laboratorium analisis bahan pangan
DESCRIPTION
laporan analisis HCNLaporan bilangan peroksidaTRANSCRIPT
LABORATORIUM
ANALISIS BAHAN PANGAN
Nama Pembimbing : Muh. Saleh S.T, M.Si
Nama Mahasiswa : Nur Fadilah Usman
Nim : 331 11 023
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Mata Kuliah : Laboratorium Analisis Bahan Pangan
Penyusun : Nur Fadilah Usman/33111023
Laporan ini telah diperiksa dan disetujui sebagai hasil laporan praktikum
yang telah saya lakukan.
Makassar, Desember 2013
Menyetujui :
Pembimbing, Penyusun,
( Muhammad Saleh, S.T.,M.Si ) (Nur fadilah)196710081993031001 331 11 023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat Rahmat dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyusun Laporan
Praktikum Laboratorium Teknologi Pangan ini dapat terselesaikan dengan baik
dan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Namun dalam penyusunan Laporan Praktikum Laboratorium Teknologi
Pangan ini penulis menemui beberapa hambatan dan rintangan yang akhirnya bisa
diatasi, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan.
Dengan selesainya Laporan Praktikum Laboratorium Teknologi Pangan ini,
penulis dengan berbesar hati dan tangan terbuka menerima setiap kritik dan saran
yang sifatnya membangun yang berkaitan dengan makalah ini.
Akhirnya, harapan penulis semoga Laporan Praktikum Laboratorium
Teknologi Pangan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua khususnya
pengembangan ilmu pengetahuan.
Makassar, Desember 2013
PENULIS
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR HCN
A. Tujuan .................................................................................. 1
B. Alat Dan Bahan ................................................................... 1
C. Dasar Teori ........................................................................... 2
D. Cara Kerja ........................................................................... 5
E. Pengamatan ......................................................................... 5
F. Perhitungan ......................................................................... 5
G. Pembahasan ......................................................................... 6
H. Kesimpulan .......................................................................... 7
PERCOBAAN II PENENTUAN BILANGAN PEROKSIDA
A. Tujuan .................................................................................. 8
B. Alat Dan Bahan ................................................................... 8
C. Dasar Teori ........................................................................... 8
D. Cara Kerja ........................................................................... 11
E. Pengamatan ......................................................................... 12
F. Perhitungan ........................................................................ 12
G. Pembahasan ......................................................................... 13
H. Kesimpulan .......................................................................... 14
PERCOBAAN III PENENTUAN KADAR GULA PEREDUKSI
A. Tujuan .................................................................................. 15
B. Alat Dan Bahan ................................................................... 15
C. Dasar Teori ........................................................................... 15
D. Cara Kerja ........................................................................... 19
E. Pengamatan ......................................................................... 19
F. Perhitungan ......................................................................... 19
G. Pembahasan ......................................................................... 20
H. Kesimpulan ......................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
PERCOBAAN I
PENENTUAN KADAR HCN
A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui proses penentuan kadar HCN
2. Untuk mengetahui kadar HCN dalam sampel daun kelor
B. ALAT
1. Erlenmeyer
2. Gelas ukur
3. Labu alas bulat
4. Alat destilat
5. Pipet ukur
6. Bulb
7. Labu semprot
8. Buret
9. Gelas kimia
10. Corong
11. Pipet tetes
12. Neraca analitik
C. BAHAN
1. Kangkung
2. Bayam
3. Aquades
4. AgNO3 0.02 N,
5. HNO 3 (p)
6. Na2S2O3
7. Indicator ferri sianida
D. DASAR TEORI
Asam sianida seperti halida hidrogen, adalah zat molekular yang kovalen,
namun mampu terdisosiasi dalam larutan air, merupakan gas yang sangat beracun
(meskipun kurang beracun dari H2S), tidak bewarna dan terbentuk bila sianida
direaksikan dengan sianida. Dalam larutan air, HCN adalah asam yang sangat
lemah, pK25°= 9,21 dan larutan sianida yang larut terhidrolisis tidak terbatas
namun cairan murninya adalah asam yang kuat.
