:
jumlah < 20 / lapangan pandang >> leukopenia
jumlah > 30 / lapangan pandang >> Leukositosis
1. Leukopeni:
Jumlah SDP kurang daru 4000/ mm3 (biasanya didapatkan netropeni)
Dijumpai pada penyakit:
a. Infeksi usus
b. Obat
c. Anemia aplastik
d. Infiltrasi sumsum tulang dari sel ganas
2. Leukositosis
Jumlah SDP lebih dari 12.000/mm3
Gambaran darah tepi nampak peningkatan jumlah leukosit.
Peningkatan Leukosit:
a. Netrofilia : -Inflamasi
-Uremia
- Trauma
b. Eosinofilia : -Alergi
-Infeksi parasit
-Syndroma Loffer
-Limfoma Hogkin
c. Basofilia : -Myxedema (virus)
-Cacar air
d. Limfositosis : -Infeksi
-Limfoproliferatif
-Infeksi mononukleosis
e. Monositisit : -Leukemia monositik
Leukositisis fisiologis ditemukan pada :
a. Kerja berat
b. Emosi
c. Hamil/ pansus/ haid.
SERI ERITROSIT
Pembacaan seri eritrosit meliputi:
1. Kelainan ukuran / anisositosis dibagi menjadi 3 :
a. Anisositosis ringan :1-2 variasi mis: normosit& mielosid
b. Anisositosis sedang :2-3 variasi mis: mikrosit, normosit, makrosid
c. Anisositisis berat :4 variasi/ lebih : mikrosit, normosit, makrosit , megalosit.
2. Kelainan bentuk sel / poikilositosis dibagi menjadi 3:
a. Poikilositosis ringan : 1-2 variasi mis : normosit, ovalosit
b. Poikilositosis sedang : 2-3 variasi mis : normosit, ovalosit, target sel
c. Poikilositosis berat :Lebih dari 4 variasi : ovalosit, mikrosit, burr sel, tear
drop sel, target sel, stomatosis.
3. Kelainan warna:
a. Hiperkromasi : sentral palor melebar, misal anulosit / sel cincin.
b. Hipokromasi : central palor menyempit
c. Polikromasi : ada tidaknya pewarnaan sel pada lapangan pandang
dimana tampak bersamaan normokrom, dan hiperkrom, atau normokrom, dan
sperosit atau normokrom dan retikulosit (Warna lebih gelap).
4. Benda inklusi
a. Basophilik stipling : granula halus dan kasar keunguan pada sitoplasma SDM
b. Pappenheimer bodies : granula keunguan mengelompok timbunan besi.
c. Howell jolly bodies : granula keunguan, 1 atau 2
5. Susunan
a. Formasi Rouleaux : serangkaian sel darah merah yang saling bertumpukan
pada permukaannya, seperti tumpukan uang logam.
b. Aglutinasi
SERI TROMBOSIT
Pembacaan seri trombosit meliputi:
1. Estimasi jumlah (barbara brown):
Menurut barbara brown, dengan pembesaran 10x
Hitung jumlah trombosit / LPB, dilakukan minimal 3x lapangan pandang yang
berbeda) hitung reratanya.
Perhitungan: rerata trombosit x 20.000 = estimasi jumlah trombosit
a. Trombositopeni :
-Pada jumlah trombosit yang menurun pada preparat darah tepi.
-Pada jumlah trombosit 15.000-40.000/mm3 sama dengan 8-20
trombosit/LPB (40x).
Pada: ITP, leukimia, anemia aplastik obat-obatab/ bahan kimia hiporplasi
megakariosit kongenital, sindroma Fankoni, sindroma aldrick
b. Kenaikan jumlah trombosit
pada: perdarahan akut, trauma, anemia defisiensi besi
2. Bentuk abnormal:
a. Bentuk trombosit normal:
i. ukuran 1-4 micromrter
ii. sitoplasma biru muda
iii. granula ditengah (tidah jelas)
b. Bentuk trombosit abnormal:
i. Giant Platelet/ trombosit raksasa,seperti ular
ii. Kelainan ukuran dan bentuk:
Pada perdarahan, bentuk, dan ukuran bisa besar.
Menggumpal oleh karena darah membeku pada waktu pembuatan preparat
darah tepi.
PREPARAT NON LEUKEMIA
1. Leukositosis
Jumlah leukosit dalam darah tepi meningkat, jumlah leukosit >12.000/mm3
Variasi bentuk yang ditemukan pada seri : netrofil, eosinofil, basofil,
lymfosit, monosit.
