lap.-iv

34
Intravena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam fase farmakokinetik termasuk bagian proses invasi dan proses eliminasi Yang dimaksud dengan invasi adalah proses- proses yang berlangsumg pada pengambilan suatu bahan obat kedalam organism (absorbso,distribusi), sedangkan eliminasi merupakan proses yang menyebabkan penurunan konsentrasi obat dalam organism (eskersi). Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari tentang cakupan kinetika absorbs, distribusi,dan eliminasi obat. Selain itu, farmakokinetik merupakan perubahan kadar obat dalam tubuh yang dipengaruhi oleh waktu, sedangkan maksud dari farmakokinetika yaitu untuk menghitung berapa lama suatu obat terabsorbsi dalam tubuh. PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR 150 2012 0247

Upload: putri-atthohiriyah-b-mubarak

Post on 15-Jan-2016

226 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: lap.-IV

Intravena

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam fase farmakokinetik termasuk bagian proses invasi dan

proses eliminasi Yang dimaksud dengan invasi adalah proses- proses

yang berlangsumg pada pengambilan suatu bahan obat kedalam

organism (absorbso,distribusi), sedangkan eliminasi merupakan

proses yang menyebabkan penurunan konsentrasi obat dalam

organism (eskersi).

Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari tentang cakupan

kinetika absorbs, distribusi,dan eliminasi obat.

Selain itu, farmakokinetik merupakan perubahan kadar obat

dalam tubuh yang dipengaruhi oleh waktu, sedangkan maksud dari

farmakokinetika yaitu untuk menghitung berapa lama suatu obat

terabsorbsi dalam tubuh.

Rute pemberian obat ( Routes of Administration ) merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat, karena karakteristik

lingkungan fisiologis anatomi dan biokimia yang berbeda pada daerah

kontak obat dan tubuh karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai

darah yang berbeda; enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang

terdapat di lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal ini menyebabkan

bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu

tertentu akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat.

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 2: lap.-IV

Intravena

B. Maksud Praktikum

Menganalisis dan mempelajari parameter Farmakokinetik obat

farmadol® di dalam tubuh yang diberikan secara intravena lewat

sampel darah.

C. Tujuan Praktikum

Menentukan distribusi obat farmadol® di dalam tubuh yang

diberikan secara intravena dan menentukan volume distribusinya.

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 3: lap.-IV

Intravena

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Setiap obat yang masuk ke dalam tubuh dalam rute pemberian

apapun selalu berkaitan dengan farmakokinetik. Sebab setiap obat

pasti akan mengalami proses baik itu mulai dari proses penyerapan

maupun langsung mengalami distribusi seperti pada pemberian

intravena yang langsung masuk ke dalam peredaran darah tanpa

mengalami proses absorbs (Hayes, 1996).

Study biofarmasetika memerlukan penyelidikan berbagai faktor

yang mempengaruhi laju dan jumlah obat yang mencapai sirkulasi

sistemik. Hal ini berarti, biofarmasetika melibatkan faktor-faktor yang

mempengaruhi pelepasan obat dari suatu produk obat, laju pelarutan

dan akhirnya bioavailabilitas obat tersebut. Farmakokinetika

mempelajari kinetika absorpsi obat, distribusi dan eliminasi (yakni,

ekskresi dan metabolisme). Uraian dari distribusi dan eliminasi obat

sering diistilahkan sebagai disposisi obat (Shargel, 2005).

Pada rute intravena (i.v), tidak ada fase absorpsi, obat langsung

masuk ke dalam vena, “onset of action” cepat, efisien, bioavailabilitas

100 %, baik untuk obat yang menyebabkan iritasi kalau diberikan

dengan cara lain, biasanya berupa infus kontinu untuk obat yang

waktu-paruhnya (t1/2) pendek (Joenoes, 2002).

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 4: lap.-IV

Intravena

Intravena (i.v), yaitu disuntikkan ke dalam pembuluh darah.

Larutan dalam volume kecil (di bawah 5 ml) sebaiknya isotonis dan

isohidris, sedangkan volume besar (infuse) harus isotonis dan

isohidris (Joenoes, 2002).

Study biofarmasetika memerlukan penyelidikan berbagai faktor

yang mempengaruhi laju dan jumlah obat yang mencapai sirkulasi

sistemik. Hal ini berarti, biofarmasetika melibatkan faktor-faktor yang

mempengaruhi pelepasan obat dari suatu produk obat, laju pelarutan

dan akhirnya bioavailabilitas obat tersebut. Farmakokinetika

mempelajari kinetika absorpsi obat, distribusi dan eliminasi (yakni,

ekskresi dan metabolisme). Uraian dari distribusi dan eliminasi obat

sering diistilahkan sebagai disposisi obat (Shargel, 2005).