Asam bebas HCN mudah menguap dan sangat berbahaya, sehingga semua
eksperimen, dimana kemungkinan asam sianida akan dilepas atau dipanaskan,
harus dilakukan didalam lemari asam (Vogel, 1990).
Asam sianida cepat terserap oleh alat pencernaan dan masuk kedalam aliran
darah lalu bergabung dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Keadaan ini
menyebabkan oksigen tidak dapat diedarkan dalam sistem badan. Sehingga dapat
menyebabkan sakit atau kematian dengan dosis mematikan 0,5-3,5 mg HCN/kg
berat badan.
Glikosida sianogenetik merupakan senyawa yang terdapat dalam bahan
makanan nabati dan secara potensial sangat beracun karena dapat terurai dan
mengeluarkan hidrogen sianida. Asam sianida dikeluarkan dari glikosida
sianogenetik pada saat komoditi dihaluskan, mengalami pengirisan atau
mengalami kerusakan. Senyawa glikosida sianogenetik terdapat pada berbagai
jenis tanaman dengan nama senyawa berbeda-beda, seperti amigladin pada biji
almond, apricot, dan apel, dhurin pada biji shorgun dan linimarin pada kara dan
singkong. Nama kimia amigladin adalah glukosida benzaldehida sianohidrin,
dhurin adalah glukosida p-hidroksi-benzaldehida sianohidrin dan linamarin
glikosida aseton sianohidrin (Winarno, 2002).
Asam sianida (HCN) merupakan suatu senyawa alami yang terdapat dalam
bahan pangan seperti singkong, jengkol, umbi gadung, dan keluwak. Asam
sianida dibentuk secara enzimatis dari dua senyawa precursor (pembentuk racun)
yaitu linamarin dan mertil linamarin. Linamarin dan mertil linamarin akan
bereaksi dengan enzim linamarase dari oksigen dari lingkungan yang kemudian
mengubahnya menjadi glukosa, aseton dan asam sianida.
E. PROSEDUR KERJA
Menimbang sampel 10-20 gram yang sudah di potong kecil-kecil kedalam
Erlenmeyer 250 mL, kemudian menambahkan 100 mL aquades selama 2 jam
(maserasi)Pindahkan kedalam labu alas bulat kemudian bilas Erlenmeyer dengan
100 mL aquadesMenampung destilat dalam erlemnmeyer 250 mL sampai volume
150 mL.(Penampung destilat 20 mL AgNO3 0.02 N, 1 mL HNO 3 (p) ). Titrasi
dengan Na2S2O3 dengan indicator ferri sianida 20 mL. Lakukan titrasi blanko.
Rumus perhitungan :
Kadar asam sianida =
(V blanko−V sampel ) x N AgN O3 x 20 x0.054
berat sampel100%
F. DATA PENGAMATAN
Sampel
Bobot Sampel (g)
Volume Titrasi (ml)
Kelor I
10.0178 1.4
Kelor II
10.0059 1.35
Blanko
0 1.5
G. PERHITUNGAN
1. Kelor I
Kadar asam sianida = (1.5−1.4 ) x 0.02 x20 x0.054
10.0178x 100 %
Kadar asam sianida = 0.02%
2. Kelor II
Kadar asam sianida = (1.5−1.35 ) x 0.02x 20x 0.054
10.0059x100 %
Kadar asam sianida = 0.03 %
Rata-rata = (0.02+0.03)%
2
Rata-rata = 0.025 %
H. PEMBAHASAN
Asam sianida (HCN) merupakan suatu senyawa alami yang terdapat dalam
bahan pangan seperti singkong, jengkol, umbi gadung, dan keluwak. Asam
sianida dibentuk secara enzimatis dari dua senyawa precursor (pembentuk racun)
yaitu linamarin dan mertil linamarin. Linamarin dan mertil linamarin akan
bereaksi dengan enzim linamarase dari oksigen dari lingkungan yang kemudian
mengubahnya menjadi glukosa, aseton dan asam sianida.
