ilmu bahan pangan
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Tugas Terstruktur
ILMU BAHAN PANGAN ( GZW 124 )
Judul Makalah
Pengaruh Pemanasan terhadap Kejenuhan Asam Lemak
Minyak Goreng Sawit dan Minyak Goreng Jagung
Disusun oleh :
Kelompok IV
Diana Kholidah G1H012006
Fitri Annisa G1H012012
Widya Lestari Nurpratama G1H012029
Anindita Nur Asilatin G1H012045
Titis Pratiwi Laurenty G1H012050
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
PRODI ILMU GIZI
PURWOKERTO
2013
1. Pendahuluan
Lemak adalah salah satu sumber zat gizi makro yang dibutuhkan oleh
tubuh. Lemak merupakan suatu senyawa biomolekul, mempunyai sifat umum
larut dalam pelarut-pelarut organik seperti eter, kloroform dan benzen, tetapi tidak
larut dalam air. Lemak dan minyak yang kita kenal dalam makanan sehari-hari
sebagian besar terdiri dari senyawa yang disebut trigliserida atau triasilgliserol.
Senyawa ini merupakan ikatan ester antara asam lemak dan gliserol. Asam lemak
disusun oleh rangkaian karbon dan merupakan unit pembangun yang sifatnya khas
untuk setiap lemak.Ikatan antara karbon yang satu dengan yang lainnya pada asam
lemak dapat berupa ikatan jenuh dan dapat pula berupa ikatan tidak jenuh
(rangkap).
Berdasarkan strukturnya lemak mempunyai wujud cair dan padat.Wujud
padat dan cairnya lemak dipengaruhi oleh tingkat kejenuhan asam lemak yang
terdapat di dalamnya. Lemak yang kandungan asam lemaknya terutama asam
lemak tidak jenuh akan bersifat cair pada suhu kamar dan biasanya disebut
sebagai minyak, sedangkan yang kandungan asam lemaknya terutama asam lemak
jenuh akan berbentuk padat.
Jenis lemak dapat digolongkan dalam 3 jenis yakni lemak jenuh, lemak
tidak jenuh, dan lemak trans. Masing-masing memiliki struktur kimia dan bentuk
yang berbeda. Pada suhu kamar, lemak jenuh dan lemak trans berbentuk padat
seperti butter sedangkan lemak tidak jenuh biasanya berbentuk cair, contohnya
minyak sayur. Ketiga jenis lemak tersebut juga memiliki pengaruh yang berbeda
pula pada kadar kolesterol pada tubuh. Sifat lemak jenuh dan lemak trans banyak
membawa kolesterol LDL dalam darah yang mengakibatkan plak menempel pada
saluran pembuluh darah yang akhirnya akan mengganggu sistem peredaran darah
dan supplai oksigen dalam tubuh. Karena itu, kedua jenis lemak tersebut sering
disebut lemak jahat. Berbeda pada lemak tidak jenuh yang membawa lebih sedikit
kolesterol dan lemak di dalam darah. Sekarang mari kita kenali masing-masing
jenis lemak tersebut.
Lemak jenuh mudah dikenali dari bentuknya yang padat seperti lilin dan
banyak ditemukan pada produk yang berasal dari hewan seperti daging merah,
mentega, atau susu murni. Pada bahan nabati, lemak jenuh dapat ditemukan pada
minyak kelapa dan minyak sawit.Lemak jenuh memiliki sifat yang dapat
menganggu tubuh yaitu dapat mengentalkan darah sehingga mudah lengket pada
dinding pembuluh darah karena menggumpal yang tentu saja dapat mengganggu
peredaran darah.Lemak jenuh mudah menempel pada dinding pembuluh darah
dan dapat mengakibatkan pengerasan dinding pembuluh. Karena peredaran darah
terganggu, penyakit lain seperti penyakit jantung, darah tinggi, dan stroke
seringkali menyerang orang yang senang mengonsumsi makanan berlemak jenuh
tinggi.