Farmakologi medis adalah ilmu mengenai zat-zat kimia (obat)

yang berinteraksi dengan tubuh manusia. Interaksi-interaksi ini dibagi

menjadi dua jenis (Neal, 2006) :

1. Farmakodinamik, yaitu efek obat terhadap tubuh, dan

2. Farmakokinetik, yaitu bagaimana tubuh mempengaruhi obat dengan

berlalunya waktu (yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme dan

ekskresi).

Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk

mengetahui bioavabilitas suatu obat adalah (Ganiswarna, 2005) :

1. Daerah dibawah lurva (Area Under Curva) adalah integritasi batas

obat di dalam darah dari waktu t = o hingga t, dimana besar AUC

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 5: lap.-IV

Intravena

berbanding lurus dengan jumlah total obat yang diabsorbsi. AUC

merupakan salah satu parameter untuk menentukan bioavabilitas.

Cara yang paling sederhana untuk menghitung AUC adalah dengan

metode trapezoid.

2. Volume distribusi adalah suatu parameter farmakokinetik yang

menggambarkan luas dan intensitas distribusi obat dalam tubuh.

Volume distribusi bukan merupakan vilume yang sesungguhnya dari

ruang yang ditempati obat dalam tubuh, tetapi hanya volume tubuh.

Besarnya volume distribusi dapat digunakan sebagai gambaran,

tingkat distribusi obat dalam darah.

3. Konsentrasi Tinggi Puncak (Cpmax) adalah konsentrasi dari obat

maksimum yang diamati dalam plasma darah dan serum pemberian

dosis obat. Jumlah obat biasanya dinyatakan dalam batasan

konsentrasinya sehubungan dengan volume spesifik dari darah,

serum dan plasma.

4. Waktu Puncak (tmax) adalah waktu yang dibutuhkan unsur untuk

mencapai level obat maksimum dalam darah (tmax). serta parameter

ini menunjukan laju absorsi obat dari formulasi. Laju absorbsi obat,

menentukan waktu diperlukan untuk dicapai konsentrasi efektif

minimum dan dengan demikian untuk awal dari efek farmakologis

yang dikendaki.

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 6: lap.-IV

Intravena

5. Waktu paruh obat (t½) adalah gambaran waktu yang dibutuhkan

untuk suatu level aktivitas obat dan menjadi separuh dari leval asli

atau level yang dikendaki

6. Tetapan absorbsi (Ka) adalah parameter yang mengambarkan laju

absorbsi suatu obat, dimana agar suatu obat diabsorbsi mula-mula

obat harus larut dalam cairan pada tempat absorsinya

7. Tetapan eliminasi adalah parameter yang gambarkan laju eliminasi

suatu obat tubuh. Dengan ekskresinya obat dan metabolit obat,

aktivitas dan keberadaan obat dalam tubuh dapat dikatakan berakhir

Pemberian terapi intravena saat ini merupakan yang paling banyak

digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi pasien. Data statistic

menunjukkan terapi ini belum jelas, tetapi diperkirakan sekitar 80% pasien

akan diberikan terapi intravena ini. Tindakan pemasangan infus, akan

berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar

yang telah ditetapkan, sehingga kejadian infeksi atau berbagai

permasalahan akibat pemasangan infus dapat dikurangi bahkan tidak

terjadi. Dikarenakan, salah satu indikator yang dipakai untuk menilai

kinerja rumah sakit adalah infeksi nosokomial yang adalah merupakan

indikator mutu pelayanan rumah sakit (Atihuta & Bahar,2010).

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 7: lap.-IV

Intravena

B. Uraian Obat

1. Parasetamol (Gennaro, 1990)

Nama resmi : Acetaminophen

Sinonim : Paracetamol

Rumus molekul : C8H9NO2

Berat molekul : 151,16

Pemerian : Berupa hablur atau serbuk hablur putih, rasa

pahit, berbau, serbuk kristal dengan sedikit

rasa pahit.

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian

etanol (95 %)P, dalam 13 bagian aseton P,

dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9

bagian propilenglikol P; larut dalam larutan

alkalihidroksida.

Inkompatibilitas : Ikatan hidrogen pada mekanismenya pernah

dilaporkan oleh karena itu parasetamol

dihubungkan dengan permukaan dari nilon

dan rayon.