HCN merupakan suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Asam sianida
cepat terserap oleh alat pencernaan dan masuk kedalam aliran darah lalu
bergabung dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Asam ini akan
mengganggu oksidasi (pengangkutan O2) ke jaringan dengan jalan mengikat
enzym sitokrom oksidasi. Oleh karena adanya ikatan ini, O2 tidak dapat digunakan
oleh jaringan sehingga organ yang sensitif terhadap kekurangan O2 akan sangat
menderita terutama jaringan otak. Akibatnya akan terlihat pada permukaan suatu
tingkat stimulasi daripada susunan saraf pusat yang disusul oleh tingkat depresi
dan akhirnya timbul kejang oleh hypoxia dan kematian oleh kegagalan
pernafasan. Kadang-kadang dapat timbul detak jantung yang ireguler.
Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar HCN dalam sampel daun kelor
dimana diperoleh kada HCN yang sangat rendah yaitu 0,025 , hal ini berarti daun
kelor relatif aman untuk dikonsumsi karena kandungan HCN-nya yang rendah
dibandingkan dengan umbi-umbian seperti singkong.
I. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar HCN
dalam daun kelor adalah 0.025%.
PERCOBAAN II
PENENTUAN BILANGAN PEROKSIDA
(METODE AOAC, 1995)
A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui proses penentuan bilangan peroksida
2. Untuk mengetahui bilangan peroksida dalam sampel minyak goreng
B. ALAT
1. Erlenmeyer 250 ml
2. Gelas ukur 100 ml
3. Gelas kimia 250 ml
4. Buret
C. BAHAN
1. Minyak goreng bekas/jelantah
2. Minyak goreng baru (merek yang sama dengan minyak jelantah)
3. Asam asetat glasial
4. Kloroform
5. KI
6. Aquades
7. Natrium tiosulfat 0,1 N
8. Indikator pati
D. DASAR TEORI
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan
yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan
untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya dihasilkan
dari tanaman seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung, kedelai, dan
kanola.
Minyak hasil produksi umumnya tidak langsung digunakan, tetapi melalui
masa penyimpanan dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal ini mengakibatkan
perubahan rasa dan bau dari minyak yang tidak disukai dan juga terjadi semacam
keracunan pada beberapa individu tertentu. Seperti halnya bahan-bahan organik
yang lain, minyak pun akan mengalami kerusakan. Kerusakan minyak yang
terkenal adalah terjadinya ketengikan pada minyak tersebut, diantara kerusakan
minyak yang terjadi ternyata kerusakan karena autooksidasi yang paling besar
pengaruhnya terhadap cita rasa (Ketaren, 1986). Rasa tak enak dari minyak yang
teroksidasi ini dihubungkan dengan terbentuknya produk primer dari asam lemak
tak jenuh berupa peroksida atau hidroperoksida dan produk sekunder berupa asam
lemak bebas,aldehid dan keton (Sudarmadji, dkk.1989).
Proses oksidasi dimulai dari pembentukan peroksida dan hidroperoksida,
dan tingkat selanjutnya ialah terurainya asam-asam lemak disertai dengan
konversi terbentuknya oleh aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas.
Ketengikan terbentuk oleh aldehid dan keton bukan oleh peroksida. Kenaikan
bilangan peroksida hanya indikator dan peringatan bahwa minyak sebentar lagi
akan berbau tengik(Ketaren, 1986).
Berbagai jenis minyak atau lemak akan mengalami perubahan flavor dan bau
sebelum terjadi proses ketengikan, ini dikenal sebagai reversion. Beberapa peneliti
berpendapat bahwa hal ini khas pada minyak atau lemak. Reversion terutama
dijumpai dalam lemak dipasar dan pada pemanggangan atau penggorengan
dengan menggunakan temperatur yang terlalu tinggi.