Lemak tidak jenuh umumnya berwujud cair pada suhu ruangan, namun
dapat berubah menjadi padat jika disimpan pada lemari pendingin.Banyak
ditemukan pada bahan nabati seperti minyak sayur (minyak zaitun, minyak bunga
matahari, minyak wijen, minyak kedelai, kacangkacangan) dan alpukat.Juga
banyak ditemukan pada ikan-ikanan.Lemak jenis ini dikenal sebagai lemak baik
karena sifatnya yang baik dimana kandungan kolesterol LDL yang dimilikinya
lebih sedikit dibandingkan yang terdapat dalam lemak jenuh.Menurut para ahli
lemak jenis ini dapat meningkatkan antibodi pada tubuh, menurunkan kolesterol
LDL, dan menurunkan resiko serangan jantung.
Lemak tidak jenuh dapat dikategorikan dalam 2 jenis yakni lemak tidak
jenuh tunggal (mono-unsaturated fatty acids) dan lemak tidak jenuh ganda (poly-
unsaturated fatty acids).Asam lemak tidak jenuh tunggal dapat ditemukan pada
minyak zaitun, minyak kacang, dan minyak canola, alpukat, dan sebagian besar
kacang-kacangan.Sedangkan, asam lemak tidak jenuh ganda dapat ditemukan
pada minyak jagung, minyak biji bunga matahari, dan minyak kedelai. Asam
lemak tak jenuh memiliki ikatan atom karbon rangkap yang mudah terurai dan
bereaksi dengan senyawa lain, sampai mendapatkan komposisi yang stabil berupa
asam lemak jenuh. Semakin banyak jumlah ikatan rangkap itu (poly-unsaturated),
semakin mudah bereaksi/berubah minyak tersebut.Minyak dengan asam lemak tak
jenuh lebih baik langsung dikonsumsi tanpa diolah/dipanaskan dulu.Apabila
digunakan untuk memasak, bisa digunakan untuk masakan tumis karena
pemanasan tidak berlangsung lama. Jika dipakai untuk menggoreng, asam lemak
tak jenuh justru lebih mudah membentuk lemak trans yang berbahaya karena
sifatnya yang mudah bereaksi. Selain itu, penggunaannya tidak boleh melebihi 4
gram sehari.
Asam lemak tidak jenuh yang terdapat di dalam lemak atau minyak,
terutama dari sumber nabati, dapat mengalami perubahan atau kerusakan, baik
secara fisik atau kimia. Penyebab perubahan atau kerusakan ini antara lain adalah
karena proses oksidasi. Minyak yang mengandung asam lemak yang banyak
ikatan rangkapnya dapat teroksidasi secara spontan oleh udara pada suhu ruang.
Oksidasi spontan ini secara langsung akan menurunkan tingkat kejenuhan minyak,
menyebabkan minyak menjadi tengik, dan terasa tidak enak. Proses terjadinya
ketengikan (rancidity) akan dipercepat apabila terdapat logam tertentu seperti
tembaga, seng, timah dan timbal dan apabila mendapat panas atau cahaya
penerangan. Asam lemak juga dapat mengalami perubahan karena dimasak pada
temperatur tinggi. Proses pemasakan pada temperatur tinggi ini menyebabkan
minyak mengalami pirolisis, yaitu suatu reaksi dekomposisi karena panas.
Pirolisis menyebabkan terbentuknya akrolein, yaitu senyawa yang bersifat racun,
dan dapat menyebabkan iritasi dengan bau khas lemak terbakar.
2. Tinjauan Pustaka
Lemak mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh kita. Fungsi lemak tersebut,
antara lain adalah sebagai sumber energi, pelarut beberapa vitamin, sebagai
bantalan organ tubuh, dan sebagai sumber asam lemak esensial, yaitu asam lemak
yang dibutuhkan oleh tubuh tetapi tidak dapat disintesis oleh tubuh. Mengingat
fungsinya, lemak sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia dan perlu dikonsumsi
sebagai sumber zat gizi makro. (Ketaren, 2005).
