lap.-iv
TRANSCRIPT
Intravena
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam fase farmakokinetik termasuk bagian proses invasi dan
proses eliminasi Yang dimaksud dengan invasi adalah proses- proses
yang berlangsumg pada pengambilan suatu bahan obat kedalam
organism (absorbso,distribusi), sedangkan eliminasi merupakan
proses yang menyebabkan penurunan konsentrasi obat dalam
organism (eskersi).
Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari tentang cakupan
kinetika absorbs, distribusi,dan eliminasi obat.
Selain itu, farmakokinetik merupakan perubahan kadar obat
dalam tubuh yang dipengaruhi oleh waktu, sedangkan maksud dari
farmakokinetika yaitu untuk menghitung berapa lama suatu obat
terabsorbsi dalam tubuh.
Rute pemberian obat ( Routes of Administration ) merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat, karena karakteristik
lingkungan fisiologis anatomi dan biokimia yang berbeda pada daerah
kontak obat dan tubuh karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai
darah yang berbeda; enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang
terdapat di lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal ini menyebabkan
bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu
tertentu akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat.
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
B. Maksud Praktikum
Menganalisis dan mempelajari parameter Farmakokinetik obat
farmadol® di dalam tubuh yang diberikan secara intravena lewat
sampel darah.
C. Tujuan Praktikum
Menentukan distribusi obat farmadol® di dalam tubuh yang
diberikan secara intravena dan menentukan volume distribusinya.
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Setiap obat yang masuk ke dalam tubuh dalam rute pemberian
apapun selalu berkaitan dengan farmakokinetik. Sebab setiap obat
pasti akan mengalami proses baik itu mulai dari proses penyerapan
maupun langsung mengalami distribusi seperti pada pemberian
intravena yang langsung masuk ke dalam peredaran darah tanpa
mengalami proses absorbs (Hayes, 1996).
Study biofarmasetika memerlukan penyelidikan berbagai faktor
yang mempengaruhi laju dan jumlah obat yang mencapai sirkulasi
sistemik. Hal ini berarti, biofarmasetika melibatkan faktor-faktor yang
mempengaruhi pelepasan obat dari suatu produk obat, laju pelarutan
dan akhirnya bioavailabilitas obat tersebut. Farmakokinetika
mempelajari kinetika absorpsi obat, distribusi dan eliminasi (yakni,
ekskresi dan metabolisme). Uraian dari distribusi dan eliminasi obat
sering diistilahkan sebagai disposisi obat (Shargel, 2005).
Pada rute intravena (i.v), tidak ada fase absorpsi, obat langsung
masuk ke dalam vena, “onset of action” cepat, efisien, bioavailabilitas
100 %, baik untuk obat yang menyebabkan iritasi kalau diberikan
dengan cara lain, biasanya berupa infus kontinu untuk obat yang
waktu-paruhnya (t1/2) pendek (Joenoes, 2002).
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
Intravena (i.v), yaitu disuntikkan ke dalam pembuluh darah.
Larutan dalam volume kecil (di bawah 5 ml) sebaiknya isotonis dan
isohidris, sedangkan volume besar (infuse) harus isotonis dan
isohidris (Joenoes, 2002).
Study biofarmasetika memerlukan penyelidikan berbagai faktor
yang mempengaruhi laju dan jumlah obat yang mencapai sirkulasi
sistemik. Hal ini berarti, biofarmasetika melibatkan faktor-faktor yang
mempengaruhi pelepasan obat dari suatu produk obat, laju pelarutan
dan akhirnya bioavailabilitas obat tersebut. Farmakokinetika
mempelajari kinetika absorpsi obat, distribusi dan eliminasi (yakni,
ekskresi dan metabolisme). Uraian dari distribusi dan eliminasi obat
sering diistilahkan sebagai disposisi obat (Shargel, 2005).
Farmakologi medis adalah ilmu mengenai zat-zat kimia (obat)
yang berinteraksi dengan tubuh manusia. Interaksi-interaksi ini dibagi
menjadi dua jenis (Neal, 2006) :
1. Farmakodinamik, yaitu efek obat terhadap tubuh, dan
2. Farmakokinetik, yaitu bagaimana tubuh mempengaruhi obat dengan
berlalunya waktu (yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi).
Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk
mengetahui bioavabilitas suatu obat adalah (Ganiswarna, 2005) :
1. Daerah dibawah lurva (Area Under Curva) adalah integritasi batas
obat di dalam darah dari waktu t = o hingga t, dimana besar AUC
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
berbanding lurus dengan jumlah total obat yang diabsorbsi. AUC
merupakan salah satu parameter untuk menentukan bioavabilitas.
Cara yang paling sederhana untuk menghitung AUC adalah dengan
metode trapezoid.
2. Volume distribusi adalah suatu parameter farmakokinetik yang
menggambarkan luas dan intensitas distribusi obat dalam tubuh.
Volume distribusi bukan merupakan vilume yang sesungguhnya dari
ruang yang ditempati obat dalam tubuh, tetapi hanya volume tubuh.
Besarnya volume distribusi dapat digunakan sebagai gambaran,
tingkat distribusi obat dalam darah.
3. Konsentrasi Tinggi Puncak (Cpmax) adalah konsentrasi dari obat
maksimum yang diamati dalam plasma darah dan serum pemberian
dosis obat. Jumlah obat biasanya dinyatakan dalam batasan
konsentrasinya sehubungan dengan volume spesifik dari darah,
serum dan plasma.
4. Waktu Puncak (tmax) adalah waktu yang dibutuhkan unsur untuk
mencapai level obat maksimum dalam darah (tmax). serta parameter
ini menunjukan laju absorsi obat dari formulasi. Laju absorbsi obat,
menentukan waktu diperlukan untuk dicapai konsentrasi efektif
minimum dan dengan demikian untuk awal dari efek farmakologis
yang dikendaki.
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
5. Waktu paruh obat (t½) adalah gambaran waktu yang dibutuhkan
untuk suatu level aktivitas obat dan menjadi separuh dari leval asli
atau level yang dikendaki
6. Tetapan absorbsi (Ka) adalah parameter yang mengambarkan laju
absorbsi suatu obat, dimana agar suatu obat diabsorbsi mula-mula
obat harus larut dalam cairan pada tempat absorsinya
7. Tetapan eliminasi adalah parameter yang gambarkan laju eliminasi
suatu obat tubuh. Dengan ekskresinya obat dan metabolit obat,
aktivitas dan keberadaan obat dalam tubuh dapat dikatakan berakhir
Pemberian terapi intravena saat ini merupakan yang paling banyak
digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi pasien. Data statistic
menunjukkan terapi ini belum jelas, tetapi diperkirakan sekitar 80% pasien
akan diberikan terapi intravena ini. Tindakan pemasangan infus, akan
berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar
yang telah ditetapkan, sehingga kejadian infeksi atau berbagai
permasalahan akibat pemasangan infus dapat dikurangi bahkan tidak
terjadi. Dikarenakan, salah satu indikator yang dipakai untuk menilai
kinerja rumah sakit adalah infeksi nosokomial yang adalah merupakan
indikator mutu pelayanan rumah sakit (Atihuta & Bahar,2010).
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
B. Uraian Obat
1. Parasetamol (Gennaro, 1990)
Nama resmi : Acetaminophen
Sinonim : Paracetamol
Rumus molekul : C8H9NO2
Berat molekul : 151,16
Pemerian : Berupa hablur atau serbuk hablur putih, rasa
pahit, berbau, serbuk kristal dengan sedikit
rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian
etanol (95 %)P, dalam 13 bagian aseton P,
dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9
bagian propilenglikol P; larut dalam larutan
alkalihidroksida.
Inkompatibilitas : Ikatan hidrogen pada mekanismenya pernah
dilaporkan oleh karena itu parasetamol
dihubungkan dengan permukaan dari nilon
dan rayon.
Farmakodinami : Efek analgesik parasetamol yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan
sampai sedang. Parasetamol menurunkan
suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
berdasarkan efek sentral. Efek anti
inflamasinya sangat lemah.
Farmakokinetik : Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna
melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi
dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan
masa paruh plasma antara 1-3 jam.