2. Leukopeni
Jumlah leukosit dalam darah tepi menurun, jumlah leukosit < 4000/mm3
Variasi bentuk yang ditemukan pada seri : netrofil, eosinofil, basofil,
lymfosit, monosit.
3. Eosinofilia
Jumlah eosinofil > 4%
4. trombositosis
jumlah trombosit>400.000/mm3
5. Trombositopeni
Jumlah trombosit < 150.000/mm3
6. Anemia
7. Thalasemia
8. Limfosit plasma biru
- mempunyai bentuk limfosit atipik
- Limfosit dengan sitoplasma kebiruan
- inti bervariasi: seperti inti monosit (monositoid)
seperti inti plasmoit (plasmositoid)
mempunyai nukleoli (Blastoid)
- dijumpai pada penyakit virus, khususnya DHF.
- dilaporkan dalam:.......berapa sel/ 100 Leukosit
IV. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Mikroskop
b. Bahan
1. Preparat leukositosis
2. Preparat leukopeni
3. Preparat eosinofilia
4. Preparat trombositopeni
5. Preparat trombositosis
6. Preparat thalasemia
V. Cara Kerja
Leukositosis
1. Pasang preparat pada mikroskop
2. Periksa dengan pembesaran objektif 10 X lakukan perhitungan estimasi
jumlah leukosit
3. Periksa kelainan/ variasi bentuk sel yang ditemukan
Leukopeni
1. Pasang preparat pada mikroskop
2. Periksa dengan pembesaran objektif 10 X lakukan perhitungan estimasi
jumlah leukosit
3. Periksa kelainan/ variai bentuk sel yang ditemukan
Eosinofilia
1. Pasang preparat pada mikroskop
2. Periksa dengan pembesaran objektif 10x,40x (dan 100X jika kurang jelas)
3. Lakukan hitung jenis leukosit
Trombositosis
1. Pasang preparat pada mikroskop
2. Periksa dengan pembesaran objektif 100X lakukan perhitungan
estimasi jumlah trombosit dengan cara Barbara Brown
3. Periksa kelainan ukuran/ bentuk trombosit yang ditemukan
Trombositopeni
1. Pasang preparat pada mikroskop
2. Periksa dengan pembesaran objektif 100X lakukan perhitungan
estimasi jumlah trombosit dengan cara Barbara Brown
3. Periksa kelainan ukuran/ bentuk trombosit yang ditemukan
Thalasemia
1. Pasang preparat pada mikroskop
2. Periksa dengan pembesaran objektif 10 x, 40 x, 100 x
3. Periksa gambaran darah tepi eritrosit, meliputi : kelainan ukuran, warna,
bentuk, susunan, dan benda inklusi.
Pembacaan seri eritrosit meliputi :
1. Kelainan ukuran/anisositosis dibagi menjadi 3 :
a. Anisostosis ringan : 1-2 variasi mis : normosit & mielosit.
b. Anisositosis sedang : 2-3 variasi mis : mikrosit, normosit,
makrosit.
c. Anisositosis berat : 4 variasi / lebih : mikrosit, normosit,
makrosit, megalosit.
2. Kelinan bentuk sel / poikilositosis dibagi menjadi 3 :
a. Poikilositosis ringan : 1-2 variasi mis : normosit, ovalosit.
b. Poikilositosis sedang : 2-3 variasi mis : normosit, ovalosit,
taget sel.
c. Poikilositosis berat : lebih dari 4 variasi : ovalosit, mikrosit, burr
sel, tear drop sel, target sel, stomatosit.
3. Kelainan warna :
a. Hiperkromasi: sentral palor menyempit missal anulosit / sel
cincin.
b. Hipokromasi : sentral palor melebar.
c. Polikromasi : adanya variasi pewarnaan sel pada lapang pandang
dimana tampak bersamaan normokrom dan hiperkrom atau
normorom dan sperosit atau normokrom dan retikulosit (warna
lebih gelap).
4. Benda inklusi
a. Basophilik stipling : granula halus dan kasar keunguan pada
sitoplasma SDM.
b. Pappenheimer bodies : granula keunguan mengelompok timbunan
besi.
c. Howell Jolly bodies : granula keuguan 1 atau 2.
d. Cabot rings : benang tipis warna ungu berbentuk cincin atau
angka 8.