Lemak atau minyak yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat kita adalah
berupa hasil olahan dari kelapa sawit yang diekstraksi dari biji kelapa sawit
menjadi minyak kelapa sawit, selain itu minyak juga dapat berasal dari jagung,
kacang kedele, bunga matahari, biji zaitun, dan biji kapas.Bahan dasar minyak
mempengaruhi tingkat kejenuhan dan jenis asam lemak yang dikandungnya.
Minyak yang berasal dari kelapa sawit mempunyai kadar asam lemak jenuh
sebesar 51% dan asam lemak tak jenuh 49%; sedangkan minyak dari jagung
mempunyai kadar asam lemak jenuh 20% dan asam lemak tak jenuh 80%.
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi asam lemak jenuh terutama asam
lemak jenuh rantai panjang (C>10) akan berpengaruh terhadap kenaikan kadar
kolesterol total dan kolesterol-LDL sehingga meningkatkan risiko terjadinya
aterosklerosis. Konsumsi asam lemak tidak jenuh berpengaruh terhadap
penurunan kadar kolesterol total dari 179,6 mg% menjadi 146 mg% dan
penurunan kolesterol LDL dari 131,6 mg% menjadi 100,3 mg%, namun kolesterol
HDL juga ikut turun dari 43,4 mg% menjadi 25,4 mg%. Akibatnya rasio
LDL/HDL menjadi naik dari 3,0 menjadi 3,9 sehingga kurang sehat untuk
dikonsumsi.
Hasil penelitian Kumala menunjukkan bahwa konsumsi asam lemak tidak jenuh
dalam jumlah terlalu tinggi tidak baik untuk kesehatan karena asam lemak tidak jenuh
majemuk dan tunggal dapat berubah akibat cara penggorengan pada suhu tinggi dan
pemakaian minyak goreng yang berulang. Penggorengan pada suhu tinggi dan
pemakaian minyak goreng yang berulang akan merusak ikatan rangkap pada asam
lemak dan membentuk senyawa yang bersifat racun serta berbagai radikal bebas, atau
yang dikenal sebagai Reaktif Oxygen Species (ROS) yang pada akhirnya akan
menimbulkan kerusakan DNA sel, jaringan protein, dan lemak tubuh (Ketaren, 2005).
Kerusakan pada DNA sel, jaringan protein, dan lemak tubuh ini akan
berakibat sangat destruktif, bahkan dapat merangsang terjadinya kanker atau
karsinogenik. Proses penyimpanan yang tidak benar seperti penyimpanan dalam
wadah logam dan terpapar sinar matahari secara langsung akan menambah
buruknya kualitas minyak goreng yang dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari.
Hasil penelitian yang dilakukan di labolatorium Riset Biomedik dan
Patologi Anatomi Universitas Sam Ratulangi menyimpulkan bahwa pemberian
per oral minyak kelapa bekas gorengan yang dipanaskan berulangkali terhadap
mencit galur Swiss dapat menimbulkan kongesti hati, perlemakan, dan nekrosis
hati. ( Universitas Sam Ratulangi, 2004 )
Minyak kelapa sawit dan minyak jagung adalah dua macam minyak yang sering
digunakan oleh masyarakat kita.Kedua jenis minyak tersebut mempunyai kandungan
asam lemak tak jenuh yang jauh berbeda.Minyak jagung memiliki komposisi asam lemak
tak jenuh lebih banyak yaitu 80%.Pemanasan dapat menyebabkan pemutusan pada
ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh.Pemutusan dapat
menyebabkan penurunan ketidakjenuhan asam lemak dan menghasilkan berbagai jenis
ikatan kimia baru seperti alkohol, aldehid, asam dan hidrokarbon, serta asam lemak
jenuh dengan komposisi cis- dan trans-.Ikatan rangkap pada asam lemak dapat dinilai
menggunakan titrasi larutan Huble dengan prinsip semakin banyak larutan Huble yang
digunakan semakin banyak pula jumlah ikatan rangkap yang ada. Berdasarkan uraian di
atas peneliti tertarik melakukan penelitian ini untuk melihat pengaruh suhu dan lama
pemanasan terhadap tingkat kejenuhan minyak goreng sawit dan minyak jagung
(Ketaren, 2005).