C. Uraian Hewan
a. Klasifikasi Tikus Putih (Rattus norvegicus) (Malole, 1989)
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Rhodentia
Family : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
b. Morfologi Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Tikus putih (Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya
dengan sempurna, mudah dipelihara,merupakan hewan yang
relative sehat dan cocok untuk berbagai macam penelitian.tikus yang
sudah menyebar keseluruh dunia dan digunakan secara luas untuk
penelitian dan di laboratorium ataupun hewan kesayangan adalah
tikus putih yangh berasal dari asia tengah dan tidak ada
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
hubungannya dengan norwegia seperti yang diduga dari namanya.
Tikus dapat dikandangkan bersama dala satu kelompok besar yang
terdiri dari jantan dan betina dan berbagai tingkat tanpa terjadinya
kelahiran yang berarti. Tikus yang lepas dari kandang umumnya
akan kembali ke kandang (Malole, 1989)
c. Karakteristik Tikus Putih (Rattus norvegicus) (Malole, 1989)
Berat badan dewasa -jantan : 450-520 g
-betina : 250-300 g
Berat lahir : 5-6 g
Luas perukaan tubuh : 50 g : 130
130 g:250
Temperatur tubuh : 35,9-37,5
Jumlah diploid : 42
Harapan hidup : 2,5-3,5 tahun
Konsumsi makanan : 10 g/100 g/hari
Konsumsi air minum : 10-12 ml/100 g/hari
Saat dikawinkan -jantan : 65-110 hari
-betina : 65-110 hari
Lama siklus birahi : 4-5 hari
Lama kebuntingan : 21-23 hari
Oestrus postpartum : fertile
Jumlah anak/kelahiran : 6-12
Umur sapih : 21 hari
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
Waktu pemeliharaan komersial : 7-10 liter/4-5/bulan
Komposisi air susu : Lemak 13,0 %
Protein 9,7 %
Lactose 3,2 %
Jumlah pernapasan : 70-115 / menit
Volume tidal : 0,6-2,0 ml
Detak jantung : 250-450/ menit
Volume darah : 54-70 ml/ kg
Tekanan darah : 84-134/ 60 mmHg
Butir darah merah : 7-10x / mm
Hematokrit : 36-48 %
Hemoglobin : 11-18 mg
Leukosit : 6-17 x / m
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
BAB III
PROSEDUR KERJA
A. Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, sendok
tanduk, gelas kimia, timbangan analitik, gunting, kater, spoit, tabung
efendrof dan vial
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu aquades, alkohol,
betadine, farmadol®, nacmc dan tissue.
C. Prosedur Kerja
1. Disiapkan hewan coba tikus (Ruttus norvegicus)
2. Dipuasakan selama 8-12 jam
3. Diambil darahnya 0,5 ml
4. Ditampung dalam tabung efendrof
5. Disuntikan obat farmadol® melalui rute intravena
6. Kemudian biarkan selama 30 menit
7. Dilakukan pengambilan darah pada menit ke 0, 30, 60, 90 dan 120’
8. Kemudian sampel darah disentrifugasi 1000 rpm selama 10menit,
ambil lapisan serumnya
9. Diukur absorbannya menggunakan spektrofotometer
10. Dicatat datanya dan hitung
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Data Kurva Baku
[ ] Abs
2 0,417
4 0,721
6 0,935
8 1,425
10 1,655
Data bsampel
Waktu (menit) Abs Cp Log Cp
2 0,584 3,194 0,504
4 0,499 2,660 0,424
6 0,329 1,591 0,201
8 0,233 0,987 -0,005
10 0,181 0,660 -0,180
12 0,112 0,226 -0,645
14 0,109 0,207 -0,684
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
Farmadol @ 10 mg
Dosis = 10 mg x fk. tikus
= 10 mg x 0,018