5. Susunan
a. Formasi Rouleaux : serangkaian sel darah merah yang saling
bertumpukan pada permukaannya, seperti tumpukan uang logam.
b. Aglutinasi
VI. Hasil
1. Estimasi jumlah leukositosis
a. Lekositosis jumlah > 30 / lapangan
pandang
Hasil pengamatan berjumlah 37+35+33 = 35
3
b. Lekopenia jumlah < 20 / lapangan
pandang
Hasil pengamatan berjumlah 14+7+4 = 8,3 8
3
2. Estimasi jumlah trombosit (N – 150.000 – 400.000 /
mm3)
a. Trombositosis kenaikan jumlah trombosit
Hasil pengamatan berjumlah 20+19+23 X 20.000 = 413.333,33 / mm3
b. Trombositopenia penurunan jumlah
trombosit
Hasil pengamatan berjumlah 5+4+3 X 20.000 = 80.000 / mm3
3
3. Thalasemia
a. Anisositosis berat makrosit, normosit,
mikrosit, megalosit.
b. Poikilositosis sedang ovalosit, target cell,
normosit.
c. Warna Polikromasi
d. Benda inklusi Basofilik stipling, Cabot
ring.
e. Susunan Rouleaux.
Gambaran sel:
Anisositosis
makrosit (no.1), megalosit (tanda panah), normosit (no.2), mikrosit.
Poikilositosis
Ovalosit (no.2) Target cell
Warna Susunan
Polikromasi Formasi Rouleaux
Benda inklusi
Basophilik stipling Cabot ring
4. Eosinofilia
1 2 3 Jml
sel
%
Eosinofil IIIII 5 16,7
Basofil III 3 10
Staf II IIIII 7 23,3
Segmen III IIIII II 10 33,3
Limfosit IIIII 5 16,7
Monosit
Jml sel 10 10 10 30 100
Kesimpulan: Eosinofil > 4 % yaitu 16,7 %, sehingga dapat digolongkan
kedalam eosinofilia.
VII. Pembahasan
Leukositosis
Jumlah leukosit dalam darah bervariasi menurut umur, jenis kelamin, dan
keadaan fisiologis. Pada orang dewasa normal, secara kasar leukosit berjumlah
6000-10000 per ml darah. Gangguan sel darah putih dapat mengenai setiap
lapisan sel atau semua lapisan sel dan umumnya berkaitan dengan gangguan
pembentukan atau penghancuran dini. Leukositosis menyatakan peningkatan
leukosit yang umumnya melebihi 10.000/mm3. Leukosit meningkat sebagai
respon fisiologis untuk melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme.
Jumlah darah tepi dalam leukosit meningka Jumlah leukosit > 12000/mm3.
Variasi bentuk sel yang ditemukan pada seri : neutrofil, eosinofil, basofil,
lymfosit, monosit.
Hasil pemeriksaan estimasi jumlah leukosit dengan pembesaran 10x pada
lapang pandang pertama ditemukan leukosit sebanyak 37, pada lapang pandang
kedua ditemukan leukosit sebanyak 35, ,dan pada lapang pandang ketiga
ditemukan leukosit sebanyak 33. Maka dapat diambil rerata yaitu 35 leukosit /
LPB. Hasil ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan jumalah leukosit atau
disebut leukositosis.
Leukopeni
Jumlah leukosit dalam darah tepi menurun, jumlahnya < 4.000/mm3.
Variasi bentuk sel yang ditemukan pada seri : Netrofil, eosinofil, basofil, limfosit,
monosit. Leukopeni dijumpai pada penyakit Infeksi usus, obat, anemia aplastik,
infiltrasi sumsum tulang dari sel ganas.
Peranan netrofil adalah untuk pertahanan hospes maka jumlah netrofil
absolut yang kurang dari 1000/mm3 mempengaruhi individu terhadap infeksi,
jumlah dibawah 500/mm3 merupakan predisposisi terhadap infeksi yang
mengancam kehidupan. Netropenia dapat diakibatkan oleh pembentukan netrofil
yang tidak efektif dan gangguan pembentukan netrofil. Hal ini ditemukan pada
anemia hipoplastik atau aplastik sekunder karena obat sitotoksik, zat-zat toksik,
dan infeksi virus, kelaparan dan penggantian sumsum tulang oleh sel-sel ganas,
misalnya leukemia.