Pengolahan serabut kelapa sawit menjadi minyak sawit dilakukan melalui
tahapekstraksi, pemurnian, dan fraksinasi. Secara umum, ekstraksi dilakukan
dengan cara pengepresan, pemurnian dilakukan dengan cara menghilangkan gum
dan kotoran lain, penyabunan untuk memisahkan asam lemak bebas, pemucatan
untuk menghilangkan warna merah minyak, dan selanjutnya deodorisasi untuk
menghilangkan bau minyak; dan fraksinasi untuk memisahkan fraksi padat
dengan fraksi cair minyak yang dilakukan melalui proses pendinginan (Ketaren,
2005).
3. Materi dan Metode
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang dilakukan di laboratorium
Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Andalas pada bulan Januari sampai
Juni 2009. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling terhadap minyak
goreng sawit dan minyak goreng jagung dalam kemasan yang terdapat di pasaran.
Pengukuran perubahan komposisi asam lemak tidak jenuh yang terjadi dilakukan
dengan metode titrasi larutan Huble. Sampel kemudian dipanaskan pada suhu
100oC-300oC dan selama 60 menit pada suhu 200oC.
Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan program piranti lunak
komputer untuk melihat besarnya pengaruh pemanasan terhadap penurunan
jumlah titrasi larutan Huble pada minyak goreng sawit dan minyak goreng jagung
maka dilakukan uji korelasi. Jika terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah
titrasi larutan Huble dengan kenaikan suhu dan waktu pemanasan maka
dilanjutkan dengan analisis regresi. Analisis regresi bertujuan untuk mengetahui
besarnya hubungan antara kenaikan suhu dan waktu pemanasan terhadap jumlah
titrasi larutan Huble. ( Universitas Andalas, 2009 )
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Minyak Kelapa Sawit
Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua
aspek kualitas. Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam
lemak, kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan
rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian produk. Kelapa sawit bermutu
prima (SQ, Special Quality) mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty Acid)
tidak lebih dari 2 % pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa
sawit mengandung tidak lebih dari 5 % FFA. Setelah pengolahan, kelapa
sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22,1 % ‐ 22,2 %
(tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7 % ‐ 2,1 % (terendah).
Minyak kelapa sawit mengandung beberapa komponen minor seperti
karotenoid, tokoferol, sterol, triterpen alkohol, fosfolipida, glikolipida, terpen
dan hidrokarbon alifatik. Ditinjau dari aspek gizi, komponen minor yang
terutama berperan adalah karotenoid dan tokoferol. Karotenoid merupakan
provitamin A serta memberikan warna merah oranye spesifik pada minyak
sawit, bersama dengan tokoferol sebagai antioksidan alami berkontribusi
terhadap stabilitas panas dan nilai gizi minyak sawit Pada pembuatan minyak
goreng, zat gizi mikro dalam minyak sawit merah dengan sengaja dibuang
demi menyesuaikan nilai estetika minyak goreng sesuai dengan permintaan
pasar.
Trigliserida Pada Minyak Kelapa Sawit
Seperti halnya lemak dan minyak lainnya, minyak kelapa sawit terdiri
atas trigliserida yang merupakan ester dari gliserol dengan tiga molekul asam
lemak menurut reaksi sebagai berikut ( 6,8 ) :
Bila R, = RZ = R3 atau ketiga asam lemak penyusunnya Sama maka
trigliserida ini disebut trigliserida sederhana, dan apabila salah satu atau lebih
asam lemak penyusunnya tidak sama maka disebut trigliserida campuran.