Farmakodinami : Efek analgesik parasetamol yaitu

menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan

sampai sedang. Parasetamol menurunkan

suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 8: lap.-IV

Intravena

berdasarkan efek sentral. Efek anti

inflamasinya sangat lemah.

Farmakokinetik : Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna

melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi

dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan

masa paruh plasma antara 1-3 jam.

C. Uraian Hewan

a. Klasifikasi Tikus Putih (Rattus norvegicus) (Malole, 1989)

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rhodentia

Family : Muridae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus

b. Morfologi Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Tikus putih (Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya

dengan sempurna, mudah dipelihara,merupakan hewan yang

relative sehat dan cocok untuk berbagai macam penelitian.tikus yang

sudah menyebar keseluruh dunia dan digunakan secara luas untuk

penelitian dan di laboratorium ataupun hewan kesayangan adalah

tikus putih yangh berasal dari asia tengah dan tidak ada

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 9: lap.-IV

Intravena

hubungannya dengan norwegia seperti yang diduga dari namanya.

Tikus dapat dikandangkan bersama dala satu kelompok besar yang

terdiri dari jantan dan betina dan berbagai tingkat tanpa terjadinya

kelahiran yang berarti. Tikus yang lepas dari kandang umumnya

akan kembali ke kandang (Malole, 1989)

c. Karakteristik Tikus Putih (Rattus norvegicus) (Malole, 1989)

Berat badan dewasa -jantan : 450-520 g

-betina : 250-300 g

Berat lahir : 5-6 g

Luas perukaan tubuh : 50 g : 130

130 g:250

Temperatur tubuh : 35,9-37,5

Jumlah diploid : 42

Harapan hidup : 2,5-3,5 tahun

Konsumsi makanan : 10 g/100 g/hari

Konsumsi air minum : 10-12 ml/100 g/hari

Saat dikawinkan -jantan : 65-110 hari

-betina : 65-110 hari

Lama siklus birahi : 4-5 hari

Lama kebuntingan : 21-23 hari

Oestrus postpartum : fertile

Jumlah anak/kelahiran : 6-12

Umur sapih : 21 hari

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 10: lap.-IV

Intravena

Waktu pemeliharaan komersial : 7-10 liter/4-5/bulan

Komposisi air susu : Lemak 13,0 %

Protein 9,7 %

Lactose 3,2 %

Jumlah pernapasan : 70-115 / menit

Volume tidal : 0,6-2,0 ml

Detak jantung : 250-450/ menit

Volume darah : 54-70 ml/ kg

Tekanan darah : 84-134/ 60 mmHg

Butir darah merah : 7-10x / mm

Hematokrit : 36-48 %

Hemoglobin : 11-18 mg

Leukosit : 6-17 x / m

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 11: lap.-IV

Intravena

BAB III

PROSEDUR KERJA

A. Alat

Adapun alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, sendok

tanduk, gelas kimia, timbangan analitik, gunting, kater, spoit, tabung

efendrof dan vial

B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan yaitu aquades, alkohol,

betadine, farmadol®, nacmc dan tissue.

