kti tissue2sns3

14
BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar dari kita, tentu sudah tidak asing lagi dengan tissue. Pada zaman seperti ini semua orang baik laki-laki, perempuan, dewasa, remaja, bahkan balita tidak lepas dari tissue. Tissue dikonsumsi seperti halnya makanan sehari-hari. Dalam satu hari setiap orang bisa menghabiskan beberapa pack tissue kantong untuk berbagai keperluan. Diantaranya mengusap keringat, membersihkan make up, mengelap mulut setelah makan, bahkan hal kecil seperti mengeringkan gelas. Orang beranggapan bahwa tissue merupakan alat yang paling efektif dalam hal kebersihan. Padahal, tissue membawa bahaya besar yang akan mengancam kita suatu saat nanti. Tissue sangat erat kaitannya dengan hutan. Hutan merupakan kawasan yang paling berpengaruh terhadap kehidupan di dunia, mulai dari mencegah erosi, menyediakan oksigen, tempat tinggal flora maupun fauna, dan sebagainya. Tissue sendiri terbuat dari pulp(bubur kertas) yang didapatkan dari penebangan pohon Akasia dan Eukalyptus. Lama-kelamaan perkebunan pohon tersebut akan habis. Ini artinya, produsen harus menebang pohon di hutan alam untuk dijadikan perkebunan pohon Akasia dan Eukalyptus. Hal ini tentu mengakibatkan luas hutan semakin menyusut. Akibatnya, peran hutan sebagai paru-

Upload: zulvana-junaedi

Post on 10-Apr-2016

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

h

TRANSCRIPT

Page 1: KTI tissue2sns3

BAB I

PENDAHULUAN

Sebagian besar dari kita, tentu sudah tidak asing lagi dengan tissue. Pada

zaman seperti ini semua orang baik laki-laki, perempuan, dewasa, remaja, bahkan

balita tidak lepas dari tissue. Tissue dikonsumsi seperti halnya makanan sehari-

hari. Dalam satu hari setiap orang bisa menghabiskan beberapa pack tissue

kantong untuk berbagai keperluan. Diantaranya mengusap keringat,

membersihkan make up, mengelap mulut setelah makan, bahkan hal kecil seperti

mengeringkan gelas. Orang beranggapan bahwa tissue merupakan alat yang

paling efektif dalam hal kebersihan. Padahal, tissue membawa bahaya besar yang

akan mengancam kita suatu saat nanti.

Tissue sangat erat kaitannya dengan hutan. Hutan merupakan kawasan yang

paling berpengaruh terhadap kehidupan di dunia, mulai dari mencegah erosi,

menyediakan oksigen, tempat tinggal flora maupun fauna, dan sebagainya. Tissue

sendiri terbuat dari pulp(bubur kertas) yang didapatkan dari penebangan pohon

Akasia dan Eukalyptus. Lama-kelamaan perkebunan pohon tersebut akan habis.

Ini artinya, produsen harus menebang pohon di hutan alam untuk dijadikan

perkebunan pohon Akasia dan Eukalyptus. Hal ini tentu mengakibatkan luas

hutan semakin menyusut. Akibatnya, peran hutan sebagai paru-paru dunia

terganggu. Peluang Global Warming untuk menenggelamkan dunia pun menjadi

semakin besar. Inilah saatnya manusia peduli terhadap bumi yang semakin lama

semakin tua umurnya. Walaupun, hanya dengan melakukan hal-hal kecil di sekitar

kita, namun akan memberi lompatan besar di masa mendatang.

Berdasarkan fakta di atas, rumusan masalah yang diambil oleh penulis

adalah apa dampak dari penggunaan bahan baku tissue terhadap kelestarian

hutan? Dengan demikian, tujuan penulis membuat karya tulis ilmiah ini adalah

untuk mendeskripsikan dampak penggunaan bahan baku tissue terhadap

kelestarian hutan.