Asam lemak merupakan rantai hidrokarbon; yang setiap atom karbonnya
mengikat satu atau dua atom hidrogen ; kecuali atom karbon terminal mengikat
tiga atom hidrogen, sedangkan atom karbon terminal lainnya mengikat gugus
karboksil. Asam lemak yang pada rantai hidrokarbonnya terdapat ikatan rangkap
disebut asam lemak tidak jenuh, dan apabila tidak terdapat ikatan rangkap pada
rantai hidrokarbonnya karbonnya disebut dengan asam lemak jenuh. Secara umum
struktur asam lemak dapat digambarkan sebagai berikut :
disebut dengan asam lemak jenuh. Secara umum struktur asam lemak dapat
digambarkan sebagai berikut :
gliserida, niakin tinggi titik beku atau titik cair minyak tersebut .Sehingga pada
suhu kamar biasanya berada pada fase padat. Sebaliknya semakin tidak jenuh
asam lemak dalam molekul trigliserida maka makin rendah titik helm atau
titik.cair minyak tersebut sehingga pada suhu kamar berada pada fase cair.
Minyak kelapa Sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang
tetap. ( Universitas Sumatera Utara, 2004 )
a. Kadar Asam Lemak Dalam Minyak Sawit
1) Palmitic C16 44.3%
2) Stearic C18 4.6%
3) Myristic C14 1.0%
4) Oleic C18 38.7%
5) Linoleic C18 10.5%
6) Lainnya 0.9%
b. Asam Lemak Dalam Minyak Inti Sawit
Lauric C12 48.2%
Myristic C14 16.2%
Palmitic C16 8.4%
Capric C10 3.4%
Caprylic C8 3.3%
Stearic C18 2.5%
Oleic C18 15.3%
Linoleic C18 2.3%
Standar Mutu Minyak Goreng Berdasarkan SNI - 3741- 1995
KriteriaPersyaratan :
1. Bau dan Rasa Normal
2. Warna Muda Jernih
3. Kadar Air max 0,3%
4. Berat Jenis 0,900 g/liter
5. Asam lemak bebas Max 0,3%
6. Bilangan Peroksida Max 2 Meg/Kg
7. Bilangan Iod 45 – 46
8. Bilangan Penyabunan 196 – 206
9. Index Bias 1,448 - 1,450
10. Cemaran Logam Max 0,1 mg/kg
Manfaat lain dari proses industri minyak kelapa sawit antara lain:
a. Sebagai bahan bakar alternatif Biodisel
b. Sebagai nutrisi pakanan ternak (cangkang hasil pengolahan)
c. Sebagai bahan pupuk kompos (cangkang hasil pengolahan)
d. Sebagai bahan dasar industri lainnya (industri sabun, industri kosmetik,
industri makanan)
e. Sebagai obat karena kandungan minyak nabati berprospek tinggi
f. Sebagai bahan pembuat particle board (batang dang pelepah).
4.2 Minyak Jagung
Minyak jagung diperoleh dari biji tanaman jagung atau Zea mays L., yaitu
pada bagian inti biji jagung (kernel) atau benih jagung (corn germ). Tanaman
jagung ini memiliki :
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Inti biji jagung (benih jagung (corn germ)) ini memiliki kandungan minyak
jagung sebanyak 83 % dengan kelembaban 14 %. Kandungan asam lemak
minyak jagung yang paling banyak adalah asam linoleat C18:2 (asam lemak
tak jenuh / unsaturated fatty acid). Minyak ini ditemukan pertama kali di
Meksiko Tengah pada 5000 SM.
Gambar 1.2 Biji Jagung
4.2.1 Komposisi Kimia Biji Jagung
Jagung sebagai bahan makanan, mengandung nilai gizi yang cukup tinggi jika
dibanding dengan bahan pangan lainnya, terutama jagung kuning yang
banyak mengandung vitamin A. Lemak terdapat pada bagian bawah dari
butiran biji jagung beratnya sekitar 9-12 persen dari berat butiran.
Karbohidrat terdapat pada endosperm sekitar 73-79 persen, kadar protein
dalam endosperm sekitar 10-19 persen dan 22,4 persen pada kulit ari.