Ketengikan berbeda dengan reversion. Beberapa minyak atau lemak mudah
terpengaruh untuk menjadi tengik tapi akan mempunyai daya tahan terhadap
peristiwa reversion, misalnya pada minyak jagung. Perubahan flavor yang terjadi
selama reversion berbeda untuk setiap jenis minyak. Sedangkan minyak yang
telah menjadi tengik akan menghasilkan flavor yang sama untuk semua jenis
minyak atau lemak. Bilangan peroksida yang sangat tinggi dapat menjadi indikasi
ketengikan minyak atau lemak, tetapi bilangan peroksida ini tidak mempunyai
hubungan dengan peristiwa reversion. (Ketaren, 1986)
Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah
mengalami oksidasi Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat
oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak jenuh dapat
teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Cara yang
sering digunakan untuk menentukan angka peroksida adalah dengan metoda titrasi
iodometri. Penentuan besarnya angka peroksida dilakukan dengan titrasi
iodometri.
Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng adalah bilangan
peroksida. Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar
peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi
lemak. Bilangan peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah
mengalami oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah bukan selalu berarti
menunjukkan kondisi oksidasi yang masih dini. Angka peroksida rendah bisa
disebabkan laju pembentukan peroksida baru lebih kecil dibandingkan dengan laju
degradasinya menjadi senyawa lain, mengingat kadar peroksida cepat mengalami
degradasi dan bereaksi dengan zat lain Oksidasi lemak oleh oksigen terjadi secara
spontan jika bahan berlemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan kecepatan
proses oksidasinya tergantung pada tipe lemak dan kondisi penyimpanan. Minyak
curah terdistribusi tanpa kemasan, paparan oksigen dan cahaya pada minyak curah
lebih besar dibanding dengan minyak kemasan. Paparan oksigen, cahaya, dan
suhu tinggi merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi oksidasi. Penggunaan
suhu tinggi selama penggorengan memacu terjadinya oksidasi minyak. Kecepatan
oksidasi lemak akan bertambah dengan kenaikan suhu dan berkurang pada suhu
rendah.
Peroksida terbentuk pada tahap inisiasi oksidasi, pada tahap ini hidrogen
diambil dari senyawa oleofin menghasikan radikal bebas. Keberadaan cahaya dan
logam berperan dalam proses pengambilan hidrogen tersebut. Radikal bebas
yang terbentuk bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi, selanjutnya
dapat mengambil hidrogen dari molekul tak jenuh lain menghasilkan peroksida
dan radikal bebas yang baru.
Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang
tidak dikehendaki dalam bahan pangan. Jika jumlah peroksida lebih dari 100 meq
peroksid/kg minyak akan bersifat sangat beracun dan mempunyai bau yang tidak
enak. Kenaikan bilangan peroksida merupakan indikator bahwa minyak akan
berbau tengik.
Di Indonesia standar mutu minyak goreng ditentukan melalui SNI 01-3741-1995 yaitu sebagai berikut :
E. PROSEDUR KERJA
Menimbang 5 gram conto, dilarutkan dalam 30 ml campuran larutan dari
asam asetat glasial dan kloroform (2:3). Tambahkan larutan KI jenuh sebanyak 2
gram sambil dikocok dan 30 ml aquades. Kemudian didiamkan di ruangan gelap
selama 30 menit. Selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat 0,1
N dengan larutan kanji/pati sebagai indikator hingga warna kuning hilang.