Page 2: KTI tissue2sns3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tissue dan Peggunaannya

Tissue adalah sejenis kertas sebagai alat pembersih yang memiliki beragam

jenis. Diantaranya Roll Tissue, Napkin Tissue, Dinner Napkin, Cocktail Napkin

Tissue, dan Facial Tissue.

Sejarah Tissue bermula dari ditemukannya bahan baku kertas yaitu bahan

baku non-kayu seperti sisa sayur mayur, sutra, serat kapas, jaring ikan yang sudah

tua, batang buah mulberry, rumput-rumputan, bambu, rotan, dan sebagainya.

Sejalan dengan perkembangan industrialisasi dan kapitalisme, dirasakan perlu

untuk membuat suatu industri berskala besar, tersentralisasi, dan padat modal.

Namun, sulit mendapatkan bahan baku non-kayu dalam jumlah besar secara

berkelanjutan.

Sekitar tahun 60-an dimulailah sejarah pembuatan kertas dari bahan baku

kayu. Saat itu hutan-hutan tua yang ada menyediakan tambang bahan baku kayu

yang memungkinkan produksi komersial berskala besar dan berkelanjutan. Oleh

karena itu harganya dapat ditekan sampai 85 %. Sejak saat itulah kebutuhan kertas

mulai meningkat, seperti industri media massa, media cetak, dan juga produksi

tissue

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempercepat dan

meringankan banyak pekerjaan manusia. Pada era ini pemakaian tissue telah

menjadi suatu kebudayaan. Di negara-negara maju atau di kota-kota besar

Indonesia, tissue sangat mudah kita jumpai. Sekarang sudah jarang kita temui atau

dapat dikatakan tidak ada sama sekali kaum muda terutama remaja sekolah yang

menggunakan saputangan, kecuali kaum orang tua yang berusia 55 tahun ke atas.

Penggunaan tissue tersebut mungkin telah menjadi ciri budaya kehidupan modern

remaja sekarang ini. Hal itu terlihat pada kepraktisan penggunaanya, hampir

setiap remaja menggunakan tissue baik itu untuk membersikan hidung dari

kotoran karena flu, mengelap muka dari keringat, aktifitas di kamar mandi,

sampai dengan hanya untuk mengelap mulut setelah makan saja memakai tissue.

Page 3: KTI tissue2sns3

Padahal, budaya tersebut merupakan salah satu upaya untuk merusak lingkungan

karena tissue terbuat dari bahan baku yang didapatkan dari hutan.

2.2 Dampak Penggunaan Bahan Baku Tissue Terhadap Kelestarian Hutan

Tissue terbuat dari pulp (bubur kertas) batang pohon Akasia dan Eukalyptus

yang diproses secara kimia. Untuk mendapatknnya, produsen harus membuat

perkebunan Akasia dan Eukalyptus, misalnya seperti usaha yang dilakukan oleh

PT. Musi Hutan Persada di Muara Enim Sumatera Selatan. Setelah pohon tersebut

besar dilakukan penebangan untuk mendapatkan kayunya. Jadi, semakin banyak

penggunaan tissue, luas hutan alam akan semakin menyusut karena tergantikan

oleh Perkebunan Akasia dan Eukalyptus. Selain itu, tissue membutuhkan air

dalam jumlah besar dalam pengolahannya sehingga akan menghasilkan limbah

cair yang bisa mencemari ligkungan.

Penggunaan tissue oleh satu orang diasumsikan memakai 5 sheet (lembar)

per hari. Satu pack Tissue berisi kurang lebih 20 sheet. Misalkan satu batang

pohon berusia 6 tahun bisa memroduksi kira-kira dua pack tissue. Maka, satu

batang pohon tersebut akan habis digunakan oleh satu orang hanya dalam waktu 8

hari. Hal ini tentu tidak sebanding dengan alur hidup pohon Akasia dan

Eukalyptus yang mencapai 6 tahun.