Hasil analisis menunjukkan kandungan protein pada jagung biji sebesar 8.6-
9.4 persen.Kandungan protein ini lebih tinggi lagi (11-15%) pada jagung
hibrida yang dipupuk dengan nitrogen. Protein jagung miskin akan lisin dan
tripthofan sehingga dapat menimbulkan penyakit pelagra pada orang yang
makanannya hanya bersumber dari jagung. Dengan mencampur jagung
dengan makanan lainnya yang mengandung lisin dan tripthofan penyakit
tersebut dapat dicegah. Lemak jagung terutama terdapat dalam lembaga,
dengan kadar lemak sekitar 30 persen. Kadar lemak biji jagung secara
keseluruhan yaitu 4,2 - 5 persen. Komposisi mineral biji jagung kering dapat
dilihat seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 1.10 Komposisi Mineral Biji Jagung Kering
Komponen Jumlah (%)
Kalsium 0,01940
Fosfor 0,27300
Kalium 0,28500
Besi 0,00226
Magnesium 0,10200
Khlor 0,04100
Mangan 2,43000
Tembaga 1,82000
Kobalt 0,01120
Iod 0,00006
4.2.2 Komposisi Kimia Minyak Jagung
Minyak jagung merupakan trigliserida yang disusun oleh gliserol dan asam-
asam lemak. Persentase trigliserida sekitar 98,6 persen, sedangkan sisanya
merupakan bahan non minyak, seperti abu, zat warna atau lilin. Asam lemak
yang menyusun minyak jagung terdiridari asam lemak jenuh dan asam lemak
tidak jenuh. Selain komponen-komponen tersebut di atas, minyak jagung juga
me-ngandung bahan yang tidak tersabunkan, yaitu:
1. Sitosterol dalam minyak jagung berkisar antara 0,91-18 %. Jenis sterol
yang terdapatdalam minyak jagung adalah campesterol (8-12 %), stigmasterol
(0,7-1,4 %), betasterol(86-90 %) dari sterol yang ada dan pada proses
pemurnian, kadar sterol akan turun menjadi 11-12 %.
2. Lilin merupakan salah satu fraksi berupa kristal yang dapat dipisahkan
pada waktupemurnian minyak menggunakan suhu rendah. Fraksi lilin terdiri
dari mirisiltetrakosanate dan mirisil isobehenate.
3. Tokoferol yang paling penting adalah alfa dan beta tokoferol yang
jumlahnya sekitar0,078 %. Beberapa macam gugusan tokoferol yaitu 7 metil
tocol; 7,8 dimetil tococreena;5,7,8 trimetil tokotrienol; (5,7,8) trimetil tocol
(alfa tokoferol); 7,8 dimetil tocol.
4. Karotenoid pada minyak jagung kasar terdiri dari xanthophyl (7,4 ppm)
dan caroten (1,6 ppm) dan kadar tersebut akan menurun menjadi 4,8 ppm
xanthophyl dan 0.5 ppm carotene pada proses pemurnian. Adapun data-data
minyak jagung ditunjukkan sebagai berikut:
Tabel 1.11 Komposisi Asam Lemak Minyak Jagung
Asam Lemak Jumlah(%)
Miristat 0,1
Palmitat 8,1
Stearat 2,5
Reksadekanoat 1,2
Oleat 30,1
Linoleat 56,3
Asam di atas C-18 1,7
Komponen lainnya sebagai penyusun minyak jagung adalah triterpene
alkohol.Dengan GLC dapat dianalisis beta amirin sikloaitenol, alfa amirin
likloartenol, 2,4 metilsikloartenol dan sejumlah kecil hidrokarbon yaitu 28
ppm squalene, yang merupakanhidrokarbon aromatis polisiklis.
Minyak jagung berwama merah gelap dan setelah dimurnikan akan
berwarna kuningkeemasan. Bobot jenis minyak jagung sekitar 0,918 - 0,925,
sedangkan nilai indeksnya padasuhu 25°C berkisar antara 1,4657 – 1,4659.
Kekentalan minyak jagung hampir sama denganminyak-minyak nabati
lainnya yaitu 58 sentipoise pada suhu 25°C. Minyak jagung larut didalam
etanol, isopropil alkohol, dan furfural, sedangkan nilai transmisinya sekitar
280-290.