C. Prosedur Kerja

1. Disiapkan hewan coba tikus (Ruttus norvegicus)

2. Dipuasakan selama 8-12 jam

3. Diambil darahnya 0,5 ml

4. Ditampung dalam tabung efendrof

5. Disuntikan obat farmadol® melalui rute intravena

6. Kemudian biarkan selama 30 menit

7. Dilakukan pengambilan darah pada menit ke 0, 30, 60, 90 dan 120’

8. Kemudian sampel darah disentrifugasi 1000 rpm selama 10menit,

ambil lapisan serumnya

9. Diukur absorbannya menggunakan spektrofotometer

10. Dicatat datanya dan hitung

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 12: lap.-IV

Intravena

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Data Kurva Baku

[ ] Abs

2 0,417

4 0,721

6 0,935

8 1,425

10 1,655

Data bsampel

Waktu (menit) Abs Cp Log Cp

2 0,584 3,194 0,504

4 0,499 2,660 0,424

6 0,329 1,591 0,201

8 0,233 0,987 -0,005

10 0,181 0,660 -0,180

12 0,112 0,226 -0,645

14 0,109 0,207 -0,684

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 13: lap.-IV

Intravena

Farmadol @ 10 mg

Dosis = 10 mg x fk. tikus

= 10 mg x 0,018

= 0,18 x 1000 = 180 µg

Nilai regresi

a = 0,076

b = 0,159

r =0,992

Untuk mencari nilai Cp

Cp = |−a|b

Cp 2 = 0,584−0,076

0,159 = 3,194 µg mL/menit

Cp 4 = 0,499−0,076

0,159 = 2,660 µg mL/menit

Cp 6 = 0,329−0,076

0,159 = 1,591 µg mL/menit

Cp 8 = 0,233−0,076

0,159 = 0,987 µg mL/menit

Cp 10 = 0,181−0,076

0,159 = 0,660 µg mL/menit

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 14: lap.-IV

Intravena

Cp 12 = 0,112−0,0760,159

= 0,226 µg mL/menit

Cp 14 = 0,109−0,076

0,159 = 0,287 µg mL/menit

1. TetapanLajuEliminasi (ke)

b = −b2,3

K = - b x 2,3

= - (-0,108) x 2,3

= 0,248 menit-1

2. t12

= 0,693K

= 0,6930,248

= 2,794 jam

3. Vd = F xDoCp0

= 1x 1801,191

= 151,133 mL

4. AUC

[AUC]tntn-1 = Cpn−1+Cpn

2 (tn-tn-1)

AUC24 =

3,194+2,660 (4−2)2

= 5,854 µg menit/mL

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 15: lap.-IV

Intravena

AUC46 =

2,660+1,591(6−4 )2

= 4,251 µg menit/mL

AUC68 =

1,591+0,987(8−6)2

= 2,578 µg menit/mL

AUC810 =

0,987+0,660 (10−8)2

= 1,647 µg menit/mL

AUC1012=0,660+0,226 (12−10)

2

= 0,886 µg menit/mL

AUC1214 =

0,226+0,207 (14−12)2

= 0,433µg menit/mL

5. ∑ AUC

∑ AUC = 5,854 + 4,251 + 2,578 + 1,647 + 0,886 + 0,433

= 15,649 µg menit/mL

6. AUC tnt∞=Cpn

K

=0,2070,248

= 0,834µg menit/mL

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 16: lap.-IV

Intravena

7. AUC t0t∞= F xDoVd x K

=1x 180

151,133x 0,248

=18037,480

= 4,802 µg menit/ml

% AUC ekstrapolasi= AUC tn

t ∞

AUC t 0t ∞ x 100 %

= 0,83426,274

x 100 %

= 3,174 %

Jika data yang diperoleh kurang dari 20% maka data valid,

sedangkan jika data yang diperoleh lebih dari 20% maka data tidak valid.

Jadi, berdasarkan hasil perhitungan % AUC ekstrapolasi diperoleh hasil

3,174% yang menandakan bahwa data yang diperoleh valid.

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 17: lap.-IV

Intravena

B. Pembahasan

Infus intravena adalah salah satu metode umum pemberian

cairan, nutrisi, dan pengobatan untuk pasien serta intravena solution

merupakan satu-satunya sumber makanan dan cairan untuk banyak

pasien akut, pasien yang dilakukan rawat inap mendapatkan terapi

cairan melalui infus.

Pemberian terapi intravena saat ini merupakan yang paling

banyak digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi pasien. Data

statistic menunjukkan terapi ini belum jelas, tetapi diperkirakan sekitar

80% pasien akan diberikan terapi intravena ini.

Jika suatu obat diberikan dalam bentuk injeksi intravena cepat

(IV bolus), seluruh dosis obat masuk kedalam tubuh dengan segera.

Oleh karena itu, laju absorbsi obat tidak diberikan dalam perhitungan.

Dalam banyak hal, obat tersebut didistribusikan ke semua jaringan di

dalam tubuh melalui sistem sirkulasi dan secara berkesetimbangan di

dalam tubuh.

Pada praktikum ini dilakukan pelakuan pada hewan coba tikus

(Ruttus norvegicus) dimana hewan coba dipuasakan selama 8-11 jam,

kemudian diambil darah, sebelum perlakuan dan ditampung

padatabung Effendorf, yang berisi EDTA 2%. Setelah itu diberikan

obat Paracetamol ® secara oral selama 1 ml dan dibiarkan selama 30

menit. Dilakukan pengambilan darah pada menit 0’,30’,60’,90’ dan

sampel darah disentrifugasi dan diambil larutan jernih (serum).

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 18: lap.-IV

Intravena

Setelah itu dimasukkan kedalam spektrofotometer dan dihitung

absorbannya. Catat data yang diperoleh dan hitung.