Berdasarkan perhitungan sederhana dari Koesnadi, Sekjend Sarekat Hijau

Indonesia(SHI) mengenai penyusutan hutan alam di Indonesia akibat penggunaan

tissue oleh masyarakat, jika jumlah penduduk Indonesia 200 juta orang dan setiap

satu harinya 1 orang menggunakan ½ gulung kertas tissue. Ini artinya penggunaan

kertas tissue bisa mencapai 100 juta gulung per hari. Maka, pemakaian tissue di

Indonesia setiap bulannya mencapai 3 milyar gulung. Bila massa kertas tissue 1

gulung mencapai ¼ kg,  3 milyar gulung massanya 750.000.000 kg dan setara

dengan 750.000 ton. Apabila untuk menghasilkan 1 ton pulp diperlukan 5 m3 kayu

bulat dengan asumsi 120 m3 kayu bulat per hektar, sudah bisa ditebak penggunaan

hutan mencapai puluhan ribu hektar setiap bulannya. Ini sekedar angka untuk

penggunaan tissue, belum untuk penggunaan kertas tulis dan berbagai jenis kertas

lainnya yang sangat dekat dengan kehidupan, terutama perkantoran, sekolah,

perusahaan dan lain-lain.

Page 4: KTI tissue2sns3

Menurut World Wide Fund (WWF), penggunaan 1 rim kertas telah

mengorbankan 2 m2 hutan alam. Saat ini hutan-hutan di Indonesia mengalami

kerusakan yang cukup parah. Jika dahulu indonesia termasuk dalam 3 negara

dengan hutan terluas di dunia dan bahkan diyakini 85 % daratan Indonesia adalah

hutan, sekarang Indonesia telah menjadi negara dengan laju perusakan hutan yang

cukup tinggi yaitu 3,8 juta hektar per tahun. Menurut data Food Agriculture

Organizations (FAO), setiap harinya hutan di Indonesia berkurang sebesar empat

kali luas pulau Bali atau setara denga luas 500 kali lapangan sepakbola. Dari

pantauan satelit, dalam tiga puluh tahun terakhir ini Indonesia telah kehilangan

sepertiga luas hutan tropisnya. Jika pada awal tahun enam puluhan hutan tropis

Indonesia masih 150 juta hektar, kini tinggal 90 sampai  100 juta hektar saja.

Semakin berkurangnya luas hutan tersebut mewajibkan kita untuk menjaga

kelestariannya karena hutan adalah pendukung kehidupan di bumi. Harus diakui,

jumlah pohon tergantung pada kelestarian hutan yang ada. Semakin luas hutan

semakin banyak pula pohon di muka bumi, begitu juga sebaliknya.

Hutan yang gundul menyebabkan peran hutan sebagai penyerap air tanah

tidak optimal. Air hujan tidak terserap melainkan langsung menuruni lereng

gunung sehingga kemungkinan terjadinya erosi tanah dan banjir semakin besar.

Efeknya akan kembali pada kerusakan lingkungan. Setelah terjadi erosi tanah

maupun banjir hutan menjadi rusak. Kerusakan hutan ini tentu menyebabkan flora

dan fauna kehilangan habitatnya. Sebagai dampaknya, populasi mereka semakin

menipis. Tidak hanya itu, karena air hujan tidak terserap dengan baik, telah

diprediksi bahwa dalam 50 tahun mendatang kita akan mengalami krisis air

bersih.