Simpulan
Lemak dan minyak yang kita kenal dalam makanan sehari-hari sebagian
besar terdiri dari senyawa yang disebut trigliserida atau triasilgliserol. Lemak atau
minyak yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat kita adalah berupa hasil olahan
dari kelapa sawit yang diekstraksi dari biji kelapa sawit menjadi minyak kelapa
sawit, selain itu minyak juga dapat berasal dari jagung. Minyak yang berasal dari
kelapa sawit mempunyai kadar asam lemak jenuh sebesar 51% dan asam lemak
tak jenuh 49%; sedangkan minyak dari jagung mempunyai kadar asam lemak
jenuh 20% dan asam lemak tak jenuh 80%.
Minyak kelapa sawit mengandung beberapa komponen minor seperti
karotenoid, tokoferol, sterol, triterpen alkohol, fosfolipida, glikolipida, terpen dan
hidrokarbon alifatik. Kelapa sawit bermutu prima (SQ, Special Quality)
mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2 % pada saat
pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5
% FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen
minyak 22,1 % ‐ 22,2 % (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7 % ‐ 2,1 %
(terendah).
Minyak jagung merupakan trigliserida yang disusun oleh gliserol dan
asam-asam lemak. Persentase trigliserida sekitar 98,6 persen, sedangkan sisanya
merupakan bahan non minyak, seperti abu, zat warna atau lilin. Inti biji jagung
(benih jagung (corn germ)) ini memiliki kandungan minyak jagung sebanyak 83
% dengan kelembaban 14 %. Kandungan asam lemak minyak jagung yang paling
banyak adalah asam linoleat C18:2 (asam lemak tak jenuh / unsaturated fatty
acid).
Daftar Pustaka
1. Suwandi M, Sugianto B, Rahman A. Kimia organik karbohidrat, lipid dan
protein [Disertasi]. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia;
1989.
2. Shils ME, Olson JA, Shike M. Lipid, sterol and their metabolites. In: Shils
MW, Olson JA, Shike M, Ross AC, ed. Modern nutritionin health disease.
9th ed. Pensylvania: Williams & Wilkins; 1999.p. 67-94.
3. Mayes PA. Biosintesis Asam Lemak. In: Hartono A, translator; Murray
RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW, ed. Biokimia Harper. 24th
eds. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1996. p. 222-9.
4. Raharja EM. Metabolisme dan aspek medik asam lemak gammalinolenat.
Ebers Papyrus. 1997;3(1):9-18.
5. Surjadibroto W. Bahaya radikal bebal dalam makanan kita. Majalah
GizMindo. 2003;2:5-17.
6. Kumala M. Peran asam lemak tak jenuh jamak dalam respon imun.
Majalah GizMindo. 2003;2(6):11-2.
7. Mayes PA. Oksidasi asam lemak: ketogenesis. In: Hartono A, translator;
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwel VW, ed. Biokimia Harper.
24th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1996. p. 230-41.
8. Siagian JW, Laihad PF, Loho L, Lintong PM. Gambaran histopatologik
hati mencit Swiss yang diberi minyak kelapa bekas gorengan. Majalah
Patologi. 2002;11(1):12-14.
9. Muchtadi TR. Aspek teknologi mengenai minyak goreng. Majalah Pangan
Agribisnis Minyak Goreng. 1996; 8(8).
10. Simamora A. Efek tokoferol pada peroksida lipid. Meditek.
2003;11(28):44-5.
11. Sitompul B. Antioksidan dan penyakit aterosklerosis. Medika.
2003;6(29):373-7.
12. Mayes PA. Metabolisme asam lemak tak-jenuh & eikosanoid. In: Hartono
A, translator; Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwel VW, ed.
Biokimia Harper. 24th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1996.
p. 242-50.
13. Sukmaniah AS. Peran asam lemak pada dislipidemia. Majalah GizMin.
2002;1(2): 12-3.