Berkurangnya jumlah lekosit dalam darah. Lekopeni dapat terjadi pada
influenza dan typhus abdominalis. Jumlah lekosit dapat berkurang sampai
2000/mm3. Leukopeni juga dapat terjadi pada alergi terhadap obat-obatan.
Hasil pemeriksaan estimasi jumlah leukosit dengan pembesaran 10x pada
lapang pandang pertama ditemukan leukosit sebanyak 14, pada lapang pandang
kedua ditemukan leukosit sebanyak 7, ,dan pada lapang pandang ketiga
ditemukan leukosit sebanyak 4. Maka dapat diambil rerata yaitu 8 leukosit / LPB.
Dari hasil diatas bisa disimpulkan bahwa ke 3 pengamatan dari kuantitas leukosit
tersebut adalah leukopenia karena nilai normalnya adalah 20-30 / lapang pandang,
yang sebanding dengan jumlah leukosit 5000-6000/mm3.
Trombositosis
Trombosit bukan merupakan sel melainkan pecahan granular sel,
berbentuk piringan dan tidak berinti. Trombosit adalah bagian terkecil dari unsur
selular sumsum tulang dan sangat penting peranannya dalam hemostatis dan
pembekuan. Trombosit berasal dari sel induk pluripotensial yang tidak terikat,
yang bila dibutuhkan dan dengan adanya faktor perangsang trombosit ( Mk-CSF
[Megakaryocite Colony Stimulating Factor]) berdiferensiasi menjadi kelompok
sel induk yang terikat untuk membentuk megakarioblas.
Trombosit berdiameter 1-4 m dan berumur kira-kira 10 hari. Kira-kira
sepertiga berada dalam limpa sebagai sumber cadangan dan sisanya berada dalam
sirkulasi, berjumlah antara 150000 dan 400000 /mm3. jika digunakan pewarnaan
Wright pada sediaan hapus perifer, maka sel-sel ini tampak biru muda dengan
granula berwarna ungu kemerahan. Trombositosis adalah nilai trombosit yang
meningkat dan trombositopenia merupakan turunnya nilai trombosit yang dapat
ditunjukkan pada penderita penyakit keganasan.
Peningkatan hitung trombosit yang disebut juga trombositosis adalah
peningkatan jumlah trombosit diatas 400.000/mm3, biasanya akibat stimulasi
sekunder sering dijumpai pada pasien yang dirawat inap dan dapat ditemukan
pada kondisi-kondisi seperti gangguan peradangan, infeksi, keganasan, dan
setelah perdarahan akut. Trombosit mungkin meningkat sebagai bagian dari
respons fase akut peradangan atau infeksi
Beberapa penderita penyakit keganasan mengalami memar atau
perdarahan spontan akibat adanya suatu inhibitor didapat terhadap salah satu
faktor koagulasi, yang tersering adalah faktor VIII atau akibat para protein yang
mengganggu fungsi trombosit. Trombositopenia autoimun dijumpai pada pasien
anemia hemolitik autoimun. Hasil praktikum kali ini pada trombositosis
didapatkan 413.333,33 / mm3 (> 400.000 berarti trombositosis) )dan pada preparat
trombositopeni adalah sebesar 80.000 / mm3 (<150000 / mm3).
Thalasemia
Thalassemia adalah kelainan genetic sel darah merah akibat adanya defek
molekul pada gen penyandi rantai globin yang merupakan salah satu komponen
molekul hemoglobin. Akibatnya terjadi gangguan sintesis rantai globin sehingga
terjadi penurunan kadar hemoglobin dan penderita thalassemia akan menderita
anemia. Tergantung jenis molekul defek tersebut, gambaran klinis thalassemia
bervariasi antara yang sangat berat sampai sangat ringan, bahkan sering juga
ditemukan tanpa gejala.
Thalassemia merupakan penyakit yang sangat heterogen,baik dalam hal
kelainan gen maupun ekspresi kliniknya. Secara klinis thalassemia dibagi menjadi
thalassemia mayor dan thalassemia minor. Thalasemia mayor pada umumnya
disebabkan oleh defek molekul pada kedua gen globin (homosigot atau
heterosigot ganda), dan pasien memerlukan transfusi darah secara rutin dan
eksesif. Pada thalasemia minor secara klinis tidak terlihat kelainan kecuali adanya
eritrosit mikrositik yang dapat disertai anemia ringan atau tanpa anemia.