Blanko dibuat dengan cara yang sama. Bilangan peroksida dihitung dengan
rumus :
Bilangan peroksida
¿(V 1 −V 0 ) x N x 0.008
m x 100%
Keterangan :
V1 = Volume larutan natrium tiosulfat untuk minyak (ml)
V0 = Volume larutan natrium tiosulfat untuk blanko (ml)
N = Normalitas larutan standar natrium tiosulfat
0.008 = mg setara O2
m = Berat minyak (gram)
F. DATA PENGAMATAN
Sampe
l
Berat Sampel
+ erlenmeyer (gram)
Volume
Titran (mL)
Minyak
baru I4,00 1,1
Minyak
baru II4,16 0,6
Minyak
jelanta I4,16 1,3
Minyak
jelanta II4,24 1,6
Blanko - -
G. PERHITUNGAN
1. Minyak baru I
Bilangan peroksida
¿(1. 1−0)ml x 0 .1
mgrekml
x 0 .008mgmgrek
4 . 00 g x 100%
¿1. 1 ml x 0.1
mgrekml
x 0 . 008mgmgrek
4 .00 g x 100%
¿ 0 .022
% mg O2
g
2. Minyak baru II
Bilangan peroksida
¿(0 .6−0 )ml x 0 .1
mgrekml
x 0.008mgmgrek
4 .16g x 100%
¿0 .6 ml x 0 .1
mgrekml
x 0 .008mgmgrek
4 .16 g x 100%
¿ 0 .0115
% mg O2
g
Rata-rata¿(0 . 022 + 0 . 0115 )
% mg O2
g2
¿ 0 .0167 % mg O2
g
3. Minyak jelantah I
Bilangan peroksida
¿(1.3 −0)ml x 0 .1
mgrekml
x 0 .008mgmgrek
4 ,16 g x 100%
¿1. 3 ml x 0.1
mgrekml
x 0 . 008mgmgrek
4 .16 g x 100%
¿ 0 .025 % mg O2
g
4. Minyak jelantah II
Bilangan peroksida
¿(1.6 −0)ml x 0 .1
mgrekml
x 0 .008mgmgrek
4 ,24 g x 100%
¿1. 6 ml x 0 .1
mgrekml
x 0 .008mgmgrek
4 .24 g x 100%
¿ 0 .0301
% mg O2
g
Rata-rata¿(0 . 025 + 0 . 0301)
% mg O2
g2
¿ 0 .02755 % mg O2
g
H. PEMBAHASAN
Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng adalah bilangan
peroksida. Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang
telah mengalami oksidasi Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi
tingkat oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak
jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida.
Cara yang sering digunakan untuk menentukan angka peroksida adalah dengan
metoda titrasi iodometri. Penentuan besarnya angka peroksida dilakukan dengan
titrasi iodometri.
Pada percobaan ini, dilakukan penentuan bilangan peroksida terhadap sampel
minyak goreng baru dan minyak goreng bekas (jelantah) yang dilakukan secara
duplo. Dari hasil perhitungan yang diperoleh minyak goreng yang dianalisa masih
layak digunakan baik minyak goreng baru maupun minyak goreng bekas karena
bilangan peroksidanya masih dibawah standar maksimum yaitu 0.00875 %mgO2/g
untuk minyak goreng baru dan 0.09515 %mgO2/g untuk minyak goreng bekas
sedangkan menurut SNI 01-3741-1995 standar bilangan peroksida dalam minyak
yang bisa digunakan yaitu maksimal 1 %mgO2/g.
I. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa bilangan
peroksida untuk sampel minyak goreng baru yaitu 0.0167 %mgO2/g sedangkan
bilangan peroksida untuk minyak goreng bekas yaitu 0.02755 %mgO2/g sehingga
masih layak untuk digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
http://tolihgenthecomentar.blogspot.com/ ReVoLuTioN Of Fusion Blog
ANALISIS KUALITATIF HCN.htm
http://see-around-theworld.blogspot.com/2011/11/laporan- praktikum- penentuan-
kadar-hcn.html
http://www.melindahospital.com/modul/user/detail_artikel.php?
id=1897_Manfaat-Bayam-Bagi-Kesehatan-
http://biologi-asyik.blogspot.com/2011/09/ubi-jalar-kangkung-para-dan-jarak-
pagar.html
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/sehat/2012/02/07/715/
Sembilan-Khasiat-Bayam-untuk-Kesehatan
http://sistinurrahmah.blogspot.com/Suasana-Baru-Penentuan-Angka-Peroksida-
Pada-Minyak-Goreng.htm
http://tyqhatiktik.blogspot.com/LovelyRainAngkaPeroksida.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_goreng
http://indhpsari.blogspot.com/ “Analisa Karbohidrat (Glukosa) Metode Luff
Schoorl” _ catatan mahasiswa.htm