= 0,18 x 1000 = 180 µg
Nilai regresi
a = 0,076
b = 0,159
r =0,992
Untuk mencari nilai Cp
Cp = |−a|b
Cp 2 = 0,584−0,076
0,159 = 3,194 µg mL/menit
Cp 4 = 0,499−0,076
0,159 = 2,660 µg mL/menit
Cp 6 = 0,329−0,076
0,159 = 1,591 µg mL/menit
Cp 8 = 0,233−0,076
0,159 = 0,987 µg mL/menit
Cp 10 = 0,181−0,076
0,159 = 0,660 µg mL/menit
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
Cp 12 = 0,112−0,0760,159
= 0,226 µg mL/menit
Cp 14 = 0,109−0,076
0,159 = 0,287 µg mL/menit
1. TetapanLajuEliminasi (ke)
b = −b2,3
K = - b x 2,3
= - (-0,108) x 2,3
= 0,248 menit-1
2. t12
= 0,693K
= 0,6930,248
= 2,794 jam
3. Vd = F xDoCp0
= 1x 1801,191
= 151,133 mL
4. AUC
[AUC]tntn-1 = Cpn−1+Cpn
2 (tn-tn-1)
AUC24 =
3,194+2,660 (4−2)2
= 5,854 µg menit/mL
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
AUC46 =
2,660+1,591(6−4 )2
= 4,251 µg menit/mL
AUC68 =
1,591+0,987(8−6)2
= 2,578 µg menit/mL
AUC810 =
0,987+0,660 (10−8)2
= 1,647 µg menit/mL
AUC1012=0,660+0,226 (12−10)
2
= 0,886 µg menit/mL
AUC1214 =
0,226+0,207 (14−12)2
= 0,433µg menit/mL
5. ∑ AUC
∑ AUC = 5,854 + 4,251 + 2,578 + 1,647 + 0,886 + 0,433
= 15,649 µg menit/mL
6. AUC tnt∞=Cpn
K
=0,2070,248
= 0,834µg menit/mL
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
7. AUC t0t∞= F xDoVd x K
=1x 180
151,133x 0,248
=18037,480
= 4,802 µg menit/ml
% AUC ekstrapolasi= AUC tn
t ∞
AUC t 0t ∞ x 100 %
= 0,83426,274
x 100 %
= 3,174 %
Jika data yang diperoleh kurang dari 20% maka data valid,
sedangkan jika data yang diperoleh lebih dari 20% maka data tidak valid.
Jadi, berdasarkan hasil perhitungan % AUC ekstrapolasi diperoleh hasil
3,174% yang menandakan bahwa data yang diperoleh valid.
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
B. Pembahasan
Infus intravena adalah salah satu metode umum pemberian
cairan, nutrisi, dan pengobatan untuk pasien serta intravena solution
merupakan satu-satunya sumber makanan dan cairan untuk banyak
pasien akut, pasien yang dilakukan rawat inap mendapatkan terapi
cairan melalui infus.
Pemberian terapi intravena saat ini merupakan yang paling
banyak digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi pasien. Data
statistic menunjukkan terapi ini belum jelas, tetapi diperkirakan sekitar
80% pasien akan diberikan terapi intravena ini.
Jika suatu obat diberikan dalam bentuk injeksi intravena cepat
(IV bolus), seluruh dosis obat masuk kedalam tubuh dengan segera.
Oleh karena itu, laju absorbsi obat tidak diberikan dalam perhitungan.
Dalam banyak hal, obat tersebut didistribusikan ke semua jaringan di
dalam tubuh melalui sistem sirkulasi dan secara berkesetimbangan di
dalam tubuh.
Pada praktikum ini dilakukan pelakuan pada hewan coba tikus
(Ruttus norvegicus) dimana hewan coba dipuasakan selama 8-11 jam,
kemudian diambil darah, sebelum perlakuan dan ditampung
padatabung Effendorf, yang berisi EDTA 2%. Setelah itu diberikan
obat Paracetamol ® secara oral selama 1 ml dan dibiarkan selama 30
menit. Dilakukan pengambilan darah pada menit 0’,30’,60’,90’ dan
sampel darah disentrifugasi dan diambil larutan jernih (serum).
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
Setelah itu dimasukkan kedalam spektrofotometer dan dihitung
absorbannya. Catat data yang diperoleh dan hitung.