Selain tidak optimal dalam menyerap air tanah, kemampuan hutan untuk

mengikat gas CO2 juga menurun. Akibatnya, konsentrasi gas CO2 disertai gas-gas

rumah kaca lainnya seperti Uap Air, Metana, dan Nitrogen Oksida meningkat dan

terakumulasi di udara. Ini menyebabkan suhu rata-rata atmosfer dan permukaan

bumi naik, sehingga akan menganggu keseimbangan lingkungan hidup di biosfir

bumi yang akan menyebabkan terjadinya global warming. Global warming

merupakan penyebab naiknya permukaan air laut yang suatu saat nanti bisa

menenggelamkan berbagai sarana dan prasarana kehidupan manusia seperti

Page 5: KTI tissue2sns3

pemukiman penduduk, lahan pertanian, tambak, tempat wisata, pelabuhan, dan

lain-lain.

2.3 Media Alternatif Pengganti Tissue

Suatu hal yang mustahil apabila pemerintah mengharuskan perusahaan

tissue maupun jenis kertas lainnya untuk menghentikan produksinya, karena

bagaimanapun, kita tidak akan bisa lepas dari penggunaan tissue dan kertas

meskipun hanya sedikit. Dan akan lebih baik apabila produsen memanfaatkan

limbah kertas untuk didaur ulang. Dan akan lebih baik apabila produsen dapat

memanfaatkan limbah dari hasil produksi mereka untuk didaur ulang. Dengan

begitu, akan mengurangi jumlah pohon-pohon yang ditebang dari hutan.

Telah kita ketahui bahwa berbagai bencana alam telah melanda muka bumi.

Semua itu merupakan dampak dari eksploitasi hutan secara besar-besaran oleh

oknum-oknum tertentu untuk memroduksi tissue. Namun tidak ada kata terlambat

untuk meminimalisir dampak dari penggunaan bahan baku tissue tersebut.

Diawali dari hal-hal yang kecil kita bisa memberikan tumpuhan besar bagi

kelangsungan hidup di bumi, yaitu :

a. Beralih dari tissue ke sapu tangan atau lap kain

Salah satu tindakan yang dapat kita ambil adalah kembali menggunakan

sarana pembersih yang bisa dipakai berulang kali seperti sapu tangan atau lap

kain. Setelah digunakan sapu tangan yang kotor dapat dicuci dan dibersihkan

kembali untuk dapat digunakan seperti semula. Terkait dengan fungsi awalnya,

sapu tangan digunakan sebagai sarana membersihkan diri.

Sapu tangan dibuat dari kain halus berukuran kecil sekitar 30 x 30 cm.

Umumnya sapu tangan terbuat dari kain katun, flannel, atau kain handuk yang

dapat menyerap air. Sapu tangan digunakan untuk menyeka keringat di muka dan

telapak tangan, menyeka air mata saat menangis, atau sebagai penutup mulut dan

hidung untuk menghindari debu maupun bau yang kurang sedap. Berbeda dengan

tissue yang hanya bisa digunakan satu kali pakai.

b. Menggunakan air setelah buang air besar maupun kecil

Dengan menggunakan air setelah buang air besar maupun kecil, kita dapat

mengurangi limbah tissue dalam jumlah yang cukup besar. Jika diperhitungkan,

Page 6: KTI tissue2sns3

penggunaan air jauh lebih hemat daripada tissue. Ini didasarkan pada fakta bahwa

setiap roll tissue dalam proses pembuatannya membutuhkan sebanyak 37 galon

atau setara dengan 140 liter air. Setiap harinya, orang amerika rata-rata

menghabiskan 57 lembar tissue toilet, dan ini setara dengan penggunaan air 3,7

galon sehari. Jika dibandingkan dengan kebiasaan masyarakat asia yang

menggunakan air, sekali buang air kecil atau besar setiap orang rata-rata hanya

memerlukan 0,03 galon air. Jumlah yang sangat jauh jika dibandingkan dengan air

yang dipakai untuk pembuatan tissue toilet.