Tujuan dari centrifuge darah adalah untuk memisahkan zat

massa yang berbeda. Gaya sentrifugal adalah kekuatan luar ketika

sampel yang berputar pada kecepatan tinggi. Centrifuge

mempercepat pemisahan alami yang terjadi secara gravitasi dari

waktu ke waktu. Misalnya, sentrifugasi dapat memisahkan serum

dengan cepat dari darah beku atau plasma dapat dipisahkan dari sel

darah. Centrifuge juga dapat digunakan untuk memisahkan endapan

dari supernatan dalam suatu larutan. Kecepatan sentrifugal diukur

dalam revolusi per menit (rpm).

Spektrofotometri adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu

sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar ultraviolet (UV)

mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak

(visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran

spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan

energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,

sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis

kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna

untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam

larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang

gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 19: lap.-IV

Intravena

Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh beberapa parameter

farmakokinetik yaitu nilai k (tetapan eliminasi) sebesar 0,248 menit-1

yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan obat untuk tereleminasi

dari tubuh tiap satuan waktu, nilai t1/2 sebesar 2,794 jam yang

menunjukkan waktu yang dibutuhkan untuk meluruhkan setengah dari

konsentrasi obat, nilai Vd sebesar 151,133 mL yang menunjukkan

volume yang dibutuhkan untuk melarutkan obat secara sempurna

dalam darah dan % AUC ekstrapolasi yang didapatkan adalah 3,174

%. Jika data yang diperoleh kurang dari 20% maka data valid,

sedangkan jika data yang diperoleh lebih dari 20% maka data tidak

valid. Jadi, berdasarkan hasil perhitungan % AUC ekstrapolasi

diperoleh hasil 3,174 % yang menandakan bahwa data yang diperoleh

adalah valid.

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 20: lap.-IV

Intravena

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa parameter farmakokinetik

yang diperoleh adalah :

- k = 0,248 menit-1

- t1/2 = 2,794 jam

- Vd = 151,133 mL

- % AUC ekstrapolasi yang didapatkan adalah 3,174 % (data valid).

B. Saran

Sebaiknya dalam praktikum harus teliti agar hasilnya akurat.

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 21: lap.-IV

Intravena

DAFTAR PUSTAKA

Atihuta A Jeles, Syahrir A. Pasinringi dan Burhanuddin Bahar. 2009. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Mutu Pelayanan di RSUD Dr. M.Haulussy Ambon.

Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes Ri . Jakarta.

Ganiswarna, Sulistia G. 2005. Farmakologi Dan Terapi Edisi V, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

Hayes, Evelyn, R. 1996. Farmakologi. Penerbit EGC: Jakarta

Joenoes,Z.N.2002.Ars Prescribendi Jilid 3.Airlangga University Press,Surabaya.

Malole MBM dan Pramono.1989.Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium.Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB.

Neal, Michael .J. 2006. At Glance Farmakologi Medis edisi Lima.Penerbit Erlangga:Jakarta.

Shargel, L. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Edisi II, Airlangga University Press, Surabaya.

Tjay,T.H,dkk. 2002. Obat-Obat Penting. Edisi IV. Dirjen POM : Jakarta

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 22: lap.-IV

Intravena

a. Perhitungan Bahan

Dik : Dosis obat 10 mg

Larutan stok 5 ml

Berat tikus: (I) 189 gram

(II) 207 gram

(III) 174 gram

(IV) 238 gram

Berat rata-rata obat 599,82 mg

Perhitungan dosis

Tikus 10 gram = 0,018 x 10 mg = 0,18 mg

Perhitungan larutan stok

larutanstok=5ml2x0,18mg=0,45mg /ml

Perhitungan volume pemberian tiap tikus

1. 189200

x 2=1,89ml

2. 174200

x 2=1,74ml

3. 207200

x 2=2,7ml

4. 238200

x 2=2,38ml

Perhitungan berat obat yang akan ditimbang

BYD=22,5mg /ml500mg

=26,9919mg

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247

Page 23: lap.-IV

Intravena

Skema kerja

Disiapkan hewan coba tikus (Ruttus norvegicus)

Dipuasakan selama 8-12 jam

Diambil darahnya 0,5 ml

Ditampung dalam tabung efendrof

Disuntikan obat farmadol® melalui rute intravena

Kemudian dibiarkan selama 30 menit

Dilakukan pengambilan darah pada menit ke 0, 30, 60, 90 dan 120’

Kemudian sampel darah disentrifugasi 1000 rpm selama 10menit, ambil

lapisan serumnya

Diukur absorbannya menggunakan spektrofotometer

Dicatat datanya dan hitung

PUTRI A B MUBARAK AFRIANI ABDUL KADIR150 2012 0247