Thalassemia minor ini umumnya didasari oleh defek molekul pada satu gen
globin saja (heterosigot).
Hasil pengamatan dengan lapang pandang besar yaitu obyektif 100x
didapatkan ukuran eritrosit yang berupa mikrositik, normositik dan makrositik
yang berarti anisositosis berat. Kemudian didapatkan beberapa bentuk eritrosit
yang abnormal yaitu ovalosit, target cell, dan normosit. yang berarti poikilositosis
sedang. Dilihat dari warnanya terlihat eritrosit yang polikromatik. Didapatkan
benda inklusi berupa basophilic striling dan cabot ring. Pada susunannya terdapat
formasi Rouleaux.
Eosinofilia
Eosinofilia adalah jumlah eosinofil yang sangat tinggi di dalam darah.
Eosinofilia bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan respon terhadap
suatu penyakit. Peningkatan jumlah eosinofil dalam darah biasanya menunjukkan
respon yang tepat terhadap sel-sel abnormal, parasit atau bahan-bahan penyebab
reaksi alergi (alergen). setelah dibuat di dalam sumsum tulang, eosinofil akan
memasuki aliran darah dan tinggal dalam darah hanya beberapa jam, kemudian
masuk ke dalam jaringan di seluruh tubuh. jika suatu bahan asing masuk ke dalam
tubuh, akan terdeteksi oleh limfosit dan neutrofil, yang akan melepaskan bahan
untuk menarik eosinofil ke daerah ini. Eosinofil kemudian melepaskan bahan
racun yang dapat membunuh parasit dan menghancurkan sel-sel yang abnormal.
sindroma hiper-eosinofilik idiopatik.
Sindoma hiper-eosinofilik idiopatik adalah suatu penyakit dimana jumalh
eosinofil meningkat sampai lebih dari 1.500 sel/mikrol darah selama lebih dari 6
bulan tanpa penyebab yang jelas. penyakit ini bisa mengenai usia berapapun,
tetapi lebih sering menyerang pria diatas 50 tahun. peningkatan jumlah eosinofil
bisa merusak jantung, paru-paru, hati, kulit dan sistem saraf. misalnya jantung
bisa mengalami peradangan (suatu keadaan yang disebut endokarditis löffler),
yang menyebabkan terbentuknya bekuan darah, gagal jantung, serangan jantung
atau kelainan fungsi katup jantung.
Pengamatan jumlah eosinofil ini menggunakan metode hitung jenis
leukosit. Hasil pengamatan preparat eosinofilia menunjukkan terdapat jumlah
eosinafil lebih dari 4 % dan menandakan adanya kenaikan jumlah eosinofil yang
berarti eosinofilia.
VIII. Kesimpulan
1. Pemeriksaan estimasi jumlah leukosit
a. Leukositosis (> 30 / LPB) : hasil pengamatan berjumlah 35 / LPB.
b. Leukopeni (< 20 / LPB) : hasil pengamatan berjumlah 8 / LPB.
2. Pemeriksaan estimasi jumlah trombosit
a. Trombositosis (> 400.000 / mm3) : hasil pengamatan berjumlah
413.333,33 / mm3.
b. Trombositopeni (< 150.000 / mm3) : hasil pengamatan berjumlah 80.000 /
mm3.
3. Pemeriksaan Thalasemia ditemukan :
a. Ukuran: Makrosit, normosit, mikrosit, dan
megalosit Anisositosis berat.
b. Bentuk : ovalosit, target cell, dan normosit
Polikilositosis sedang
c. Warna : Polikromasi
d. Benda inklusi: Basophilic Stipling, dan Cabot ring
e. Susunan: Formasi Rouleaux.
4. Hasil pengamatan preparat eosinofilia menunjukkan terdapat jumlah eosinafil
lebih dari 4 % dan menandakan adanya kenaikan jumlah eosinofil yang berarti
eosinofilia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Harahap, Alida. 2002. Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik 2002.
Jakarta : Bagian Patologi Klinik FKUI.
2. Hoffbrand A. V. et all. 1987. Kapita Selekta Haematologi Edisi 2. EGC, Jakarta
3. Margaret L. Rand, PhD dan Robert K. Murray, MD. PhD. 2004. Biokimia Harper.
25th ed. Jakarta : EGC.
4. Price, Wilson. 2002. Patofisiologi Kedokteran Edisi 4. Jakarta: EGC.
Lampiran