c. Media pengering elektrik pengganti tissue

Pilihan lain untuk berpaling dari tissue adalah menggunakan pengering

listrik yang bersifat lebih ekonomis, efektif, dan efisien. Apalagi alat ini memiliki

susunan mesin yang sederhana, yaitu koil, fan dan switch elektrik yang tak

membutuhkan perawatan khusus dalam penggunaannya. Selain itu, pengering

elektrik ini dapat bertahan hingga 7 tahun. Jadi setelah pemasangan, pengering

elektrik tak memerlukan pengeluaran lainnya selain listrik yang digunakan. Jika

satu orang rata-rata menggunakan 20 detik pengering yang memerlukan daya

rata-rata 2 kW, maka 20 detik

3600 detik x 2kW = 0.01 kWh setiap orang dengan asumsi

harga per kWh 1000 rupiah, maka 0.01 kWh x 1000 rupiah = 10 rupiah per orang

per pemakaian 20 detik.

Alat pengering elektrik

Kalau kita bandingkan dengan pemakaian tissue gulung. Kita asumsikan

rata-rata penggunaan tissue sebanyak 2 lembar per pemakaian. Harga rata-rata 1

gulung tissue dengan total 150 lembar rata-rata Rp. 10.000 sampai 15.000. Jadi,

harga per lembar kurang lebih 60 hingga 100 rupiah. Apabila satu orang memakai

Page 7: KTI tissue2sns3

dua lembar, maka harga untuk satu kali pemakaian adalah 120 hingga 200 rupiah

lebih mahal dibandingkan pengering elektronik.

Sayangnya, keberadaan pengering elektrik masih sulit ditemukan.

Meskipun sebagian restoran di kota besar telah menggunakan alat tersebut,

namun kebanyakan dari mereka lebih memilih menggunakan tissue terutama

restoran yang berada di pinggiran kota.

Kebiasaan kecil di atas tak akan terlaksana dengan maksimal bila tidak

mendapat dukungan dari semua pihak, yaitu masyarakat pada umumnya dan

pelajar pada khususnya tak terkecuali pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah

perlu mensosialisasikan penghematan kertas tissue maupun kertas lainnya.

Misalnya dengan mewajibkan institusi pemerintah dan lembaga pendidikan

untuk memakai produk daur ulang kertas, serta menurunkan harga kertas

daur ulang sehingga lebih murah daripada kertas yang berasal dari pohon.

Dengan begitu, masyarakat menjadi lebih berminat untuk membeli produk

daur ulang dari kertas. Melalui beberapa kebiasaan sederhana tersebut, kita bisa

turut serta dalam menggandeng Bumi untuk menuju kehidupan yang lebih baik.

Page 8: KTI tissue2sns3

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penggunaan bahan baku tissue memberikan dampak yang besar terhadap

kelestarian hutan. Untuk menguranginya, kita hanya perlu melakukan hal-hal

kecil di sekitar kita. Sehingga dapat memberikan manfaat yang besar bagi

kelangsungan hidup di masa yang akan datang.

3.2 Saran

Berdasarkan pembahasan di atas, saran yang diberikan penulis, yaitu :

1) Sebaiknya produsen membatasi penggunaan bahan baku tissue demi

mengurangi dampaknya terhadap kelestarian hutan. Bila perlu produsen

memanfaatkan kembali limbah kertas untuk didaur ulang.

2) Sebaiknya masyarakat terlebih para remaja turut peduli dengan

mengurangi atau mengganti tissue dengan media lain yang lebih aman

dan hemat, seperti sapu tangan, air, dan pengering elektrik.

Page 9: KTI tissue2sns3

DAFTAR PUSTAKA

Fahri, (2008). Kisah Sehelai Tissue Untuk Global Warming. From

http://notinformation.com/kisah-selehai-tissue.html, 21 November 2011

Sriwijaya Post, (2009). Dari Tissue Menuju Kerusakan Hutan Alam dan Global

Warming. From http://palembang.tribunnews.com/, 23 November 2011

Suzannita, (2011). Selamatkan Hutan Kita. From http://www.suzannita.com/

selamatkan- hutan-kita/ , 21 November 2011