Tujuan dari centrifuge darah adalah untuk memisahkan zat
massa yang berbeda. Gaya sentrifugal adalah kekuatan luar ketika
sampel yang berputar pada kecepatan tinggi. Centrifuge
mempercepat pemisahan alami yang terjadi secara gravitasi dari
waktu ke waktu. Misalnya, sentrifugasi dapat memisahkan serum
dengan cepat dari darah beku atau plasma dapat dipisahkan dari sel
darah. Centrifuge juga dapat digunakan untuk memisahkan endapan
dari supernatan dalam suatu larutan. Kecepatan sentrifugal diukur
dalam revolusi per menit (rpm).
Spektrofotometri adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu
sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar ultraviolet (UV)
mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak
(visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran
spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan
energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,
sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis
kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna
untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam
larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang
gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh beberapa parameter
farmakokinetik yaitu nilai k (tetapan eliminasi) sebesar 0,248 menit-1
yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan obat untuk tereleminasi
dari tubuh tiap satuan waktu, nilai t1/2 sebesar 2,794 jam yang
menunjukkan waktu yang dibutuhkan untuk meluruhkan setengah dari
konsentrasi obat, nilai Vd sebesar 151,133 mL yang menunjukkan
volume yang dibutuhkan untuk melarutkan obat secara sempurna
dalam darah dan % AUC ekstrapolasi yang didapatkan adalah 3,174
%. Jika data yang diperoleh kurang dari 20% maka data valid,
sedangkan jika data yang diperoleh lebih dari 20% maka data tidak
valid. Jadi, berdasarkan hasil perhitungan % AUC ekstrapolasi
diperoleh hasil 3,174 % yang menandakan bahwa data yang diperoleh
adalah valid.
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa parameter farmakokinetik
yang diperoleh adalah :
- k = 0,248 menit-1
- t1/2 = 2,794 jam
- Vd = 151,133 mL
- % AUC ekstrapolasi yang didapatkan adalah 3,174 % (data valid).
B. Saran
Sebaiknya dalam praktikum harus teliti agar hasilnya akurat.
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
DAFTAR PUSTAKA
Atihuta A Jeles, Syahrir A. Pasinringi dan Burhanuddin Bahar. 2009. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Mutu Pelayanan di RSUD Dr. M.Haulussy Ambon.
Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes Ri . Jakarta.
Ganiswarna, Sulistia G. 2005. Farmakologi Dan Terapi Edisi V, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Hayes, Evelyn, R. 1996. Farmakologi. Penerbit EGC: Jakarta
Joenoes,Z.N.2002.Ars Prescribendi Jilid 3.Airlangga University Press,Surabaya.
Malole MBM dan Pramono.1989.Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium.Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB.
Neal, Michael .J. 2006. At Glance Farmakologi Medis edisi Lima.Penerbit Erlangga:Jakarta.
Shargel, L. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Edisi II, Airlangga University Press, Surabaya.
Tjay,T.H,dkk. 2002. Obat-Obat Penting. Edisi IV. Dirjen POM : Jakarta
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
a. Perhitungan Bahan
Dik : Dosis obat 10 mg
Larutan stok 5 ml
Berat tikus: (I) 189 gram
(II) 207 gram
(III) 174 gram
(IV) 238 gram
Berat rata-rata obat 599,82 mg
Perhitungan dosis
Tikus 10 gram = 0,018 x 10 mg = 0,18 mg
Perhitungan larutan stok
larutanstok=5ml2x0,18mg=0,45mg /ml
Perhitungan volume pemberian tiap tikus
1. 189200
x 2=1,89ml
2. 174200
x 2=1,74ml
3. 207200
x 2=2,7ml
4. 238200
x 2=2,38ml
Perhitungan berat obat yang akan ditimbang
BYD=22,5mg /ml500mg
=26,9919mg
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247
Intravena
Skema kerja
Disiapkan hewan coba tikus (Ruttus norvegicus)
Dipuasakan selama 8-12 jam
Diambil darahnya 0,5 ml
Ditampung dalam tabung efendrof
Disuntikan obat farmadol® melalui rute intravena
Kemudian dibiarkan selama 30 menit
Dilakukan pengambilan darah pada menit ke 0, 30, 60, 90 dan 120’
Kemudian sampel darah disentrifugasi 1000 rpm selama 10menit, ambil
lapisan serumnya
Diukur absorbannya menggunakan spektrofotometer
Dicatat datanya dan hitung
PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247